Anda di halaman 1dari 15

FUNGSI PEMBANGKIT (GENERATING FUNCTION)

1.1. Pendahuluan
Pada bagian ini anda akan mempelajari sebuah materi penting dalam
kombinatorik yang disebut fungsi pembangkit (generating function). Metode fungsi
pembangkit ini berakar dari karya De Mavre tahun 1720, kemudian dikembangkan
oleh Euler dalam tahun 1748 untuk memecahkan masalah partisi. Selanjutnya mulai
awal abad ke 19, akhirnya secara intensif dipakai oleh Laplace sehubungan dengan
teori Probabilitas.
Teori fungsi pembangkit ini didasarkan pada kajian aritmetika polinomial yang
sederhana. Namun demikian, teori ini memberikan suatu pendekatan yang utuh untuk
menjawab berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Di sini anda nantinya
akan dapat mempelajari tentang kesederhanaan fungsi pembangkit yang
penggunaannya dalam kombinatorik.
Sebelum membahas teori fungsi pembangkit ini lebih lanjut, kiranya perlu
diperkenalkan terlebih dahulu mengenai beberapa deret kuasa (power series) penting
termasuk barisan yang akan menunjang pembahasan selanjutnya. Tidak seperti
biasanya pada mata kuliah ini barisan yang dimaksudkan mempunyai domain bukan
pada Bilangan Asli, tetapi Bilangan Bulat Non Negatif (Non-negative Integer).
Mengingat materi yang akan anda pelajari pada bagian ini merupakan landasan
utama dalam mempelajari materi yang menyangkut kombinatorik (Counting)
berikutnya, maka pemahaman yang baik tentang materi yang disajikan di sini
merupakan langkah yang tepat dan mutlak harus dikuasai. Untuk itu anda harus
sungguh-sungguh dalam mempelajarinya. Pelajari dan pahamilah definisi serta
preposisi-preposisi yang ada.
Akhirnya, tidak kalah penting pula adalah pemahaman anda terhadap ekspansi
deret suatu fungsi yang ada serta upayakan pengembangannya lebih lanjut.
Diskusikan dengan teman anda mengenai pola atau formula/prinsip-prinsip dari
ekspansi suatu deret fungsi yang disajikan.
Setelah mempelajari materi pada bagian ini, anda diharapkan dapat :

1) membedakan antara deret dan barisan

Matematika Diskrit – Ade Mirza 3


2) menyatakan deret suatu fungsi dengan menggunakan notasi sigma
3) membuat ekspansi dari suatu fungsi f(x) yang didasarkan pada ekspansi
MacLaurin/deret Taylor untuk x = 0
4) membedakan antara fungsi pembangkit biasa (FPB) dan fungsi pembangkit
eksponensial (FPE)
5) menentukan fungsi pembangkit biasa dari suatu barisan
6) menentukan fungsi pembangkit eksponensial dari suatu barisan
7) menentukan barisan dari suatu fungsi pembangkit biasa
8) menentukan barisan dari suatu fungsi pembangkit eksponensial
9) membuktikan beberapa sifat dari suatu fungsi pembangkit

1.2. Uraian Materi

1.2.1 Deret Kuasa


Pada perkuliahan kalkulus (buku-buku kalkulus), banyak dibahas mengenai

deret-deret yang terdiri dari konstanta-konstanta yang berbentuk ∑ un , dengan un


adalah sebuah bilangan. Demikian pula halnya dengan deret yang berbentuk deret
suatu fungsi. Deret yang berbentuk fungsi ini secara umum dapat ditulis sebagai

∑ un (x). Deret fungsi yang berbentuk ∑ un (x) ini dikenal dengan deret kuasa
(power series).
Contoh deret kuasa dalam x, adalah sebagai berikut :
~
∑ a n x n= a0 + a 1 x + a2 x 2 + a3 x 3 + a4 x 4 + .. .
n=0

Perhatikan bahwa aoxo dianggap sebagai ao, demikian pula apabila x = 0.

