Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU


Asmawati, Happy Fitria, Nurkhalis
Universitas PGRI Palembang
SMPN 1 Lubai
e-mail: palembangkota268@gmail.com

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh motivasi kerja
terhadap kinerja guru, (2) pengaruh kepemimpinan situasional kepala sekolah terhadap
kinerja guru, dan (3) pengaruh motivasi kerja dan kepemimpinan situasional kepala
sekolah terhadap kinerja guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi
korelasioanal dengan populasi pada SMP Negeri di Kecamatan Lubai Kabupaten Muara
Enim sebanya 83 orang, dan sampel diambil secara keseluruhan sebanyak 83 orang..
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Ada pengaruh positif yang siqnifikan antara
motivasi kerja dengan kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Lubai Kabupaten Muara
Enim (2) motivasi kerja berpengaruh secara positif terhadap kinerja guru dengan
kontribusi sebesar 52.4%, (3) kepemimpinan situasional kepala sekolah dan motivasi
kerja secara bersama sama berpengaruh secara positif terhadap kinerja guru dengan
kontribusi sebesar 43,1 %, dan selebihnya kinerja guru ditentukan oleh faktor-faktor lain
diluar penelitian..

Kata kunci: Motivasi Kerja, Kepemimpinan Situasional, Kinerja Guru

THE INFLUENCE OF WORK MOTIVATION AND SITUATIONAL LEADERSHIP OF


SCHOOL HEADS ON THE PERFORMANCE OF TEACHERS OF STATE JUNIOR
HIGH SCHOOL IN LUBAI SUB-DISTRICT, MUARA ENIM DISTRICT

Asmawati
Happy Fitria and Nurkhalis
PGRI Palembang University

ABSTRACT. The purpose of this study was to determine: (1) the effect of work motivation
on teacher performance, (2) the influence of the principal's situational leadership on
teacher performance, and (3) the effect of work motivation and situational leadership of
school principals on teacher performance. This study used a correlation study approach
with a population of 83 people at State Junior High Schools in Lubai District, Muara Enim
Regency, and a total sample of 83 people was taken. The results showed that: (1) There
is a significant positive effect between work motivation and teacher performance. Public
Junior High School in Lubai District, Muara Enim Regency (2) work motivation has a
positive effect on teacher performance with a contribution of 52.4%, (3) the principal's
situational leadership and work motivation together have a positive effect on teacher
performance with a contribution of 43.1 %, and the rest of the teacher's performance is
determined by other factors outside the research.
Keywords: Work Motivation, Situational Leadership, Teacher Performance

iii
I. PENDAHULUAN Namun demikian, berbagai indikator mutu
Tujuan utama pendidikan pendidikan belum menunjukkan
mengarah kepada pengembangan dan peningkatan yang berarti. Sebagian
pemberdayaan potensi manusia (Nata, sekolah, terutama di kota- kota,
2001:13) sehingga dapat menjadi menunjukkan peningkatan mutu
manusia yang berperadaban, menjaga pendidikan yang cukup menggembirakan,
solidaritas, tulus dalam bekerja sebaliknya sebagian yang lainnya masih
kemanusian. Oleh karena itu, pendidikan memprihatinkan
perlu ditata dengan baik, agar dapat Berdasarkan kenyataan ini,
berjalan efektif dan efisien untuk berbagai pihak mempertanyakan apa
mencapai tujuan Undang-undang Dasar yang salah dalam penyelenggaraan
1945 mengamanatkan upaya untuk pendidikan kita. Dari berbagai
mencerdaskan bangsa kehidupan bangsa pengamatan dan analisis, sedikitnya ada
serta agar pemerintah mengusahakan tiga faktor yang menyebabkan mutu
dan menyelenggarakan satu system pendidikan tidak mengalami peningkatan
pengajaran nasional yang diatur dalam yang tidak merata.
pembukaan undang-undang dasar 1945. Mutu pendidikan di tingkat satuan
Perjuangan Nasional Bangsa Indonesia pendidikan dapat ditunjukkan dengan
dalam dunia pendidikan adalah upaya adanya fenomena sekolah-sekolah yang
untuk mencerdaskan bangsa Indonesia memiliki keunggulan dan kompetitif. Salah
dan meningkatkan kualitas manusia satu indikasi sekolah yang memiliki
Indonesia untuk mewujudkan masyarakat keunggulan dan kompetitif adalah adanya
yang adil dan makmur berdasarkan tampilan sikap dan perilaku para
Pancasila dan Undang-undang Dasar siswanya sesuai dengan norma yang
Republik Indonesia yang memungkinkan berlaku dan adanya peningkatan prestasi
warganya menjadi warga Indonesia yang belajar siswa yang salah satunya dapat
seutuhnya. dilihat dari persentase kelulusan di atas
Melalui pendidikan seseorang standar nasional.
dipersiapkan untuk memiliki bekal agar Peningkatan mutu pendidikan
siap tahu, mengenal dan merupakan sasaran pembangunan di
mengembangkan metode berpikir secara bidang pendidikan nasional dan
sitimatik supaya dapat memecahkan merupakan bagian integral dari upaya
suatu masalah. Upaya mencapai tujuan peningkatan kualitas manusia Indonesia
pendidikan di sekolah peranan sumber secara menyeluruh. Pemerintah dalam
daya manusia sangatlah diperlukan, hal ini Mentri Pendidikan Nasional telah
maka hadirnya guru yang memiliki kinerja mencanangkan Gerakan Peningkatan
tinggi sangat dibutuhkan, agar proses Mutu Pendidikan sesuai dengan yang
pengajaran dapat mencapai sesuai amanatkan dalam UU No.20 Tahun 2003
dengan tujuan yang diharapkan. tenatng Sistem Pendidikan Nasional
Salah satu permasalahan bahwa pendidikan nasional berfungsi
pendidikan yang dihadapi oleh bangsa mengembangkan kemampuan dan
Indonesia adalah rendahnya mutu membentuk watak serta peradaban suatu
pendidikan pada setiap jenjang dan bangsa yang bermartabat dalam rangka
satuan pendidikan, khususnya pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa
dasar dan menengah. Berbagai usaha bertujuan untuk mengembangkan potensi
telah dilakukan untuk meningkatkan mutu peserta didik agar menjadi manusia yang
pendidikan nasional, misalnya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
pengembangan kurikulum nasional dan YME , berakhlak mulia, sehat, berilmu,
lokal, peningkatan kompetensi guru cakap, kreatif , mandiri dan menjadi
melalui pelatihan, pengadaan buku dan warga negara yang demokratis dan
alat pelajaran, pengadaan dan berbaikan bertanggung jawab.
sarana dan prasarana pendidikan , dan Menurut UU no. 14 tahun 2005
meningkatkan manajemen sekolah. tentang guru dan dosen guru “adalah

