Puji dan syukur kepada Tuhan atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan nyeri akut”.
Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Gerontik dalam
Program Studi Pendidikan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mengalami berbagai kendala namun berkat dorongan
dan semangat, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan
laporan ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Elizabeth Ari Setyarini.S.Kep.,M.Kes.AIFO, selaku Ketua STIKes Santo Borromeus
dan Dosen Koordinator Keperawatan Gerontik Program Studi Pendidikan Ners STIKes
Santo Borromeus dan sebagai Dosen Supervisor.
2. Ferdinan Sihombing, S.Kep., Ners, M.Kep, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Ners
STIKes Santo Borromeus.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia maka
dapat mempengaruhi pengetahuan dan memori lansia. Lansia akan
mengalami perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor (Christensen, 2006).
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia dapat dilihat dari penurunan
intelektual terutama pada tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas
yang memerlukan memori jangka pendek serta terjadi perubahan pada daya
fikir akibat dari penurunan sistem tubuh, perubahan emosi, dan perubahan
menilai sesuatu terhadap suatu objek tetentu merupakan penurunan fungsi
afektif. Sedangkan penurunan psikomotor dapat dilihat dari keterbatasan
lansia menganalisa informasi, mengambil keputusan, serta melakukan suatu
tindakan (Nugroho, 2010).
2.1.4 Kebutuhan Dasar Lansia
Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan, kesehatan
dan kebutuhan sosial dalam mengadakan hubungan dengan orang lai,
hubungan antar pribadi dengan keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan
dengan organisasi-organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai berikut:
A Kebutuhan utama, yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis/biologis seperti, makanan yang bergizi, seksual,
pakaian, perumahan/tempat beribadah.
2. Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai.
3. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan.
4. Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari
orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri, serta
status yang jelas.
5. Kebutuhan sosial, berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan
orang lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dengan
organisasi-organisasi sosial
B Kebutuhan sekunder, yaitu:
1. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas.
2. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi.
3. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan dan negara atau pemerintah.
4. Kebutuhan yang bersifat kegamaan/spiritual, seperti memahami akan
makna keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang
tidak diketahui/diluar kehidupan termasuk kematian.
2.2 Konsep Penyakit
2.2.1 Definisi Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang
etiologinya belum diketahui dan ditandai oleh sinovitis erosif yang
simetris dan pada beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan
ekstraartikular. Perjalanan penyakit RA ada 3 macam yaitu
monosiklik, polisiklik dan progresif. Sebagian besar kasus
perjalananya kronik kematian dini (Perhimpunan Reumatologi
Indonesia, 2014).
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti
sendi, dan “itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang pada sendi. Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah
suatu penyakit autoimun dimana persendian (tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana,
2015).
Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi, kecacatan dan
banyak mengenai penduduk pada usia produktif sehingga memberi
dampak sosial dan ekonomi yang besar. Diagnosis dini sering
menghadapai kendala karena pada masa dini sering belum didapatkan
gambaran karakteristik yang baru akan berkembang sejalan dengan
waktu dimana sering sudah terlambat untuk memulai pengobatan yang
adekuat (Febriana, 2015).
2.2.2 Etiologi Rheumatoid Arthritis
Penyebab rematik hingga saat ini masih belum terungkap, Namun beberapa
resiko untuk timbulnya rematik diantara lain adalah:
A. Umur Dari semua faktor resiko timbulnya rematik, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya rematik semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Rematik terjadi pada usia lanjut.
B. Jenis kelamin Wanita lebih sering terkena rematik pada lutut dan pria
lebih sering terkena pada paha, pergelangan tangan dan leher.
C. Genetik Faktor herediter juga berperan timbulnya rematik miaslnya pada
seorang ibu dari seorang wanita dengan rematik pada sendi-sendi inter
falang distal terdapat dua kali lebih sering rematik pada sendi tersebut.
Anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari
pada ibuknya.
