Anda di halaman 1dari 124

MODUL GURU PEMBELAJAR

GURU PEMBELAJAR
MODUL PELATIHAN GURU
Mata Pelajaran Seni Budaya/Seni Rupa
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
MATA PELAJARAN SENI RUPA SMP

KELOMPOK KOMPETENSI F

Profesional :
Ilustrasi dan Seni Grafis

Pedagogik :
Pengembangan Potensi Peserta Didik
KELOMPOK KOMPETENSI F

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016
GURU PEMBELAJAR
MODUL PELATIHAN GURU

MATA PELAJARAN SENI RUPA


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

ILUSTRASI
SENI GRAFIS
KOMPETENSI PROFESIONAL
KELOMPOK KOMPETENSI F

Zulfi Hendri, M.Sn.

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016
GURU PEMBELAJAR
MODUL PELATIHAN GURU

MATA PELAJARAN SENI RUPA


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

ILUSTRASI
SENI GRAFIS
KOMPETENSI PROFESIONAL
KELOMPOK KOMPETENSI F

Penulis : Zulfi Hendri, M.Sn.


Editor Substansi : Drs. IGN Swastapa, M.Ds.
Editor Bahasa : Evilina Isnain, S.Pd., MA.

Copyright c 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya,
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan
komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.
ii
 
 
iii
 
iv
 
KATA PENGANTAR

 
v
 
vi
 
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN FRANCHISE ……………………………………………………... ii
SAMBUTAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN ………………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… ix

PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………. 1
B. Tujuan ………………………………………………………………… 1
C. Petunjuk Penggunaan Modul ………………………………............ 2
D. Ruang Lingkup ………………………………………………………. 2
E. Saran Cara Penggunaan Modul …………………………………… 2

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. ILUSTRASI ……………………………... 3


A. Tujuan ………………………………………………………………… 3
B. Indikator Pencapaian Kompetensi …………………………………. 3
C. Uraian Materi ................................................................................ 3
D. Aktivitas Pembelajaran ……………………………………………… 29
E. Latihan/Kasus/Tugas ………………………………………………... 30
F Rangkuman …………………………………………………………... 30
G. Umpan Balik ………………………………………………………….. 31

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2. SENI GRAFIS ………………………….. 33


A. Tujuan ………………………………………………………………… 33
B. Indikator Pencapaian Kompetensi …………………………………. 33
C. Uraian Materi ................................................................................ 43
D. Aktivitas Pembelajaran ……………………………………………… 44

 
vii
 
E. Latihan/Kasus/Tugas ………………………………………………... 44
F Rangkuman …………………………………………………………... 44
G. Umpan Balik ………………………………………………………….. 45

PENUTUP ……………………………………………………………………… 47
SOAL …………………………………………………………………………… 49
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 53
LAMPIRAN
1. Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas Kegiatan Pembelajaran 1:
Ilustrasi ………………………………………………………………… 59
2. Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas Kegiatan Pembelajaran 2:
Seni Grafis …………………………………………………………….. 60
3. Kunci Jawaban Evaluasi …………………………………………….. 61

viii
 
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Model DSP Gerlacy dan Ely 23
Gambar 2 Sistem Perencanaan Pembelajaran 23
Gambar 3 Komposi manusia dalam segala usia 39
Gambar 4 Perbandingan anatomi tubuh manusia 40
Gambar 5 Kelompok binatang Hewan Vertebrata 41
Gambar 6 Itik pulang petang 41
Gambar 7 Ikan lumba-lumba mengudara 42
Gambar 8 Burung terbang di siang hari 42
Gambar 9 Pohon pisang antara batang dan daun 43
Gambar 10 Candi Borobudur dari satu sisi 44
Gambar 11 Ilustrasi realis yg indah karya Michael J Woods 48
Gambar 12 Lukisan Realis karya S Sudjojono 48
Gambar 13 Ilustrasi Dekoratif kuda berlari 49
Gambar 14 Ilustrasi Karikatur 50
Gambar 15 Kartun Binatang 51
Gambar 16 Ilustrasi komik dengan judul Transportasi” 51
Gambar 17 Ilustrasi untuk sampul buku 52
Gambar 18 Bentuk ilustrasi pada buku pelajaran 53
Gambar 19 Ilustrasi Vignette 53
Gambar 20 Bentuk ilustrasi untuk penjelas cerpen 54
Gambar 21 Ilutrasi dengan teknik monotype A & B 73

 
ix
 
x
 
Pendahuluan 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanahkan agar pemerintah mengembangkan sistem pendidikan guru.
Oleh karena itu, program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
bagi guru baik secara mandiri maupun kelompok wajib dilakukan. Semua itu,
demi peningkatan mutu pendidikan dan profesionalismen pendidik dan
tenaga kependidikan.

Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan
sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat
PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan
diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah
satu sumber belajar bagi peserta diklat.

Modul ini merupakan bahan ajar yang digunakan untuk Pelatihan Guru mata
pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Modul ini berisi materi tentang Seni Ilustrasi dan Seni Grafis. Unsur
pengetahuan yang terkait yakni: (1) pengertian, (2) sejarah, (3) jenis-jenis,
dan (4) teknik.

B. Tujuan
Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini diharapkan guru dapat
memahami, baik secara teoretis maupun praktik dalam mempersiapkan,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran seni budaya. Selain itu,
diharapkan guru dapat memecahkan masalah melalui berbagai model,
metode, dan strategi pembelajaran yang relevan dengan permasalahan.


 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

C. Petunjuk Penggunaan Modul


Seni Rupa memiliki berbagai pengetahuan tentang seni menggolah elemen
visual. Dalam rumpun pengetahuan tersebut, seni rupa dibagi dalam rumpun
seni murni, seni patung, dan seni grafis. Ilustrasi adalah bagian dari unsur-
unsur objek seni rupa yang dapat berdiri sendiri dan dapat juga digabung
dengan unsur lainnya seperti grafis.

D. Ruang Lingkup
Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini diharapkan guru dapat
memahami, baik secara teoretis maupun praktik dalam mempersiapkan,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran seni budaya. Selain itu,
diharapkan guru dapat memecahkan masalah melalui berbagai model,
metode, dan strategi pembelajaran yang relevan dengan permasalahan.

E. Saran Cara Penggunaan Modul


Modul ini dapat dipelajari secara mandiri maupun melalui pengarahan dan
bimbingan dari instruktur. Secara madiri guru harus memahami konsep dan
teori subsatansi yang dipaparkan, kemudian diimplentasikan melalui praktik.

Demikian pula penerapan materi seni budaya ke dalam berbagai pendekatan


yang diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar seni budaya
melalui berbagai model pembelajaran sesuai yang dipaparkan dalam modul
ini.

 

   
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

ILUSTRASI

A. Tujuan
Pembelajaran ilustrasi ini bertujuan untuk memberikan wawasan baik secara
teoretis maupun praktis dalam mempersiapkan, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran ilustrasi secara tepat. Selain itu, melalui materi
ini dapat meningkatkan kompetensi guru seni budaya khususnya seni rupa.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kompetensi yang ditargetkan pada kegiatan
pembelajaran ini adalah
1. menguasai konsep gambar ilustrasi;
2. menguasai beragam keteknikan dan bahan dalam menggambar ilustrasi;
dan
3. menguasai cara membuat beragam gambar ilustrasi manual sesuai
dengan fungsinya.

C. Uraian Materi
1. Pengertian dan Sejarah Singkat Ilustrasi
Secara etimologis, ilustrasi menurut Webstion New Compact Format
Dictionary (1985), dirujuk dari bahasa Inggris yakni illustration dengan
bentuk kata kerja to illustrate. Sedangkan dari bahasa latin yaitu illustrare
yang berarti pelengkap sesuatu untuk memperjelas dengan menunjukkan
contoh-contoh, khususnya melalui bentuk-bentuk, diagram, dan gambar-
gambar. Hal yang sama juga dapat diambil dan diterjemahkan dari
bahasa Belanda (illustratie) yang berarti menerangkan atau memperjelas.
Tidak jauh berbeda dengan pengertian tersebut, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1999:372), ilustrasi mengandung pengertian: (1)
gambar untuk memperjelas isi buku, karangan; (2) gambar, desain atau

 

 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

diagram untuk menghias (misalnya halaman sampul); dan (3) keterangan


(penjelas) tambahan berupa contoh, bandingan dan sebagainya.

Untuk memperjelas paparan ketiga di atas, Mayer (dalam Muharrar,


2003:2) mendefinisikan ilustrasi yaitu gambar yang secara khusus dibuat
untuk menyertai teks pada buku atau iklan untuk memperdalam
keterangan dari teks tersebut. Dalam perkembangannya, ilustrasi tidak
lagi hanya terbatas sebagai gambar yang mengiringi teks tetapi
berkembang ke arah yang lebih luas. Ilustrasi kemudian didefinisikan
sebagai gambar atau alat bantu lain yang membuat sesuatu baik buku
maupun ceramah yang dipaparkan seara lisan agar menjadi lebih jelas,
lebih bermanfaat atau menarik (Muharrar, 2003:2). Disisi lain, ilustrasi
bukan sebagai pelengkap atau penjelas dari sebuah teks, tetapi ilustrasi
adalah bentuk visualisasi dari suatu tulisan dengan dalam bentuk gambar,
lukisan, dan atau hasil fotografi yang lebih menekankan hubungan subjek
dengan tulisan. Selain itu juga berasal dari bahasa inggris (illustration),
yang artinya karya gambar, foto atau lukisan. Tujuan ilustrasi adalah
untuk menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau
informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan
tersebut lebih mudah dicerna.

Berdasarkan terjemahan dan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa


ilustrasi dapat berupa gambar maupun percontohan yang dapat berfungsi
sebagai penjelas dan perwakilan dari sebuah teks maupun cerita untuk
kepentingan berbagai sudut pandang penerimaan manusia yang memiliki
latarbelakang majemuk. Karena bentuk dan fungsinya sebagai penjelas
dan perwakilan maka dikemaslah sedemikian rupa agar tampak lebih
menarik dan bersahabat.

Penggunaan kata ilustrasi pada dasarnya dapat ditelusuri dari berbagai


karya seniman masa silam yang banyak meninggalkan jejak-jejak dalam
bentuk goresan dinding dan tulisan-tulisan pada batu maupun pada
tulisan hierioglif.di Amerika Serikat, masa keemasan ilustrasi telah
berlangsung sejak tahun 1880, setelah perang dunia I. Hal ini terjadi
 

 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

seiring dengan populernya surat kabar, majalah dan buku bergambar


yang memungkinkan adanya eksperimen dari seniman masa itu. Di
Eropa, seniman pada masa keemasan dipengaruhi oleh kelompok Pre-
Raphaelite dan gerakan-gerakan yang berorientasi kepada desain seperti
Arts and Crafts Movement, Art Nouveau, dan Les Nabis. Contohnya
Walter Crane, Edmund Dulac, Aubrey Beardsley, Arthur Rackham dan
Kay Nielsen. Sedangkan menurut Kurt Weitsman dalam The History of
Illustrated Book dijelaskan asal muasal seni ilustrasi lahir didorong oleh
kebutuhan akan penjelasan yang bersifat visual daripada dekoratif
(Muharrar, 2003:56).