iii
pendidik profesional dengan tugas utama dan sangat strategi dalam sistem
mendidik, mengajar, membimbing, pendidikan. Guru merupakan faktor yang
mengarahkan, melatih, menilai, dan dominan dalam kaitanya dengan
mengevaluasi peserta didik peningkatan kualitas pendidikan, karena
pada pendidikananak usia dini guru merupakan bagian yang tidak
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, terpisahkan dari sistem pendidikan secara
dan pendidikanmenengah.”Guru memiliki keseluruhan yang terlibat langsung dalam
peran yang dominan dalam usaha proses belajar mengajar, gurulah yang
pencapaian keberhasilan tujuan berperan langsung dalam mengajar dan
pendidikan,karena guru adalah bagian mendidik. Begitu pentingnya komponen
yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem guru yang sangat menentukan terhadap
pendidikan dan terlibat langsung dalam terselenggaranya pendidikan yang
proses pembelajaran, mengingat begitu bermutu, hanya dengan guru-guru yang
pentingnya guru dalam proses kompeten, profesional dan memiliki
pembelajaranmaka wajar apabila kepribadian yang baik maka kegiatan
fenomena tentang rendahnya kualitas belajar mengajar dapat berlangsung
pendidikan akan menunjuk guru sebagai dengan lancar dan berkualitas. Mengingat
penyebabnya. seorang tenaga pendidik begitu pentingnya posisi guru dalam
profesional yang mendidik, mengajarkan proses belajar mengajar, maka sangatlah
suatu ilmu, membimbing, melatih, wajar apabila fenomena tentang
memberikan penilaian, serta melakukan rendahnya kualitas pendidikan akan
evaluasi kepada peserta didik. Guru menunjuk guru sebagai tumpuan
adalah tenaga pendidik profesional yang kesalahan atau diduga guru sebagai
memiliki tugas utama untuk mendidik, penyebabnya.
mengajar, membimbing, mengarahkan, Dari uraian di atas dapat dipahami
melatih, menilai dan mengevaluasi bahwa efektivitas kinerja guru merupakan
peserta didik pada pendidikan anak usia kunci yang harus digarap. Kinerja guru
dini melalui jalur formal pendidikan dasar dimaksud adalah hasil kerja guru yang
dan pendidikan menengah. terefleksi dalam dalam mendisain
Salah satu permasalahan program pengajaran atau menyusun
pendidikan yang dihadapi oleh perencanaan pengajaran, pelaksanaan
bangsaIndonesia adalah rendahnya mutu pengajaran, hubungan antar pribadi, dan
pendidikan pada setiap jenjang dan dalam mengevaluasi hasil belajar.
satuan pendidikan, khususnya pendidikan Sedangkan kualitas kinerja guru dapat
dasar dan menengah. Berbagai usaha ditinjau dari segi proses dan segi hasil.
telah dilakukan untuk meningkatkan mutu Dari segi proses guru dikatakan berhasil
pendidikan nasional, misalnya apabila mampu melibatkan sebagian
pengembangan kurikulum nasional dan besar peserta didik secara aktif, baik fisik,
lokal, peningkatan kompetensi guru mental, maupun sosial dalam proses
melalui pelatihan, pengadaan buku dan pembelajaran. Disamping itu dapat dilihat
alat pelajaran, pengadaan dan berbaikan juga dari gaerah dan semangat
sarana dan prasarana pendidikan , dan mengajarnya serta adanya percaya diri.
meningkatkan manajemen sekolah. Dari segi hasil, guru dikatakan berhasil
Namun demikian, berbagai indikator mutu apabila pembelajaran yang diberikannya
pendidikan belum menunjukkan mampu mengubah perilaku sebagian
peningkatan yang berarti. Sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan
sekolah, terutama di kota- kota, kompetensi dasar yang lebih baik.
menunjukkan peningkatan mutu Berdasarkan kenyataan ini,
pendidikan yang cukup menggembirakan, berbagai pihak mempertanyakan apa
sebaliknya sebagian yang lainnya masih yang salah dalam penyelenggaraan
memprihatinkan. pendidikan kita. Dari berbagai
Guru merupakan salah satu pengamatan dan analisis, sedikitnya ada
komponen yang menempati posisi sentral tiga faktor yang menyebabkan mutu

