Disusun Oleh :
1821148
MALANG
2022
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Terdahulu
Berdasarkan hasil – hasil studi terdahulu yang relevan dengan judul yang penulis
ambil dalam kurun waktu 5 tahun termuda, diantaranya sebagai berikut :
1. Indra Rahma Hardiana (2018)
Beliau melakukan studi alternatif perencanaan dengan judul “Studi
Alternatif Design Struktur Atas Jembatan Tipe Bowstring Arch Truss Pada
Jembatan Sempar Kabupaten Bangkalan Madura” pada tahun 2018. Jembatan
direncanakan dengan panjang 40 meter menggunakan studi alternatif perencanaan
lain yang efektif untuk pembangunan Jembatan Sempar yaitu perencanaan jembatan
rangka baja tipe Bowstring Arch Truss. Perencanaan dan perhitungan dengan
metode LRFD. Menggunakan peraturan-peraturan yang dipakai di Indonesia salah
satunya SNI 1725:2016 Perencanaan Pembebanan Untuk Jembatan. Penyusun
menggunakan program bantu untuk perhitungan struktur: Staad Pro V8i, serta
untuk perletakan menggunakan sendi dan rol. (Hardiana, 2018)
2. Armadi Kilimondu (2020)
Beliau melakukan studi alternatif perencanaan dengan judul “STUDY
ALTERNATIF PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN
RANGKA BAJA TIPE BOWSTRING TRUSS PADA JEMBATAN
GELONDONG KABUPATEN BLITAR” pada tahun 2020. Jembatan
direncanakan dengan panjang 88 meter, penyusun menggunakan alternatif
perencanaan jembatan dengan tipe Bowstring Truss pada jembatan Gelondong dan
peningkatan kelas pada jembatan sebelumnya dengan tujuan agar kualitas dari
Jembatan Gelondong menjadi baik, aman, dan ekonomis. Perencanaan dan
perhitungan dengan metode LRFD. Menggunakan peraturan-peraturan yang dipakai
di Indonesia salah satunya SNI 1725:2016 Perencanaan Pembebanan Untuk
Jembatan. Penyusun menggunakan program bantu untuk perhitungan struktur :
Staad Pro V8i, serta untuk perletakan menggunakan elastomer. (Kilimondu, 2020)
3. Novacharisma Vindiantri Verocha (2020)
Beliau melakukan studi alternatif perencanaan dengan judul
“ALTERNATIF DESAIN STRUKTUR JEMBATAN MENGGUNAKAN
BAJA TIPE BOWSTRING TRUSS PADA JEMBATAN NIOGA
KABUPATEN PUNCAKJAYA WAMENA” pada tahun 2020. Merencanakan
struktur rangka suatu jembatan dengan menggunakan rangka baja Tipe Bowstring
dengan bentang 40 meter dan lebar 9 meter, menggunakan metode Load and
Resistance Factor Design dan untuk analisa pemodelan struktur jembatan
menggunakan program bantu STAAD Pro. Penyusun menggunakan perletakkan
bantalan elastomer. Serta pada judul ini ia juga menghitung struktur bawah
jembatan. (Verocha, 2020)
Tabel 2.1 Matriks Studi Terdahulu
Nama dan Judul Studi Uraian
Metode: LRFD
Analisa: Staad Pro V8i
Peraturan:
SNI:1725:2016 Pembebanan
(Indra Rahma Hardiana, Institut Teknologi untuk Jembatan
Nasional Malang, 2018), “Studi Alternatif RSNI T-02-2015 Pembebanan
Design Struktur Atas Jembatan Tipe Jembatan
Bowstring Arch Truss Pada Jembatan RSNI T-03-2005 Perencanaan
Sempar Kabupaten Bangkalan Madura” Struktur Baja Untuk Jembatan
SNI 03 - 1729 – 2002 Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung
Perletakkan : Sendi dan rol
(Armadi Kilimondu, Institut Teknologi Metode: LRFD
Nasional Malang, 2020), “Study Alternatif Analisa: Staad Pro V8i
Perencanaan Struktur Atas Jembatan Peraturan:
Rangka Baja Tipe Bowstring Truss Pada SNI 1725–2016 Perencanaan
Jembatan Gelondong Kabupaten Blitar” Pembebanan Untuk Jembatan
RSNI T – 03 – 2005 Perencanaan
Struktur Baja Untuk Jembatan
SNI 03 – 3967 – 2008 Tentang
Spesifikasi Bantalan Elastomer
SNI – 1729 – 2015 Spesifikasi
Tentang Bangunan Gedung Baja
Struktural
SNI 2052 – 2014 Standart Baja
Tulangan Beton
Surat Edaran menteri, PUPR/
07/SE//M/2015
SNI 3967 – 2013 Spesifikasi dan
Metode Uji Bantalan Karet
Elastomer Untuk Jembatan
Perletakkan : Elastomer
(Novacharisma Vindiantri Verocha, Metode: LRFD
Universitas Islam Malang, 2020), Analisa: Staad Pro V8i
“Alternatif Desain Struktur Jembatan Peraturan:
Menggunakan Baja Tipe Bowstring Truss SNI 03-1729-2002 Tata Cara
Pada Jembatan Nioga Kabupaten Perencanaan Struktur Baja untuk
Puncakjaya Wamena” Bangunan Gedung.