Di Indonesia Ilustrasi dapat ditelusuri melalui artifak-artifak visual naratif


yang ada. Merunut khasanah, visual naratif di Indonesia tidak kalah
panjang dengan visual naratif di belahan dunia lainnya. Catatan-catatan
visual di garca-garca goa Leang-leang daerah Sulawesi dan goa Pawon
di Jawa Barat menjadi penandanya. Selain itu, ilustrasi juga sudah
muncul melalui media surat kabar ataupun majalah. Hanya saja istilah
’Ilustrasi’ bukan berasal dari kamus bahasa Indonesia, namun secara
subtantif artifak-artifak visual tersebut memiliki kesamaan secara
fungsional untuk menjelaskan atau menerangkan sesuatu tanpa teks
maupun secara lisan. Disinilah dapat diyakini bahwa ada korelasi yang
jelas antara gambar dan teks. Gambar berfungsi memperjelas teks
sedangkan ilustrasi sebagai interpretasi visual terhadap teks, walaupun
ada beberapa artifak rubrikasi yang dijumpai tidak memiliki hubungan
langsung antara teks dan ilustrasi, korelasi gambar-gambar terasa jauh
atau bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan rubrik yang
diwakilinya. Sebagai contoh teks bertuliskan ”Panjebar Semangat”
sedangkan wakil visual yang hadir adalah gambar pegunungan dengan
sawah dan petani, atau stilasi Kala menyerupai ukiran pintu gerbang.
Penggunaan ilustrasi sebagai wakil-wakil visual tersebut dapat kita baca
lebih simbolis. Gambar landscape gunung beserta sawah dan petani
ataupun stilasi Kala tersebut sebagai subtitusi Nasionalisme atau Negara
Indonesia.

 

 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

Wujud lain dari pada lahirnya ilustrasi di Indonesia adalah terdapat


gambar-gambar yang menyertai teks di dalam media massa seperti surat
kabar dan majalah. Pada surat kabar, biasanya ilustrasi muncul
mengiringi teks cerpen dan tajuk utama atau editorial. Sebagian besar
ilustrasi yang yang tampak waktu itu bersifat Naratif. Dalam hal ini
seorang Ilustrator memposisikan dirinya sebagai interpreter visual.
Modusnya mencoba menterjemahkan teks dengan mencari moment yang
paling menarik dan mewakili dari naskah tersebut, kemudian mencari
wakil visualnya yang paling jelas dalam menyampaikan pesan.

Di tahun 1956 ditemukan artifak ilustrasi bernada penuh dengan gradasi


yang halus. Kecenderungan tersebut dihadirkan melalui pendekatan
hitam putih dengan media cat air. Gaya gambar yang muncul lebih realis
mendekati hasil foto. Di akhir 60-an muncul kecenderungan baru dalam
mengolah huruf sebagai bagian dari gambar yang dapat juga disebut
tipografi. Tipografi sebagai gambar (type as image) adalah sebuah
kesadaran baru dari para ilustrator waktu itu.

Pada saat ini peranan ilustrasi sangat bermanfaat bagi perkembangan


periklanaan khususnya pada media cetak dan televisi. Ilustrasi menjadi
berkembang dan menjadi sebuah fenomena yang mewarnai dunia
periklanan bersamaan dengan elemen-elemen lain seperti tipografi,
layout, dan advertising.

2. Fungsi Ilustrasi
Ketika kita membicarakan Ilustrasi dalam konteks gambar berarti
memperbincangkan ilustrasi dalam bingkai fungsi. Hal ini terjadi karena
dalam sejarahnya kata “Illustrate” muncul akibat pembagian tugas
fungsional antara teks dan gambar. Dari etimologinya llustrate punya arti
memurnikan atau menerangi. Dalam konteks ini Ilustrasi adalah gambar
yang dihadirkan untuk memperjelas sesuatu yang bersifat tekstual.

 

 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

Menurut Kusmiati (dalam Muharrar, 2003), fungsi ilustrasi adalah:


a. menggambarkan suatu produk atau suatu ilusi yang belum pernah
ada;
b. menggambarkan kejadian atau peristiwa yang agak mustahil,
misalnya gambar sebuah pohon yang memakai sepatu;
c. mencoba menggambar ide abstrak, misalnya depresi;
d. memperjelas komentar, biasanya komentar editorial, dapat berbentuk
kartun atau karikatur;
e. memperjelas suatu artikel dengan gambar;
f. menggambar sesuatu secara rinci, misalnya ilustrasi untuk ilmu
tumbuh-tumbuhan yang mengurai bagian-bagian dari tumbuh-
tumbuhan; dan
g. membuat corak tertentu pada suatu tulisan yang menggambarkan
masa atau zaman pada saat tulisan ini dibuat, misalnya masa
“Victorian” digambarkan dengan bentuk yang lembut dan garis
beroramen.

Fungsi lain ilustrasi sebagaimana yang tertulis dalam wikipedia.org/wiki/


Ilustrasi antara lain:
a. memberikan bayangan setiap karakter di dalam cerita;
b. memberikan bayangan bentuk alat-alat yang digunakan di dalam
tulisan ilmiah;
c. memberikan bayangan langkah kerja;
d. mengkomunikasikan cerita;
e. menghubungkan tulisan dengan kreativitas dan individualitas
manusia;
f. memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan;
dan
g. dapat menerangkan konsep yang disampaikan.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilustrasi dapat


berfungsi sebagai sarana penarik perhatian dan perangsang minat para
pembaca atau audience untuk memahami isi keseluruhan dari media
tersebut. Fungsi ilustrasi dapat dikatakan pula sebagai penggambaran
 

 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

secara grafis dari suatu tulisan sebagai penguat pesan atau informasi.
Maka dari itu, kesuksesan dari seorang ilustrator dapat dilihat dari
kemampuannya di dalam membuat gambar untuk memperjelas dari suatu
subyek tulisan yang dapat dengan mudah untuk dipahami oleh para
audience.

Ilustrasi dengan berbagai kekuatan seninya juga dapat difungsikan media


proses belajar mengajar. Pernyataan ini didasarkan pada hasil penelitian
Seth Spaulding (Sudjana, 2001:12) yang mengatakan sebagai berikut:
a. ilustrasi gambar merupakan perangkat pelajaran yang sangat menarik
minat belajar siswa;
b. ilustrasi gambar membantu siswa membaca dalam penafsiran dan
mengingat isi materi teks yang menyertainya;
c. pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau sehalaman
penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas;
d. ilustrasi gambar harus dikaitkan dengan kehidupan yang nyata, agar
minat para siswa menjadi efektif; dan
e. ilustrasi gambar hendaknya ditata sedemikian rupa.

3. Unsur-unsur Ilustrasi
Unsur-unsur utama ilustrasi adalah berupa gambar yang dikemas
sedemikian rupa untuk memperjelas pesan ataupun suatu cerita. Untuk
mendapatkan visualisasi yang baik, maka sesungguhnya unsur dari
pembentuk objek ilustrasi adalah unsur-unsur yang digunakan seni rupa
pada umumnya yaitu garis, bidang, warna, dan tekstur. Walaupun
demikian, ada unsur-unsur dari pada ilustrasi yang secara umum
digunakan yakni andanya gambar/objek, tema/cerita, dan media. Objek
ilustrasi dapat berupa gambar manusia, gambar binatang, gambar
tumbuh-tumbuhan, dan gambar alam benda. Begitu pula dengan tema
atau cerita, tema yang diangkat dalam ilustrasi memiliki banyak jenis,
sehingga tema dapat diseuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan media
adalah penggunahan bahan yang sekaligus diiringgi dengan teknik yang
sesuai pula.

 

 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

a. Objek Gambar
1) Gambar Manusia

Gambar 3. Komposi manusia dalam segala usia.


Sumber: Dok. Zulfi Hendri

Gambar manusia sering sekali digunakan sebagai objek ilustrasi,


karena sering menjadi tema atau cerita dalam kehidupan.
Walaupun demikian, bukan berarti mengambar objek manusia
sebagai subjek ilustrasi sangatlah mudah. Membetuk gambar
manusia untuk ilustrasi kita harus memahami terlebih dahulu
anatomi (bentuk tubuh) dan proporsi (perbandingan) manusia
dengan baik. Anatomi adalah kedudukan struktur tulang dan otot
yang menentukan besar kecil, cekung cembung tubuh manusia.
Proporsi adalah perbandingan bagian perbagian dengan
keseluruhan objek. Hal ini untuk mengetahui berapa perbandingan
ukuran kepala dengan tubuh, berapa panjang lengan atas
dibandingkan lengan bawah, berapa ukuran lebar bahu
dibandingkan tinggi badang dan sebagainya. Begitu juga
pemahaman bagaimana bentuk jari, tangan, hidung, mata, kaki
dan anggota tubuh yang lainnya. Secara umum proporsi tubuh
manusia adalah yang sering dipedomani adalah:
a) Tinggi manusia dewasa (Indonesia) = 7 x tinggi kepalanya
b) Tinggi anak-anak usia 10 tahun = 6 x tinggi kepalanya

 

 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

c) Tinggi anak-anak usia 5 tahun = 5 x tinggi kepalanya


d) Tinggi balita usia 1 tahun = 4 x tinggi kepalanya
e) Bahu pria lebih lebar dari pada bahu perempuan
f) Panjang telapak tangan sama dengan lebar wajah
g) Panjang telapak kaki sama dengan tinggi wajah
h) Letak mata setengah tinggi wajah
i) Lebar mata seperlima lebar wajah
j) Letak bibir ditengah-tengah antara cuping hidung dan dagu

Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Perbandingan anatomi tubuh manusia.


Sumber: https://www.google.co.id/search?q=ilustrasi+gambar+manusia

2) Gambar Binatang
Jenis binatang yang ada di alam ini sanget beragam. Walaupun
demikian setiap jenis binatang memiliki ciri-ciri dan karakter
masing-masing. Hal inilah yang perlu diperhatikan agar gambar
binatang yang digunakan sebagai ilustrasi dapat menyampaikan
pesean sesuai konteks yang dibiarakan. Untuk menggambar objek
binatang hampir sama dengan menggambar manusia,
menggambar binatang juga harus menguasai anatomi binatang

 
10 
 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

sesuai dengan jenisnya. Untuk memudahkan dalam


pengkategorisasian setidaknya terdapat 3 jenis binatang yaitu :

Gambar 5. Kelompok binatang Hewan Vertebrata


Sumber: pustekkom kemendikbud

a) Binatang Darat

Gambar 6. Itik pulang petang

Banyak jenis bidatang yang hidup di darat. Dalam perspektif


seni rupa kelompok binatang yang hidup di darat dapat
dibedakan dari bentuk visual yang mudah dikenali yakni
binatang darat berkaki dua seperti ayam, itik, dan banggau.
Sedangkan binatang darat berkaki empat seperti kuda,
kerbau, dan gajah.

 
11
 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

b) Binatang Air

Gambar 7. Ikan lumba-lumba mengudara

Binatang air adalah kelompok binatang yang hidup di air


seperti buaya, ikan, penyu, dan lumba-lumba. Karena
hidupnya di air, maka bentuk secara anatomi binatang ini
tentunya berbeda dengan yang ada di darat. Perbedaan ini
perlu disadari secara visual agar dalam pembuatan gambar
dapat dikenali ciri-ciri dari binatang air tersebut.

c) Binatang Udara

Gambar 8. Burung terbang di siang hari

Jenis binatang yang cenderung memiliki sayap sering disebut


dengan binatang udara, walaupun kita tahu bahwa

 
12 
 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

kehidupannya juga di darat seperti ayam dan itik. Karena


binatang ini memiliki sayap maka kehidupanya bisa terbang
kemana-mana seperti burung, kupu-kupu, dan kumbang.