iii
pendidikan tidak mengalami peningkatan fungsi guru dalam proses pembelajaran
yang tidak merata. masih mendominasi dan memiliki peran
Mutu pendidikan di tingkat satuan yang strategis, sehingga keberhasilan
pendidikan dapat ditunjukkan dengan tujuan pendidikan sangat bergantung
adanya fenomena sekolah-sekolah yang pada kontribusi kinerja guru
memiliki keunggulan dan kompetitif. Salah Pengembangan kualitas kinerja
satu indikasi sekolah yang memiliki guru merupakan suatu proses yang
keunggulan dan kompetitif adalah adanya kompleks dan melibatkan berbagai faktor
tampilan sikap dan perilaku para yang saling terkait. Oleh karena itu, dalam
siswanya sesuai dengan norma yang pelaksanaanya tidak hanya menuntut
berlaku dan adanya peningkatan prestasi keterampilan teknis dari para ahli
belajar siswa yang salah satunya dapat terhadap pengembangan kompetensi
dilihat dari persentase kelulusan di atas guru, tetapi harus pula dipahami berbagai
standar nasional. Berkaitan dengan hal faktor yang mempengaruhinya.
tersebut di atas, secara umum jalur Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan
pendidikan formal. berbagai program untuk meningkatkan
Banyak faktor yang turut kualitas kinerja guru dalam
mempengaruhi rendahnya kualitas mengembangkan aspek-aspek
pendidikan. Apabila pendidikan dilihat pendidikan dan pembelajaran.
sebagai suatu sistem maka faktor yang Efektifitas kinerja guru merupakan
turut mempengaruhi kualitas pendidikan kunci yang harus digarap. Kinerja guru
tersebut, menurut Depdikbud,1997 dimaksud adalah hasil kerja guru yang
meliputi (1) masukan kasar berupa siswa, terefleksi dalam mendesain program
(2) wahana berupa kurikulum, guru, dana, pembelajaran atau menyusun
sarana dan prasarana, (3) faktor perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
lingkungan. Dalam proses pendidikan, di pembelajaran, hubungan antar pribadi,
dalamnya terdapat aktivitas guru dan dalam mengevaluasi hasil belajar.
mengajar, peran serta siswa dalam Sedangkan kualitas kinerja guru dapat
belajar, system pengelolaan administrasi, ditinjau dari segi proses dan segi hasil.
serta mekanisme kepemimpinan kepala Dari segi proses guru dikatakan berhasil
sekolah merupakan hal yang perlu apabila mampu melibatkan sebagian
dioptimalkan fungsinya agar kualitas besar peserta didik secara aktif, baik fisik,
pendidikan dapat ditingkatkan. mental, maupun sosial dalam proses
Keberhasilan di satuan pendidikan SMP pembelajaran. Hamalik, O. (2009:30).
dalam mengantar peserta didiknya tidak Disamping itu dapat dilihat juga dari
dapat lepas dari komponen yang terkait gairah dan semangat mengajarnya serta
dalamnya. Tingginya partisipasi adanya percaya diri. Dari segi hasil, guru
komponen–komponen pendidikan dikatakan berhasil apabila pembelajaran
menunjukkan tingginya pemahaman akan yang diberikannya mampu mengubah
pentingnya pendidikan demi kemajuan perilaku sebagianbesar peserta didik
bangsa, dan tingginya partisipasi kearah penguasaan kompetensi dasar
komponen–komponen pendidikan juga yang lebih baik. Pengembangan kualitas
sebagai faktor yang sangat menentukan kinerja guru merupakan suatu proses
bagi keberhasilan yang akan dicapai pada yang kompleks dan melibatkan berbagai
satuan pendidikan, dan pada gilirannya faktor yang saling terkait. Oleh karena itu,
akan menentukan mutu sekolah itu dalam pelaksanaannya tidak hanya
sendiri. Oleh karena itu, dalam rangka menuntut keterampilan teknis dari para
menuju pencapaian mutu pendidikan di ahli terhadap pengembangan kompetensi
SMP perlu adanya peningkatan kualitas guru, tetapi harus pula dipahami berbagai
maupun kuantitas komponen-komponen faktor mempengaruhinya. Sehubungan
yang terlibat dalam proses pendidikan, dengan itu, perlu dilakukan berbagai
utamanya SDM pendidikan, dalam hal ini program untuk meningkatkan kualitas
guru. Harus diakui bahwa peran dan kinerja guru dalam mengembangkan

