1.1. Pendahuluan
Pada bagian ini anda akan mempelajari sebuah materi penting dalam
kombinatorik yang disebut fungsi pembangkit (generating function). Metode fungsi
pembangkit ini berakar dari karya De Mavre tahun 1720, kemudian dikembangkan
oleh Euler dalam tahun 1748 untuk memecahkan masalah partisi. Selanjutnya mulai
awal abad ke 19, akhirnya secara intensif dipakai oleh Laplace sehubungan dengan
teori Probabilitas.
Teori fungsi pembangkit ini didasarkan pada kajian aritmetika polinomial yang
sederhana. Namun demikian, teori ini memberikan suatu pendekatan yang utuh untuk
menjawab berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Di sini anda nantinya
akan dapat mempelajari tentang kesederhanaan fungsi pembangkit yang
penggunaannya dalam kombinatorik.
Sebelum membahas teori fungsi pembangkit ini lebih lanjut, kiranya perlu
diperkenalkan terlebih dahulu mengenai beberapa deret kuasa (power series) penting
termasuk barisan yang akan menunjang pembahasan selanjutnya. Tidak seperti
biasanya pada mata kuliah ini barisan yang dimaksudkan mempunyai domain bukan
pada Bilangan Asli, tetapi Bilangan Bulat Non Negatif (Non-negative Integer).
Mengingat materi yang akan anda pelajari pada bagian ini merupakan landasan
utama dalam mempelajari materi yang menyangkut kombinatorik (Counting)
berikutnya, maka pemahaman yang baik tentang materi yang disajikan di sini
merupakan langkah yang tepat dan mutlak harus dikuasai. Untuk itu anda harus
sungguh-sungguh dalam mempelajarinya. Pelajari dan pahamilah definisi serta
preposisi-preposisi yang ada.
Akhirnya, tidak kalah penting pula adalah pemahaman anda terhadap ekspansi
deret suatu fungsi yang ada serta upayakan pengembangannya lebih lanjut.
Diskusikan dengan teman anda mengenai pola atau formula/prinsip-prinsip dari
ekspansi suatu deret fungsi yang disajikan.
Setelah mempelajari materi pada bagian ini, anda diharapkan dapat :
∑ un (x). Deret fungsi yang berbentuk ∑ un (x) ini dikenal dengan deret kuasa
(power series).
Contoh deret kuasa dalam x, adalah sebagai berikut :
~
∑ a n x n= a0 + a 1 x + a2 x 2 + a3 x 3 + a4 x 4 + .. .
n=0
Apabila deret kuasa tersebut dapat dijumlahkan, misalkan S(x) maka kita
dapat menuliskannya menjadi :
~
∑ a n x n= a0 + a 1 x + a2 x 2 + a3 x 3 + a4 x 4 + .. .
S(x) = n=0
Selanjutnya, perlu diingat kembali ekspansi Maclaurin pada fungsi f(x) atau ekspansi
deret Taylor pada f(x) untuk x = 0.
Ekspansi tersebut mempunyai bentuk :
~
∑ n1! f (n ) (0 ) x n ,
f(x) = n=0 n = 0,1,2,3, …
1 1
= f(0) + f’ (0)x + 2 ! f”(0) x2 + 3 ! f(3) (0) x3 + …
Dengan menggunakan formula tersebut, maka dapat diperoleh suatu formula
untuk suatu fungsi f(x).
Misalkan untuk f(x) = ex
f(x) = ex ====> f(0) = e0 = 1
f’(x) = ex ====> f’(0) = e0 = 1
f”(x) = ex ====> f”(0) = e0 = 1
f(3)(x) = ex ====> f(3)(0) = e0 = 1
f(4)(x) = ex ====> f(4)(0) = e0 = 1
………………………………………………..
f(n)(x) = ex ====> f(n)(0) = e0 = 1
Jadi diperoleh :
1 1
f(x) = ex = 1 + 1.x + 1 . 2 ! x2 + 1 . 3 ! x3 + …
1 1
= 1 + x + 2 ! x2 + 3 ! x3 + … atau dapat juga ditulis sebagai berikut.