3) Gambar Tumbuhan

Gambar 9. Pohon pisang antara batang dan daun

Menggambar tumbuhan tidak harus selalu sama mirip dengan


objeknya, karena seringkali illustrasi menggunakan gambar
tumbuh-tumbuhan hanya sekedar pengisi kekosongan. llustrasi
sebagai pelengkap dari cerita tidak memerlukan detil yang
lengkap, namun tetap saja perlu diperhatikan bentuk dasarnya
supaya tidak kelihatan janggal. Pada dasarnya bentuk tumbuhan
dapat dibedakan apakah jenis tumbuhan berbatang atau tidak,
bercabang atau tidak dan jenis tumbuhan rumpun atau semak dan
sebagainya. Perlu diperhatikan juga bahwa setiap jenis tumbuhan
mempunyai ciri-ciri atau karakter tertentu yang berbeda dengan

 
13
 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

jenis lain, baik pada bentuk batang, daun, bunga maupun


buahnya.

4) Gambar Alam Benda

Gambar 10. Candi Borobudur dari satu sisi


Sumber: Dok. Zulfi Hendri

Benda-benda yang biasa digunakan sebagai obyek dalam


menggambar illustrasi terbagi dalam dua bentuk dasar yaitu
bentuk kubistis dan silindris. Objek ini dapat berupa batu, kayu,
dan benda lainnya yang menjadi kebutuhan manusia dan yang
digunakan sebagai objek itu sendiri ataupun benda bersejarah
seperti candi Borobudur yang menjadi simbolisasi daerah dan
benda bersejarah.

Sebagai unsur dari ilustrasi, selain apa yang sudah diuraikan di


atas, menggambar objek ilustrasi ada hal-hal lain yang harus
diperhatikan yaitu:
a) gambar sesuai dengan cerita atau tema pokok;
b) menonjolkan obyek utama;
c) memiliki ciri-ciri tersendiri (karakter);
d) menarik dan sederhana;
e) mudah dipahami (komunikatif);
f) adanya latar belakang/gambar pelengkap; dan
g) menggunakan media yang tepat.

 
14 
 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

Tujuan atau sifat pokok pembuatan gambar illustrasi adalah


komunikatif, artinya dengan gambar illustrasi yang menjelaskan
teks bacaan, maka pembaca akan lebih memahami isinya. Sifat ini
berkaitan dengan penempatan gambar illustrasi pada buku-buku
pelajaran, koran, komik dan sebagainya. Sedangkan tujuan
sekunder gambar illustrasi adalah sebagai penghias tampilan
seperti hiasan sampul, pengisi bidang-bidang yang masih kosong,
penunjuk atau pengantar suatu artikel. Namun demikian dalam
perkembangannya, gambar illustrasi sekarang dapat berdiri
sendiri menjadi sebuah karya seni rupa 2 dimensi terlepas dari
fungsinya sebagai sarana menjelaskan sebuah cerita.

b. Tema atau Cerita


Tema atau cerita merupakan sebuah istilah yang tentunya tidak asing
lagi jika kita mendengarnya. Dulu kita sering kali ketika masih anak-
anak, orang tua kita bercerita tentang sebuah kisah yang menarik
sebagai pengantar tidur dan berharap kelak nanti ketika kita dewasa
dapat mengambil hikmah dari nilai-nilai kebijaksanaan cerita tersebut.
Dalam The Concise Oxford Dictionary of Literary Term (1990: 211)
menjelaskan cerita adalah gabungan beberapa peristiwa yang
membentuk suatu alur. Dalam artian gabungan dari beberapa
peristiwa tersebut membentuk sebuah alur yang memiliki cerita dari
awal sampai akhir yang saling memiliki keterkaitan. Seperti itu pula
hal yang akan dikembangkan dalam tema dalam ilustrasi yang
dikembangkan melalui gambar.

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1999:202) cerita


adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu
hal atau (peristiwa, kejadian), karangan yang menuturkan perbuatan,
pengalaman atau penderitaan orang, baik yang sungguh-sungguh
terjadi ataupun yang hanya rekaan belaka.

 
15
 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

1) Jenis Cerita
Menurut Bacom (dalam Fatriani, 2006: 10) cerita rakyat dibagi
menjadi 3 yaitu: mite, legenda, dan dongeng. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut.
a) Mite yaitu cerita yang dianggap benar-benar terjadi serta
dianggap suci bagi yang punya cerita. Peristiwa terjadi pada
dunia lain atau bukan seperti yang dikenal sekarang ini, terjadi
pada masa lampau. Mite, merupakan cerita prosa rakyat yang
ditokohkan oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Mite
Indonesia biasanya menceritakan terjadinya alam semesta
(kosmologi), terjadinya susunan para dewa, dunia dewata dan
tokoh pembawa kebudayaan (kultur hero), terjadinya makanan
pokok pertama kali.
b) Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap pernah terjadi
tetapi tidak dianggap suci, ditokohi oleh manusia, seringkali
dibantu oleh makhluk-makhluk gaib.
c) Dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap tidak benar-
benar terjadi oleh yang empunya cerita dan tidak terikat oleh
waktu maupun tempat. Danandjaja (dalam Riyadi, 1994) juga
menggolongkan cerita rakyat yang biasa disebut “cerita prosa
rakyat” sebagaimana yang ada pada mite di atas.

2) Bentuk Tema atau Cerita.


Sebagai penjelas dari sebuah teks, ilustrasi berupaya mengikuti
apa kata teks. Dalam bentuk sederhana, ungkapan dari ilustrasi
didasarkan pada tema atau cerita yang dinginkan. Dengan
demikian tema-tema yang digunakan selalu didasarkan pada
subjek mater. Bentuk tema dirumuskan dari alur cerita seperti
bermain di kebun, mendaki gunung, siswa berprestasi, seniman
naik haji, dan banyak lagi tema-tema yang diangkat. Tema
cenderung singkat dan mampu mewakili cerita dari yang ingin
disampaikan.

 
16 
 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

c. Media
Media diartikan sebagai bahan atau peralatan yang dibutuhkan.
Dalam menggambar illustrasi tidak dibutuhkan peralatan khusus.
Berdasarkan medianya, peralatan menggambar illustrasi dibedakan
menjadi dua yaitu media hitam putih dan media warna.
Yang termasuk media hitam putih adalah warna yang diproduksi dari
media tersebut yang menghasilkan warna hitam. Adapun media yang
sering digunakan yakni pensil, pena, trek pen, spidol, kuas dan tinta
bak. Sedangkan media pewarna antara lain :
1) pensil/spidol warna;
2) pastel dan crayon;
3) cat air (berbasis air);
Menurut sifatnya cat air terbagi menjadi 2 jenis, transparant water
colour dan nontransparant/opaque water colour. Transparant
water colour adalah cat air yang mempunyai sifat transparan atau
tembus pandang. Warna-warnanya lebih cemerlang tetapi tidak
mengilat (dove). Warna putih adalah warna kertas yang dipakai
sebagai dasar nontransparant/opaque water colour merupakan cat
air yang mempunyai sifat tidak tembus pandang. Cat air ini
mempunyai daya penutup yang kuat atau opaque tetapi warnanya
tidak bisa cemerlang melainkan agak mengilat. Cat air jenis ini
juga sering disebut sebagai poster colour.
4) cat minyak (berbasis minyak).

4. Jenis Ilustrasi
Pada dasarnya ilustrasi dapat digolongkan dalam beberapa bagian antara
lain (1) ilustrasi realis; (2) ilustrasi dekoratif; (3) ilustrasi karikatur; (4)
kartun, dan komik.
a. Ilustrasi realis atau naturalis, adalah gambar ilustrasi yang memiliki
bentuk dan warna sama dengan kenyataan yang ada di alam tanpa
ada pengurangan atau penambahan. Kebanyakan ilustrasi ini
digunakan untuk mendukung cerita yang untuk kepentingan
pendidikan dan periklanan. Walaupun demikian masih banyak juga
 
17
 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

iklan yang menggunakan jenis ilustrasi kartun dan karikatur. Berikut


dua karya seni ilustrasi dr dua orang seniman yang berbeda.

Gambar 11. ilustrasi realis yg indah karya Michael J Woods

Gambar 12. Lukisan Realis karya S Sudjojono


yang dapat digunakan sebagai ilustrasi cerita rakyat

b. Ilustrasi dekoratif, yaitu gambar ilustrasi yang berfungsi menghiasi


atau memperindah sesuatu, bentuknya disederhanakan atau dilebih-

 
18 
 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

lebihkan. Ilustrasi ini tidak memiliki peran untuk memperkuat teks,


tetapi lebih pada penambah keindahan dari sesuatu. Gambar
dekoratif diwujudkan dengan cara menstilir atau mengubah bentuk-
bentuk yang ada di alam tanpa meninggalkan ciri khasnya. Corak
dekoratif adalah corak yang sering kita temukan terutama di dalam
rumah. Contohnya: ornamen ukir (yang diterapkan pada peralatan
rumah tangga seperti kursi, tempat tidur, lemari dan sebagainya),
wayang kulit dan bentuk hasil karya kerajinan lainnya.

Gambar 13. Ilustrasi Dekoratif kuda berlari

c. Ilustrasi karikatur
Karikatur berasal dari bahasa Italia caricature yang berarti melebih-
lebihkan atau mengubah bentuk (deformasi). Ilustrasi yang bergambar
karikatur pada dasarnya memiliki kesamaan dengan gambar kartun.
Bedanya, di samping menampilkan kelucuan, ilustrasi karikatur berisi
kritikan atau sindiran terhadap kepincangan yang terjadi di
masyarakat. Dengan demikian karikatur juga berfungsi sebagai
kontrol sosial. Pada umumnya karikatur menggambarkan wajah tokoh
atau pemimpin yang lagi menjadi topik pembicaraan. Penggambaran
ditonjolkan pada bagian kepala dengan tidak meninggalkan karakter
tokoh yang digambar. Karikaturis Indonesia yang terkenal adalah:
Sibarani, T. Sutanto, Pramono, G.M. Sidharta, Alex Dinuth dan
 
19
 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

sebagainya. Gambar ilustrasi yang bersifat karikatural dibedakan


menjadi dua, yaitu gambar karikatur dan gambar kartun. Berikut
contoh karyanya.

Gambar 14. Ilustrasi karikatur

d. Ilustrasi kartun, yaitu gambar yang menampilkan kelucuan atau humor


yang bertujuan menghibur. Gambar kartun dianggap berhasil jika
dapat membuat orang tertawa atau setidaknya dapat membuat orang
tersenyum. Gambar kartun dapat berupa tokoh binatang atau
manusia. Gambar ini banyak dijumpai pada majalah, surat kabar,
buku komik, dan sebagainya. Tokoh yang dikenal sebagai bapak
kartun modern adalah William Hogart dari Inggris yang hidup pada
tahun 1697-1764 . Sedangkan kartunis Indonesia yang terkenal
adalah Hari Pede, Gunawan Raharjo, Itos Budi Santoso dan
sebagainya. Gambar kartun sering disebut juga gambar animasi.
Gambar animasi kini banyak dibuat menjadi film animasi seperti film
kartun. Berikut contoh karya ilustrasi kartun.

 
20 
 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

Gambar 15. Kartun Binatang

e. Ilustrasi komik
Komik berasal dari kata comic yang berarti lucu atau jenaka. Pada
komik terdapat rangkaian gambar yang saling melengkapi dan
mengandung suatu cerita. Dalam penyajiannnya, komik terdiri dari
rangkaian gambar yang satu dan lainnya saling melengkapi dan
mengandung suatu cerita yang disebut comic strip. Deretan gambar
yang tersusun tersebut menceritakan suatu kisah yang diambul dari
peristiwa sehari-hari. Comic strip kemudian berkembang menjadi
suatu cerita komik yang dibuat dalam buku tersendiri. Bahasa atau
tulisan dalam ilustrasi komik hanya sekedar pelengkap.

Gambar 16. Ilustrasi komik dengan judul “Transportasi”


Sumber: (Kepustakaan Gramedia Populer, 2007), hal. 190.
 