Apabila deret kuasa tersebut dapat dijumlahkan, misalkan S(x) maka kita
dapat menuliskannya menjadi :
~
∑ a n x n= a0 + a 1 x + a2 x 2 + a3 x 3 + a4 x 4 + .. .
S(x) = n=0

Matematika Diskrit – Ade Mirza 4


Apabila x berada dalam suatu selang, maka akan dapat diperoleh turunannya yakni :
~ ~
∑ D x (a n x )= ∑ n an x n−1
n

S’ (x) = n=0 n=1

= a1 + 2a2x + 3a3x2 + 4a4x3 + …

Selanjutnya, perlu diingat kembali ekspansi Maclaurin pada fungsi f(x) atau ekspansi
deret Taylor pada f(x) untuk x = 0.
Ekspansi tersebut mempunyai bentuk :
~
∑ n1! f (n ) (0 ) x n ,
f(x) = n=0 n = 0,1,2,3, …
1 1
= f(0) + f’ (0)x + 2 ! f”(0) x2 + 3 ! f(3) (0) x3 + …
Dengan menggunakan formula tersebut, maka dapat diperoleh suatu formula
untuk suatu fungsi f(x).
Misalkan untuk f(x) = ex
f(x) = ex ====> f(0) = e0 = 1
f’(x) = ex ====> f’(0) = e0 = 1
f”(x) = ex ====> f”(0) = e0 = 1
f(3)(x) = ex ====> f(3)(0) = e0 = 1
f(4)(x) = ex ====> f(4)(0) = e0 = 1
………………………………………………..
f(n)(x) = ex ====> f(n)(0) = e0 = 1

Jadi diperoleh :
1 1
f(x) = ex = 1 + 1.x + 1 . 2 ! x2 + 1 . 3 ! x3 + …
1 1
= 1 + x + 2 ! x2 + 3 ! x3 + … atau dapat juga ditulis sebagai berikut.
~
∑ n1! x n = 1 + x + 21! x 2 + 31! x3 + . . . , |x| < ~
ex = n=0

Matematika Diskrit – Ade Mirza 5


Demikian pula untuk fungsi yang lain, dapat dibuat suatu formula dengan
menggunakan cara yang sama. Dari formula tersebut, dapat diperoleh beberapa
ekspansi deret fungsi yang penting dan banyak digunakan di sini adalah sebagai
berikut.
Rumus ekspansi 1.1 :
~
∑ n1! x n , |x| <
x
(1) e = n=o
~
1 2 1 3
x + x + ...
=1+x+ 2! 3!
~
(−1)n (2 n+1 )
∑ (2 n + 1 ) ! x
(2) Sin x = n=0
, |x| <
1 3 1 5 ~
x + x − ...
=x- 3 ! 5!
~
(−1 )n+1 n
∑ n x
(3) ln (1 + x) = n=1
1 2 1 3 , |x| <
x + x − ...
=x- 2 3 1
~
1
=∑ x n
(4) (1 − x ) n=0
= 1 + x + x 2 + x3 + …

1 2
~
, |x| <

(5)
( )
1−x
= ∑ nx n−1
n=1 1

= 1 + 2x + 3x2 + 4x3 + …
(6) Teorema Binomial
Untuk suatu bilangan real u, dan k bilangan bulat non negatif, , |x| <
maka 1
~
∑ (uk ) x k
(1 + x)u = k =o

Matematika Diskrit – Ade Mirza 6


u( u−1) (u−2) . . . ( u−k +1)

() {
,k > 0
u k !
= 1 ,k =0
dengan k
, |x| <
1

~
∑ (nk ) x ak
(7) (1 + xa)n = k =0 (lihat 1.1.6)
~ ~
1 1
∑ (2 x )n = ∑ (2 )n x n
(8) 2x
e = n=0 n! n=0 n ! (lihat 1.1.1)

Perlu anda perhatikan bahwa ekspansi (1.1.7) merupakan perluasan dari


ekspansi (1.1.6). Kemudian ekspansi dari (1.1.8) merupakan perluasan dari (1.1.1).
Perluasan ekspansi tersebut dapat diperoleh dengan mencermati model atau formula
dari ekspansi aslinya (1.1.1 dan 1.1.6). Demikian pula untuk mencari ekspansi dari
fungsi lainnya yang mempunyai bentuk yang sejenis, anda dapat melakukan dengan
cara analog.