RSNI T-03-2005 Perencanaan
Struktur Baja untuk Jembatan.
RSNI T-02—2005 Standar
Perencanaan Pembebanan Pada
Jembatan.
SNI 3967:2008 Spesifikasi
Bantalan Elastomer Tipe Polos
dan Tipe Berlapis untuk
Perletakkan Jembatan.
SNI 03-1729-2015 Spesifikasi
Bangunan Struktural Baja.
SNI 1725:2016 Standar
Pembebanan Jembatan.
Perletakkan : Elastomer
Pada penyusunan proposal tugas akhir ini penyusun melakukan studi perencanaan
Jembatan Mondu II menggunakan jembatan rangka baja tipe Bowstring Truss
menggunakan metode DFBT dan menggunakan peraturan-peraturan sesuai SNI.
Kemudian untuk analisa menggunakan program SAP2000.
2.2 Tinjauan Umum
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan melalui suatu
rintangan yang tidak sebidang dan berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya berupa
jalan air (sungai) atau jalan lalu lintas biasa. (Struyk dkk., 1984)
Jembatan merupakan bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai
penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, selat, laut, jalan
raya dan jalan kereta api. (Anonim, 2015)
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang
sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi
permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas
dengan baik, dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-
arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi &
Muntohar, 2007)
2.3 Definisi Jembatan Rangka Baja
Jembatan rangka baja adalah jembatan yang terbuat dari bahan baja yang mana
struktur rangkanya saling berikatan pada jembatan, agar beban - beban yang terjadi dapat
disalurkan ke bagian - bagian rangka jembatan. Pada perkembangannya jembatan rangka
baja ini telah direncanakan atau diciptakan dengan berbagai macam bentuk. (Supriyadi &
Muntohar, 2007)
Struktur rangka adalah susunan elemen-elemen linear yang membentuk segitiga
atau kombinasi segitiga, sehingga menjadi bentuk rangka yang tidak dapat berubah
bentuk apabila diberi beban eksternal tanpa adanya perubahan bentuk pada satu atau lebih
batangnya. Struktur dari gabungan segitiga ini merupakan bentuk yang stabil. (Schodek,
1991)
2.3.1 Macam - Macam Tipe Jembatan Rangka Baja
Ada banyak tipe jembatan rangka yang dapat digunakan antaranya
sebagai berikut:
1. Pratt
2. Parker
3. K-Truss
4. Howe
5. Camelback
6. Warren
7. Fink
8. Double Intersection Pratt
9. Warren
10. Bowstring
11. Baltimore
12. Double Intersection Warren
13. Waddell ”A” Truss
14. Pennsylvania
15. Lattice
2. Beban D
Beban “D” atau terbagi rata (BTR) adalah beban yang
bekerja pada seluruh labar lajur kendaraan dan menimbulkan
pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iringan-
iringan kendaraan yang sebenarnya. Beban lajur “D” tediri atas
beban terbagi rata (BTR) yang digabung dengan beban garis (BGT).
Faktor beban yang digunakan untuk beban lajur “D”.
Tabel 2.5 Faktor beban akibat lajur “D”
Gambar 2.6 Faktor Beban Dinamis Untuk Beban “T” Untuk Pembebanan
Lajur “D”
(Sumber : SNI 1725-2016, halaman 45)
2.5.4 Beban Sekunder
Beban sekunder adalah merupakan beban sementara yang selalu
diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan.
