SKRIPSI
ZULFI FADHLURRAHMAN
1703010066
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kenderaan berat pada jalan dan jembatan. Sehingga banyak jembatan yang
bulan Juli tahun 2020. Jembatan ini memiliki Panjang 12 meter dengan lebar
meneruskan jalan melalui rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini
biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa). Yang dimaksud
beton brtulang khususnya pada bagian atas dan menurutnya secara umum
2
fungsi jembatan apapun sama, yaitu bangunan yang menghubungkan secara
fisik untuk keperluan pelayanan transportasi dari tempat ujung satu ke ujung
dengan SNI 1725:2016 tentang Pembebanan untuk Jembatan yang saat ini
B. Rumusan Masalah
menahan beban yang bekerja sesuai SNI 1725:2016 tentang pembebanan pada
jembatan?
C. Tujuan Penelitian
3
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari materi yang penulis ini ambil apat digunakan
sebagai dasar penelitian bagi mahasiswa lain mengenai kondisi layak atau
E. Batasan Masalah
bangunan bawah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
bentang 10 meter dan lebar 3 meter. Metofe analisis ini mengguanakan cara
mendesain ulang suatu jembatan yang ada di sungai kampung tengah dengan
tersebut, yang ini juga dapat berakibat pada pengurangan beban dari struktur
1
20 m dan lebar 10 m. analisis perencanaan menggunakan stanfan pembebanan
sesuai dengen perencanaan struktur jembatan studi kasus. Dari hasil analisis
41.42% dan 54.93%, dengan besar momen rencana adalah 20493.87 kN.m dan
merupakan unsur penting dalam sistem lalu lintas terutama pada daerah yang
banyak terdapat sungai atau lembah yang menghambat dan mengganggu sistem
dengan Panjang total 76 meter. Penelitian ini dlakukan dengan metode beban
struktur atas jembatan akibat beban permanen, beban lalu lintas dan beban
gempa pada struktur atas jembatan untuk gaya geser, momen lentur dan
2
Kusuma, H (2017) “ANALISIS PEMBEBANAN PERATURAN
karena berfungsi sebagai penghubung antara dua tempat yang terpisah karena
penampang. Hasil yang diperoleh yaitu berupa respons struktur yang terdiri
dari perpindahan dan gaya dalam baik itu momen, gaya aksial, dan gaya geser
3
mengenai perhitungan penulangan pada pembangunan jembatan khususnya
memikul beban yang ada. Hasil dari perhitungan pembebanan dari perhitungan
SNI 1725: 2016 untuk mengetahui seberapa besar beban yang akan diterima
B. Landasan Teori
tingkat kepentingannya tidak sama bagi setiap orang, sehingga akan menjadi
masing orang yang melihat berbeda pula. Seorang yang melintasi jembatan
jembatan tiap hari pada saat pergi berkerja, hanya dapat melintasi sungai bila
ada jembatan, dan ia menyatakan bahwa jembatan adalah sebuah jalan yang
pemerintah dan dunia bisnis akan memandang hal yang berbeda pula.
suatu system transportasi untuk tiga hal, yaitu, merupakan pengontrol kapasitas
dari sistem, mempunyai biaya tertinggi per mil sistem, jika jembatan runtuh,
4
Bila lebar jembatan kurang lebar untuk menampung jumlah jalur yang
diperlukan oleh lalu lintas, jembatan akan menghambat laju lalu lintas dalam
hal ini jembatan akan menjadi pengontrol volume dan berat lalulintas yang
dapat dilayani oleh sistem transportasi. Oleh karena itu, jembatan dapat
C. Jembatan Komposit
dimana terdapat kerjasama antara ke dua bahan tersebut dalam memikul beban.
Suatu struktur gelagar jembatan yang menggabungkan antara bahan baja dan
bahan tersebut terjadi aksi komposit yang baik. Kondisi tersebut dapat dicapai
antarabaja dan beton. Bila aksi komposit dapat dicapai dengan baik, maka akan
gelagar baja dengan lantai kendaraan dari beton bertulang yang menyatu
connector) tidak memerlukan ikatan em hanya ada ikatan angin bawah,, dan
ikatan angin hanya diperlukan pada saat pendirian, namun di lapangan sering
dipasang secara permanen. Bila lantai kendaraannya terbuat dari kayu, makai
5
1. Kelebihan dan Kekurangan Struktur Komposit
lebih besar.