~
∑ n1! x n = 1 + x + 21! x 2 + 31! x3 + . . . , |x| < ~
ex = n=0
1 2
~
, |x| <
(5)
( )
1−x
= ∑ nx n−1
n=1 1
= 1 + 2x + 3x2 + 4x3 + …
(6) Teorema Binomial
Untuk suatu bilangan real u, dan k bilangan bulat non negatif, , |x| <
maka 1
~
∑ (uk ) x k
(1 + x)u = k =o
() {
,k > 0
u k !
= 1 ,k =0
dengan k
, |x| <
1
~
∑ (nk ) x ak
(7) (1 + xa)n = k =0 (lihat 1.1.6)
~ ~
1 1
∑ (2 x )n = ∑ (2 )n x n
(8) 2x
e = n=0 n! n=0 n ! (lihat 1.1.1)
Preposisi 1.1 :
(nk )e
~ (n−k ) x
∑ (−1 )k
(1) (ex – 1)n = k=0
(3) (1 + x + x2 + ...)n =
(n−1+0
0 ) ( n−1+1
1 ) + x +
(n−1+2
2 ) x2 + ... +
n−1+r
( r ) x
r
+ ...
2 n
∑ an xn
G(x) = a0 + a1x + a2x + ... + anx + ... atau G(x) = n=0 .
Maka G(x) disebut fungsi pembangkit biasa (ordinary generating function) atau
disingkat saja dengan FPB.
Bila diberikan suatu barisan, maka kita sering diminta untuk menuliskan fungsi
pembangkit dari barisan tersebut dalam bentuk yang sesederhana mungkin.
Demikian pula sebaliknya, kita dapat juga diminta untuk menentukan barisan dari
suatu fungsi pembangkit yang diberikan. Selain itu, kita dapat juga menyatakan
bahwa suatu fungsi itu merupakan fungsi pembangkit biasa ataupun fungsi
pembangkit eksponensial dari suatu barisan tertentu.
Contoh 1.1.
Misalkan G(x) = (1 + x)n. Jika (an) adalah barisan dari fungsi pembangkit G(x), maka
tentukan (an) bila G(x) adalah fungsi pembangkit biasa dari (an).
Perhatikan bahwa :
(1 + x)n =
(n0 ) (n1 ) x (n2 ) x
+ +
2
+ ... +
(nn ) x n
(n
( ) (n1 ) (n2 ) (nn ))
0 , , , ..., = (an)
Contoh 1.2.
Misalkan G(x) = ex.
Dengan memperhatikan ekspansi dari fungsi G(x) tersebut diperoleh :
1 2 1 3
x x
G(x) = e = 1 + x + 2!
x
+ 3! + ...
1 1
Jadi G(x) merupakan fungsi pembangkit biasa (FPB) dari barisan : (1, 1, 2! , 3! ,
...). Selain itu dapat juga dikatakan bahwa G(x) adalah fungsi pembangkit
eksponensial (FPE) dari barisan : (1, 1, 1, ...).
Perlu diketahui bahwa fungsi pembangkit biasa (FPB) ini digunakan untuk
memecahkan permasalahan mengenai kombinasi (penyeleksian). Pada kombinasi,
urutan tidak diperhatikan (diabaikan). Sedangkan fungsi pembangkit eksponensial
(FPE) digunakan untuk memecahkan permasalahan mengenai permutasi, di mana
urutannya diperhatikan.
Contoh 1.3.
Carilah fungsi pembangkit biasa (FPB) dari barisan-barisan berikut :
1 1
a) (0, 0, 2! , 3! , ...)
b) (0, 2, 4, 6, ...)