D. Suku Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rematik nampakya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
rematik paha lebih jarang diantara orang berkulit hitam dengan orang
berkulit putih dan usia dari pada kaukasia. Rematik lebih sering dijumpai
pada orang-orang asli amerika dari pada orang berkulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainanan kongenital dan pertumbuhan.
E. Kegemukan (Obesitas) Berat badan berlebihan berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya rematik pada pria dan wanita.
Karena menahan beban berat badan sehinga mengangu sendi.
Serologi (0-3)
RF negatif DAN ACPA negatif 0
Positif rendah RF ATAU positif rendah ACPA 2
Positif tinggi RF ATAU positif tinggi ACPA 3
≥6 minggu 1
Acute Phase Reactant (0-1)
3. Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-
7,5mg/hari sebagai “bridge” terapi untuk mengurangi keluhan
pasien sambil menunggu efek DMARDs yang baru muncul
setelah 4-16 minggu.
4. Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Caranya dapat dengan mengistirahatkan sendi yang
terlibat melalui pemakaian tongkat, pemasangan bidai, latihan,
dan sebagainya. Setelah nyeri berkurang, dapat mulai
dilakukan fisioterapi.
5. Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang
diharapkan, maka dapat dipertimbangkan pembedahan yang
bersifat ortopedi, contohnya sinovektomi, arthrodesis, total hip
replacement, dan sebagainya. (Kapita Selekta, 2014)
Tabel 1. DMARD untuk terapi RA
OBAT ONSET DOSIS Keterangan
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn.A
Umur : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Muslim
Pendidikan : SLTA
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Pengkajian : 7 Desember 2021
Alamat : Titimplik dalam, Kel. Sadang Serang, Kec. Coblong,
Kota Bandung
B. Riwayat Kesehatan Klien:
1. Keluhan utama; Nyeri sendi
2. Keluhan yg menyertai: Pusing, dan jari-jari terasa kram
Riwayat kesehatan sekarang: Keluarga mengatakan nyeri dada yang dialami klien saat
aktivitas dan membaik saat istirahat, namun terkadang saat istirahat juga terasa nyeri.
Nyeri seperti kram, nyeri menjalar ke kaki dan punggung, skala nyeri 7/10, nyeri
mengganggu aktivitas sehari-hari. Klien juga mengatakan pernah jatuh saat naik tangga.
Tn.A mengatakan tidak mengerti tentang penyakit rematik, makanan patangan dan cara
pengobatan untuk rematik. Tn.A juga mengatakan penyakit ini sudah terjadi sejak 4
tahun yang lalu dialami klien. Tn.A bertanya tentang rematik, makanan pantangan dan
cara pengobatan rematik
3. Riwayat kesehatan masa lalu: Keluarga (An.Y) mengatakan bahwa klien memiliki
riwayat penyakit kolesterol, hipertensi, dan asam lambung. Keluarga mengatakan klien
pernah masuk rumah sakit karena hipertensi pada tahun 2017.
Tn.A bertanya tentang rematik, makanan pantangan dan cara pengobatan rematik
4. Riwayat kesehatan keluarga:
N Nama (Inisial) Umur Hubungan Dengan Klien Kondisi Kesehatan (Sehat/Sakit)
o
1 Tn. Y 29 Tahun Anak Sehat
2 Nn. Y 27 Tahun Anak Sehat
5. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Tinggal dalam satu rumah
: Meninggal
: Anggota keluarga sakit/pasien (Tn.A)
C. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum: Pasien tampak sakit ringan, aktivitas mandiri
2. Pengukuran fisiologis (TTV): TD; 160/90 mmHg, S; 36,20C, N; 78x/mnt, RR; 21x/mnt
3. Sistem pernapasan
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, tidak tampak pernafasan cuping hidung, tidak
batuk, tidak ada secret, bentuk dan pergerakan dada simetris, tidak ada
retraksi dinding dada, irama pernapasan regular.
