NO BP : 21221012021 MATA KULIAH : METODE ANALISA PRODUK HALAL DOSEN PENGAMPU : Dr. Apt. Rustini, M.Si
TITIK KRITIS HALAL PADA PRODUK MIE INSTAN
1. Bahan baku yang digunakan a. Tepung terigu Tepung terigu yang berasal dari gandum sebenarnya halal untuk dikonsumsi, tetapi karena tepung ini harus difortifikasi(diperkaya) dengan vitamin dalam pembuatannya, maka hal ini yang menjadikan titik kritis halalnya. Jika dilihat dari sumbernya, vitamin ada yang berasal dari bahan alami (tumbuhan/hewan), produk fermentasi maupun sintetik. Bila berasal dari hewan, harus dari hewan halal yang disembelih sesuai dengan syariah Islam. Sedangkan bila dari proses fermentasi perlu dilihat media yang digunakan tidak mengandung bahan haram atau najis. Untuk jenis vitamin yang tidak stabil dilakukan proses penyalutan dimana bahannya bisa berasal dari tumbuhan misalnya gum arab ataupun dari hewan yaitu gelatin. Gelatin ini harus dikritisi kehalalannya, karena selain bisa berasal dari ikan, tulang atau kulit sapi, bisa juga dari tulang atau kulit babi. Bila berasal dari babi jelas haram, sedangkan yang berasal dari tulang atau kulit sapi harus ditelusuri dulu bagaimana cara penyembelihannya. b. Bumbu (seasoning) Bumbu didalamya terdiri dari MSG, flavor, HVP, yeast extract, dll. Untuk MSG titik kritisnya: terletak pada media mikrobial, yaitu media yang digunakan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme yang berfungsi memfermentasi bahan baku MSG. Agar menimbulkan rasa gurih: ditambahkan HVP dan yeast extract. HVP atau hidrolized vegetable protein merupakan jenis protein yang berasal dari tanaman misalnya kedelai kemudian dihidrolisasi dengan asam klorida ataupun dengan enzim. Walau kemungkinan penggunaan enzim ini sebenarnya kecil, tapi bila ditelusuri sumber enzim ini bisa berasal dari hewan, tumbuhan ataupun produk mikrobial. Kalau hewan tentu harus jelas hewan apa dan bagaimana penyembelihannya. Adapun yeast extract merupakan produk mikrobial ataupun asam amino yang berasal dari hewan. Kalau dari produk microbial harus dilihat komposisi media tempat tumbuh dari mikrobanya. Kalau dari asam amino hewan dilihat apakah dari hewan yang halal atau dari hewan haram seperti babi. Kalau dari hewan halal apakah sudah disembelih secara syariah islam. Penambahan Flavor: Berbagai macam rasa mie seperti ayam bawang, kari ayam, soto, baso barbeque dll dimungkinkan karena ada penambahan flavor didalamnya. Titik kritis flavor terletak pada sumber bahan penyusunnya yang mungkin saja berasal dari hewani, tumbuhan, produk microbial bahkan tidak tertutup kemungkinan penggunaan asam amino yang bisa berasal dari rambut manusia. Tentu saja, bahan yang berasal dari bagian tubuuh manusia statusnya haram. Sedangkan bila dari hewan halal, harus jelas jenis dan cara penyembelihannya. c. Kecap dan sambal Kecap dan sambal merupakan bahan tambahan makanan yang didalamnya terdapat flavor, MSG, emulsifier, kaldu tulang untuk menambah kelezatannya, dll. Titik kritis halal emulsifier: dari segi sumber atau asal emulsifiernya dan juga pada prosesnya. Emulsifier dapat berasal dari tumbuhan ataupun hewan yang harus kita ketahui dengan jelas sumbernya.Kalau dipakai gelatin sebagai emulsifier nya harus dilihat sulu gelatinnya berasal dari hewan apa dan bagaimana menyembelihnya. Titik kritis halal kaldu tulang: tulangnya berasala dari hewan apa dan bagaimana menyembelinya. d. Minyak sayur Pada umumnya, di Indonesia minyak berasal dari kelapa sawit yang halal sifatnya. Tetapi untuk di luar negeri walau dinamakan minyak sayur, tetapi ada kemungkinan pula ditambahkan campuran bahan hewani yang perlu ditelusuri kehalalannya. Selain itu, minyak sayur pada mie instan pun tak jarang pula ditambahkan bumbu, sehingga campuran bumbu ini perlu ditelusur lebih lanjut. e. Solid Ingredient Solid ingredient adalah bahan-bahan pelengkap yang dapat berupa sosis, suwiran ayam, bawang goreng, cabe kering, dan sebagainya. Titik kritisnya tentu pada sumber hewani yang digunakan dan proses pembuatannya apakah bersentuhan dengan zat-zat yang mengandung bahan yang tidak halal. 2. Proses Pembuatan Mie Instan Proses pembuatan mi instan meliputi proses pengadukan (mixing), pembentukan menjadi lembaran, pencetakan (slitting), pengukusan (steaming), pemotongan (cutting), penggorengan (frying), pendinginan (cooling), dan pengemasan (packing). Dalam setiap proses tersebut harus dipastikan bahwa pembuatannya tidak bersentuhan dengan zat atau peralatan yang mengandung bahan haram. 3. Proses Pengemasan Bungkus kemasan mie instan yang terbuat dari plastik yang mengandung polimer, sehingga harus jelas polimernya berasal dari hewan yang halal atau haram, dan apakah disembelih sudah dengan syariah islam.