1. Beban Permanen
a. Umum
dalam menggambar dan berat jenis bahan yang digunakan. Berat dari
percepatan grafitasi (g). besarnya kecepatan massa dan berat isi untuk
6
Tabel 2.1 Berat Isi Untuk Beban Mati
keadaan batas akan tetapi tidak untuk keadaan yang lainnya. Untuk
tetapi, apabila kerapatan massa diambil dari suatu jajaran nilai, dan nilai
kritis.
suatu kesatuan aksi yang tidak terpisahkan pada waktu menerapkan factor
7
menggunakan keahliannya di dalam menentukan komponen-komponen
tersebut.
structural lain yang dipikulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat bahan
elmen non structural yang dianggap tetap. Adapun faktor beban yang
besarnya dapat berubah selama umur jembatan. Dalam hal tertentu, nilai
faktor beban mati tambahan yang berbeda. Hal ni bisa dilakukan apabila
8
instansi tersebut melakukan pengawasan terhadap beban mati tambahan
Catatan (1) : Faktor beban layan sebesar 1.3 digunakan untuk berat utilitas
bagian integer dari hasil pembagian lebar bersih jembatan (w) dalam mm
Jumlah maksimum lajur lalu lintas rencana harus di susun sejajar dengan
9
Tabel 2.6 Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana
3000 mm sampai 5000 mm, maka jumlah jalur rencana harus diambil satu
lajur lalu lintas rencana dan lebar jalur rencana harus diambil sebagai lebar
jalur lalu lintas. Jika jembatan mempunyai lebar bersih antara 5250 mm
dan 7500 mm, maka jembatan harus direncanakan memiliki dua lajur
jembatan mempunyai lebar bersih antara 7750 mm dan 10000 mm, maka
10
b. Beban Lajur “D” (TD)
Beban lajur "D" terdiri atas beban terbagi rata (BTR) yang digabung
dengan beban garis (BGT) seperti terlihat dalam Gambar. Adapun faktor
beban yang digunakan untuk beban lajur "D" seperti pada Tabel 2.7
seperti berikut :
Keterangan :
11
Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m harus
komponen BTR dan BGT dari beban “D” secara umum dapat dilihat
12
3) Respons Terhadap Beban Lajur “D”
jembatan.
Beban truk “T” tidak dapat digunakan dengan beban “D”. Beban truk
13
a. Besarnya Pembebanan Truk “T”
mempunyai susunan dan berat gandar seperti terlihat dalam gambar 2..
Berat dari tiap – tiap gandar disebarkan menjadi 2 beban merata sama
lantai. Jarak antara 2 gandar tersebut bisa diubah – ubah dari 4,0 m
memanjang jembatan.
lalu lintas rencana seperti terlihat pada gambar 2.11. Jumlah maksimum
14
lajur lalu lintas rencana dapat dilihat dalam Tabel 2.6, tetapi jumlah kecil
lebih besar. Hanya jumlah lajur lalu lintas rencana dalam nilai bulat harus
digunakan. Lajur lalu lintas rencana bisa ditempatkan dimana saja pada
lajur jembatan.
tidak mempunyai data yang diperlukan maka nilai – nilai pada tabel 2.9.
1 1,2
≥2 1
Bidang kontak roda kendaraan yang terdiri atas satu atau dua roda
15
mm dan lebar 250 mm. Tekanan ban harus diasumsikan terdistribusi
atau
• Pengaruh beban terdistribusi "D" dan beban garis KEL dikalikan FBD
Untuk momen negatif, beban truk dikerjakan pada dua bentang yang
Maksimum
16
pada lebar jembatan sehingga sumbu roda mempunyai jarak sebagai
berikut:
railing, dan
lajur rencana atau sebagian dari panjang lajur rencana harus dibebani
jembatan
17
Hz untuk kendaraan berat, dan frekuensi dari getaran lentur jembatan.
Besarnya BGT dari pembebanan lajur "D" dan beban roda dari
FBD. Besarnya nilai tambah dinyatakan dalam fraksi dari beban statis.
FBD ini diterapkan pada keadaan batas daya layan dan batas ultimit.