iii
aspek-aspek pendidikan dan berbeda dalam situasi dan kondisi yang
pembelajaran. berbeda. Orang yang bekerja di suatu
Yukl, Gary. (2015:45), tempat dengan kondisi secara psikologis,
menyatakan bahwa kinerja pegawai sosial dan lingkungan fisik yang
adalah seorang pegawai yang memenuhi memungkinkan, maka orang itu
syarat kualitatif yang dituntut oleh cenderung akan menghasilkan kinerja
pekerjaannya, sehingga pekerjaan itu yang optimal. Sebaliknya apabila
benar-benar dapat diselesaikan. seseorang bekerja pada situasi dan
Tiffin dan Cornick (1998:211) bahwa kondisi yang lain, baik secara psikologis,
kinerja dapat diukur dengan melihat sosial dan lingkungan kerja yang tidak
faktor-faktor sebagai berikut: (a) hasil mendukung orang itu, maka cenderung
kerja, menujukkan hasil kerja yang melakukan pekerjaan yang tidak optimal.
dicapai baik dari segi kualitas dan tingkat Kinerja guru merupakan hal yang
kemauan dalam melaksanakan tugas; (b) sangat penting dalam penunjang mutu
kemandirian, menujukkan hal-hal yang pendidikan. King (1993:19) menyatakan
dapat diandalkan dari seorang pegawai; bahwa kinerja adalah aktivitas seseorang
dan (c) tingkat penyesuaian, dalam melaksanakan tugas pokok yang
menunjukkan tingkat penyesuaian dibebankan kepadanya.Mengacu dari
seseorang terhadap organisasi. pandangan ini, dapat diinterpretasikan
Kinerja guru memiliki karakteristik bahwa kinerja seseorang dihubungkan
tertentu yang membedakan dengan dengan tugas-tugas rutin yang
pekerjaan profesional yang lain, antara dikerjakannya. Sebagai seorang guru
lain: (1) Pekerjaan guru bersifat misalnya, tugas rutinnya adalah
individualistis non kolaboratif artinya melaksanakan proses belajar-mengajar di
dalan melaksanakan tugas sekolah. Hasil yang dicapai secara
pengajarannya memiliki tanggung jawab optimal dari tugas mengajar itu
secara individual, (2) Pekerjaan guru merupakan kinerja seorang guru.
dilakukan dalam ruang terisolir dan Berdasarkan pandangan ini dapat
menyerap seluruh waktu, (3) Pekerjaan ditegaskan bahwa kinerja merupakan
guru kemungkinan terjadinya kontak penjumlahan antara kemampuan dan
akademis antar guru rendah, (4) motivasi kerja yang dimiliki seseorang.
Pekerjaan guru jarang mendapat umpan Usaha untuk meningkatkan kinerja guru
balik, (5) Pekerjaan guru memerlukan bukanlah pekerjaan mudah karena kinerja
waktu untuk mendukung waktu kerja di guru dipengaruhi oleh banyak faktor
ruang kelas Zamroni (2003 : 77). diantaranya skill, lingkungan kerja dan
Pemahaman akan hakekat pekerjaan motivasi pimpinan, secara tegas kinerja
guru ini sangat penting sebagai landasan guru yang paling dominan disebabkan
dalam mengembangkan program oleh kesiapan mental seseorang untuk
pembinaan guru agar guru mendapatkan memacuh diri dan prestasi guna
umpan balik untuk meningkatkan kualitas memperoleh segala yang
kinerjanya. Faktor–faktor yang dapat diharapkanDalam kaitannya dengan
mempengaruhi kinerja guru menurut kinerja guru, kinerja mereka dapat
Bernandin & Russel (Gomes:1997) terefleksi dalam tugasnya sebagai
adalah kecenderungan seseorang yang seorang pengajar dan seorang pelaksana
mempunyai pengetahuan, keterampilan, administrator kegiatan mengajarnya. Atau
kecakapan, sikap dan tingkah laku yang dengan kata lain, kinerja guru dapat
baik akan menghasilkan kinerja yang terlihat pada kegiatan merencanakan,
optimal. Sebaliknya seseorang yang tidak melaksanakan, dan menilai proses
mempunyai pengetahuan, keterampilan, belajar-mengajar yang intensitasnya
kecakapan, sikap dan tingkah laku yang dilandasi oleh etos kerja dan disiplin
baik cenderung menghasilkan kinerja profesional guru.
yang rendah, disamping itu orang yang Dalam meningkatkan kinerja guru,
sama dapat menghasilkan kinerja yang tentunya ada berbagai macam faktor

iii
yang harus diperhatikan. Faktor-faktor konsep yang bersifat universal yang
tersebut yakni: kepemimpinan kepala merupakan efektifitas operasional suatu
sekolah, motivasi kerja, dan iklim kerja organisasi berdasrkan standard dan
tempat guru tersebut bekerja. kriteria yang telah ditetapkan
(Mangkunegara, 2004:67) memandang sebelumnya. Karena Organisasi
“kepemimpinan sebagai kemampuan dijalankan oleh manusia maka kinerja
seseorang atau pemimpin, untuk dapat dikatakan sebagai perilaku manusia
mempengaruhi perilaku orang lain dalam memainkan peran yang mereka
menurut keinginan-keinginannya dalam lakukan dalam organisasi untuk
suatu keadaan tertentu. Kepemimpinan memenuhi standar perilaku yang telah
adalah suatu pertumbuhan alami dari ditetapkan agar membuahkan tindakan
orang-orang yang berserikat untuk suatu dan hasil yang diinginkan (Winardi, 1992 :
tujuan dalam kelompok.” Kepemimpinan 44). Jadi kinerja merupakan suatu bentuk
adalah setiap tindakan yang dilakukan kegiatan yang dijalankan oleh setiap
oleh individu atau kelompok untuk individu dalam kaitannya untuk mencapai
mengkoordinasi dan memberi arah tujuan yang sudah direncanakan. Menurut
kepada individu atau kelompok lain yang Mangkunegoro (2000 : 66), pengertian
tergabung dalam wadah tertentu untuk kinerja berawal dari kata job performance
mencapai tujuan-tujuan yang telah atau actual performance. Ia menekankan
ditetapkan sebelumnya (Danim, 2005:53) bahwa kinerja adalah kerja secara
Berdasarkan pemaparan tentang kualitas dan kuantitas; yang dicapai oleh
kepemimpinan di atas, seorang kepala seorang pegawai dalam melaksanakan
sekolah hendaknya mampu memimpin tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
guru-guru ataupun seluruh warga sekolah yang diberikan kepadanya.
dengan baik.Sehingga guru-guru ataupun Pengertian Motivasi menurut
warga sekolah merasa nyaman dalam (Amin ,2011) motivasi adalah suatu
bekerja di sekolah.Selanjutnya, apabila keahlian dalam mengarahkan pegawai
seorang guru memiliki motivasi kerja yang dan organisasi agar mau bekerja secara
baik, tentunya mereka akan bekerja berhasil, sehingga tercapai keinginan
dengan sungguh-sungguh dan para pegawai sekaligus (AMIN, 2011)
bersemangat. Hal ini tentunya akan Sedangkan Meokijat menyatakan
berdampak positif terhadap peningkatkan bahwa motivasi adalah suatu daya
kinerja seorang guru. Sehingga dalam hal pendorong atau perangsang untuk
ini kepala sekolah maupun guru itu sendiri melakukan sesuatu. Menurut Harold
harus mampu untuk memotivasi dirinya Koontz : Motivation refers to the drive and
untuk bekerja dengan baik. effort to satisfy a want or goal. (Motivasi
Dari uraian diatas dalam rangka menunjukan dorongan dan usaha untuk
ikut berpartisipasi meningkatkan mutu memenuhi/memuaskan suatu kebutuhan
pendidikan diSMP Negeri, khususnya atau untuk mencapai suatu tujuan.
dalam rangka meningkatkan kinerjaguru Menurut Natawijaya (2006:46)
SMP Negeri di Kecamatan Lubai di menjelaskan bahwa “motivasi ialah suatu
Kabupaten Muara Enim melalui proses untuk menggiatkan motif-motif
peningkatan motivasi kerja guru dan menjadi perbuatan atau tingkah laku”.
kepemimpinan situasional kepala Berdasarkan pendapat di atas
sekolah, maka penulis tertarik untuk maka dapat dirumuskan bahwa motivasi
mengadakan penelitian mengenai sebagai keseluruhan daya penggerak di
“Pengaruh motivasi kerja dan dalam diri seseorang yang diusahakan
kepemimpinan situasional kepala sekolah untuk menimbulkan dan menjamin
terhadap kinerja guru di SMP Negeri kelangsungan kegiatan seseorang, serta
Kecamatan Lubai Kabupaten Muara memberikan arah sehingga tujuan yang
Enim” diinginkan dapat tercapai..
Dari pemahaman di atas dapat Rivai, Veithzal. (2004:45).
dijelaskan bahwa kinerja adalah suatu mengemukakan bahwa kepemimpinan