Yang termasuk dalam beban sekunder beban diantaranya adalah :
a. Gaya Rem
Gaya rem harus diambil yang terbesar dari :
1. 25% dari berat gandar truk desain atau
2. 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
Gaya rem ini diasumsikan bekerja secara harizontal pada jarak 1800 mm
diatas permukaan jalan pada masing-masing arah longitudinal dan dipilih yang
paling menentukan. Faktor kepadatan lajur ditentukan berdasarkan tabel 2.6.
Tabel 2.6 Faktor Kepadatan Lajur (m)
(Sumber : SNI-1725-2016, halaman 42)
b. Beban Angin
Beban angin harus diasumsikan terdistribusi secara merata pada
permukaan yang terekspos oleh angin. Luas area yang diperhitungkan
adalah luas area dari semua komponen, termasuk sistem lantai dan railing
yang diambil tegak lurus terhadap arah angin. Untuk jembatan atau bagian
jembatan dengan elevasi lebih tinggi dari 10000 mm diatas permukaan tanah
atau permukaan air, kecepatan angin rencana, VDZ, harus dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
VDZ = 2,5 Vo ( ) ( )
V 10
VB
ln
Z
Zo
...................................................... 2.5
Keterangan :
VDZ kecepatan angina rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)
V10 kecepatan angin pada elevasi 10000 mm di atas permukaan tanah
atau di atas permukaan air rencana (km/jam)
VB kecepatan angin rencana yaitu 90 hingga 126 km/jam.
Z elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau dari permukaan
air dimana beban angin dihitung (Z > 10000 mm).
V0 kecepatan gesekan angin.
Z0 panjang gesekan di hulu jembatan
Beban angin yang bekerja pada struktur jembatan tidak melibatkan
kondisi beban angin yang bekerja pada kendaraan. Arah angin rencana
diasumsikan bekerja secara horizontal. Data tekanan angin dasar dapat
dilihat pada Tabel 2.7. (Sumber : SNI 1725-2016, halaman 56)
( )
2
V DZ
PD = PB ...................................................................2.6
VB
Keterangan :
VDZ adalah kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)
VB adalah kecepatan angin rencana yaitu 90 – 126 km/jam pada
elevasi 100 cm.
PB adalah tekanan angin dasar seperti yang ditentukan dalam tabel.
Tabel 2.7 Tekanan Angin Dasar
L
bE ≤ …….................................2.16
4
bE ≤ bo …….................................2.17
bE ≤ bf + 16.ts …….................................2.18
Dimana :
bE = lebar efektif beton
L = panjang gelagar
Bf = lebar profil
b. Elastisitas :
Ebeton = 4700 √ fc'
Ebaja = 2100000 kg/cm2 = 210000 Mpa Baja
Es
n= …….................................2.19
Ec
(Sumber : CG. Salmon, JE. Jhonson. Struktur Baja Desain dan
Perilaku, Jilid III, 1992 : 582 )
c. Kontrol kelangsingan profil :
Untuk tekuk flens
B
λf = ……….............................2.20
2.tf
170
λp = ……...............................2.21
√ fy
syarat : λf ≤ λp
Untuk tekuk local badan balok
h H−2(r +tf )
λw = =
tw tw
.........................................2.22
1680
λp = ……...............................2.23
√ fy
syarat : λf ≤ λp
keterangan :
B = Lebar profil baja (mm)
H = Tinggi profil baja (mm)
tw = Tebal web (mm)
tf = Tebal flens (mm)
fy = Mutu baja
fc = Mutu beton
(Sumber: Setiawan,Agus. 2008 .Perencanaan struktur baja dengan
metode LRFD. Penerbit Erlangga hal.85)
Ya=
∑ A .Y ……...............................2.24
∑A
Yb = t + h - Ya ……...............................2.25
Misalkan Ya < tebal plat beton maka garis netral terletak pada plat
beton.
Berdasarkan persamaan keseimbangan Gaya C = T, maka diperoleh :
As . fy
𝑎= ' ……...............................2.26
0.85 . f c . bE
Tebal plat beton 250 mm > a = 92,744 mm, maka plat beton
mampu mengimbangi gaya tarik As . fs yang timbul pada baja.