Perkusi : terdengar bunyi pekak, tidak ada pembesaran paru.
Palpasi : tidak ada nyeri pada daerah sinus, taktil fremitus normal.
Auskultasi : tidak ada bunyi napas tambahan, vesicular disemua lapang paru, tidak ada
vocal resonans
4. Sistem cardiovaskuler:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat, tidak ada clubbing finger, tidak sianosis.
Perkusi : terdengar bunyi pekak, batas atas jantung ICS II kanan dan kiri, bawah:
ICS V kiri linea medial midklavikula, kiri: ICS II linea parasternalis,
kanan: ICS III-IV linea parasternalis kanan.
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, CRT: < 2 detik.
Auskultasi : Bunyi jantung I terdengar bunyi “lup” di ICS linea sternalis kiri, bunyi
jantung II: terdengar bunyi “dup” di ICS II linea sternalis kanan dan kiri, HR: 78x/mnt.
5. Sistem gastrointestinal
Inspeksi : bibir lembab, tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada gingivitis, tidak
ada inflamasi di tonsil, tidak ada karies gigi, abdomen datar, tidak ada
spider nevi, tidak ada distensi abdomen, tidak ada hemoroid.
Perkusi : terdengar bunyi timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, masa atau benjolan
Auskultasi : bising usus 6x/mnt
6. Sistem perkemihan
Inspeksi : tidak ada distensi pada region hipogastria
Perkusi : tidak ada nyeri ketuk daerah costo vertebral angel
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada region hipogastria
7. Sistem integument
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, rambut putih beruban, distribusi merata, tidak
ada benjolan atau luka, tidak ada petekie atau ekimosis.
Palpasi : turgor kulit mengkilap keriput, lembab.
8. Sistem genitoreproduksi
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada edema.
Palpasi : tidak ada kelainan
9. Sistem musculoskeletal
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, gerakan kepala baik, lutut dan kaki tampak
bengkak, tidak ada atrofi, rentang gerak baik, Pasien tampak meringis
dengan sering memegang lututnya. Skala kekuatan otot 5 5
3 3
Palpasi : nyeri tekan dengan skala nyeri 7 dari skala nyeri 10
10. Sistem endokrin
Inspeksi : bentuk tubuh normal, tidak gigantisme, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Keterangan :
Nilai 130 : Mandiri
Nilai 60 – 125 : Ketergantungan sebagian
Nilai 55 : Ketergantungan total
TERMASUK KATEGOR: Ketergantungan Sebagian
F. Pengkajian Status Mental
1. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portabel
Mental Status Questioner (SPSMQ)
Ben Sala Pertanyaan
a
r
√ Tanggal berapa
hari ini?
Tidak tahu
√ Hari apa sekarang?
Rabu
√ Apa nama tempat
ini? Titimplik
√ Dimana alamat
anda?
Bandung
√ Berapa umur anda?
59 Tahun
√ Kapan anda lahir? 24 Agustus 1962
√ Siapa presiden Indonesia sekarang? Jokowi
√ Siapa presiden Indonesia sebelumnya? SBY
√ Siapa nama ibu anda? Yati Sarwiyah
√ Kurangi 3 dari 20
& tetap
pengurangan 3
dari setiap
angka baru,
semua secara
berurutan 17 –
14 – 11
Jumlah Benar 9, Salah 1
Total Skor:
1. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
2. Salah 4-5: kerusakan intelektual ringan
3. Salah 6-8: kerusakan intelektual sedang
4. Salah 9-10: kerusakan intelektual berat
TERMASUK KATEGORI: Fungsi Intelektual Utuh
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan Mini Mental Status
Exam) MMSE
No. Aspek Kognitif Nilai Mhs
Nilai Klien Kriteria
Menyebutkan dengan benar :
1) Tahun: Tidak tahu
2) Musim: Hujan
1 Orientasi 5 1
3) Tanggal: Tidak tahu
4) Hari: Tidak tahu
5) Bulan: Tidak tahu
Menyebutkan dengan benar
1) Negara Indonesia
2) Propinsi Jawa Barat
Orientasi 5 5 3) Kota Bandung
4) Rumah
5) Alamat: Titimplik
Sebutkan nama 5 objek selama 1 detik
kemudian klien mengulangi nama obyek
tersebut
2 Registrasi 5 5 1) Pulpen
2) Meja
3) Kursi
4) Gallon
5) Buku
Minta klien untuk memulai dari
angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 tahap :
1)
Perhatian & Kalkulasi 1
2)
3)
4)
5)
Minta klien untuk menyebutkan atau
mengulang kelima (5) objek pada no.2
1) Pulpen
Mengingat 5 Meja
2)
Kursi
3)
Gallon
4)
Buku
5)
Tunjukkan pada klien suatu benda (2 objek)
tanyakan namanya!
