Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERAPEUTIK (TAKT)

Terapi Sosialisai Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Pada Lansia


Disusun untuk memenuhi tugas Profesi mata kuliah Gerontik dengan dosen
pembimbing Ibu

Disusun oleh: Kelompok 2


Febriani Jaentu - 30190121041
Tanti Lestari Mulyaningtyas - 30190121041
Wulan Gustiani - 30190121041
Dewi Silitonga - 30190121041
Areson Paoel Yasinto Sanu - 30190121028
Maria Farida Ernustina Samad - 30190121041
Hendriana G. Jelahut - 30190121041
Agustina Dai Koren Wunblolon - 30190121041

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2021
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Kegiatan
Proses penuaan merupakan suatu proses alamiah yang tidak dapat
dicegah dan merupakan hal yang wajar dialami oleh orang yang dikaruniai
umur panjang. Walau merupakan suatu hal yang alami, proses menua tetap
menimbulkan permasalahan baik secara fisik, biologis, mental maupun
sosial ekonomi. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia
diperkirakan ada 629 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan
pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Wahjudi, 2012).
Proses penuaan yang dialami oleh lansia akan menyebabkan
penurunan fungsi normal tubuh. Hal ini membuat seorang lansia lebih
berisiko terhadap masalah kesehatan, baik secara biologis maupun
psikologis. Keadaan ini dapat menyebabkan kemampuan interaksi sosial
pada lansia mengalami penurunan. Penurunan kemampuan interaksi sosial
pada lansia akan berdampak buruk karena partisipasi sosial dan hubungan
interpersonal merupakan bagian yang cukup penting untuk kesehatan fisik,
mental, dan emosional bagi lansia.
Lansia pada umumnya akan mengalami masalah dalam
kehidupannya yang dimana permasalahan tersebut salah satunya
perubahan status dan peranannya dalam kelompok atau masyarakat, serta
kurangnya sosialisasi antara lansia satu ke lansia lainnya. Lansia yang
mengalami permasalahan tersebut akan sangat berdampak pada perubahan
psikososialnya sehingga dapat mengakibatkan lansia mengalami
perubahan perilaku dimana perubahan perilaku dimaksudkan berkaitan
dengan ketidakmampuan lansia bersosialisasi ke sesama lansia lainnya
(Wahjudi, 2012).
Penurunan kemampuan interaksi sosial dapat memunculkan perasaan
kesepian pada lansia. Kesepian adalah suatu rasa ketidaknyamanan yang
berkaitan dengan keinginan atau kebutuhan untuk melakukan lebih banyak
kontak dengan orang lain. Keadaankeadaan tersebut lebih mudah dialami
oleh lansia yang tinggal di panti jompo atau di PSLU (Pelayanan Sosial
Lanjut Usia), karena lansia tersebut memiliki sistem dukungan yang lebih
terbatas dan kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan luar yang
lebih sedikit daripada lansia yang tinggal bersama keluarga di komunitas.
Dari gangguan sosialisasi yang dialami lansia, maka perlu
diadakannya terapi aktivitas kelompok, yang merupakan salah satu terapi
modalitas untuk mengembalikan kemampuan lansia dalam melakukan
sosialisasi ke sesama lansia lainnya. Terapi aktivitas kelompok ini efektif
mengubah perilaku karena di dalam kelompok terjadi interaksi satu
dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Dalam kelompok akan
terbentuk satu sistem sosial yang saling berinteraksi dan menjadi tempat
klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
yang maladaptif (Yunita, 2012).
Beberapa penelitian mengenai pengaruh terapi aktivitas kelompok
terhadap klien dengan masalah keperawatan gangguan sosialisasi seperti
penelitian yang dilakukan oleh Andaryaniwati (2011) menunjukkan
persentasi pelaksanaan yang memuaskan, yaitu mencapai tingkat
keberhasilan 90% dalam dua minggu, dimana terapi tersebut terbukti
mampu meningkatkan kemampuan pasien untuk berinteraksi sosial.
Terapi aktivitas kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS) adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah
hubungan social (Keliat & Prawirowiyono, 2014). Terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS) dilaksananakan dengan tujuan untuk
membantu meningkatkan hubungan sosial dengan individu yang ada