Preposisi 1.1 :

(nk )e
~ (n−k ) x
∑ (−1 )k
(1) (ex – 1)n = k=0

(2) (1 + x + x2 + ... + xm-1)n = (1 – xm)n (1 + x + x2 + ...)n

(3) (1 + x + x2 + ...)n =
(n−1+0
0 ) ( n−1+1
1 ) + x +
(n−1+2
2 ) x2 + ... +

n−1+r
( r ) x
r
+ ...

1.2.2. Pengertian Fungsi Pembangkit

Matematika Diskrit – Ade Mirza 7


Definisi 1.1 :
Misalkan (an) = (a0 , a1 , a2 , ... , an , ...) adalah suatu barisan.
Fungsi G(x) = a0I0(x) + a1I1(x) + ... + anIn(x) + ... disebut sebagai fungsi pembangkit
dari barisan : (a0 , a1 , a2 , ... , an , ...), dengan barisan fungsi indikatornya adalah
(I0(x), I1(x), ... , In(x), ...).

(1) Jika barisan fungsi indikatornya adalah :


(1, x, x2, x3, ..., xn, ...), sedemikian sehingga
~

2 n
∑ an xn
G(x) = a0 + a1x + a2x + ... + anx + ... atau G(x) = n=0 .
Maka G(x) disebut fungsi pembangkit biasa (ordinary generating function) atau
disingkat saja dengan FPB.

(2) Jika barisan fungsi indikatornya adalah :


2 3 n
x x x
(1, x, 2 ! , 3 ! , ... , n! , ...), sedemikian sehingga
2 3 n
x x x
a2 a3 an
G(x) = a0 + a1x + 2! + 3! + ... + n! + ... , maka G(x) disebut
fungsi pembangkit eksponensial (exponential generating function) atau
disingkat saja dengan FPE.

Bila diberikan suatu barisan, maka kita sering diminta untuk menuliskan fungsi
pembangkit dari barisan tersebut dalam bentuk yang sesederhana mungkin.
Demikian pula sebaliknya, kita dapat juga diminta untuk menentukan barisan dari
suatu fungsi pembangkit yang diberikan. Selain itu, kita dapat juga menyatakan
bahwa suatu fungsi itu merupakan fungsi pembangkit biasa ataupun fungsi
pembangkit eksponensial dari suatu barisan tertentu.

Contoh 1.1.
Misalkan G(x) = (1 + x)n. Jika (an) adalah barisan dari fungsi pembangkit G(x), maka
tentukan (an) bila G(x) adalah fungsi pembangkit biasa dari (an).

Matematika Diskrit – Ade Mirza 8


Penyelesaian :
Sebelumnya, ingat kembali mengenai kombinasi yakni :
n n!
C(n.k) =
()
k = k!(n−k )!

Perhatikan bahwa :

(1 + x)n =
(n0 ) (n1 ) x (n2 ) x
+ +
2

+ ... +
(nn ) x n

Misalkan G(x) adalah fungsi pembangkit biasa (FPB) dari (an).


~
∑ an xn
Karena itu G(x) = n=0

Jadi G(x) adalah fungsi pembangkit biasa (FPB) dari barisan :

(n
( ) (n1 ) (n2 ) (nn ))
0 , , , ..., = (an)

Contoh 1.2.
Misalkan G(x) = ex.
Dengan memperhatikan ekspansi dari fungsi G(x) tersebut diperoleh :
1 2 1 3
x x
G(x) = e = 1 + x + 2!
x
+ 3! + ...
1 1
Jadi G(x) merupakan fungsi pembangkit biasa (FPB) dari barisan : (1, 1, 2! , 3! ,
...). Selain itu dapat juga dikatakan bahwa G(x) adalah fungsi pembangkit
eksponensial (FPE) dari barisan : (1, 1, 1, ...).