1) TV
2) Kulkas
Minta klien untuk mengulang kata berikut:
“Tak ada, jika dan tetapi
5 Bahasa 9 9 3) Tak ada, jika dan tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut:
4) Ambil kertas di tangan anda
5) Lipat dua
6) Taruh di lantai
Total Nilai: 26
Interpretasi hasil :
a. Nilai lebih dari 25 = aspek kognitif dan fungsi mental baik
b. Nilai 18-22 = kerusakan aspek fungsi mental ringan
c. Nilai kurang dari 17 = terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
TERMASUK KATEGORI: Aspek Kognitif Dan Fungsi Mental Baik
G. Pengkajian Keseimbangan untuk Lansia
Komponen
utama Dalam Langkah-langkah Kriteria
bergerak Nilai
A. Perubahan
posisi / Tidak bangun dari tempat tidur dengan satu gerakan, tetapi
1. Bangun dari kursi 1
gerakan mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak
keseimbangan ke depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil
2. Duduk ke kursi Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk ditengah kursi 0
Pemeriksa Mendorong (perlahan-lahan sebanyak 3x). klien
3. Menahan dorongan
menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, 0
pada
kaki tidak menyentuh sisi-sisinya
Mata ditutup (Keterangan : kursi yang keras tanpa lengan) 0
4. Bangun dari kursiKriteria sama dengan criteria mata terbuka 1
5. Duduk ke kursi Kriteria sama dengan criteria mata terbuka 1
6. Menahan pada dorongan sternum
Kriteria sama dengan criteria mata terbuka 0
7. Perputaran leher Menggerakkan memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
dengan bahu fleksi menyentuh sisi-sisinya, keluhan vertigo, pusing atau 0
max, sementara keadaan tidak stabil
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu berdiri pada ujung-
8.Gerakan menggapai
ujung jari kaki tidak stabil, memegang sesuatu untuk 0
sesuatu dukungan
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek
9. Membungkuk kecil dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri, 0
memerlukan usaha-usaha multiple untuk bangun
B. Gaya 10. Minta klien untuk
berjalan untuk berjalan ke tempatRagu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan 1
bergerak yang ditentukan
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten
11. Ketinggian Langkah
(menggeser/menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu 1
kaki (saat berjalan) tinggi (>50cm)
Setelah melangkah awal, Langkah menjadi tidak konsisten,
12. Kontinuitas
memulai mengangkat satu kaki, sementara yang lain 1
Langkah kaki menyentuh tanah (diobservasi dari samping klien)
13. Kesimetrisan Tidak berjalan pada garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
0
Langkah (diobservasi dari samping klien)
14. Penyimpangan jalur Tidak berjalan pada garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
0
saat berjalan (diobservasi dari samping klien)
Berhenti sebelum berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang,
15. Berbalik 1
memegang obyek untuk dukungan
Jumlah total: 7
a. 0-5 resiko jatuh ringan
Intervensi hasil b. 6-10 resiko jatuh sedang
c. 11-15 resiko jatuh berat
G. Pengelompokan Data
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di buktikan dengan pasien
mengeluh nyeri dengan skali 7 dari skala nyeri 10
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan
pasien menanyakan tentang pantangan makan/diet untuk rematiknya
3. Resiko jatuh berhubungan dengan riwayat jatuh dibuktikan dengan riwayat jatuh dan