21
 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

f. Ilustrasi cover
Cover berarti kulit, terdapat pada sampul buku atau majalah dan lain-
lain. Dalam pembuatan cover ilustrator hendaknya memperhatikan isi
dan karakter dari. buku atau majalah agar penampilannya lebih
menarik. Fungsi cover adalah untuk menggambarkan isi buku atau
menambah daya tarik sebuah buku atau majalah. Pada dasamya
pembuatan sebuah cover sama dengan pembuatan karya seni rupa
yang lain yaitu mengutamakan unsur-unsur keindahan (estetika) dan
seni (artistik) serta tidak meninggalkan fungsi utamanya sebagai
sampul. Berikut satu contoh dari karya ilustrasi yang difungsikan
untuk cover.

Gambar 17. Ilustrasi untuk sampul buku

g. llustrasi Pada Buku Pelajaran


llustrasi yang ada pada buku pelajaran sangat menolong dalam
memahami suatu penjelasan. Misalnya dalam pelajaran Biologi, untuk
memahami sistem pencemaan akan lebih mudah jika menggunakan
gambar ilustrasi. Dalam pelajaran sejarah untuk menjelaskan bentuk
candi Borobudur akan lebih mudah jika mempergunakan gambar atau
foto. Selain itu ilustrasi dalam bentuk bagan juga banyak digunakan
dalam buku pelajaran untuk menjelaskan suatu proses atau
metabolisme kehidupan di alam.

 
22 
 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

Gambar 18. Bentuk ilustrasi pada buku pelajaran

h. Vignette (baca = vinyet)


Ilustrasi berupa garis-garis dan sebagaian diblok dengan tinta sering
kita jumpai dalam majalah yang fungsinya adalah untuk menghias dan
mengisi ruang yang kosong. Bentuk vignet pada umumnya berupa
gambar dekoratif. Vignet dapat juga dikembangkan menjadi bentuk
seni dekoratif yang berdiri sendiri sebagai karya seni seperti contoh
berikut ini:

Gambar 19. Ilustrasi Vignette

 
23
 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

i. Illustrasi Cerpen
Daya tarik sebuah cerpen sangat dipengaruhi oleh ilustrasi yang
mengiringinya,' disamping untuk menambah daya tarik ilustrasi juga
berfungsi untuk memberi penguatan pada tokoh yang digambarkan
dalam naskah cerita. Semakin indah ilustrasi yang ditampilkan, akan
membuat orang tambah penasaran untuk membacanya.

Gambar 20. Bentuk ilustrasi untuk penjelas cerpen


Sumber: Dok. Zulfi Hendri

j. Ilustrasi Uang Kertas


Uang kertas yang kita gunakan sebagai alat tukar tidak dilengkapi
dengan ilustrasi di dalamnya. Dengan teknik arsir dan dekorasi yang
indah uang didisain menjadi karya seni dua dimensi yang sangat
menarik untuk digunakan.

Pembagian atau jenis ilutrasi dalam perkembangannya menurut


Salam (dalam Muharrar, 2003:13) dapat dikelompokkan menjadi tujuh
pembagian yakni:

 
24 
 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

a. Ilustrasi buku (merujuk pada ilustrasi yang dibuat sebagai


pendamping atau penjelas teks pada buku). Adapun beberapa
jenisnya antara lain ilustrasi buku ilmiah (non-fiksi), ilustrasi buku
kesusastraan, ilustrasi buku anak-anak, ilustrasi buku komik.
b. Ilustrasi editorial merujuk pada ilustrasi yang dibuat untuk
menyajikan pandangan (opini) dimuat di surat kabar atau majalah,
jenisnya antara lain ilustrasi kolom, komik strip, karikatur, kartun.
c. Ilustrasi busana (merujuk pada ilustrasi yang dibuat untuk
memperkenalkan atau menjual produk busana yang sedang
mode).
d. Ilustrasi televisi (Ilustrasi yang dibuat untuk kepentingan siaran
televisi dapat berupa sket sederhana sampai ilustrasi yang
mendetail dan berwarna-warni. Ilustrasi televisi didesain untuk
siaran televisi).
e. Ilustrasi animasi (ilustrasi ini menampilkan unsur rupa atau
gambar dan gerak. Penggabung antara ilustrasi dan film
membawa pada penemuan ilustrasi animasi)
f. Seni Klip (Clip Art) merupakan ilustrasi yang dibuat untuk
mendukung suatu tulisan, tetapi tidak memiliki biaya untuk
membelinya. Seni klip merupakan seni siap saji di mana dapat
ditempatkan pada lay out tanpa harus meminta izin atau
membayar royalti pada orang lain, seni ini dapat berbentuk
cetakan atau digital. Ilustrasi cover, kalender, kartu ucapan,
perangko, poster, dan lain sebagainya. (Ilustrasi ini dibuat untuk
memenuhi maksud dan tujuan dari benda-benda di mana ia
ditampilkan.

5. Teknik Ilustrasi
Menurut Poerwadarminta, (1976) kata “teknik” diartikan cara (kepandaian)
membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berkenaan dengan
kesenian. Dalam hal ini diberikan contoh teknik melukis, mengarang, dan
sebagainya. Sedangkan Menurut Muharrar (2003:52) teknik dalam
pembuatan ilustrasi dibedakan menjadi 3 bagian yakni: (1) ilustrasi
dengan teknik gambar tangan; (2) ilustrasi dengan teknik fotografi, atau
 
25
 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

alat elektronik lain misalnya komputer; dan (3) ilustrasi dengan teknik
gabungan gambar tangan dan teknik fotografi atau alat elektronik lainnya,
sebagai hasil ekspresi dan kreasi dari ilustratornya.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat diambil pemahaman bahwa


banyak cara yang dipergunakan untuk menggambar ilustrasi, dan cara
tersebut sangatlah berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang
yang diperoleh melalui latihan-latihan sehingga dapat diperoleh bentuk-
bentuk penafsiran yang baik dari gagasan atau ide.

Teknik-teknik yang digunakan dalam menggambar ilustrasi


sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan yang digunakan dalam
berkarya seni rupa lainnya seperti gambar bentuk dan gambar model.
Poerwodarminta (dalam Fatriani, 2006) mengatakan ada beberapa teknik
yang dapat dicapai dalam membuat sebuah karya ilustrasi dengan teknik
drawing atau gambar tangan, antara lain sebagai berikut.
a. Line Drawing, yaitu gambar yang dibuat dengan menggunakan alat
pena dan tinta gambar. Gambar ini hanya berwarna hitam putih.
Ilustrasi yang sering dikerjakan dengan teknik ini adalah kartun,
karikatur, dan sejenisnya. Teknik ini juga sering disebut dengan nama
teknik kering. Menggambar ilustrasi dengan teknik kering
yaitu, tidak perlu menggunakan pengencer air atau minyak. Ilustrasi
dibuat langsung pada bidang dua dimensi berupa kertas gambar
kemudian dibuat sketsa untuk selanjutnya diberi aksen garis atau
warna sesuai dengan media kering yang digunakan.
b. Wash Drawing yaitu teknik dalam menggambar yang menggunakan
media basah. Digambar dengan garis yang lembut dan sapuan kuas
segara bersama-sama dengan keselarasan yang sempurna. Gambar
dengan teknik ini dinuat dengan menggunakan kuas, hasilnya lebih
realistis, mirip foto hitam putih. Gambar dengan teknik ini dibedakan
menjadi dua macam yakni : (a) tight drawings, yaitu gambar ilustrasi
dengan teknik wash drawing yang lebih bersifat rinci dan realistis, (b)
loose drawing yaitu, ilustrasi dengan teknik wash drawing yang lebih
bersifat impresif (menggambarkan efek pencahayaan secara
 
26 
 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

spontanitas). Nama lain dari teknik ini adalah teknik basah. Media
yang digunakan untuk teknik basah antara lain seperti, cat air, cat
minyak, tinta, atau media lain yang memerlukan air dan minyak
sebagai pengencer.
c. Scratchboard, yaitu ilustrasi yang menggunakan kertas bertekstur
khusus sebagai medianya.

Keteknikan-keteknikan yang diuraikan di atas, diharapkan mampu


menarik perhatian, merangsang minat untuk membaca kesan dan pesan
yang disampaikan pada cerita atau berita dengan kata lain kehadirannya
diharapkan mampu menerangkan persaingan dalam menarik perhatian
pembaca di antara rentetan pesan lainnya. Ilustrasi yang dibuat oleh
seorang illustrator dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Ilustrasi garis, ilustrasi ini dapat ditandai dengan melihat adanya
goresan-goresan berupa garis, semisal yang dibuat dengan
menggunakan pena (garis lurus, lengkung, garis patah, garis getar
dan sebagainya).
b. Ilustrasi geometris, yaitu ilustrasi yang mempergunakan pola-pola dan
gambaran yang ada dalam geometri (ilmu ukur). Seperti lingkaran,
segitiga, segi panjang, bujur sangkar dan lain sebagainya. Ilustrasi ini
sering dipergunakan dalam poster-poster, iklan dan lain sebagainya.
c. Ilustrasi bercak-bercak, ilustrasi ini lebih mudah ditandai dengan
melihat karakteristiknya yang kelihatan spontan pada waktu
pembuatannya. Wujudnya berupa bercak-bercak seperti bekas
lumpur di kubangan. Bekas sapuan kuas yang spontan dapat pula
dinamakan doodle. Ilustrasi ini dapat dipergunakan pada buku-buku
yang bersifat seni ataupun pada ilustrasi buku.
d. Ilustrasi dengan cukil kayu merupakan ilustrasi yang dibuat dari kayu
yang dicukil-cukil (cukilan kayu). Dengan menggunakan bahan lem
yang mempunyai sifat larut air. Gambar diproses sebagaimana halnya
membatik. Gambar akan muncul seperti hasil cetakan dan cukil kayu,
karenanya dinamakan cungkilan kayu tiruan (imitasi). Ilustrasi ini
banyak dipakai dalam buku-buku sastra atau novel, magic, dan
pekerjaan poster.
 
27
 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

e. Ilustrasi kolase, ilustrasi ini dibuat dengan cara menempel-nempelkan


kertas atau apa saja yang disobek, digunting atau diiris, untuk
dibentuk supaya lebih menjiwai isi yang diilustrasikan.

Selain teknik di atas, banyak tentunya persoalan lain yang harus


dipertimbangkan dalam memilih teknik untuk membuat ilustrasi. Salam
(dalam Muharrar, 2003) mengemukakan bahwa seorang ilustrator harus
mempersiapkan dirinya dengan baik, faktor-faktor yang perlu dimiliki
adalah sebagai berikut.
a. Ilustrator harus memiliki pengetahuan akan unsur-unsur formal seni
rupa seperti garis, bentuk, warna, tekstur, pencahayaan, komposisi,
dan perspektif. Ia harus mempunyai pengalaman praktis dalam
penyajian unsur-unsur tersebut.
b. Ilustrator harus paham penggunaan berbagai media atau alat ilustrasi
seperti pensil, pena, kuas, pestel, tinta, cat air, cat minyak, akrilik dan
alat lainnya. Karena ilustrasi memiliki hubungan dengan cetak-
mencetak, maka ilustrator harus akrab dengan teknik tersebut.
c. Ilustrator harus memiliki pengetahuan mengenai teknik berkomunikasi
yang dapat menunjang keterampilannya dalam mengkomunikasikan
idenya.

6. Langkah Menggambar Ilustrasi


a. Gagasan
Gagasan bersumber dari materi ataupun tema yang akan
diilustrasikan. Gagasan melingkupi berbagai hal diantaranya siapa
tokohnya, bagaimana suasananya, seperti apa corak gambar dan
media yang akan gunakan.
b. Sketsa
Proses menggambar yang paling awal adalah mensketsa atau
membuat rancangan gambar (sketsa) dengan menggunakan pensil
atau langsung menggunakan media yang dipakai. Gagasan yang ada
dituangkan bersamaan dengan proses mencari komposisi yang baik.
Pada saat proses sket berlangsung perlu dipertimbangkan komposisi
kira-kira bagaimana objek itu digambar dan gerak- gerak yang terjadi.
 