disekitar pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal (satu dan satu), kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa
latihan sosialisasi dalam kelompok.
2. Tujuan Kegiatan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan TAKT, diharapkan peserta akan mampu
meningkatkan kemampuan interaksi sosial untuk berhubungan dengan
orang lain dalam suatu kelompok secara bertahap.
b. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan ini,
peserta akan mampu:
1) Meningkatkan komunikasi verbal dan non-verbal
2) Meningkatkan interaksi dengan memperkenalkan diri dan
berkenalan dengan peserta lain atau anggota kelompok
3) Meningkatkan pasrtisipasi dengan peserta lain atau anggota
kelompok
4) Bercakap-cakap dengan anggota kelompok dengan
menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan dan atau
menyampaikan dan membicarakan maslah pribadi pada orang lain
5) Mengungkapkan hobby dan pengalaman hidupnya yang
menyenangkan
6) Menyampaikan perasaannya tentang terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
3. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan ini merupakan kegiatan TAKT kepada lansia dengan rentang usia
60 tahun keatas yang berada di Yayasan Pondok Tulus Kasih untuk
membantu meningkatkan interaksi sosial untuk berhubungan dengan orang
lain dalam suatu kelompok secara bertahap.
.
B. ISI LAPORAN
1. Jenis Kegiatan TAKT
Jenis kegiatan yang akan dilakukan adalah TAKT kepada lansia dengan
rentang usia 60 tahun keatas yang berada di Yayasan Pondok Tulus Kasih
untuk membantu meningkatkan kemampuan interaksi sosial untuk
berhubungan dengan orang lain dalam suatu kelompok secara bertahap.
2. Tempat dan Waktu Penyuluhan
Kegiatan TAKT ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Kamis/6 Januari 2021
Waktu : 09.00 WIB-09.30 WIB
Media : Alat musik, bola, buku dan pulpen
3. Petugas Kegiatan Penyuluhan TAKT
Penanggung Jawab : Elisabeth
Dosen Pembimbing : Elisabeth
Leader : Agustina Dai Koren Wunblolon
Co-leader : Hendriana G. Jelahut
Fasilitator : Febriani Jaentu
: Wulan Gustiani
Pemateri : Dewi Silitonga
Observer : Areson Paoel Yasinto Sanu
Maria Farida Ernustina Samad
Tanti Lestari Mulyaningtyas
Tugas Leader:
1. Mampu memotivasi anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan
dengan aktif.
2. Mengarahkan kelompok mencapai tujuan
3. Memberi umpan balik
4. Memfasilitasi setiap anggota kelompok untuk mengekspresikan bakat
seninya.
Tugas Co-leader:
Membantu leader melaksanakan kegiatan
Tugas pemateri
Menyampaikan materi terkait TAKT sosialisasi
Tugas fasilitator:
1. Mampu memfasilitasi selama acara berlangsung
2. Mampu memotivasi klien untuk menampilkan bakat seninya
Tugas Observer:
1. Mengobservasi jalannya permainan
2. Mencatat semua kejadian yang terjadi selama permainan
4. Proses Pelaksanaan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Penanggungjawab
08.00 Semua panitia berkumpul dan
Panitia
WIB menyiapkan ruangan untuk kegiatan
08.45 Berkumpul dengan para lansia pada
Panitia
WIB tempat yang telah disiapkan
a. Leader mengucapkan salam, a. Agustina Dai Koren Wunblolon
09.00 – memperkenalkan diri anggotanya,
09.10 menjelaskan tujuan dan aturan
WIB selama mengikuti kegiatan TAKT.
b. Doa pembuka b. Maria Farida Ernustina Samad
a. Leader menanyakan perasaan
peserta. a. Agustina Dai Koren Wunblolon
b. Pemateri menjelaskan materi
terkait TAKT sosialisasi, dan b. Dewi Silitonga
tujuan dari TAKT
c. Fasilitator membimbing peserta
dengan mendemonstrasikan cara c. Hendriana G. Jelahut dan Wulan
10.10- memperkenalkan diri, berkenalan Gustiani
10.25 dengan anggota kelompok,
WIB bercakap-cakap, menyampaikan
dan membicarakan topik
pembicaraan, menyampaikan
dan membicarakan maslah
pribadi pada orang lain.
d. Leader menanyakan perasaan
peserta setelah melakukan TAKT d. Agustina Dai Koren Wunblolon
sosialisai
Evaluasi kegiatan
a. Leader memberikan kesempatan a. Agustina Dai Koren Wunblolon
kepada peserta untuk bertanya atau
sharing.
10.25- b. Leader mengevaluasi kembali
10.35 terkait materi yang disampaikan.
WIB c. Leader menyimpulkan materi dan
kegiatan TAKT.
d. Leader menutup kegiatan TAKT.
e. Doa penutup
b. Maria Farida Ernustina Samad