Tegangan tekan pada serat beton :
Cc = 0,85 . fc . a . bE ……...............................2.27
Tegangan tarik pada serat baja
T = As. ……...............................2.28
Maka kuat lentur nominal dari komponen struktur komposit adalah
Mn Cc . h1 ……..............................2.29
kontrol kekuatan penampang :
b Mn Mu ……..............................2.30
Dimana :
Øb = factor resistensi untuk lentur ( 0,9 )
Mn = Momen nominal ( kgm )
Mu = Momen ultimit ( kgm )
T = Tegangan tarik pada serat baja
Cc = Tegangan tekan pada serat beton
e. Kontrol kekuatan geser
Vn ≥ Vu
Kekuatan geser yang terjadi (Vn)
Vn = 0,55 x d x tw x fy ……….............................2.31
keterangan :
Vn = kuat geser nominal plat (kg)
Vu = Kekuatan geser ultimate
fy = tegangan leleh (Mpa)
d = tinggi bersih profil baja (cm)
tw = tebal web baja (cm)
f. Kontrol lendutan
fada ≤ fizin
Lendutan ada
……….............................2.32
Keterangan :
F = Besar lendutan yang terjadi (cm)
Q = Beban merata (Kg/cm)
P = Beban terpusat (Kg)
L = Panjang gelagar (cm)
E = Elastisitas (MPa)
I = Momen inersia (cm4)
Besarnya lendutan maksimum (Sumber : SNI-03-1729-2002, halaman
15)
……….............................2.33
g. Shear conector
……….............................2.38
……….............................2.39
Keterangan:
𝜎𝑠 = Tegangan rata-rata akibat beban total (MPa)
𝜎𝐿 = Tegangan rata-rata akibat beban hidup (Mpa)
Pd = Beban mati rencana (N)
P = Beban hidup rencana (N)
2. Faktor bentuk
……….............................2.40
Ip = 2(L+W) ……….............................2.41
A=L.W ……….............................2.42
Keterangan:
S = Faktor bentuk
A = Luas keseluruhan (mm2)
Ip = Keliling elastomer, termasuk lubang (mm2)
hr = Ketebalan efektif karet pada lapisan antara (mm)
L = Panjang efektif keseluruhan elastomer (mm)
b = Lebar efektif keseluruhan elastomer (mm)
3. Deformasi Geser
hrt = Jumlah tebal lapisan internal + jumlah pembungkus ………...……..2.43
4. Cek rotasi
……….............................2.44
……….............................2.45
Keterangan:
n = Jumlah lapisan internal karet
G = Modulus geser elastomer (Mpa)
𝜃sx = Maksimum peputaran pada setiap sumbu (rad)
S = Faktor bentuk
hr = Ketebalan lapisan internal (mm)
W = lebar dari bantalan elastomer (tegak lurus terhadap sumbu
memanjang jembatan) (mm)
L = panjang dari bantalan elastomer (sejajar dengan sumbu
memanjang jembatan) (mm)
5. Cek stabilitas
……….............................2.46
hc < 0,7 hr ……….............................2.47
6. Menentukan tebal plat
……….............................2.53
2.11 Perencanaan Sambungan
Pada perencanaan jembatan rangka baja ini mengunakan baut mutu
tinggi.
Ada dua tipe baut mutu tinggi yang di standarkan oleh ASTM adalah tipe
A325 dan
A490. Baut ini memiliki kepala segi enam yang tebal dan digunakan
dengan mur
segi enam yang setengah halus dan tebal.
2.7.8 Sambungan Baut
Perencanaan jembatan tipe bowstring ini sambungan direncanakan dengan
mengunakan baut mutu tinggi (A490).
1. Kekuatan Tarik Desain Untuk Baut
Kekuatan desain ɸ Rn, berdasarkan kekuatan tarik penyambung
menurut LRFD (SNI – 03 – 1729 – 2002, hal 100) adalah :
ϕRn = ϕ . (0,75 . Fub) . Ab ……….............................2.54
Keterangan :
ϕ = faktor resistensi (0,75)
Rn = kekuatan tarik desain penyambung (kg)
Fub = kekuatan tarik baut
Ab = luas penampang baut
2. Kekuatan Geser Desain Baut
Kekuatan desain ϕRn bila terdapat ulir pada bidang geser menurut
LRFD (SNI-03-1729).