iii
adalah suatu proses di mana pimpinan
dilukiskan akan memberi perintah atau 2. METODE PENELITIAN
pengaruh, bimbingan atau proses Penelitian ini dilakukan pada SMP
mempengaruhi pekerjaan orang lain Negeri di Kecamatan Lubai pada tahun
dalam memilih dan mencapai tujuan yang pelajaran 2019 / 2020 , SMP Negeri di
telah ditetapkan. Menurut J.M. Pfiffner Kecamatan Lubai berjumlah 4 sekolah.
(1980) mengemukakan bahwa Penelitian ini dilaksanakan selama 4
kepemimpinan adalah seni bulan dari bulan Nopember 2019 sampai
mengkoordinasi dan memberi arah dengan Juli 2020.
kepada individu atau kelompok untuk Rancangan penelitian yang
mencapai tujuan yang diinginkan. digunakan untuk mengetahui regresi
Menurut D.E. Mc. Farland (1978) variable independent (X) dengan variable
mengemukakan bahwa kepemimpinan dependen (Y) dinamakan penelitian
adalah suatu proses di mana pimpinan regresi. Menurut Arikunto (1996:29)
dilukiskan akan memberi perintah atau apabila penelitian komparasi bertujuan
pengaruh, bimbingan atau proses mengetahui kesamaan dan perbedaan,
mempengaruhi pekerjaan orang lain maka penelitian regresi bertujuan untuk
dalam memilih dan mencapai tujuan yang menemukan ada tidaknya pengaruh, dan
telah ditetapkan. Menurut J.M. Pfiffner apabila ada berapa besarnya pengaruh
(1980) mengemukakan bahwa serta berarti tidaknya pengaruh. Adapun
kepemimpinan adalah seni rancangan penelitian yang dipergunakan
mengkoordinasi dan memberi arah dalam penelitian ini adalah menempatkan
kepada individu atau kelompok untuk motivasi kerja dan persepsi
mencapai tujuan yang diinginkan. kepemimpinan situasional.
Sedangkan menurut Oteng Sutisna Metode Penelitian yang peneliti
(1983) mengemukakan bahwa gunakan pada penelitian ini yaitu metode
kepemimpinan adalah kemampuan penelitian kuantitatif. Metode penelitian
mengambil inisiatif dalam situasi social kuantitatif merupakan studi yang
untuk menciptakan bentuk dan prosedur diposisikan sebagai bebas nilai (value
baru, merancang dan mengatur free). Dengan kata lain penelitian
perbuatan, dan dengan berbuat begitu kuantitatif sangat ketat menerapkan
membangkitkan kerja sama ke arah prinsip-prinsip objektifitas. Objektifitas itu
tercapainya tujuan. Dari uraian di atas diperoleh antara lain melalui penggunaan
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan insutrumen yang diuji validitas dan
merupakan perilaku yang digunakan oleh reliabilitasnya.
seseorang untuk mempengaruhi orang Kesumawati, dan Aridanu.
lain guna membangkitkan kerja sama ke (2018;56)Penelitian ini menggunakan
arah tercapainya tujuan. pendekatan kuantitatif dengan mengkaji
Sedangkan menurut Oteng fakta-fakta yang telah terjadi serta semua
Sutisna (1983) mengemukakan bahwa data dan informasi diwujudkan dalam
kepemimpinan adalah kemampuan bentuk angka,dengan analisis statistik
mengambil inisiatif dalam situasi social parametrik. Informasi yang menyangkut
untuk menciptakan bentuk dan prosedur variable dalam penelitian ini diperoleh dari
baru, merancang dan mengatur responden yang ditransper dalam bentuk
perbuatan, dan dengan berbuat begitu angka-angka kemudian dianalisis dengan
membangkitkan kerja sama ke arah program spss. Analisis yang digunakan
tercapainya tujuan. adalah regresi sederhana dan regresi
Dari uraian di atas dapat ganda. Variabel dalam penelitian ini terdiri
disimpulkan bahwa kepemimpinan dari dua variabel bebas ( variable
merupakan perilaku yang digunakan oleh independent) dan satu variabel terikat
seseorang untuk mempengaruhi orang (variable dependent). kepala sekolah
lain guna membangkitkan kerja sama ke sebagai variable bebas, sedangkan
arah tercapainya tujuan.