Penyelesaian :
a) Misalkan G(x) adalah FPB, maka
G(x) = a0 + a1x + a2x2 + a3x3 + ...
1 2 1 3
x x
= (1 + x + 2! + 3! + ...) – 1 – x
Dengan memperhatikan ekspansi (1.1.1), maka diperoleh G(x) = ex – x – 1.
Jadi, fungsi pembangkit biasa dari barisan pada soal (a) adalah G(x) = ex – x – 1.
+ n=0
bn x n
=
∑ ( an+ bn )x n
n=0
~ ~ ~
Untuk operasi perkalian, jika A(x).B(x) = C(x), maka kita dapat memperoleh
hubungan antara an , bn dan cn, sebagai berikut.
Karena A(x), B(x), dan C(x) masing-masing adalah fungsi pembangkit biasa, maka
diperoleh :
~
A(x) =
(∑ )
n=0
an x n
= a0 + a1x + a2x2 + a3x3 + ...
~
B(x) =
(∑ )
n=0
bn xn
= b0 + b1x + b2x2 + b3x3 + ...
~
C(x) =
(∑ )
n=0
cn x n
= c0 + c1x + c2x2 + c3x3 + ...
Untuk barisan-barisan dari (an) , (bn) dan (cn), yang memenuhi (*) tersebut, maka (cn)
disebut konvolusi dari (an) dan (bn), dan ditulis dengan notasi (cn) = (an) * (bn). Jadi
n
( 3 ) A ( x ) . B ( x ) =∑ (∑
n=0 k=0
ak bn−k x n )
Contoh 1.4.
x5 + x 6
Carilah barisan dengan fungsi pembangkit biasa adalah G(x) =
1−x
Penyelesaian :
x5 + x 6 1
Diketahui G(x) =
1−x
5 6
, atau dapat ditulis G(x) = ( x + x )
1−x ( )
=A ( x ) . B( x ),
dengan A(x) merupakan FPB dari (an) dan B(x) merupakan FPB dari (bn). Karena itu,
kita dapatkan barisan-barisan sebagai berikut.
(an) = (0,0,0,0,0,1,1,0,0, …) dan (bn) = (1,1,1,1,1,1,1,1,1, …). Selanjutnya, misalkan
G(x) adalah FPB dari (cn). Dengan menggunakan konvolusi maka diperoleh :
n n n
c n=∑ ak bn− k =∑ a k .1=∑ ak , karena ( bn−k ) =1
k=0 k=0 k=0
Contoh 1.5.
Carilah barisan bilangan real (an) yang memenuhi
Penyelesaian :
Misalkan G ( x )=∑ a n x n
n=0
2
2
( )(
[ G(x) ] = ∑ an x = ∑ an x n ∑ an xn
n=0
n
n=0
)( n =0
)
Matematika Diskrit – Ade Mirza 12
Berdasarkan konvolusi, maka diperoleh
n
2
(
[ G(x) ] =∑ ∑ ak bn−k x n
n=0 k =0
)
n
Karena diketahui bahwa ∑ ak bn−k =1, untuk setiap n ∈ Ν . maka
k=0
diperoleh
2
[ G(x) ] =∑ 1. x n=∑ x n =1+ x+ x 2 + x 3+ …
n=0 n =0
1 −1
1 12
sehingga G(x) = ( 1+ x + x 2+ x 3 +… ) 2 = ( )
1−x
=( 1−x ) 2
( ) atau ( a n )=
{ (−1 )n
n!
1 , n=0
1.3. Rangkuman.
1) Notasi yang berbentuk (an) = (a0 , a1 , a2 , ... , an , ...) disebut barisan an.
2) Suatu barisan dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus, misalnya
barisan an , dengan rumus n+1, dapat ditulis sebagai (an) , an = n+1. Khusus
untuk barisan konstan, misalnya barisan konstan b, yakni (bn) = (b, b, b, …)
dapat ditulis sebagai (bn), bn = b.