5. Peserta Penyuluhan
Sasaran kegiatan TAKT kepada lansia dengan rentang usia 60 tahun
keatas yang berada di Yayasan Pondok Tulus Kasih untuk membantu
meningkatkan kemampuan interaksi sosial untuk berhubungan dengan
orang lain dalam suatu kelompok secara bertahap.
C. PENUTUP
Demikian proposal kegiatan terapi aktifitas kelompok terapeutik
(TAKT) ini kami buat untuk digunakan sebagai pendoman jalannya kegiatan
TAKT. Kegiatan TAKT ini diharapkan mampu mencapai tujuan. Hasil
kegiatan sosialisasi diharapkan terus di pertahankan oleh klien, sehingga
dalam menjalani kehidupan dipanti klien dapat merasa bahagia dan tenang
saling memiliki dan adanya rasa persaudaraan antar sesama penghuni panti.
Diharapkan dukungan dan partisipasi dari semua pihak dalam
pelaksanaan kegiatan TAKT tentang sosialisasi untuk membantu
meningkatkan kemampuan interaksi sosial secara bertahap. Atas perhatian dan
kerja samanya kami mengucapkan terima kasih.

Bandung, Januari 2022

Ketua Panitia TAKT Sekretaris

Agustina Dai Koren Wunblolon Areson Paoel Yasinto Sanu


NIM. 30190121022 NIM.30190121023

Menyetujui,

Koordinator Keperawatan Gerontik

Susanti Niman, M. Kep., Ns., Sp. Kep.J


NIDN. 0406027501

D. DAFTAR PUSTAKA
ADAA (Anxiety Disorders Association of America), 2014. Anxiety Disorder
in Women: Setting an Research Agenda. USA: PDF
Asmara IY, Gamida D, Tanwiriah W. 2007. The effect of Ipomoea batatas
leaves in diet on the carcass characteristics of broiler. Trop Anim
Agric 32 (2): 126-130.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI, p441-448.
Donner, Nina C & Lowry, Christoper A. (2013). Sex Differences in Anxiety
and Emotional Behavior. Pflugers Arch - Eur J Physiol 465, 601–626.
Duckworth, K., 2013. Mental Illness Facts and Numbers. 11 Available at
www.nami.org (diakses pada tanggal 5 Maret 2013)
Kamilatur Rizkiya, Livana PH, Yulia Susanti. (2017). Pengaruh Teknik 5 Jari
Terhadap Tingkat Ansietas Klien Gangguan Fisik Yang Dirawat Di
Rsu Kendal. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 2010. Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri.
Tangerang : Binarupa Aksara
Katz, C., Stein, M.B., Sareen, J., 2013. Anxiety Disorders in the DSM-5: New
Rules on Diagnosis and Treatment. Mood and Anxiety Disorders
Rounds. Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments. 2:1-4
Luana, N.A., Penggabean, S., Lengkong J.V.M., & Christine, I. (2012).
Kecemasan pada Penderita Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RS Universitas Kristen Indonesia. Media
Medika Indonesia, 46(3).
E. Lampiran
Beberapa lampiran yang akan dilampirkan terkait penyelenggaraan kegiatan
penyuluhan ini, yaitu:
1. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
2. Daftar Absensi Peserta (Setelah Kegiatan TAKT)
3. Lembar Dokumentasi Foto Kegiatan TAKT (Setelah Kegiatan TAKT)
Lampiran 1 SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERAPEUTIK (TAKT)

Terapi Sosialisai Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Pada Lansia