gangguan keseimbangan
3.3 INTERVENSI
No Diagnosa kepeperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri 1. Mengetahui keadaan umum klien
keperawatan selama dalam 1. Obsevasi 2. Untuk memberikan tindakann keperawatan
dengan agen pencedera perawatan pasien mampu a. Observasi TTV dalam pengurangan nyeri
menurunkan rasa nyeri dengan b. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis di buktikan
kriteria hasil; frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
3. Untuk menilai nyeri menurun atau
dengan pasien mengeluh Tingkat nyeri c. Identifikasi skala nyeril meningkat
1. Kemampuan menuntaskan d. Identifikasi faktor yang memperberat dan 4. Untuk memberikan tindakan dalam
nyeri dengan skali 7 dari engurangan rasa nyeri saat nyeri terasa
aktifitas meningkat (5) memperingan nyeri
skala nyeri 10 2. Meringis menurun(5) 2. Terapeutik berat
3. Frekuensi nadi membaik (5) a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk 5. Untuk mengurang rasa nyeri
4. Tekanan darah membaik(5) mengurangi rasa nyeri 6. Untuk memberikan rasa nyaman dan aman
b. Fasilitasi istirahat tidur kepada pasien
3. Edukasi 7. Untuk memberikan pengetahuan kepada
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu pasien guna pasien dapat mengerti dan
nyeri memhami penyakit yang ia rasakan dan
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri alami
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Untuk memberikan edukasi agar pasien
secara mandiri dapat menurunkan rasa
nyeri
9. Untuk mengurangi rasa nyeri
2 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi diet
keperawatan selama dalam 3. Observasi
berhubungan dengan perawatan tingkat pengetahuan a. Identifikasi kemampuan pasien dan 1. mengetahui tingkat kesiapan pasien
klien bertambah dengan kriteria keluarga menerima informasi dan keluarga dalam menerima informasi
kurang terpapar informasi
hasil : 4. Terapeutik
dibuktikan dengan pasien Tingkat pengetahuan c Persiapkan media yang akan 2. Bantuan media akan mempermudah
3. Kemampuan digunakan untuk memberi edukasi klien untuk mengingat materi edukasi
menanyakan tentang
menjelaskan tengetahuan d Jadwalkan waktu yang tepat untuk 3. Memilih waktu yang sesuai agar
pantangan makan/diet tentang asam urat meningkat memberikan Pendidikan kesehatan pasien dan keluarga dapat mengikuti
(5) e Beri kesempatan klien dan keluarga dengan baik
untuk rematiknya
4. Perilaku sesuai dengan untuk bertanya 4. Mengetahui sejauh mana pemahaman
pengetahuan meningkat (5) 5. Edukasi klien
5. Pertanyaan tentang d. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
masalah yang dihadapi terhadap kesehatan
menurun (5) e. Informasikan makanan yang 5. Dengan memahami tujuan diet akan
diperbolehkan dan di larang memotivasi kepatuhan
f. Anjurkan mengganti bahan makanan 6. Meningkatkan pengetahuan pasien
sesuai diet yang diprogramkan tentang diet yang sesuai
7. Meningkatkan pengetahuan pasien
tentang diet yang sesuai
3 Resiko jatuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh 1. Mengetahui factor resiko jatuh dan cara
1. Observasi menurunkan risiko jatuh.
dengan Riwayat jatuh keperawatan selama dalam a. Identifikasi factor resiko jatuh 2. Mengetahui resiko jatuh dan cara
b. Identifikasi resiko jatuh menurunkan risiko jatuh
dibuktikan dengan perawatan pasien mampu
c. Identifikasi factor lingkungan yang 3. Untuk mengetahui riwayat jatuh klien.