Perlu diketahui bahwa fungsi pembangkit biasa (FPB) ini digunakan untuk
memecahkan permasalahan mengenai kombinasi (penyeleksian). Pada kombinasi,
urutan tidak diperhatikan (diabaikan). Sedangkan fungsi pembangkit eksponensial
(FPE) digunakan untuk memecahkan permasalahan mengenai permutasi, di mana
urutannya diperhatikan.

Matematika Diskrit – Ade Mirza 9


Pembicaraan mengenai fungsi pembangkit ini, penekanannya terletak pada koefisien
fungsinya.

Contoh 1.3.
Carilah fungsi pembangkit biasa (FPB) dari barisan-barisan berikut :
1 1
a) (0, 0, 2! , 3! , ...)
b) (0, 2, 4, 6, ...)

Penyelesaian :
a) Misalkan G(x) adalah FPB, maka
G(x) = a0 + a1x + a2x2 + a3x3 + ...
1 2 1 3
x x
= (1 + x + 2! + 3! + ...) – 1 – x
Dengan memperhatikan ekspansi (1.1.1), maka diperoleh G(x) = ex – x – 1.
Jadi, fungsi pembangkit biasa dari barisan pada soal (a) adalah G(x) = ex – x – 1.

b) Misalkan G(x) adalah FPB, maka


G(x) = a0 + a1x + a2x2 + a3x3 + ...
= 2x + 4x2 + 6x3 + ...
2
1
=
2x
1−x ( ) , (ekspansi 1.1.5)
2x
2
Jadi fungsi pembangkit biasa dari barisan pada soal (b) adalah G(x) = (1−x )

1.2.3. Operasi Pada Fungsi Pembangkit


Perlu diingat terlebih dahulu bahwa jika ada barisan konstan b, yaitu (b, b, b, b, ....)
maka barisan tersebut dapat ditulis sebagai (an), an = b. Misalnya untuk barisan
konstan 1, maka dapat ditulis sebagai (an), an = 1 atau (an) = (1, 1, 1, 1, ....).
Pada operasi fungsi pembangkit, menurut sudut pandang kombinatorik, yang paling
menarik adalah operasi perkalian dari dua buah fungsi pembangkit. Sedangkan untuk

Matematika Diskrit – Ade Mirza 10


operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (-) prinsipnya sama dengan operasi yang
telah biasa (bersifat linier).
Misalkan A(x), B(x), dan C(x) adalah fungsi pembangkit biasa dari berturut-turut
barisan : (an), (bn) dan (cn), maka diperoleh hubungan (rumus 1, 2 & 3) sebagai
berikut :
~ ~ ~

(1) A(x) + B(x) =


(∑ ) (∑ )
n=0
an x n

+ n=0
bn x n

=
∑ ( an+ bn )x n
n=0

~ ~ ~

(2) A(x) – B(x) =


(∑ ) (∑ )
n=0
an x n
– n=0
bn xn
=
∑ ( an−b n) x n
n=0

Untuk operasi perkalian, jika A(x).B(x) = C(x), maka kita dapat memperoleh
hubungan antara an , bn dan cn, sebagai berikut.
Karena A(x), B(x), dan C(x) masing-masing adalah fungsi pembangkit biasa, maka
diperoleh :
~

A(x) =
(∑ )
n=0
an x n
= a0 + a1x + a2x2 + a3x3 + ...
~

B(x) =
(∑ )
n=0
bn xn
= b0 + b1x + b2x2 + b3x3 + ...
~

C(x) =
(∑ )
n=0
cn x n
= c0 + c1x + c2x2 + c3x3 + ...