Disusun untuk memenuhi tugas Profesi mata kuliah Gerontik dengan dosen
pembimbing Ibu

Disusun oleh: Kelompok 2


Febriani Jaentu - 30190121041
Tanti Lestari Mulyaningtyas - 30190121041
Wulan Gustiani - 30190121041
Dewi Silitonga - 30190121041
Areson Paoel Yasinto Sanu - 30190121028
Maria Farida Ernustina Samad - 30190121041
Hendriana G. Jelahut - 30190121041
Agustina Dai Koren Wunblolon - 30190121041

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2021
Topik : Terapi sosialisasi untuk membantu meningkatkan kemampuan
interaksi sosial untuk berhubungan dengan orang lain dalam
suatu kelompok secara bertahap.
Metode : Dilakukan bersama peserta (lansia) di Yayasan Pondok Tulus
Kasih
Tanggal/Jam : Kamis/ 15 Juli 2021, Pukul: 10.00WIB- 10.35 WIB
Peserta : Lansia dengan rentang usia 60 tahun keatas yang menjadi
berada di Yayasan Pondok Tulus Kasih

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan TAKT, diharapkan peserta akan mampu
mengetahui, memahami, dan melakukan teknik distraksi 5 jari dengan benar
untuk mengurangi perasaan cemas.
B. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan ini, peserta akan
mampu:
1. Mengikuti kegiatan TAKT secara penuh.
2. Mengetahui dan memahami pengertian kecemasan
3. Mengetahui dan memahami faktor pencetus kecemasan
4. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan kecemasan
5. Mengetahui, memahami, dan melakukan langkah-langkah teknik
distraksi 5 jari dengan baik dan benar.
C. Metode
Metode yang dilakukan dalam kegiatan TAKT ini terdiri dari penyampaian
materi terkait kecemasan dan langkah teknik distraksi 5 jari,
mendemonstrasikan langkah-langkah teknik distraksi 5 jari, serta melakukan
evaluasi kegiatan TAKT secara menyeluruh.

D. Media
Metode daring dengan menggunakan aplikasi Zoom/Google Meeting.
E. Kegiatan penyuluhan
Waktu Kegiatan Penanggungjawab
09.00 Semua panitia berkumpul
Panitia
WIB
09.45- Ruang zoom mulai dibuka
10.00 Panitia
WIB
10.00- c. Leader mengucapkan salam, c. Maria Sri Anita
10.10WI memperkenalkan diri anggotanya, Saputri F
B menjelaskan tujuan dan aturan selama
mengikuti kegiatan TAKT.
d. Doa pembuka

d. Trifen Rolandi K
10.10- e. Leader menanyakan perasaan peserta. e. Maria Sri Anita
10.25 f. Pemateri menjelaskan materi terkait Saputri F
WIB kecemasan dan teknik distraksi 5 jari.
g. Fasilitator membimbing peserta untuk f. Nur Wira Krishna
mendemonstrasikan teknikdistraksi 5
jari.
h. Leader menanyakan perasaan peserta g. Dini Pudjiandarini
setelah melakukan teknik distraksi 5 Soekardjan dan
jari. Fransiska Damai
Puspa I

h. Maria Sri Anita


Saputri F

10.25- Evaluasi kegiatan Maria Sri Anita Saputri


10.35 f. Leader memberikan kesempatan F
WIB kepada peserta untuk bertanya atau
sharing.
g. Leader mengevaluasi kembali terkait
materi yang disampaikan.
h. Leader menyimpulkan materi dan
kegiatan TAKT.
i. Leader menutup kegiatan TAKT. e. Trifen Rolandi K
j. Doa penutup
F. Materi Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Kecemasan
Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan
mental, keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman
yang akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi
terhadap diri sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat
dialami pada tingkat sadar, setengah sadar, atau tidak sadar (Barbara, 2010).
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonomy (sumbersering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman (Heather,2014).
Dapat pula ansietas menjadi suatu beban berat yang menyebabkan
individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-bayang ansietas yang terus
berkepanjangan. Ansietas berkaitan dengan strees. Oleh karena ansietas timbul
sebagai respon terhadap stress, baik stress fisiologi maupun psikologis.
Artinya ansietas terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik
maupun psikologis. Stres merupakan bagian yang tidak dapat terelakkan
dalam hidup manusia. Meskkipun demikian, stress bukanlah merupakan
sesuatu yang patologis (Asmadi, 2008).
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan
kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir. Gelisah, takut,
tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi
atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan.
Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009).
2. Faktor Pencetus Kecemasan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ansietas adalah:
a. Faktor predisposisi.
Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan
penyebab ansietas adalah:

1) Teori psikionalitik.
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen
kepribadian yaitu ide, ego dan super ego. Ide melambangkan
dorongan insting atau impuls primitif. Super ego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan
sebagai mediator antara ide dan super ego. Ansietas berfungsi
untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya yang perlu
segera diatasi.
2) Teori interpersonal.
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan
interpersonal, berhubungan juga dengan trauma masa
perkembangan seperti kehilangan, perpisahan. Individu
dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami
ansietas berat.
3) Teori perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
4) Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines.
Reseptor ini di perkirakan turut berperan dalam mengatur
ansietas.
b. Faktorpresipitasi.
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi
kehidupan sehari-hari.
2) Ancaman terhadap system diri dapat membahayakan
identitas, harga diri dan integritas fungsisosial.

c. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala
atau mechanism koping dalam upaya mempertahankan diri dari
ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).
3. Penatalaksanaan Kecemasan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius (Hawari, 2008).
Penatalaksanaannya seperti pada uraian berikut :
a) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
 Makan yang bergizi dan seimbang.
 Istirahat yang cukup.
 Cukup.olahraga.
 Jangan merokok.
b) Terapi psikofarmaka.
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi
gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan
saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate
dan alprazolam.
c) Terapisomatik.
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d) Psikoterapi.
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara
lain:
 Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat
dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa
putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
 Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan
koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi
kecemasan.
 Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki
kembali (rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami
goncangan akibat stressor.
 Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,
yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi
dan daya ingat.
 Psikoterapipsiko-dinamik, untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat
menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
 Psikoterapikeluarga, untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor
penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung
4. Langkah-Langkah Teknik Distraksi 5 Jari
a. Posisi senyaman mungkin (duduk atau tiduran)
b. Pejamkan kedua mata dan relaksasi otot-otot
c. Tarik nafas dalam perlahan. Tahan 3 detik, hembuskan perlahan
melalui mulut (ulang 3x)
d. Hubungkan jempol dan jari telunjuk sambil membayangkan anda
dalam keadaan yang sehat.
e. Hubungkan jempol dengan jari tengah sambil membayangkan anda
menikmati waktu bersam orang terkasih
f. Hubungkan jempol dengan jari manis sambil membayangkan anda
mengalami kesuksesan, pujian
g. Hubungkan jempol dengan jari kelingking sambil membayangkan
berada ditempat indah bersama orang yang anda sayangi.
(Astrielly,2018)

G. Daftar Pustaka
Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Astrielly, Indah Permata. 2018. Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Kecemasan
Pre-operatif dengan Teknik Distraksi 5 Jari, dalam https://www.scribd.com
Barbara, K . 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik edisi VII Volume I. Jakarta : EGC.
Dalami, Ermawati dkk . 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta: Trans Info Media
Hawari, Dadang. 2008. Menajemen Stres Cemas Dan Depresi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
H. Evaluasi
1. Evaluasi proses
Evaluasi proses penyuluhan ini, diharapakan:
a. Leader, fasilitator, dan observer melakukan kegiatan sesuai dengan
perannya.
b. Peserta akan dapat berpasrtisipasi aktif terhadap TAKT
c. Peserta akan dapat mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir acara
TAKT (75% kegiatan TAKT).
2. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil proses penyuluhan ini, diharapkan peserta akan:
a. Mengetahui dan memahami tentang pengertian kecemasan
b. Mengetahui dan memahami tentang faktor pencetus kecemasan
c. Mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan kecemasan
d. Mengetahui, memahami, dan melaksanakan/melakukan langkah-
langkah teknik distraksi 5 jari.
Lampiran 2 Absensi Peserta TAKT (Setelah Kegiatan TAKT)
Lampiran 3 FotoKegiatan TAKT (Setelah Kegiatan TAKT)

Anda mungkin juga menyukai