28 
 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

Satukan semua unsur gambar yang direncanakan. Beri detail


sehingga gambar lebih sempur dengan corak sesuai yang telah
ditentukan. Setiap unsur harus bercorak sama agar tak terkesan
kolase.
c. Pewarnaan
Setelah sketsa dianggap selesai, kita dapat mewarnai. Pewarnaan
dalam menggambar ekspresi dapat dilaksanakan dengan dua corak,
yaitu corak realis dan corak bukan realis (ekspresionisme,
impresionisme, absreakisme, dan lain lain). Pewarnaan corak realis
harus sesuai dengan keadaan nyata. Sedangkan pewarnaan corak
non realis lebih bebas atau tidak terikat oleh bentuk maupun warna
aslinya.

D. Aktifitas Pembelajaran
Pada Kurikulum 2013 dinyatakan bahwa untuk jenjang SMP dan SMA atau
yang sederajat pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan pendekatan
ilmiah (scientific approach). Proses pembelajaran pada pendekatan ini
menyentuh tiga ranah belajar, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan menyentuh transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta pelatihan “tahu apa, mengapa dan bagaimana”.

Hasil akhirnya adalah diharapkan para peserta pelatihan, mampu melakukan


peningkatan dan keseimbangan untuk menjadi guru yang baik (soft skills)
dan guru yang memiliki kecakapan serta pengetahuan yang utuh.

Pendekatan ilmiah dalam pelatihan meliputi: mengamati, menanya, menalar,


mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pada
pembelajaran seni, proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai
atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.

 
29
 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

E. Latihan/Kasus/Tugas
1. Apa kelebihan dari pada kertas padalarang sehingga dipandang baik
untuk menggambar ilustrasi dengan teknik basah....
a. mudah untuk ditimpa dengan warna terang
b. memiliki permukaan yang halus
c. memiliki bahan yang tebal dan tidak mudah sobek
d. mudah menghisap air dengan baik

2. Salah satu bahan yang digunakan untuk membuat ilustrasi adalah pulpen,
kesan apa yang dapat ditimbulkan dengan bahan ini....
a. karakter garis yang dihasilkan halus
b. memiliki warga hitam yang lebih pekat
c. karakter tegas pada garis-garis
d. pengulangan garis yang tidak bertumpuk

3. Selain sulit untuk mendapatkannya, arang saat ini jarang digunakan untuk
membuat ilustrasi karena....
a. memiliki tekstur yang kasar
b. memiliki ukuran yang terlalu besar
c. terlalu mudah patah
d. tidak sesuai dengan jenis kertas

F. Rangkuman
Pada saat ini peranan ilustrasi sangat bermanfaat bagi perkembangan
periklanaan khususnya pada media cetak dan televisi. Ilustrasi menjadi
berkembang dan menjadi sebuah fenomena yang mewarnai dunia periklanan
bersamaan dengan elemen-elemen lain seperti tipografi, layout, dan
advertising.

Ilustrasi dapat berfungsi sebagai sarana penarik perhatian dan perangsang


minat para pembaca atau audience untuk memahami isi keseluruhan dari
media tersebut. Fungsi ilustrasi dapat dikatakan pula sebagai penggambaran
secara grafis dari suatu tulisan sebagai penguat pesan atau informasi. Maka

 
30 
 
Kegiatan Pembelajaran 1:  
Ilustrasi 

dari itu, kesuksesan dari seorang ilustrator dapat dilihat dari kemampuannya
di dalam membuat gambar untuk memperjelas dari suatu subyek tulisan yang
dapat dengan mudah untuk dipahami oleh para audience.

Unsur-unsur utama ilustrasi adalah berupa gambar yang dikemas sedemikian


rupa untuk memperjelas pesan ataupun suatu cerita. Untuk mendapatkan
visualisasi yang baik, maka sesungguhnya unsur dari pembentuk objek
ilustrasi adalah unsur-unsur yang digunakan seni rupa pada umumnya yaitu
garis, bidang, warna, dan tekstur. Walaupun demikian, ada unsur-unsur dari
pada ilustrasi yang secara umum digunakan yakni andanya gambar/objek,
tema/cerita, dan media.

Objek ilustrasi dapat berupa gambar manusia, gambar binatang, gambar


tumbuh-tumbuhan, dan gambar alam benda. Begitu pula dengan tema atau
cerita, tema yang diangkat dalam ilustrasi memiliki banyak jenis, sehingga
tema dapat diseuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan media adalah
penggunahan bahan yang sekaligus diiringgi dengan teknik yang sesuai pula.

G. Umpan Balik
Bentuklah sebuah kelompok, masing-masing beranggotakan 3 orang.
Kemudian tentukan jenis ilustrasi yang akan dibuat. Contohnya ilustrasi
Cover Buku: dalam cover buku ada ilustrasi dan teks yang terdapat pada
bagian muka dan belakang. Begilah tugas secara profesional untuk
menyelesaikan cover buku tersebut. Misalnya Pak Joko, membuat Ilustrasi
bagian depan, Bu Ani, membuat tipografi bentuk teksnya, sedangkan Pak
Pur, membuat logo dan menata tata letak.
Begitu pula dengan kelompok lain, diharapkan semua jenis ilustrasi dilahirkan
dari 10 kelompok yang ada.

 
31
 
 Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

 
32 
 
Kegiatan Pembelajaran 2:  
Seni Grafis 
 

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

SENI GRAFIS

A. Tujuan
Pembelajaran ilustrasi ini bertujuan untuk memberikan wawasan baik secara
teoretis maupun praktis dalam mempersiapkan, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran ilustrasi secara tepat. Selain itu, melalui materi ini
dapat meningkatkan kompetensi guru seni budaya khususnya seni rupa.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kompetensi yang ditargetkan pada kegiatan
pembelajaran ini adalah
1. menguasai konsep seni grafis;
2. menguasai beragam keteknikan dan bahan dalam menghasilkan karya
seni grafis; dan
3. menguasai cara membuat beragam seni grafis sesuai dengan fungsinya.

C. Uraian Materi
1. Pengertian dan Sejarah Seni Grafis
Seni grafis adalah salah satu dari tiga cabang seni rupa yang bersifat
pictorial atau seni ‘grafi’ (seni menulis) yang menggunakan metode cetak.
Terkait dengan proses cetak ini, sebagian dari seniman masih mencoba
untuk memperdebatkan tentang kehadiran ekspresi dalam proses
penggandaannya. Kegandaan karya seni selalu menimbulkan pertanyaan
tentang: mana karya seni yang asli dan mana karya reproduksi. Karena
penggunaan metode cetak memungkinkan pelipat gandaan karya seni
yang dihasilkan. Untuk menjawab pertanyaan di atas, umumnya
mengandalkan dua konvensi yang berlaku di dalam seni grafis. Pertama,
grafis sebagai seni membatasi diri pada metode cetak tradisional; dimana
berlaku pengerjaan dengan tangan dan setengah mekanis. Proses cetak-
masinal atau fotomekanis (misalnya cetak offset sekarang) tidak diakui

 
33
 
  Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
    

telah melahirkan karya grafis seni, melainkan dianggap sebagai usaha


reproduksi semata-mata. Kedua, adalah bahwa setiap karya harus
dihasilkan oleh seniman yang sama, penciptanya, dan atau bekerjasama
dengan artisan pencetak dengan tanda tangan pada setiap lembar karya
yang dihasilkannya. Di luar itu, setiap cetak ulang atau penambahan
cetakan, dianggap tidak otentik. Hal ini kemudian diatur dengan beberapa
peraturan praktis, seperti penulisan nomor serta jumlah eksemplar pada
setiap karya. Hal di atas pernah digariskan oleh Comite Nasional de la
Geavure Perancis pada tahun 1964, tetapi sebuah konvensi tetap hanya
semacam kesepakatan yang tidak mempunyai sanksi. Sementara itu, seni
grafis sebagai sarana kreatifitas selalu berubah sesuai dengan selera
seniman yang penuh percobaan ide-ide dan teknik-teknik baru. Sehingga
saat ini sulit memberi jawaban atas duplikasi karya seni yang masuk
kategori seni grafis.

Awal mulanya karya seni grafis “reproduksi” lahir dari kebutuhan untuk
memperbanyak suatu karya tunggal seperti lukisan untuk kebutuhan
massa. Untuk mempertegas orisinalitas karya senimannya, yakni dengan
menggunakan pensil memberi catatan di bagian bawah di luar gambarnya,
yaitu tanda tangan, tahun pembuatan, judul karya, dan tanda nomor urut
cetak serta jumlah edisinya. Sedangkan karya seni grafis bertitik tolak dari
kebutuhan seni si senimannya.

Di Indonesia, seni grafis dikenal sejak masa perjuangan. Media cukil kayu
menjadi pilihan utama dalam memproduksi poster-poster perjuangan dan
selebaran propaganda. Sampai saat ini di Indonesia, teknik cetak tinggi
atau cukil merupakan seni grafis yang paling popular. Teknik ini
mendominasi munculnya teknik-teknik lain. Walaupun teknik cetak pada
saat ini telah maju karena didukung oleh teknologi yang canggih, namun
teknik cetak tinggi atau cukil masih digunakan dan digemari oleh sebagian
seniman karena efek estetiknya memiliki ciri khas yang tidak dapat dicapai
melalui teknologi canggih.

 
  34 
Kegiatan Pembelajaran 2:  
Seni Grafis 
 

2. Jenis-Jenis Seni Grafis


Seni grafis dapat diklasifikasikan menjadi: cetak-tinggi (relief print), cetak-
dalam (intaglio), cetak-saring (serigraphy), dan cetak foto.
a. Cetak Tinggi (relief print)
Cetak tinggi atau relief print merupakan teknik cetak yang paling
sederhana dan relatif mudah dilakukan dibandingkan dengan teknik-
teknik cetak yang lain, seperti cetak dalam atau cetak datar, karena
tidak membutuhkan peralatan studio yang lengkap. Material atau
bidang yang dicukil mudah didapatkan, misalnya papan kayu,
hardboard, karet vinyl, dan sejenisnya. Alat-alat dan tinta cetak juga
mudah didapatkan, studio untuk mengerjakan tidak memerlukan ruang
yang luas. Produk cetaknya tidak kalah bernilai dengan produk cetak
yang menggunakan media lain maupun produk seni lukis.

Permukaan timbul atau meninggi berfungsi sebagai penghantar tinta.


Bagian yang dasar atau permukaan yang tidak timbul merupakan
bagian yang tidak akan terkena tinta atau disebut bagian negatif,
sedangkan bagian yang kena tinta disebut bagian positif. Untuk
memperoleh acuan cetak yang timbul dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan bagian-bagian yang tidak diperlukan menghantarkan
tinta, sehingga tinggal bagian-bagian yang memang berfungsi sebagai
penghantar warna atau tinta. Salah satu sifat cetak tinggi adalah
apabila acuan cetaknya diamati, maka permukaannya akan tampak
sebagai permukaan yang berukir atau berelief.