iii
kinerja guru dalam proses belajar orang lain belum tentu mampu
mengajar sebagai variabel terikat. melakukannya, kecintaan terhadap
Populasi dan sampel dalam pekerjaan itu, atau minat yang besar
penelitian ini adalah seluruh guru SMP terhadap tugas atau pekerjaan yang
Negeri di Kecamatan Lubai pada tahun dilakukannya selama ini. Oleh sebab itu,
pelajaran 2019 /2020 sebanyak 83 motivasi kerja tidak hanya berwujud
orang, dari 4 SMP Negeri. kepentingan ekonomis saja, tetapi bias
Jumlah juga berbentuk kebutuhan psikis untuk
No Nama Sekolah
Guru lebih melakukan pekerjaan secara aktif.
1 SMP NEGERI 1 LUBAI 28 Sehingga perlunya dukungan dari dalam
diri guru sendiri ataupun orang lain agar
2 SMP NEGERI 2 LUBAI 19 dapat meningkatkan motivasi kerja
3 SMP NEGERI 3 LUBAI 18 mereka karena jika guru memiliki motivasi
yang baik dalam berkerja akan membuat
4 SMP NEGERI 4 LUBAI 18 hasil kerja mereka akan jauh lebih baik
Berdasarkan hasil uji hipotesis
Jumlah 83
yang dilakukan oleh peneliti bahwa
terdapat pengaruh positif dan signifikan
Teknik pengumpulan data antara motivasi kerja terhadap kinerja
merupakan suatu cara yang ditempuh guru di SMP Negeri se-Kecamatan Lubai.
dalam menjaring data yang diperlukan Hal ini dibuktikan dari nilai hasil pengujian
dalam mengambil suatu kesimpulan hipotesis diperoleh pula nilai probabilitas
penelitian. Relevansinya dengan (0,000) lebih kecil dari nilai ƒt (0,05),
pernyataan di atas, Kesumawati (2018 : selain itu, untuk nilai thitung sebesar
77) mengemukakan bahwa, “teknik 7,167 dengan t (0,05) (1,291) Dengan
pengumpulan data adalah cara yang demikian nilai thitung (7,167) lebih besar
ditempuh dan alat-alat yang digunakan dari nilai tTabel (1,291) sehingga dapat
peneliti di dalam mengumpulkan disimpulkan bahwa Ha diterima. Artinya,
datanya”. Alat pengumpulan data dalam terdapat pengaruh motivasi kerja guru
penelitian ini menggunakan teknik tidak terhadap kinerja guru SMP Negeri di
langsung. Angket merupakan alat Kecamatan Lubai.
pengumpulan data dalam bentuk formulir Besarnya pengaruh motivasi kerja
yang dan disebarkan untuk menjaring terhadap kinerja guru SMP Negeri di
informasi-informasi mengenai sesuatu Kecamatan Lubai sebesar 52,4% sisanya
yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan 47,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang
untuk dijawab oleh responden secara bukan menjadi variabel dalam penelitian
terperinci. ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dapat disimpulkan bahwa semakin baik
motivasi kerja guru, maka semakin baik
Pengaruh Motivasi Kerja terhadap kinerja guru di SMP Negeri se-Kecamatan
Kinerja Guru SMP Negeri diKecamatan Lubai, dan sebaliknya semakin rendahnya
Lubai motivasi kerja guru, maka semakin
Motivasi kerja merupakan suatu kurang baik kinerja guru di SMP Negeri
keinginan (desire) dan kemauan se-Kecamatan Lubai.
(willingnees) seseorang dalam bertindak,
mengambil keputusan, dan menggunakan Pengaruh Kepemimpinan Situasional
seluruh kemampuan psikis, sosial, dan terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri
kekuatan fisiknya dalam rangka mencapai se-Kecamatan Lubai
tujuan tertentu. Motivasi instrinsik tersebut Kepemimpinan situasional
antara lain kebanggaan akan dirinya merupakan pengembangan dari model
dapat melakukan sesuatu pekerjaan yang kepemimpinan tiga dimensi, yang

iii
didasarkan pada hubungan antara tiga Berdasarkan hasil penelitian hasil
faktor, yaitu perilaku tugas (task penelitian menunjukkan bahwa terdapat
behavior), perilaku hubungan hubungan positif dan signifikan antara
(relationship behavior), dan kematangan motivasi kerja dan Kepemimpinan
(maturity). Perilaku tugas merupakan Situasional terdapat kinerja guru SMP
pemberian petunjuk oleh pimpinan Negeri di Kecamatan Lubai, hal ini
terhadap anak buah meliputi penjelasan dibuktikan dari nilai hasil pengujian
tertentu, apa yang harus dikerjakan, hipotesis diperoleh nilai probabilitas
bilamana, dan bagaimana (0,000) lebih kecil dari nilai α (0,05),
mengerjakannya, serta mengawasi selain itu, diketahui bahwa Fhitung =
mereka secara ketat. Perilaku hubungan 11,273 dan FTabel = 3,11 dimana Fhitung
merupakan ajakan yang disampaikan > FTabel yang berarti Ha diterima atau
oleh pemimpin melalui komunikasi dua dengan kata lain ada pengaruh motivasi
arah yang meliputi mendengar dan kerja dan Kepemimpinan situasional
melibatkan anak buah dalam secara bersama-sama terhadap kinerja
memecahkan masalah. Adapun guru
kematangan adalah kemampuan dan Besar pengaruh motivasi kerja
kemauan anak buah dalam dan Kepemimpinan situasional secara
mempertanggungjawabkan pelaksanaan bersama-sama terhadap kinerja guru
tugas yang dibebankan kepadanya. Dari SMP Negeri di Kecamatan Lubai, sebesar
tiga faktor tersebut, tingkat kematangan 43,1% sisanya 55,9% dipengaruhi oleh
anak buah merupakan factor yang paling faktor lainnya yang tidak termaksud
dominan. Oleh karena itu perlunya variable variabel pada penelitian ini
kepemimpinan situasional agar dapat
meningkatkan kinerja guru. 4. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Berdasarkan hasil uji hipotesis Simpulan
yang dilakukan oleh peneliti bahwa Berdasarkan hasil analisis data,
terdapat pengaruh positif dan signifikan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
antara motivasi kerja terhadap kinerja berikut:
guru di SMP Negeri se-Kecamatan Lubai. 1. Ada pengaruh motivasi kerja
Hal ini dibuktikan dari nilai hasil pengujian terhadap kinerja guru di SMP
hipotesis diperoleh pula nilai probabilitas Negeri se-Kecamatan Lubai.
(0,000) lebih kecil dari nilai ƒt (0,05), Besarnya pengaruh motivasi kerja
selain itu, untuk nilai thitung sebesar terhadap kinerja guru SMP Negeri
1,557 dengan t (0,05) (1,291) Dengan di Kecamatan Lubai sebesar
demikian nilai thitung (1,557) lebih besar 52,4% sisanya 47,6% dipengaruhi
dari nilai tTabel (1,292) sehingga dapat oleh faktor lain yang bukan
disimpulkan bahwa Ha diterima. Artinya, menjadi variabel dalam penelitian
terdapat pengaruh Kepemimpinan ini.
situasional terhadap kinerja guru SMP Pengaruh motivasi kerja terhadap
Negeri di Kecamatan Lubai. kinerja guru sebesar 52,4% , jadi
Besarnya pengaruh terlihat pengaruh motivasi kerja
Kepemimpinan situasional terhadap paling besar diantara kedua
kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan variabel yang diteliti dan diikuti
Lubai sebesar 32,9% sisanya 67,1% dengan pengaruh kepemimpinan
dipengaruhi oleh faktor lain yang bukan situasional kepala sekolah. Hal ini
menjadi variabel dalam penelitian ini. dikarenakan motivasi kerja dapat
2. Ada pengaruh Kepemimpinan
Pengaruh Motivasi kerja dan Situasional terhadap kinerja guru
Kepemimpinan Situasional Secara di SMP Negeri se-Kecamatan
Bersama-Sama terhadap Kinerja Guru Lubai. Besarnya pengaruh
SMP Negeri di Kecamatan Lubai Kepemimpinan situasional