METODE ANALISA HALAL YANG DAPAT DIGUNAKAN:
Analisa halal dapat dilakukan terhadap minyak sayur yang digunakan pada mie instan. Karena minyak sayur dapat berasal dari produk nabati dan hewani. Sehingga terdapat titik kritisnya. Jika produk mengandung minyak hewani yang berasal dari babi maka kita dapat menganalisa dengan: 1) Metode Analisa Spektroskopi FTIR untuk analisas secara kualitatif Karena prinsipnya melihat sidik jari sehingga memungkinkan untuk mengetahui lemak minyak yang terkandung. Teknik penanganan sampel yang umum dilakukan pasa spektroskopi FTIR salah satunya adalah dengan Teknik Attenuated Total Reflection (ATR). Pada Teknik ATR membutuhkan sedikit preparasi sampel atau bahkan tidak menggunakan preparasi sama sekali. ATR menggunakan aksesoris dalam kompartemen sampel spektrofotometer FTIR. Ini kita bandingan dengan blanko sepeti minyak kedelei atau minyak sawit. 2) Kombinasi dengan Kemometrik PCA untuk analisa kualitatif dan PLS untuk analisa kuantitatif a. PCA (Principal Component Analysis) Merupakan metode analisis untuk mebangun model multivariat linier pada data yang kompleks. Tujuan utama yaitu untuk mengeliminasi komponen utama tekait noise, sehingga dapat meminimalkan efek dari kesalahan pengukuran. Dengan menggunakan Teknik PCA dapat dibedakan dan diklasifikasikan lemak babi dengan lemak lainnya. b. PLS (Partial Least Square) Merupakan cabang kemometrik menggunakan regresi. Salah satu Teknik kalibrasi multivariat ini sangat luas digunakan dalam analisis kuantitatif data spektroskopi dan elektrokimia. Metode ini digunakan untuk memperkirakan serangkaian variable tak bebas (respon) dari variable bebas (predictor) yang jumlahnya banyak, memiliki struktur sistematik linier, dengan atau tanpa data yang hilang, dan memiliki kolinieritas yang tinggi. Regresi PLS dihitung dengan algoritma kuadrat terkecil yang menghubungkan antara dua matriks, data dan spektra pada maktriks X dan nilai acuan pada matriks Y. Kalibrasi PLS dievaluasi menggunakan Root Mean Square Error of Calibration (RMSEC), Root Mean Square Error of Prediction (RMSEP) dan koefisien determinasi (R2). Hasil analisa ditunjukkan dengan adanya variable intensitas puncak (absorbansi) dari daerah sidik jari pada PCA, dan adanya hubungan kadar seri konsentrasi dengan sampel pada PLS. Sehingga dengan kombinasi spektroskopi FTIR, PCA dan PLS dapat mendekteksi kontaminan babi pada produk mie instan. 3) Analisa menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Persiapan sampel Sampel mie instan yang diduga mengandung babi (total 18 sampel dengan merek produksi dan rasa yang berbeda-beda). Masing-masing sampel mie instan dihancurkan kemudian dicampur dengan bumbu dan pelengkap yang terdapat didalam kemasan, kemudian dihomogenkan sampai tercampur rata. Sampel mie kemudian ditimbang sebanyak 3-gram dan dimasukkan kedalam tabung centrifuge steril 50 ml. b. Isolasi DNA Sampel Mie Instan Sampel mie pada tabung centrifuge steril 300 μL serta 15 ml dapar CTAB (Food Lysis Buffer), campuran tersebut dihomogenkan dengan menggunakan vortex mixer dan diinkubasi dalam waterbath pada suhu 65oC selama 45 menit. Selanjutnya, campuan dicentrifuge pada 