Selanjutnya, bila kita kalikan A(x) dengan B(x) maka diperoleh :


A(x) . B(x) = a0 b0 + (a0 b1 + a1 b0)x + (a0 b2 + a1 b1 + a2 b0)x2 + ...
Sehingga diperoleh
c0 = a0 b0
c1 = (a0 b1 + a1 b0)
c2 = (a0 b2 + a1 b1 + a2 b0)
...........................
cn = (a0 bn + a1 bn-1 + a2 bn-2 + . . . + an b0)

Jika ditulis dalam bentuk sigma, maka diperoleh :

Matematika Diskrit – Ade Mirza 11


n
c n=∑ ak bn− k −−−−−−−(¿)
k=0

Untuk barisan-barisan dari (an) , (bn) dan (cn), yang memenuhi (*) tersebut, maka (cn)
disebut konvolusi dari (an) dan (bn), dan ditulis dengan notasi (cn) = (an) * (bn). Jadi

n
( 3 ) A ( x ) . B ( x ) =∑ (∑
n=0 k=0
ak bn−k x n )
Contoh 1.4.
x5 + x 6
Carilah barisan dengan fungsi pembangkit biasa adalah G(x) =
1−x

Penyelesaian :
x5 + x 6 1
Diketahui G(x) =
1−x
5 6
, atau dapat ditulis G(x) = ( x + x )
1−x ( )
=A ( x ) . B( x ),

dengan A(x) merupakan FPB dari (an) dan B(x) merupakan FPB dari (bn). Karena itu,
kita dapatkan barisan-barisan sebagai berikut.
(an) = (0,0,0,0,0,1,1,0,0, …) dan (bn) = (1,1,1,1,1,1,1,1,1, …). Selanjutnya, misalkan
G(x) adalah FPB dari (cn). Dengan menggunakan konvolusi maka diperoleh :
n n n
c n=∑ ak bn− k =∑ a k .1=∑ ak , karena ( bn−k ) =1
k=0 k=0 k=0

Jadi, barisan dari G(x) adalah (cn) = (0,0,0,0,0,1,2,2,2, …)

Contoh 1.5.
Carilah barisan bilangan real (an) yang memenuhi

∑ ak bn−k =1, untuk setiap n ∈ Ν .


k=0

Penyelesaian :

Misalkan G ( x )=∑ a n x n
n=0

2
2
( )(
[ G(x) ] = ∑ an x = ∑ an x n ∑ an xn
n=0
n

n=0
)( n =0
)
Matematika Diskrit – Ade Mirza 12
Berdasarkan konvolusi, maka diperoleh
n
2
(
[ G(x) ] =∑ ∑ ak bn−k x n
n=0 k =0
)
n
Karena diketahui bahwa ∑ ak bn−k =1, untuk setiap n ∈ Ν . maka
k=0

diperoleh

2
[ G(x) ] =∑ 1. x n=∑ x n =1+ x+ x 2 + x 3+ …
n=0 n =0

1 −1
1 12
sehingga G(x) = ( 1+ x + x 2+ x 3 +… ) 2 = ( )
1−x
=( 1−x ) 2

Selanjutnya, dengan menggunakan rumus ekspansi binomial maka G(x) dapat


dibentuk sebagai berikut.
−1 −1 −1
G ( x ) =( 1+(−x ) ) 2 =∑
n=0 ( ) 2
n
(−x) n
=
n=0
n ( )
∑ 2 (−1)n x nDengan demikian diperoleh

barisan dari G(x) adalah (an), dengan

( −12 )(−32 )( −52 ) ⋯ ( 12 −n) , n>0


−1
a n=(−1 ) 2
n
n

( ) atau ( a n )=
{ (−1 )n

n!
1 , n=0

1.3. Rangkuman.
1) Notasi yang berbentuk (an) = (a0 , a1 , a2 , ... , an , ...) disebut barisan an.
2) Suatu barisan dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus, misalnya
barisan an , dengan rumus n+1, dapat ditulis sebagai (an) , an = n+1. Khusus
untuk barisan konstan, misalnya barisan konstan b, yakni (bn) = (b, b, b, …)
dapat ditulis sebagai (bn), bn = b.
3) Suatu deret yang berbentuk fungsi disebut deret kuasa. Secara formal, deret
kuasa dapat dinyatakan dengan ekspresi yang berbentuk a0+ a1x + a2x2 +…
dengan ai adalah koefisien suku-suku polinom.