Riwayat jatuh dan menurunkan resiko jatuh dengan meningkatkan resiko jatuh
d. Monitor kemampuan berpindah dari 4. Mengetahui factor dan penyebab resiko
gangguan keseimbangan kriteria hasil; jatuh
tempat tidur ke kursi
Keseimbangan 2. Edukasi
a. Anjurkan menggunakan alas kaki 5. Alas kaki yang tidak licin mengurangi
1. Kemampuan bangkit dari resiko jatuh
yang tidak licin
posisi duduk meningkat (5) b. Anjurkan berkonsentrasi untuk 6. Mengurangi resiko jatuh
menjaga keseimbangan tubuh
2. Keseimbangan saat berjalan c. Anjurkan mel;ebarkan jarak kedua 7. Keseimbangan yang bai mengurangi resiko
meningkat (5) kaki untuk meningkatkan jatuh
keseimbangan saat berdiri
DAFTAR PUSTAKA
Aletaha D, Neogi T, Silman AJ, Funovits, Felson T, Bingham III CO et al. (2010).
Rematoid Arthritis Classification Criteria An American College of
Rheumatology/European League Against Rheumatism Collaborative Initiative.
Arthritis Rheum, vol.62, pp.2569 – 81
Bresnihan B. (2002). Rheumatoid Arthritis: Principles of Early Treatment. The Journal of
Rheumatology, vol.29, no.66, pp.9-12
Candra K. (2013). Teknik Pemeriksaan Genu Pada Kasus Osteoarthritis Dengan Pasien
Non Koperatif. Academia Edu
Choy E. (2012). Understanding The Dynamics: Pathway Involved In The Pathogenesis
Of Rheumatoid Arthritis. Oxford University Press on behalf of the British Society
for Rheumatology, vol. 51, pp.3-11
Febriana (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid Arthritis Ankle
Billateral Di RSUD Saras Husada Purworejo. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Kapita Selekta Kedokteran/editor. Chris Tanto, et al. Ed.4.(2014). Jakarta: Media
Aesculapius, pp 835-839
McInnes, I.B., Schett, G. (2011). The Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis. N Engl J
Med, vol. 365, pp. 2205-19
Nainggolan,Olwin. (2009). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia.
Maj Kedokt Indon, vol.59, no.12, pp.588-594
Pradana,S.Y. (2012). Sensitifitas Dan Spesifisitas Kriteria ACR 1987 dan ACR/EULAR
2010 pada Penderita Artritis Reumatoid di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro
Putra,T.R., Suega,K., Artana,I.G.N.B. (2013). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Penyakit Dalam. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/RSUP Sanglah
Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2014). Diagnosis dan Pengelolaan
Artritis Reumatoid. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. ISBN
Rudan, I., et al. (2015). Prevalence Of Rheumatoid Arthritis In Low– And Middle–
Income Countries: A Systematic Review And Analysis. Journal of Global Health,
vol.5
Suarjana, I.N. (2009). Artritis Reumatoid. dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M., Setiati, S. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V,
FKUI, Jakarta, pp.2495-508
Sumariyono, H.I. (2010). Predictor Of Joint Damage In Rheumatoid Arthritis.
Indonesian Journal of Rheumatology, vol.03, no.02, pp. 15-20
Suyasa, I.G.P.D., Krisnandari, A.A.I.W., Onajiati NWU. (2013). Keluhan- Keluhan
Lanjut Usia Yang Datang Ke Pengobatan Gratis Di Salah Satu Wilayah Pedesaan
di Bali. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali, pp.42-48
Tobon, G.J., Youinou, P., Saraux, A. (2009). The Environment, Geo- Epidemiology, and
Autoimmune Disease: Rheumatoid Arthritis, Elsevier,
doi:10.1016/j.autrev.2009.11.019