3000 x g selama 10 menit. Sebanyak 10 ml supernatan dipindahkan kedalam tabung centrifuge steril 50 ml, lalu ditambahkan 10 ml dapar AL, campuran dibolak-balik perlahan hingga homogen, dan diinkubasi kembali pada suhu 65oC selama 15 menit. Setelah itu, ditambahkan ethanol 96% PA sebanyak 20 ml kedalam campuran yang masih dalam keadaan hangat, kemudian dibolak-balik perlahan. Campuran yang telah homogen, dituang kedalam kolom maxi yang telah terpasang pada Vacum Manifold System, kemudian vakum dinyalakan. Setelah campuran yang terdapat didalam kolom maxi habis, kemudian ditambahkan dapar AW 1 sebanyak 10 ml, dan divakum kembali. Setelah itu ditambahkan dapar AW 2 sebanyak 10 ml dan divakum kembali. Setelah proses vakum selesai, kolom maxi dipindahkan kedalam tabung penampungsteril dan dicentrifuge pada 4000 x g selama 5 menit. Setelah beberapa proses berikutnya, kolom mini dibuang, dan larutan yang terdapat pada tabung penampung merupakan DNA hasil isolasi dari mi instan. Larutan DNA disimpan pada suhu -4oC apabila tidak langsung digunakan. c. Pengukuran Konsentrasi DNA Hasil Isolasi DNA hasil isolasi ditentukan kemurniannya menggunakan spektrofotometer UV pada Panjang gelombang 260 dan 280 nm, kemudian dihitung perbandingan serapan A260 dan A280. Konsentrasi DNA hasil isolasi ditentukan dengan mengukur serapannya pada panjang gelombang 260 nm. DNA mempunyai kemurnian yang tinggi apabila hasil perbandingan serapan pada panjang gelombang 260/280 nm berada dalam kisaran 1.8-2.0. Larutan hasil isolasi DNA diambil sebanyak μ5 L menggunakan mikropipet, kemudian diteteskan tepat dibagian tengah kufet dan dimasukkan kedalam alat spektrofotometer UV. Sebelum dilakukan pengukuran terhadap sampel, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap larutan blanko, dalam hal ini larutan blanko yang digunakan yaitu dapar AE yang merupakan dapar elusi atau pelarut terakhir yang digunakan pada saat isolasi DNA. Hasil pengukuran larutan blanko harus menunjukkan angka nol. d. Proses PCR Siklus PCR dilakukan pada kondisi Denaturasi awal: 98 oC selam 2 menit, dilanjutkan dengan 50 siklus pada kondisi denaturasi pada suhu 95 oC selama 30 detik, annealing pada suhu 60oC selama 30 detik, polimerasi pada suhu 72oC selama 40 detik, diakhiri dengan Polimerasi akhir pada suhu 72oC selama 3 menit. e. Proses Elektroforesis Elektroforesis dilakukan dengan menggunakan agarosa 1% pada kondisi 100-volt, 400 ampere dengan running time selama 75 menit. DNA ladder yang digunakan berukuran 100 bp sebanyak 6 μL DNA template dan kontrol positif sebanyak 10 μL.Hasil eletroforesis divisualisasi dengan menggunakan sistem dokumentasi gel mengacu pada MA 50/BT/02. Apabila fragmen DNA sampel hasil PCR sejajar dengan kontrol positif fragmen DNA cytb babi berukuran 149 bp, maka hasil pengujian dinyatakan positif mengandung fragmen cytb babi. f. Teknik analisis data Teknik analisis data menggunakan analisis Kuantitatif dan kualitatif. Analisis dilakukan dengan pengukuran konsentrasi DNA menggunakan spektrofotometer UV pada serapan panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan elektroforesis gel agarose dilanjutkan dengan gel documentation.