Perbedaan dengan teknik cetak lainnya, cetak tinggi ini memiliki


kesederhanaan dalam peralatan, tidak membutuhkan teknologi yang
canggih. Seniman dapat lebih ekspresif dalam menghasilkan karya
seni grafis, lagipula ada beberapa nilai estetika yang tidak dapat
diperoleh dengan menggunakan teknologi yang canggih. Pada
umumnya proses cetak diaplikasikan pada permukaan benda yang
datar. Proses pembuatan cetak tinggi dilakukan secara manual, namun
tidak menutup kemungkinan apabila sketsa gambar merupakan hasil
print-out. Melalui teknik tinggi, seniman dapat dengan leluasa
 
35
 
  Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
    

melakukan eksperimen visual sambil memanfaatkan tinta-tinta warna


yang beraneka ragam dengan bentuk estetik sendiri. Teknik cetak
tinggi pada dasarnya digunakan untuk mereproduksi sebuah gambar
dengan citra yang sama dalam jumlah yang banyak.

b. Cetak Dalam
Cetak dalam atau intaglio print adalah ragam seni grafis yang proses
pembuatanya melalui tahapan pembuatan cetakan dari bahan plat
alumunium yang ditoreh dengan alat tajam sehingga membentuk
goresan yang dalam. Cetak dalam dapat juga dikatakan suatu proses
cetak yang terbalik dari pada proses cetak tinggi, di mana yang akan
pindah ke atas berada di bagian acuan cetaknya (tembaga).
Pencetakan dilakukan dengan mesin khusus, mesin etsa. Dari segi
prosesnya, intaglio ini dapat dibagi dua, yaitu yang menggunakan
asam: etsa (etching) dan aquatint, sedangkan yang tanpa asam:
drypoint, engraving dan mezzotint. Masing-masing teknik cetak ini
kadangkala berdiri sendiri, karena setiap teknik tersebut memiliki ciri
ungkapan yang khas. Etsa dengan kelembutan dan keluwesan
garisnya, aquatint dengan keragaman nada warna dan teksturnya,
drypoint dengan kekasaran garisnya, engraving dengan katajaman
garisnya dan mezzotint dengan kepekatan nada warna. Karena potensi
artistic masing-masing itu maka seringkali suatu teknik, misalnya etsa,
dikombinasikan dengan aquatint atau drypoint, atau bahkan
memanfaatkan seluruh teknik-teknik tadi dalam satu karya, sehingga
karya itu memiliki keragaman ungkapan rupa yang kaya.

c. Cetak Saring (serigraphy)


Cetak saring adalah ragam karya seni grafis yang proses pembuatanya
melalui tahapan pembuatan cetakan dari bahan screen atau kain yang
dilapisi bahan peka cahaya.

d. Cetak Foto
Cetak foto atau fotografi adalah ragam seni grafis yang proses
pembuatanya melalui pemotretan dengan kamera, pencucian film, dan
 
  36 
Kegiatan Pembelajaran 2:  
Seni Grafis 
 

pencetakan gambar foto. Teknik cetakan afdruk untuk fotografi


menggunakan bahan film, kertas foto, dan bahan cuci film. untuk
alatnya digunakan kamera. Ada satu lagi jenis cetak yang terkait
dengan fotografi ini, yaitu teknik cetak digital, Teknik cetak digital
menggunakan bahan kertas dan tinta dengan alat komputer dan
printer.

3. Teknik Pembuatan Seni Grafis


a. Teknik cetak tinggi
Teknik cetak tinggi adalah salah satu dari beberapa macam teknik print
atau cetak yang memiliki acuan permukaan timbul atau meninggi.
Bagian dari permukaan yang tinggi berfungsi sebagai penghantar tinta
(baik monokrom atau polikrom). Sedang bagian yang dasar atau
permukaan yang tidak timbul merupakan bagian yang tidak akan
terkena tinta atau disebut bagian negatif,sedang bagian yang kena tinta
disebut bagian positif. Untuk memperoleh wujud acuan yang timbul
tersebut dapat dikerjakan dengan cara menghilangkan bagian-bagian
yang tidak diperlukan menghantarkan tinta, sehingga tinggal bagian-
bagian yang difungsikan sebagai penghantar warna atau tinta.
Menoreh bagian-bagian yang tidak diperlukan bukan satu-satunya cara
atau tekhnik untuk mewujudkan acuan cetak timbul, teknik lain dapat
pula dapat pula diperoleh dengan menempelkan atau merekatkan
bahan-bahan yang akan dipergunakan sebagai penghantar warna atau
tinta cetak. Teknik ini merupakan teknik lain untuk mewujudkan acuan
cetak timbul yang sederhana pula. Tapi perlu diwaspadai bahwa
penggunaan metode tempel ini memiliki kelemahan pada bagian
tempelnya/kolasenya jika pengelemannya dan bahan yang digunakan
tidak baik. Salah satu sifat cetak timbul atau cetak tinggi adalah bila
acuannya sendiri diamati baik-baik, maka permukaan acuan akan
tampak sebagai permukaan yang berukir atau berelief. Karena itu cetak
tinggi disebut pula sebagai cetak relief atau relief print.

Sebagaimana telah disinggung pada paragraf di atas bahwa untuk


memperoleh acuan dapat diperoleh dengan cara menoreh atau
 
37
 
  Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
    

menempel. Teknik tinggi ini juga berlaku dengan sebutan teknik


woodcut yang menggunakan bahan dasar sebuah papan kayu yang
diratakan permukaanya. Jenis kayu dan bentuk kayu yang digunakan
tergantung selera penciptanya sendiri. Teknik cukil kayu merupakan
teknik seni grafis yang paling awal, dan merupakan satu-satunya yang
dipakai secara tradisional di Asia Timur. Di China teknik cukil telah
digunakan untuk mencetak gambar dan tulisan sejak abad ke-5.
sedangkan di Eropa teknik ini dikembangkan sekitar tahun 1400an. Di
Jepang cukil kayu yang dikenal sebagai Ukiyo-e, pernah mengalami
masa keemasan di masa periode Edo (1600-1868 Masehi). Cetakan-
cetakan tersebut berupa fiksi yang banyak bersubyekkan dunia Geisha
serta prostitusi yang marak di jaman feodal Jepang saat itu. Namun
dengan adanya Restorasi Meiji, sebagai respon dari tekanan Komodor
Perry bersama Delegasi Amerika dalam Perjanjian Tanagawa pada
tahun 1854 untuk membuka pasar serta peradabannya maka
berpindahlah tradisi seni Jepang ini ke dunia barat terutama ke Paris.
Setelah kedatangan mereka, produk-produk seni budaya termasuk
tradisi cukil kayu membanjiri dunia barat terutama Paris yang menjadi
pusat kesenian saat itu. Para pelukis beraliran Impresionist maupun
post-Impresionis beramai-ramai menggunakan teknik ataupun efek
teknik Ukiyo-e dalam berkarya.

Selain apa yang telah di uraikan di atas, teknik cukil kayu ini juga akan
menghasilkan gambar maupun tulisan melalui proses pencetakan
dengan menggunakan permukaan lembar kayu, linoleum, hardboard
atau karet vinyl yang dipahat atau dicukil sebagai acuan cetak atau plat.

Adapun urutan kerja atau proses kerja pembuatan karya grafis dengan
teknik ini adalah sebagai berikut.
1) Membuat desain atau gambar kerja yang merupakan hasil gagasan
atau ide yang unik dan artistik pada suatu bidang gambar. Rencana
atau desain ini harus dibuat terlebih dahulu sebab tanpa melalui
fase ini proses pembuatannya nanti akan terhambat.

 
  38 
Kegiatan Pembelajaran 2:  
Seni Grafis 
 

2) Memilah gambar mana yang akan dijadikan penghantar tinta dan


yang bukan.
3) Memindahkan rencana atau desain tersebut ke permukaan bidang
papan kayu yang akan dicukil atau ditoreh.
4) Menoreh atau mencukil bagian yang tidak digunakan untuk
menghantarkan tinta (bagian negatif) dengan menggunakan pisau
cukil( wood cut). Bagian yang bukan merupakan gambar atau tidak
dicetak selanjutnya dicukil, sedangkan bagian gambar atau yang
tidak dicukil akan tetap sejajar dengan permukaan plat. Kemudian
plat tersebut dibubuhi cat atau pewarna, setelah itu plat dicetak ke
kertas dengan cara digosok, dengan bantuan sendok atau alat
press. Apabila ingin menggunakan kombinasi beberapa warna,
maka kita harus menggunakan acuan cetak atau plat yang berbeda
bagi setiap warna yang digunakan. Teknik mencukil ini hendaknya
memperhatikan arah serat kayu, disamping itu kondisi alat cukilnya
juga tajam.
5) Setelah pekerjaan menoreh atau mencukil selesai, maka acuan
cetak telah terwujud, dengan demikian siap untuk dilumuri warna
atau tinta cetak untuk direkamkan pada lembar kerja yang akan
dijadikan karya.

Pada prinsipnya setiap acuan atau bagian yang positif akan


dipergunakan dalam proses pencetakan hanya untuk satu warna saja,
oleh karena itu bila menghendaki atau ingin membuat karya yang multi
warna atau poli warna, maka acuan yang dipergunakan untuk
menghantarkan warna harus sesuai dengan jumlah warna yang
dikehendaki. Tentunya tanpa menyiapkan atau merencanakan desain
yang lengkap atau rinci akan mengalami kesulitan dalam mencari
ketepatan atau kesempurnaan hasil cetakannya. Dengan demikian
untuk memudahkan dan mencari ketepatan atau kesempurnaan hasil
karya, pertama-tama harus dibuat desain induk yang telah lengkap
dengan warna yang dikehendaki,yang kemudian dibuat separasi
gambar kerja. Sehingga untuk setiap warna ditera terpisah pada bidang
bahan acuan yang berlainan.
 
39
 
  Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
    

Prinsip kerjanya adalah mendapatkan bagian positif (permukan yang


timbul) dan negatif (permukaan yang cekung). Bagian negatif yang
dihasilkan oleh cukilan tidak terkena warna, sebaliknya bagian positif
yang tidak tercukil terkena warna. Bagian yang timbul akan diberi tinta
dengan menggunakan roller, kemudian dicetak ke permukaan bidang
cetak. Teknik cetak ini bertolak belakang dengan teknik cetak intaglio
dan etsa (etching) yang justru bagian yang tergores menampung tinta
yang kemudian dicetakkan pada kertas.

b. Teknik Cetak Dalam


Ada dua cara mencelahi pelat logam untuk membuat klise cetak dalam.
Yaitu pertama, dengan cara menoreh langsung dengan pusut ukir
(burin) seperti pada proses torehan logam (metal engraving); atau
menggores dengan semacam jarum baja (tempo dulu intan sering
dipergunakan untuk mengganti jarum baja yang susah didapat) seperti
pada proses goresan kering (dry point). Kedua, memasukan tinta
khusus kedalam celah garis gambar. Tinta yang “mengotori” bagian
atas permukaan klise dibersihkan dengan tangan dan kertas
pembersih. Dengan memakai alat press, klise ini kemudian ditekankan
dengan kuat pada selembar kertas lembab. Karena tekanan yang kuat
itu, serta daya serap kertas terhadap tinta, maka gambar pun berpindah
dari atas pelat ke atas lembaran kertas. Tinta kemudian dituangkan
pada goresan dalam tersebut dan diatasnya diletakan kertas yang suda
dibasahi air. Tinta akan melekat pada kertas dan terbentuklah gambar
sesuai dengan cetakan. Teknik cetak dalam dapat menggunakan
bahan alumunium, kertas, dan tinta. Sedangkan alatnya paku atau besi
runcing. Ketiga, adalah melalui proses kimiawi, seperti pada etsa dan
aquatint.

c. Teknik Cetak Saring


Teknik yang digunakan untuk cetak saring adalah tehnik sablon. Cetak
sablon/serigraf pada dasarnya dalah teknik yang sederhana yaitu
meloloskan zat pewarna (tinta cetak) ke atas bidang yang akan dicetak
sesuai dengan pola gambar tertentu. Cara yang paling sederhana
 
  40 
Kegiatan Pembelajaran 2:  
Seni Grafis 
 

untuk membuat pola sablon adalah dengan melobangi lembaran film


atau kertas yang tahan pada zat pewarna yang dipakai. Kemudian
lembaran berlobang yang tahan pada zat pewarna yang dakan jadi
hasilnya.