ϕRn = ϕ (0,4 . Fub) . m . Ab ……….............................2.55
Keterangan :
Φ = faktor resistensi (0,75)
Rn = kekuatan tarik desain penyambung (kg)
Fub = kekuatan tarik baut
Ab = luas penampang baut
m = banyaknya bidang geser yang terlibat
3. Kekuatan Tumpuan Desain Baut
Kekuatan desain ϕRn, berdasarkan kekuatan tumpu pada lubang baut
menurut LRFD (SNI-03-1729).
ϕRn = ϕ . (2,4 . d . t . Fu) ……….............................2.56
Keterangan :
Φ = faktor resistensi (0,75)
Rn = kekuatan tarik desain penyambung (kg)
Fu = kekuatan tarik baja yang membentuk bagian yang disambung
T = ketebalan gelagar melintang
D = diameter nominal
4. Perhitungan Jumlah Baut (n)
Untuk menghitung jumlah baut yang diperlukan dalam
merencanakan sambungan dapat menggunakan rumus :
Jumlah baut untuk sambungan (n)
Pu
𝑛= ……….............................2.57
Φ
Keterangan :
ϕ = faktor resistensi (0,75) (kg)
𝑃𝑢 = beban terfaktor (kg)
n = jumlah baut
5. Menentukan Tebal Plat Simpul ( t )
Untuk menghitung tebal plat simpul digunakan rumus :
……….............................2.58
Keterangan :
P = beban terfaktor (cm)
ϕ = faktor resistensi (0,75)
Fu = kekuatan tarik dari bahan pelat (kg/m2)
L = jarak ujung minimum (cm)
t = tembal plat simpul (cm)
6. Kontrol plat simpul
Menghitung kekuatan nominal pelat :
ϕ Pn = ϕ . Fy . Ag dimana nilai ϕ = 0,90 .......................... 2.59
ϕ Pn = ϕ . Fy . Ag dimana nilai ϕ = 0,75 .......................... 2.60
Keterangan :
0,90 = Faktor resistensi batang tarik pada keadaan batas leleh
0,75 = Faktor resistensi batang tarik pada keadaan batas retakan
Di ambil yang terkecil untuk menentukan :
ϕ Pn ≥ Pu ……….............................2.61
Keterangan :
ϕ = Faktor resistensi
Pn = Kekuatan nominal batang tarik (kg)
Pu = Kekuatan ultimate batang tarik (kg)
Ag = Luas bruto penampang lintang (cm2)
Fy = Kekuatan tarik dari bahan pelat (kg/cm2)
7. Kontrol kekuatan baut terhadap kekuatan baut penyambung
a. Kekuatan tarik desain ≥ beban tarik terfaktor baut :
𝜑t . Rnt ≥ Rut ……….............................2.62
Keterangan :
𝜑t . Rnt = kekuatan tarik desain
Rut = beban tarik terfaktor baut
Rut =
b. Kekuatan geser desain ≥ beban geser terfaktor baut :
𝜑v . Rnv ≥ Ruv ……….............................2.63
Keterangan :
𝜑v . Rnv = kekuatan geser desain
Ruv = beban geser terfaktor
Pu
Ruv =
Σn
Anonim. (2015). Informasi Statistik Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat.
Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
Hardiana, I. R. (2018). Studi Alternatif Design Struktur Atas Jembatan Tipe Bowstring Arch
Truss Pada Jembatan Sempar Kabupaten Bangkalan Madura [Malang: Institut Teknologi
Nasional Malang]. http://eprints.itn.ac.id/1778/
Kilimondu, A. (2020). Studi Alternatif Perencanaan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja Tipe
Bowstring Truss pada Jembatan Gelondong Kabupaten Blitar [Malang: Institut Teknologi
Nasional Malang]. http://eprints.itn.ac.id/id/eprint/6641
Struyk, H. J., Veen, K. H. C. W. Van Der, & Soemargono. (1984). Jembatan (2 ed.). Jakarta:
Pradnya Paramita.
Verocha, N. (2020). Alternatif Desain Struktur Jembatan Menggunakan Baja Tipe Bowstring
Truss Pada Jembatan Nioga Kabupaten Puncakjaya. Jurnal Rekayasa Sipil.
http://riset.unisma.ac.id/index.php/ft/article/viewFile/7304/5863