iii
terhadap kinerja guru SMP Negeri proses pembelajaran dalam kelas
di Kecamatan Lubai sebesar dan dapat mencapai tujuan yang
32,9% sisanya 67,1% dipengaruhi ingin dicapai.
oleh faktor lain yang bukan 3. Pengaruh Motivasi Kerja Dan
menjadi variabel dalam penelitian Kepemimpinan Situasional
ini. Terhadap Kinerja Guru
3. Ada pengaruh motivasi kerja dan 4. Motivasi kerja guru dan
Kepemimpinan situasional secara kepemimpinan situasional yang
bersama-sama terhadap kinerja baik dari kepala sekolah dapat
guru. Besar pengaruh motivasi mempengaruhi kinerja guru.
kerja dan Kepemimpinan Kinerja guru yang tinggi atau baik
situasional secara bersama-sama dapat mencapai tujuan
terhadap kinerja guru di SMP pembelajaran dan visi misi
Negeri se-Kecamatan Lubai, sekolah secara maksimal.
sebesar 43,1% sisanya 55,9% Saran
dipengaruhi oleh faktor lainnya Berdasarkan temuan dalam
yang tidak termaksud variable penelitian ini, maka ada beberapa saran
variabel pada penelitian ini. yang dapat dikemukakan sebagai
berikut :
Implikasi 1. Kepala ekolah diharapkan mampu
Berdasarkan hasil dalam mempunyai kepemimpinan
penelitian ini, maka berikut dapat dikaji situasional yang baik agar dapat
beberapa implikasi sebagai pendukung meningkatkan kinerja guru.
hasil penelitian sebagai berikut : 2. Bagi guru diharapkan untuk
1. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap meningkatkan motivasi kerja dari
Kinerja Guru dalam diri, agar dapat
Guru yang mempunyai kinerja memaaksimalkan kinerjanya di
yang tinggi akan mampu sekolah.
memaksimalkan proses 3. Motivasi kerja guru dan
pembelajaran yang dilakukan di kepemimpinan situasional kepala
kelas. Oleh sebab itu, guru harus sekolah perlu diperhatikan, karena
dapat memenuhi faktor pendukung kedua hal tersebut akan
meningkatnya kinerja guru, salah mempengaruhi kinerja guru dalam
satunya yaitu dengan motivasi pelaksanaan pembelajaran.
guru. Motivasi guru yang tinggi
akan mempengaruhi kinerja guru
dengan baik. Begitupun 5. DAFTAR PUSTAKA
sebaliknya, jika motivasi guru
rendah maka kinerjanya juga akan Adair, John. 1994. Menjadi Pimpinan
rendah. Efektif. Jakarta : PT. Gramedia.
2. Pengaruh Kepemimpinan
Situasional Terhadap Kinerja Guru
Sebagai seorang pemimpin, Arikunto, Suharsimi (1996).Prosedur
kepala sekolah harus dapat Penelitian Suatu Pendekatan
memiliki gaya kepemimpinan yang Praktek.Jakarta: PT. Rineka Cipta
baik bagi para guru, khususnya
dalam kemampuan mengatur dan Arikunto. Suharsimi. 2006. Prosedur
membuat situasi yang baik, karena Penelitian Suatu Pendekatan
kepemimpinan situasional yang Praktek. Jakarta; Rineka Cipta
dari kepala sekolah dapat
meningkatkan kinerja guru, Arikunto. Suharsimi. 2010. Prosedur
sehingga dapat memaksimalkan Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Edisi Revisi. Cetakan

iii
Ketigabelas. Jakarta:Rineka
Cipta Gujarati dan Porter. 1999. Dasar-Dasar
Ekonometrika. Jakarta : Salemba
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Empat
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT. Gujarati, Damodar. 1995. Dasar-Dasar
RinekaCipta. Ekonometrika.Jakarta: Erlangga.