Teknik sablon sederhana seperti di atas, telah dikembangkan dengan


memakai saringan halus, yang memungkinkan hasil cetakan rata dan
bervariasi. Kain kasa untuk saringan, biasanya terbuat dari sutra
sintetis atau monyl yang diberi rangka kayu. Monyl dilabur dengan
agar-agar chroom gelatin yang peka cahaya. Kemudian sebuah
rencana gambar kertas transparan, dipindahan ke atas monyl dengan
melalui proses penyinaran. Bagian-bagian gelatin yang kena cahaya
mengeras sedangkan bagian-bagian gelap berupa gambar terbongkar
ketika monyl dicuci. Dengan demikian, kita mendapatkan saringan
sesuai dengan desain yang dipindahkan. Selanjutnya cat dituangkan di
atas screen dan dirakel sehingga membentuk gambar sesuai dengan
cetakanya. Teknik cetak saring menggunakan bahan afdruk seperti
cromatine, ulano, cat sablon, dan film. Sedangkan alatnya berupa:
Screen, rakel, dan meja sablon. Sablon banyak kita jumpai pada
pembuatan gambar dan tulisan pada kaus dan spanduk yang saat ini
sudah kurang diminati karena mampu diproduksi dengan mesin printer.

d. Teknik monotype
Monotype merupakan salah satu teknik dalam seni grafis, teknik ini
sangat fleksibel karena memungkinkan pendekatan dalam
mengkreasikan gambar yang sangat bebas, oleh karena itu dianggap
sebagai metode yang sangat fleksibel. Dalam berkarya seniman dapat
memilih apakah akan menghasilkan objek gambar yang positif atau
negatif, menggunakan tinta berbasis air atau minyak, atau kombinasi
dengan bahan lainnya.

Menghasilkan gambar secara positif berarti seniman akan


menggambarkan objek dengan kuas atau rol. Sedangkan secara
negatif berarti tinta dihapus dengan tangan, kain, kapas atau alat lain
 
41
 
  Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
    

yang dapat digunakan. Proses menggambar secara langsung pada plat


cetak membutuhkan keterampilan, keyakinan dan tingkat spontanitas
yang baik.

Bahan dan alat untuk berkarya grafis teknik monotype adalah plat cetak
dan tinta. Plat cetak dapat digunakan jenis apa pun, dengan catatan
tidak berpori. Lembaran logam seperti tembaga atau seng sangat baik
digunakan, atau dapat pula digunakan bahan-bahan seperti plat
alumunium, kardus yang dibalut pelapis, kaca (hanya jika digunakan
untuk handprinting), stirofoam. Setelah plat cetak siap, lukislah secara
langsung di atasnya menggunakan tinta cetak menggunakan kuas apa
saja sesuai keinginan.

Metode lainnya untuk membentuk objek gambar melalui cara negatif


dari gelap ke terang adalah dengan cara menyeka tinta pada plat cetak.
Prosesnya diawali dengan melapisi tinta di plat cetak menggunakan rol,
kemudian dilanjutkan dengan menghapus area tinta tersebut dengan
kain, kapas atau bahan cair untuk menciptakan kesan cahaya dan tone.

Selain teknik di atas, cetak monotype juga dapat ditempuh deng cara
yang ditemukan oleh Gauguin. Metode ini disebut “direct trace
drawing”, yang menghasilkan garis-garis monotype yang unik dan
lembut mirip dengan tone warna dan garis pada soft ground etching.
Untuk menghasilkan monotype dengan metode ini, pertama-tama
melapisi plat cetak dengan tinta, kemudian letakkan selembar kertas di
atasnya dan mulailah menarik garis gambarnya langsung di bagian
belakan kertas tersebut, garis-garis yang dihasilkan akan tertransfer ke
balik kertas dan menghasilkan gambar yang terbalik. Garis yang
digoreskan secara beruntun seperti mengarsir akan menghasilkan area
yang gelap, sementara tekanan atau gosokan tangan akan
menghasilkan nada warna yang lembut. Dengan variasi tekanan garis
dan menggunakan panjang-pendek garis serta keras-lembutnya yang
berbeda-beda akan dihasilkan efek yang beragam. Berikut beberapa
karya seni grafis monotype karya Suyono dan siwanya.
 
  42 
Kegiatan Pembelajaran 2:  
Seni Grafis 
 

Gambar 21 A, B. Ilutrasi dengan teknik monotype


Sumber. Suyono.

D. Aktivitas Pembelajaran
Pada Kurikulum 2013 dinyatakan bahwa untuk jenjang SMP dan SMA atau
yang sederajat pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan pendekatan
ilmiah (scientific approach). Proses pembelajaran pada pendekatan ini
menyentuh tiga ranah belajar, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

 
43
 
  Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
    

Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap,


keterampilan, dan pengetahuan menyentuh transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta pelatihan “tahu apa, mengapa dan bagaimana”.

Hasil akhirnya adalah diharapkan para peserta pelatihan, mampu melakukan


peningkatan dan keseimbangan untuk menjadi guru yang baik (soft skills) dan
guru yang memiliki kecakapan serta pengetahuan yang utuh.

Pendekatan ilmiah dalam pelatihan meliputi: mengamati, menanya, menalar,


mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pada
pembelajaran seni, proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai
atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.

E. TUGAS
Buatlah 1 buah desain kaos untuk cetak saring dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Desain bertemakan Budaya Setempat
2. Ukuran 25 cm x 30 cm (posisi bebeas)
3. Desain minimal 3 warna boleh menggunakan kountur (atau outline)

F. Rangkuman
Seni grafis dapat diklasifikasikan menjadi: cetak-tinggi (relief print), cetak-
dalam (intaglio), cetak saring (serigraphy), dan cetak foto. (1) Cetak tinggi,
adalah proses cetak pada permukaan benda yang datar. Proses pembuatan
cetak tinggi dilakukan secara manual, namun tidak menutup kemungkinan
apabila sketsa gambar merupakan hasil print-out. Melalui teknik tinggi,
seniman dapat dengan leluasa melakukan eksperimen visual sambil
memanfaatkan tinta-tinta warna yang beraneka ragam dengan bentuk estetik
sendiri. Teknik cetak tinggi pada dasarnya digunakan untuk mereproduksi
sebuah gambar dengan citra yang sama dalam jumlah yang banyak. (2) Cetak
saring, pencetakan dilakukan dengan mesin khusus, mesin etsa. Dari segi
prosesnya, intaglio ini dapat dibagi dua, yaitu yang menggunakan asam: etsa
(etching) dan aquatint, sedangkan yang tanpa asam: drypoint, engraving dan

 
  44 
Kegiatan Pembelajaran 2:  
Seni Grafis 
 

mezzotint. Masing-masing teknik cetak ini kadangkala berdiri sendiri, karena


setiap teknik tersebut memiliki ciri ungkapan yang khas. (3) Cetak saring,
adalah ragam karya seni grafis yang proses pembuatanya melalui tahapan
pembuatan cetakan dari bahan screen atau kain yang dilapisi bahan peka
cahaya. (4) Cetak foto atau fotografi adalah ragam seni grafis yang proses
pembuatanya melalui pemotretan dengan kamera, pencucian film, dan
pencetakan gambar foto. Teknik cetakan afdruk untuk fotografi menggunakan
bahan film, kertas foto, dan bahan cuci film. untuk alatnya digunakan kamera.

G. Umpan Balik
1. Cara menggambar dengan menggoreskan bentuk-bentuk garis yang
arahnya mengikuti volume objek, garis-garis tidak saling menumpuk, tetapi
dibuat saling sejajar, dan pada bagian yang gelap dibuat lebih rapat, dapat
dihasilkan dengan teknik….
A. teknik cukil
B. teknit scraper
C. teknik arsir garis
D. teknik half tone

2. Cara Teknik cukil menggambar dengan mewujudkan warna tunggal yang


solid atau pekat seperti pada gambar berikut dapat juga disebut dengan
teknik....

A. teknik out line


B. teknik blok
C. teknik plakat
D. teknik siluet

 
45
 
  Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
    

3. Pengetahuan pameran merupakan bagian penting dalam perencanaan,


pelaksanaan dan pengendalian aktivitas seni rupa. Pengetahuan utama
yang harus dimiliki dalam kegiatan pameran adalah….
A. penataan
B. jenis karya
C. manajemen
D. kritik seni

 
  46 
Penutup  

PENUTUP

Modul Diklat PKB bagi Guru Seni Budaya kompetensi Ilustrasi dan Seni Grafis ini
disusun sebagai buku pegangan guru dan instruktur dalam pelaksanaan diklat
PKB. Melalui modul ini selanjutnya semua pihak terkait dapat menemukan
kemudahan pelatihan dan memilih materi-materi terkait sesuai dengan bidang dan
kebutuhan pengembangan kualitas pembelajaran masing-masing guru.

Modul Pembelajaran Diklat PKB seni budaya ini berisikan materi-materi umum
tentang sejarah, konsep, jenis-jenis, dan berbagai teknik memproduksi karya seni
berupa Ilustrasi dan Seni Grafis. Melalui modul ini diharapkan dapat menjadi
tambahan pengetahuan dan peningkatan hasil uji kompetensi guru sesuai harapan
berbagai pihak. Terutama manual pembelajaran yang dapat mengarahkan dan
membimbing peserta diklat dan para widyaiswara/fasilitator untuk menciptakan
proses kolaborasi belajar dan berlatih dalam pelaksanaan diklat.

47
 
  Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

48 
 
Penutup  

SOAL

1. Cara menggambar dengan menggoreskan bentuk-bentuk garis yang arahnya


mengikuti volume objek, garis-garis tidak saling menumpuk, tetapi dibuat
saling sejajar, dan pada bagian yang gelap dibuat lebih rapat, dapat dihasilkan
dengan teknik….
a. teknik cukil
b. teknit scraper
c. teknik arsir garis
d. teknik half tone

2. Cara menggambar dengan mewujudkan warna tunggal yang solid atau pekat
seperti pada gambar berikut dapat juga disebut dengan teknik....

a. teknik out line


b. teknik blok
c. teknik plakat
d. teknik siluet

3. Apa kelebihan dari pada kertas Padalarang sehingga dipandang baik untuk
menggambar ilustrasi dengan teknik basah....
a. mudah untuk ditipa dengan warna terang
b. memiliki permukaan yang halus
c. memiliki bahan yang tebal dan tidak mudah sobek
d. mudah menghisap air dengan baik

49
 
  Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

4. Salah satu bahan yang digunakan untuk membuat ilustrasi adalah pulpen,
kesan apa yang dapat ditimbulkan dengan bahan ini....
a. karakter garis yang dihasilkan halus
b. memiliki warga hitam yang lebih pekat
c. karakter tegas pada garis-garis
d. pengulangan garis yang tidak bertumpuk

5. Selain sulit untuk mendapatkannya, arang saat ini jarang digunakan untuk
membuat ilustrasi karena....
a. memiliki tekstur yang kasar
b. memiliki ukuran yang terlalu besar
c. terlalu mudah patah
d. tidak sesuai dengan jenis kertas

6. Pengetahuan pameran merupakan bagian penting dalam perencanaan,


pelaksanaan dan pengendalian aktivitas seni rupa. Pengetahuan utama yang
harus dimiliki dalam kegiatan pameran adalah….
a. penataan
b. jenis karya
c. manajemen
d. kritik seni

7. Mempelajari pengelolaan pameran dan latihan penyelenggaraan pameran,


secara tidak langsung guru memberikan pengalaman kepada peserta didik
untuk mempelajari….
a. kritik seni
b. manajemen seni
c. apresiasi seni
d. menilai karya seni

50 
 
Penutup  

8. Awalnya kurator adalah seseorang yang secara profesional bekerja di museum


sebagai ahli birokrasi, penataan, pengatur dan pengelola pameran. Saat ini
tugas curator adalah….
a. creator
b. katalogus
c. kurasi
d. kolektor

9. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penataan karya seni sangatlah


komplek, walaupun demikian unsur utama adalah pleasuring, artinya….
a. penataan mengacu pada gaya lukisan
b. penataan mengacu pada tema
c. penataan mengacu pada jenis karya
d. penataan mengacu pada senioritas pelukis

10. Pembelajaran tentang pameran adalah termasuk bagian dari manejemen seni.
Kegiatan apa yang tidak termasuk dari manajemen seni….
a. manajemen produksi
b. manajemen pemasaran
c. manajemen pameran
d. manajemen perajakan

51
 
  Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

52 
 
Penutup  

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya

AECT. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan (Terjemahan Yusufhadi Miarso).