Matematika Diskrit – Ade Mirza 13


4) Suatu fungsi f(x) dapat diekspansi menggunakan deret Taylor pada x = 0 atau
menggunakan ekspansi MacLaurin pada f(x) dengan formula sebagai berikut:

1
∑ n ! f (n )(0 )x n
f(x) = n=0 , n = 0, 1, 2, 3, ....
1 '' 1
f ( 0)+ f ' ( 0 ) x + f ( 0 ) x2 + f ( 3)( 0 ) x3 +.. .
= 2! 3!
dengan (n) menunjukkan turunan ke-n dari suatu fungsi f.
5) Beberapa ekspansi penting yang sering digunakan dalam menyelesaikan
permasalahan yang menyangkut fungsi pembangkit adalah sebagai berikut.

1
∑ n ! xn |x|
(1) ex= n=0 , <~
1 2 1 3
1+x+ x + x +.. .
= 2! 3!

(−1)
∑ (2 n+1)! x 2 n+1 |x|
(2) Sin x = n=0 , <~
1 3 1 5
1−x + x + x −.. .
= 3! 5!
∞ n+1
(−1)
∑ n xn
(3) ln (1 + x ) = n=1 , |x| <1
1 1
x− x 2 + x 3−.. .
= 2 3

1
= ∑ xn
(4) ( 1−x ) n=0 , |x| <1
2 3
= 1+ x+ x + x +.. .
∞ 2
1
(5)
( ) 1−x
=∑ n x n−1
n=1 , |x| <1
2 3
= 1+2 x +3 x + 4 x +. ..

(6) Teorema Binomial.


Untuk suatu bilangan real u, dan k bilangan bulat non negatif, maka

Matematika Diskrit – Ade Mirza 14


~
∑ (uk ) x k |x|
( 1 + x )u = k =o , <1
u( u−1) (u−2) . . . ( u−k +1)

() {
,k > 0
u k !
= 1 ,k =0
dengan k

Ekspansi dari fungsi lain yang sejenis dengan (1) sampai dengan (6), dapat
diperoleh dengan memperhatikan pola atau analogi dari bentuk dasar fungsi
pada variabelnya (x).

6) Fungsi G(x) = a0 I0 (x) + a1 I1 (x) + ... + an In (x) + ... disebut fungsi


pembangkit dari barisan (a0 , a1 , a2 , ...) dengan barisan fungsi indikatornya
adalah : ( I0 (x) , I1(x) , I2 (x) , ...)

7) Fungsi G(x) =
(∑ a x )
n=0
n
n
2
= a0 +a1 x +a 2 x + a3 x +. . .
3
dengan n adalah
bilangan bulat non-negatif, dan a adalah suatu konstanta, disebut fungsi
pembangkit biasa dari ( an ).

xn x x
2
x
3 n
∑ bn n!
a0 +a1 x +a 2 +a3 +.. .+an +. ..
8) Fungsi G(x) = n=0 = 2! 3! n!
disebut fungsi pembangkit eksponensial dari (bn).
9) Jika A(x), B(x) dan C(x) adalah fungsi pembangkit biasa dari masing-masing
barisan : (an) , (bn) , dan (cn), maka
∞ ∞ ∞

(1) A(x) + B(x) =


( ) ( )
∑ an x
n=0
n

+
∑ bn x
n=0
n

=
∑ ( an+bn )x n
n=0
∞ ∞ ∞

(2) A(x) – B(x) =


(∑ a x ) (∑ b x )
n=0
n
n

– n=0
n
n

=
∑ ( an−b n) xn
n=0
∞ n n
∑(∑ ) a k bn−k x n=C ( x ) ∑ a k b n−k
(3) A(x) .B(x) = n=0 k =0 , dengan cn = k =0

(*) Untuk (an), (bn) dan (cn), yang memenuhi (*) tersebut, maka (cn)
disebut konvolusi dari (an) dan (bn) , dan ditulis dengan notasi :
(cn) = (an) * (bn).