Arikunto, Suharsimi. 1990. Prosedur


Penelitian Suatu Pendekatan Hamalik, O. (2009). Proses Belajar
Praktek. Bandung : Bumi Aksara Mengajar. Bandung: Bumi
Aksara.
Arwan. (2019). Pengaruh Kepribadian,
Kemampuan Manajerial, dan Kesumawati, Nila dan Ichwan Aridanu.
Budaya Organisasi terhadap 2018. Statistik Parametrik
Kinerja Pejabat. Palembang: Penelitian Pendidikan.
Anugrah Jaya. Palembang: Noer Fikri.

Barmawi, & Arifin, M. (2014). Kinerja King, Rice Jennifer. 2010. The Impact of
Guru Profesional. Yogyakarta: Teacher Experience Examining
Ar-Ruzz Media. the Evidence and Policy
Cornick, Mc. (1998).Manajemen Kinerja. Implications.National Center for
Bandung: Alfabeta. Analysis of Longitudinal Data in
Education Research.
Danim Sudarwan. 2004. Motivasi Washington, D.C. 20037
Kepemimpinan Dan Efektivitas
Kelompok. Jakarta : Rineka Malayu, Hasibuan SP 2016, Organisasi
Cipta. dan Motivasi Jakarta: Bumi
Aksara,
Departemen Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Maslow Luthans , Fred.1985. Perilaku
Tahun 2005 Organisasi. Yogyakarta: Andi..

Dwi. Prayitno. 2002. Teknik Mudah dan Mangkunegara, Anwar


Cepat Melakukan Analisis Data Prabu.2004.Manajemen Sumber
Penelitian dengan SPSS dan Daya Manusia Perusahaan
Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Bandung: PT. Remaja
Yogyakarta: Gaya Media. Rosdakarya,

Faisal, S. 1982. Format-format Penelitian Miftah Thoha, 1995. Kepemimpinan


Sosial. Jakarta : PT Raja Dalam Manajemen, CV.
Grafindo Persada Rajawali, Jakarta
.
Ghozali. Imam. 2001. Aplikasi Analisis Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah
Multivariate Dengan Program Profesional. Bandung : PT
IBM SPSS. Yogyakarta : Remaja Rosdakarya
Universitas Diponegoro
Gunjarati. Mulyasa. B. 2005. Kurikulum berbasis
kompetensi konsep karakteristik,
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis dan implementasi. Bandung : PT.
Multivariate dengan SPSS. Remaja Rosdakarya.
Semarang:
Badan Penerbit UNDIP.

iii
Mulyasa. (2002) Standar Kompetensi Sardiman, 2000. Interaksi dan Motivasi
dan Sertifikasi Guru. Belajar Mengajar. Jakarta :
Bandung:Remaja Rosda Karya. Grafindo Persada.

Miftah, Thoha. 2006. Kepemimpinan Santoso, Singgih. 1998. Statistik dengan


dalam Manajemen, Jakarta: PT SPSS. Jakarta : Elex media
Raja Grapindo. Komputindo.
Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Simamora .2006. Manajemen Sumber
Proses Belajar Mengajar. Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Bandung:Remaja Rosdakarya aksara.
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Slameto. 1995. Proses Belajar Mengajar
Proses Belajar dan Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester.
Jakarta: Bumi Aksara, 2003 Jakarta:
Nata, Abuddin. 2001.Paradigma Sugiyono.(2010). Metode Penelitian
Pendidikan Islam, Jakarta: Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
Gramedia, Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta.
Natawijaya, Rohman. 2006. Psikolog
Pendidikan. Jakarta: RinekaCipta. Suparno. (2007). Pengaruh Motivasi
Pedoman Penulisan Tesis 2019, program Kerja Dan Kepemimpinan
pasca sarjana universitas PGRI Situasional Kepala Sekolah
Palembang, Palembang: tim Terhadap Kinerja Guru SMP
penyusun pedoman penulisan Negeri Di Kecamatan Pemalang
tesis Kabupaten Pemalang.

Peraturan Pemerintah (PP) Pemerintah Suprihatiningrum, Jamil. 2012. Guru


Pusat Nomor 19 Tahun 2005 Profesional Pedoman Kinerja,
Peraturan Pemerintah (PP) Kualifikasi,
tentang Standar Nasional Dan Kompetensi Guru.
Pendidikan Ditetapkan Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
Tanggal16 Mei 2005 Bumi Aksara.
Diundangkan Tanggal 16
Mei 2005 diakses dari Sutisna, Atingtedja. 1983. Buku
https://peraturan.bpk.go.id/Home Pegangan Pemasaran. Bandung:
/Details/49369/pp-no-19-tahun- Sinar Baru.
2005 . pada 20/01/2020 Pukul
15.00.wib Susanto Hari, (2012) Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kinerja
Guru Sekolah Menengah dan
Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Kejuruan ,
Perilaku Organisasi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada. Triguno. (2004). Budaya Kerja:
Menciptakan Lingkungan yang
Robbins, A. 2010. Efektivitas Organisasi Kondusif untuk Meningkatkan
Seri Manajemen. Jakarta: Produktivitas Kerja. Jakarta: PT
Erlangga. Golden Terayon.

Uno Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan


Pengukuranya. Jakarta. PT.
Bumi Aksara.

iii
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan
Nasional,Pasal 8

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen

Utami Munandar, Pengembangan


Krativitas Anak Berbakat.
(Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2003) h. 1

UU No. 14 tahun 2005 Tentang Guru Dan


Dosen

UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional

Uzer Usman Moh. 2006. Menjadi Guru


Profesional. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Wibowo (2014) dengan judul “Motivasi
Berprestasi Dalam Kaitannya
Dengan
Kinerja Guru”

Wijaya, Cece & Tabrani Rusyan.1994.


Kemampuan Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja rosdakarya

Yukl, Gary. 2015. Kepemimpinan


dalam Organisasi. Edisi Ketujuh.
Jakarta:
Indeks Anoraga, Panji.1992.
Psikologi Kerja, Jakarta: Rineka
Cipta.

iii

Anda mungkin juga menyukai