Anda di halaman 1dari 6

TUGAS I

ANALISIS REAL

Dosen Pengampu: Rusi Ulfa Hasanah, M.Pd

Disusun Oleh:

Kania Utari (0305182079)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
A. Pengantar Teorema Taylor
Teorema ini dinamakan oleh Brook Taylor (1685-1731) pada tahun 1712.
Namun sudah diperkenalkan dan dipakai oleh Joseph Louis Lagrange (1736-1813).
Teorema ini akan membahas seputar metode numerik, pertidaksamaan, nilai ekstrim
dari sebuah fungsi, dan fungsi cembung. Teorema Taylor dianggap sebagai eksistensi
(kedudukan) teorema nilai rata-rata dari turunan “ordo tertinggi”dimana teorema ini
berhubungan dengan fungsi dan turunan pertamanya.
Teorema Taylor ini membahas keterkaitan antara nilai sebuah fungsi dan
turuan ordo tertinggi. Turunan dari ordo tertinggi yang lebih dari satu diperoleh dari
natural extension saat proses penurunan. Jika turunan f ' ( x ) dari sebuah fungsi f ada
disetiap titik x dalam interval I maka terdapat titik c maka kita pilih eksistensi
(kedudukan) dari turunan pertama sebuah fungsi y ' di titik c tersebut. Dalam kasus f '
memiliki turunan pada titik c, kita sebut sebagai turunan kedua di c, dan kita
notasikan dengan f ' ' (c ) atau f (2) (c).
Dengan model yang serupa kita definisikan turunan ketiga f ' ' ( c )=f (3 ) ( c ) ,… ,
dan turunan ke-n yaitu f (n)(c), untuk setiap terdapat turunan. Dengan catatan seuah
kedudukan (eksistensi) dan turunan ke-n di c merupakan kedudukan dari turunan ke
(n-1) dalam interval yang mengandung c. Tetapikita ketahui kemungkinan c
merupakan titik akhir dari sebuah interval ke-n dari titik x 0, ini tidaklah sulit
( k)
menjadikannya ke-n derajat polinomial Pn bahwa Pn ( x 0 )=f ( x 0) dan Pn ( x 0 ) =f ( x 0 )
(k)

untuk k =1,2 , … ,n. Persamaan polinomialnya:

' f '' ( x0 ) 2 f (n) ( x 0 )


( 1 ) P n ( x )=f ( x0 ) + f ( x 0 )( x −x0 ) + ( x −x0 ) +…+ ( x− x0 )n
2! n!

Dan turunan tersebut sampai pangkat order n dengann fungsi f dan turunan
sampai order ke-n, di spesifik poin x 0. Polinomial Pn disebut dengan ke-n polinomial
Taylor untuk f di x 0. Tetapi untuk mengukur kualitas dari perkiraan tersebut,
diperlukan informasi pengingat berupa Rn =f −Pn diikuti dengan alasan yang
mendasari alasan informasi tersebut.

6.4.1 Teorema Taylor

Misalkan n ∈ N , misalkan I ≔ [ a , b ], dan misalkan f : I → R sedemikian sehingga f


dan turunan-turunannya f ' , f ' ' , … , f n adalah kontinu pada I dan pada f (n+1 ) ada di ( a , b ) jika
x 0 ∈ I , maka untuk setiap x di I terdapat titik c diantara x dan x 0 sedemikian sehingga:

' f ' ' (x 0 ) 2 f n (x 0 ) f (n+1) ( c )


(2) f ( x )=f ( x 0 ) +f ( x 0 )( x−x 0 )+ (x− x0 ) + …+ + (x−x 0)n +1
2! n! ( n+1 ) !

Bukti:
Misalkan diberikan x 0 dan x serta misalkan J dinotasikan sebagai interal tertutup dengan titik-titik
ujungnya yaitu x 0 dan x . Maka, kita definisikan fungsi F pada J sebagai berikut:
( x−t) n (n)
F ( t )=f ( x )−f ( t )−( x−t ) f ' ( t )−…− f (t) untuk t ∈ J
n!

' (x−x 0 )n (n)


F ( x 0 ) =f ( x )−f ( x 0 ) −( x−x 0 ) f ( x 0 )−…− f (x 0)
n!

( x −x)n (n)
F ( x )=f ( x ) −f ( x )−( x−x ) f ' ( x )−…− f (x)
n!

F ( x )=0

(x−t )n (n+1)
Maka kita dapatkan F ' ( t )=0−f ' ( t ) −(−1 ) f ' ( t )−…− f (t )
n!
−( x−t )n (n)
'
dan kita hasilkan bahwa F ( t )= f (t)
n!
Selanjutnya jika kta definisikan G pada J maka
x−t n +1
G t ≔F t −
( ) ( )
(
x−x 0 )
F (x 0)

n+ 1
x−x 0
G ( x 0 )=F ( x 0 ) − ( )
x−x 0
F (x0 )

G ( x 0 )=F ( x 0 ) −( 1 )n+1 F ( x 0 )

G ( x 0 )=F ( x 0 ) −F(x 0 )

Maka G ( x 0 )=0

n +1
x−x
G ( x ) =F ( x )− ( x−x 0 ) F (x 0)