Matematika Diskrit – Ade Mirza 15


1.4. Latihan

Kerjakan dan diskusikanlah soal-soal latihan berikut.


1. Tentukan ekspansi dari fungsi f(x) = e -2x
2. Tentukan fungsi pembangkit dari barisan berikut :
a. (2 , 2 , 2 , ...) b. ( 20 , 21 , 22 , ...)
3. Tulislah fungsi pembangkit biasa (FPB) dari barisan-barisan berikut, dan
sederhanakan jika mungkin.
2 2
( 2,0 , ,0 , , .. . )
a. ( 0, 0, 0, 1, 1, 1, 1, 1, ...) e. 3 5
b. (0, 1, 0, 1, 0, 1, ...) f. (an) , an = 2(n + 3)

c.( 31! + 41! + 51! + 61! +⋯ ) g. (an) , an = n2

1 1 1
d. ( 1 ,−1 , , , , ⋯ ) h. (an) , an = n23n
2! 3! 4!
4. Tentukan fungsi pembangkit eksponensial (FPE) dari barisan-barisan
berikut.
a. (3, 3, 3, 3, ...) b. (0, 1, 0, 1, 0, 1, ...) c. (an) , an = 3n
d. (an) , an = (– 1)n e. (an) , an = n + 5 f. (br) , br = r!
5. Jika P(x) adalah fungsi pembangkit biasa dari (an). Tentukan (an).
1
a. P(x) = 1 + (1−x) b. P(x) = e-x + 2x

c. P(x) = x5
( 1+81 x ) d. P(x) =
( 1−x3 ) ( 1−x5 )
6. Berikut adalah fungsi pembangkit eksponensial dari (an). Tentukan (an).
a. P(x) = 5 + 5x + 5x2 + 5x3 + ...
b. P(x) = (1 + x2)n c. P(x) = ex + e4x
7. Misalkan g(x) adalah fungsi pembangkit dari (an), dan h(x) adalah fungsi
pembangkit dari (bn).

g ( x)
a. (1−x) adalah fungsi pembangkit dari
a0 +a1 +.. .+an

Matematika Diskrit – Ade Mirza 16


b. C1 g(x) + C2 h(x) adalah fungsi pembangkit dari C1an + C2bn, dengan C1
dan C2 adalah bilangan tetap.

c. (1 – x ) g(x) adalah fungsi pembangkit dari an – an-1

d. x g’(x) adalah fungsi pembangkit dari nan , dengan g’(x) adalah turunan
dari g(x).

e. h(x) g(x) adalah fungsi pembangkit dari a0bn + a1 bn-1 + ...+ an b0

8. Tentukan koefisien dari bentuk produk yang diberikan berikut.

a. x12 dalam (x3 + x4 + ...)3

b. x24 dalam (x3 + x4 + ...+ x12)4

c. x10 dalam (x3 + x4 + ...)3 (x + x2 + ... + x5) (1 – x5)3

9. Tentukan koefisien dari x5 dalam (1 + x + x2 + ...)2


10. Carilah fungsi pembangkit biasa dari barisan-barisan berikut :

a. (an) , an = n + 2 b. (an) , an = 2 n + 3

n+1
c. (an) , an = n(n + 1) d. (an) , an = n!

1 1 1 1 1
( + + + +...+ )
e. (an) , an = 0 ! 1! 2 ! 3 ! n!

11. Carilah ak jika fungsi pembangkit eksponensial dari (ak) adalah G(x) = ex (1+x)8
x(1+x)
12. Carilah an yang FPB-nya adalah G(x) = (1−x)
13. Misalkan P(x) adalah fungsi pembangkit biasa dari (an). Carilah (an) apabila :

1 4x
+
a. P(x) = 2x + e-x b. P(x) = (1−3 x) (1−x )

Selamat Mencoba !!!

Matematika Diskrit – Ade Mirza 17

Anda mungkin juga menyukai