BTR dari pembebanan lajur “D” tidak dikali dengan FBD. Untuk
rumus:
Keterangan :
18
Gambar – Penempatan Beban Truk Untuk Kondisi Momen Negatif
Maksimum
4) 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
i. Gaya Setrifugal
Untuk tujuan menghitung gaya radial atau efek guling dari beban
roda, pengaruh gaya sentrifugal pada beban hidup harus diambil sebagai
hasil kali dari berat gandar truk rencana dengan faktor C sebagai berikut:
v2
C=f …………………………………………………….… (2.2)
gRI
19
Keterangan :
4. Aksi Lingkungan
a. Gaya Akibat Deformasi
b. Beban Angin
adalah luas area dari semua komponen, termasuk sistem lantai dan
railing yang diambil tegak lurus terhadap arah angin. Arah ini harus
20
terhadap struktur jembatan atau komponen-komponennya. Luasan
perencanaan.
berikut:
𝑉10 𝑍
VDZ = 2,5 Vo ( 𝑉𝐵 ) In (𝑍𝑜) ……………………………………… (2.3)
Keterangan :
(km/jam)
dari permukaan air dimana beban angin dihitung (Z > 10000 mm)
21
Zo = adalah panjang gesekan di hulu jembatan, yang merupakan
Keterangan :
Tabel (MPa)
22
Tabel 2.11 Tekanan Angin Dasar
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/mm
pada bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur
rangka dan pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok
atau gelagar.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Data Jembatan
21 m arah melintang
a. Asbuilt Drawing
b. Kelas Jalan
23
C. Lokasi Penelitian
Tengah
D. Pengumpulan Data
1. Metode Litelatur
metode kerja yang digunakan sebagai input proses analisis jembatan. Untuk
24
ini diperlukan data awal jembatan yang digunakan sebagai patokan. Data –
data tersebut yang diperoleh dari Cv Insani Karya sebagai pelaku yang
mengerjakan proyek.
2. Metode Observasi
3. PPURG
F. Alat Penelitian
2. Alat tulis
25
G. Bagan Alir
Mula
i
Studi Pustaka
Tidak Lengkap
Pengumpulan Data
1. Asbuilt Drawing
2. Kelas jalan
3. RKS/Spektek
Lengkap
Pengolahan Data
Spesifikasi Material dan
Desain Asbuilt Drawing Pembahasan
hasil analisis slab
jembatan
Analisis Slab
Perhitungan pembebanan slab Kesimpulan & Saran
jembatan berdasarkan SNI
1725:2016
SELESAI
26
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A.F, 2021. Studi Perbandingan Perilaku Jembatan Akibat Pembebanan
Berdasarkan BMS 1992 dan SNI 1725:2016.
Badan Standardisasi Nasional, 2016. SNI 1725:2016 Pembebanan Untuk
Jembatan. Jakarta : BSN
Badan Standardisasi Nasional, 2004. SNI T 12-2004 Perencanaan Struktur Beton
Untuk Jembatan. Jakarta : BSN
Hasudungan, H.I, 2020. Evaluasi Perhitungan Bangunan Atas Jembatan
Komposit. Medan : Universitas Medan Area Medan.
Huda.M, Nurhidayatullah, E.F, 2020. Analisis Respons Struktur Atas Jembatan
Komposit Akibat Gempa Statistik Horizontal Berdasarkan RSNI
2833:2013 dan Pembebanan Jembaan Berdasarkan SNI 1725:2016.
Purworejo : Universitas Teknologi Yogyakarta.
Kusuma, H, 2017. Analisis Pembebanan Peraturan BMS-1992 SNI-1725:2016
Pada Jembatan Standar Beton Bertulang Bentang 20 Meter. Padang :
Universitas Andalas
Nuklirullah, M, Muhammad, I.F & Suhendra,2019. Analisis Struktur Jembatan
Sungai Kampung Tengah Kecamatan Pelayangan Kota Jambi. Jambi :
Universitas Batanghari Jambi.
Muhammad, I.F, 2019. Analisis Stuktur Jembatan Sei Kampung Tengah Kec.
Pelayangan Kota Jambi. Jambi : universitas Batanghari Jambi.
Sapulete, C.A, 2020. Analisis Pembebanan Jembatan Menggunakan Standar
Pembebanan SNI 1725:2016. Manokwari : Institut Sains dan Teknologi
Indonesia Manokwari
Setyawan, A.S, Purnamasari & E,Cahyadi, H, 2021. Analisis Penulangan
Abutment Pada Pembangunan Jembatan Sungai Kusan ( Alam Roh 17)
Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar. Banjarmasin : Universitas
Kalimantan Muhamma Arsyad Al Banjari.
23
Supriadi, B & Muntohar A.S, 2017. Jembatan.Yogyakarta : Beta Offset Kavling
Madukismo 28
24