3) Suatu deret yang berbentuk fungsi disebut deret kuasa. Secara formal, deret
kuasa dapat dinyatakan dengan ekspresi yang berbentuk a0+ a1x + a2x2 +…
dengan ai adalah koefisien suku-suku polinom.
() {
,k > 0
u k !
= 1 ,k =0
dengan k
Ekspansi dari fungsi lain yang sejenis dengan (1) sampai dengan (6), dapat
diperoleh dengan memperhatikan pola atau analogi dari bentuk dasar fungsi
pada variabelnya (x).
7) Fungsi G(x) =
(∑ a x )
n=0
n
n
2
= a0 +a1 x +a 2 x + a3 x +. . .
3
dengan n adalah
bilangan bulat non-negatif, dan a adalah suatu konstanta, disebut fungsi
pembangkit biasa dari ( an ).
∞
xn x x
2
x
3 n
∑ bn n!
a0 +a1 x +a 2 +a3 +.. .+an +. ..
8) Fungsi G(x) = n=0 = 2! 3! n!
disebut fungsi pembangkit eksponensial dari (bn).
9) Jika A(x), B(x) dan C(x) adalah fungsi pembangkit biasa dari masing-masing
barisan : (an) , (bn) , dan (cn), maka
∞ ∞ ∞
+
∑ bn x
n=0
n
=
∑ ( an+bn )x n
n=0
∞ ∞ ∞
– n=0
n
n
=
∑ ( an−b n) xn
n=0
∞ n n
∑(∑ ) a k bn−k x n=C ( x ) ∑ a k b n−k
(3) A(x) .B(x) = n=0 k =0 , dengan cn = k =0
…
(*) Untuk (an), (bn) dan (cn), yang memenuhi (*) tersebut, maka (cn)
disebut konvolusi dari (an) dan (bn) , dan ditulis dengan notasi :
(cn) = (an) * (bn).
1 1 1
d. ( 1 ,−1 , , , , ⋯ ) h. (an) , an = n23n
2! 3! 4!
4. Tentukan fungsi pembangkit eksponensial (FPE) dari barisan-barisan
berikut.
a. (3, 3, 3, 3, ...) b. (0, 1, 0, 1, 0, 1, ...) c. (an) , an = 3n
d. (an) , an = (– 1)n e. (an) , an = n + 5 f. (br) , br = r!
5. Jika P(x) adalah fungsi pembangkit biasa dari (an). Tentukan (an).
1
a. P(x) = 1 + (1−x) b. P(x) = e-x + 2x
c. P(x) = x5
( 1+81 x ) d. P(x) =
( 1−x3 ) ( 1−x5 )
6. Berikut adalah fungsi pembangkit eksponensial dari (an). Tentukan (an).
a. P(x) = 5 + 5x + 5x2 + 5x3 + ...
b. P(x) = (1 + x2)n c. P(x) = ex + e4x
7. Misalkan g(x) adalah fungsi pembangkit dari (an), dan h(x) adalah fungsi
pembangkit dari (bn).
g ( x)
a. (1−x) adalah fungsi pembangkit dari
a0 +a1 +.. .+an
d. x g’(x) adalah fungsi pembangkit dari nan , dengan g’(x) adalah turunan
dari g(x).
a. (an) , an = n + 2 b. (an) , an = 2 n + 3
n+1
c. (an) , an = n(n + 1) d. (an) , an = n!
1 1 1 1 1
( + + + +...+ )
e. (an) , an = 0 ! 1! 2 ! 3 ! n!
11. Carilah ak jika fungsi pembangkit eksponensial dari (ak) adalah G(x) = ex (1+x)8
x(1+x)
12. Carilah an yang FPB-nya adalah G(x) = (1−x)
13. Misalkan P(x) adalah fungsi pembangkit biasa dari (an). Carilah (an) apabila :
1 4x
+
a. P(x) = 2x + e-x b. P(x) = (1−3 x) (1−x )