G ( x ) =F ( x )−( 0 ) F( x 0 )
Maka G ( x ) =F ( x )=0

Berdasarkan Teorema nilai rata-rata akan ada nilai c diantara x dan x 0 maka akan ada nilai G ' ¿ ):

G ( x )−G(x 0)
G' ( c ) = =0
x− x0
Maka untuk t ∈ J maka G ( x 0 )=G ( x )=0. Aplikasi dari Teorema Rolle 6.2.3 menghasilkan sebuah
titik c diantara x dan x 0 sedemikian sehingga :

( x−c )n
0=G ' ( c )=F ' ( c ) + ( n+ 1 ) n+1
F (x 0)
( x−x 0 )

Dari sini dapat kita peroleh:


−F' (c )
F ( x0 )=
(x −c)n
(n+1) n +1
( x−x 0 )

−( x −c)n (n )
Kita ganti nilai F ' ( c )= f (c) maka akan menjadi:
n!

n +1
( x−c )n (n+1)
( x−x 0 )
F ( x0)= f ( c)
(n+1)( x−c )n n !

Dapat kita matikan masing-masing bagian ( x−c)n, sehingga:

f (n +1) (c ) n+1
F ( x0 )= ( x−x 0 )
( n+1 ) !

Kita dapat menggunakan notasi Pn untuk n Polinomial Taylor persamaan (1) dari f , dan Rn sebagai
sisa. Dapat kita tulis kesimpulan dari Teorema Taylor berbentuk f ( x )=P n ( x )+ Rn (x) dimana yang
f (n+1) (c ) n +1
menjadi Rn ( x ) adalah Rn ( x )= ( x−x 0 )
( n+1 ) !
f (n +1) (c ) n+1
hal ini sama dengan F ( x 0 ) = ( x−x 0 ) untuk c diantara x dan x 0. Dengan demikian
( n+1 ) !
Terbuktilah.

6.4.2 Contoh

(a) Gunakan Teorema Taylor dengan n=2 mendekati √3 1+ x , x >−1. kita ambil fungsi
−2 −5
1 1 1 −2
x
f ( x ) :=(1+ x) titik 03=0 ' ''
dan n=2. karena f ( x )= (1+ x) 3 dan f ( x ) =
3 3 3 ( )
(1+ x ) 3

' 1 '' −2
, kita punya f ( 0 ) = dan f ( 0 )= . Dengan demikian kita peroleh:
3 9

1 2
f ( x )=P2 ( x )+ R 2 ( x )=1+ − + R 2 ( x)
3 9
−8
1 ''' 5
Dimana R2 ( x ) = f ( c ) x3 = (1+c ) 3 x 3 untuk beberapa titik c diantara 0 dan x . Untuk
3! 81
contoh, jika kita memisalkan x=0,3 kita akan mendapati pendekatan P2 ( 0,3 )=1,09 atau
−8
√3 1,3. Selain itu, karena c >0 dalam kasus ini, maka (1+c ) 3 <1 sehingga kan dapat banyak
kesalahan.
5 3 3 1
R2 0,3 ≤
( )
81 10( )
=
600
<0,17 × 10−2

Oleh karena itu, kita punya |√3 1,3−1,09|<0,5 ×10−2 sehingga akurasi terjamin pada tepat
dua desimal.
(b) Pendekatan bilangan e dengan tingkat kesalahan kurang dari 10−5
Kita akan mempertibangkan fungsi g ( x ) ≔e x dan mengambil x 0=0 dan x=1 pada Torema
−5
Taylor. Kita perlu menentukan n sehingga |Rn (1)|<10 . Untuk melakukannya, kita harus
menggunakan fakta bahwa g' ( x )=e x dan batas awal e x ≤3 untuk 0 ≤ x ≤ 1.
Jika g' ( x )=e x maka berlaku g(k) ( x )=e x untuk semua k ∈ N sedemikian sehingga g(k) ( 0 )=1
untuk semua k ∈ N . Konsekuensi dari polinomial Taylor yaitu:

x2 xn
Pn ( x ) =1+ x+ + …+
2! n!

Sisa pembagian untuk x=1 diberikan Rn =e c / ( n+1 ) ! untuk c berada 0< c<1 jika e c < 3
maka kita cari nilai n seperti 3/ ( n+1 ) !<10−5 sebuah peritungan menunjukkan bahwa
9 !=362,880>3 ×105 jadi dengan nilai n=8 kita dapat menemukan tingkat akurasi yang
diinginkan. Untuk itu, 8 !=40.320 , tidak lebih kecil dari n yang akan diyakini cukup , maka
kita dapatkan:

1 1
e ≈ P 8 ( 1 )=1+1+ + …+ =2.17828
2! 8!

Dengan tingkat error dibawah 10−5 .


SUMBER RUJUKAN

Bartle, Robert G, Donald R. Sherbert. 2000. Introduction to Real Analysisi. Third Edition

Liza Novianita.2018. Terjemahan Chapter 6 Introduction to Real Analysis

https://youtu.be/3iZ4i4cwtu0

Anda mungkin juga menyukai