Jakarta: Rajawali Pers

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. 2001. Es. Taxonomy for Learning, teaching
assessing: A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. New
York: Longman.

Barrett, Maurice. 1982. Art Education, a strategy for course design. London:
Heinemann Educational Books.

Benny A. Pribadi. 2009. Modul Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian


Rakyat.

______. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).


Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

______. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) SMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, , Departemen Pendidikan Nasional.

Fatriani. 2006. Dongeng Rakyat Jawa dalam Karya Ilustrasi Sampul Buku Cerita
Anak-anak. Semarang: Unnes.

Fauzi, Eddy. dan Effendy, Widihardjo. 2008. Peta Konsep Pendidikan Seni Rupa,.
Jakarta: Pusbuk, Depdiknas.

53
 
  Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Rupa SMP  
 

Feldman, E.B. 1967. Art as Image an Ideas. Englewood-Cliffs, New Jersey:


Prentice-Hall, Inc.

Fraser, Lynch Diane. 1991. Discoverring and Developing Creativity. Pennington,


NJ: Princeton Book Company.

Goldberg,Merryl Ruth. 1997. Art and Learning: An Integrated Approach to


Teaching and Learning in Multicultural and Multilingual Settings. New York:
Longman.

Goleman, Daniel. 2000. Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta:


Gramedia

Joni, T. Raka. 1980. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: P3G.

Kadarsah Suryadi. 2000. Pedoman Penulisan dan Penilaian Bahan Belajar:


Pendekatan Sistem Pendukung Multi Kriteria. Jakarta: DepDikNas.

Kamaril, Cut. WS. 2007 Materi Pelatihan Pengenalan Pembelajaran Aktif di


Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta.

Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru.


Bandung: Rosda

Mulyasa, E. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda

Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:


Alfabeta.

Perceival, F. & Ellington, H. 1998. Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta:


Erlangga.

______.Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005:


Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: ASA Mandiri.

54 
 
Penutup  

______. 2007. Permendiknas Nomor 41 tahun 2007: Standar Proses Satuan


Pendidikan. Jakarta: Depdiknas, 2007.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.

Seels, B. Barbara dan Rickey, Rita C. 2002. Teknologi Pembelajaran (Terjemahan


Dewi S. Prawiradilaga, dkk). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Sukadi. 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu.

Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan


Fisika. Jakarta: Grasindo.

Suparman. A. 1997. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI.

Suprayekti. 2002. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak


diterbitkan).

______. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).

______. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang


Guru dan Dosen Peraturan Pemerintah tengtang Standar Pendidikan
Nasional.

______. Winasmadi, Praja Achsani. 2011. Pengembangan Perangkat Pebelajaran

55
 
   
 

   

   
 
   

Lampiran 1.
A. Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas Kegiatan Pembelajaran 1:
Ilustrasi
1. D
2. C
3. C

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

59 
 
Lampiran 2.
B. Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas Kegiatan Pembelajaran 2:
Seni Grafis
1. B
2. A
3. A

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
60 
 
   

Lampiran 3.
C. Kunci Jawaban Evaluasi
1. B
2. A
3. D
4. C
5. C
6. A
7. B
8. C
9. B
10. D

61 
 
 
62 
 
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016
GURU PEMBELAJAR
MODUL PELATIHAN GURU

PENGEMBANGAN
POTENSI
PESERTA DIDIK
Dra. Irene Nusanti, M.A.
KOMPETENSI PEDAGOGIK
KELOMPOK KOMPETENSI F

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016
GURU PEMBELAJAR
MODUL PELATIHAN GURU

PENGEMBANGAN
POTENSI
PESERTA DIDIK
KOMPETENSI PEDAGOGIK
KELOMPOK KOMPETENSI F

Penulis : Dra. Irene Nusanti, M.A.


Editor Substansi : Dr. Rin Surtantini, M.Hum.
Editor Bahasa : Dr. Rin Surtantini, M.Hum.

Copyright c 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya,
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan
komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.
ii
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

iii
iv
KATA PENGANTAR

v
vi
DAFTAR ISI

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL ..................................................................iii


GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ...............................................................iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................vii
PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIKLAT ............................................... 1
A. Tujuan .................................................................................................... 1
B. Indikator Pencapaian Kompetensi .......................................................... 1
C. Uraian Materi ......................................................................................... 1
D. Aktivitas Pembelajaran ......................................................................... 28
E. Latihan/Kasus/Tugas ........................................................................... 32
F. Rangkuman.......................................................................................... 33
G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ........................................................... 34
H. KUNCI JAWABAN................................................................................ 35
REFERENSI ...................................................................................................... 37

vii
viii
Pengembangan Peserta Didik

PENGEMBANGAN POTENSI
PESERTA DIDIK

A. Tujuan

Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan dapat:


1. menjelaskan secara singkat dan jelas pengertian keterampilan belajar
berpikir kritis dan keterampilan berinovasi untuk mencapai prestasi
optimal
2. merancang pengembangan keterampilan belajar berpikir kritis dan
keterampilan berinovasi yang implementatif untuk mencapai prestasi
optimal
3. menerapkan keterampilan belajar berpikir kritis dan keterampilan
berinovasi sesuai rambu-rambu untuk mencapai prestasi optimal

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. menjelaskan keterampilan belajar berpikir kritis dan keterampilan


berinovasi untuk mencapai prestasi optimal
2. merancang pengembangan keterampilan belajar kritis dan keterampilan
berinovasi untuk mencapai prestasi optimal
3. menerapkan keterampilan belajar berpikir kritis dan keterampilan
berinovasi untuk mencapai prestasi optimal

C. Uraian Materi

Bab ini akan diawali dengan pemaparan beberapa permasalahan yang dapat
menghambat potensi dan kemungkinan-kemungkinan yang melatar-
belakanginya. Perkembangan teknologi, di samping membawa dampak
positif juga membawa dampak negatif bagi banyak orang, termasuk bagi
peserta diklat. Salah satu perwujudan dari dampak tersebut misalnya sikap
kurang peduli terhadap sesama, karena waktu tersita dengan berbagai jenis

1
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

alat-alat elektronik (gadget) yang dimiliki. Terlalu asyik dengan gadget


membuat banyak hal terlupakan atau terabaikan, misalnya lupa makan, lupa
belajar, tidak peduli pada orang lain, dan yang lebih parah lagi adalah tidak
terpikirkan untuk mengembangkan potensi. Jika hal ini terjadi, berarti
manusia dikuasai oleh teknologi. Padahal, teknologi sebenarnya dibuat
untuk membantu kehidupan manusia. Tetapi ketika manusia tidak bisa
mengendalikannya, maka yang terjadi justru sebaliknya, manusia dijajah
oleh teknologi yang berdampak pada tumbuhnya sikap tidak peduli dengan
diri sendiri, apalagi dengan orang lain. Ketidakpedulian ini antara lain
tercermin pada sikap tidak terpikirkan untuk menggali kekayaan pada dirinya
yang berupa bakat dan potensi. Untuk mengatasinya, diperlukan solusi yang
mengenai akar permasalahan, yaitu ketidakpedulian itu sendiri. Untuk itu,
pendidikan perlu memfokuskan kembali pada penanaman nilai-nilai
baik/good values (Tee, 2005). Dengan good values, diharapkan ada
dorongan dari peserta didik untuk selalu menggali bakat dan
mengembangkan potensinya.

Sebagaimana disebutkan oleh Soemanto (1990), salah satu tujuan


pendidikan adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi
semaksimal mungkin. Dalam hal ini, tujuan pendidikan termasuk juga untuk
membantu peserta didik mengatasi berbagai permasalahan seperti di atas,
sebagai akibat dari kecenderungan dimanjakan oleh teknologi. Dengan
pendidik selalu membantu dan mengarahkan, diharapkan peserta didik
dapat menjadi manusia dengan potensi yang berkembang sehingga
bermanfaat bagi sesama. Peserta didik tidak sekedar diberi pelajaran dan
tugas yang mengantarkan mereka pada tahap selesai belajar pada jenjang
pendidikan tertentu. Bermanfaat bukan berarti sibuk atau disibukkan dengan
berbagai kegiatan mengerjakan pekerjaan sekolah. Menjadi bermanfaat di
sini juga bukan sekedar suatu harapan klise atau normatif, tetapi benar-
benar ada langkah-langkah konkrit untuk merealisasikan harapan tersebut.
Realisasi ini terjadi sebagai akibat dari proses belajar yang dialaminya setiap
hari di sekolah. Dengan pendidik selalu melakukan penanaman konsep
tentang arti hidup yang sesungguhnya melalui potensi dan upaya
pengembangannya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, diharapkan

2
Pengembangan Peserta Didik

secara bertahap peserta didik dapat benar-benar merasakan manfaat


potensi bagi hidupnya dan orang lain.

Untuk mengembangkan potensi dimaksud, diperlukan berbagai


keterampilan. Pembahasan kali ini hanya dibatasi pada keterampilan belajar
berpikir kritis dan keterampilan berinovasi.

1. Keterampilan Berpikir Kritis dan Berinovasi

Pemikiran kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara logis, reflektif,


dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang baik (Desmita, 2012). Sedangkan
inovasi berasal dari kata bahasa Inggris innovation, yang berarti sesuatu
yang baru diperkenalkan; metode baru, kebiasaan baru, alat baru, dsb;
perubahan dalam cara melakukan sesuatu (Neufeldt, 1988). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan berinovasi adalah
keterampilan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara baru
dan melalui kebiasaan baru. Karena inovasi mengandung unsur
kebaruan, maka seorang peserta didik yang tidak pernah mengalami
pembaharuan akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan
keterampilan berinovasi. Oleh karena itu, mengalami pembaharuan
menjadi syarat mutlak untuk terjadinya inovasi. Berikut akan dibahas
lebih mendetil tentang berpikir kritis dan berinovasi.

Seorang peserta didik tidak mungkin dapat berpikir kritis jika potensi
yang ada pada dirinya tidak pernah dipikirkan. Pada saat seorang
peserta didik mencoba untuk berpikir kritis, yang dikritisi harus hal-hal
yang tidak sesuai dengan standar yang sebenarnya. Tanpa mengacu
pada standar tersebut, yang terjadi adalah bukan berpikir kritis tetapi
berpikir subjektif.

Jika dikaitkan dengan informasi sebelumnya tentang definisi berpikir


kritis, maka seseorang tidak mungkin untuk berpikir logis jika
kesehariannya, baik di rumah mau pun di sekolah, tidak pernah secara
sadar melakukan latihan untuk berpikir logis, merenungkan apa yang
sudah dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baru dan lebih

3
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

bermanfaat. Untuk itu, Maxwell (2014a) menekankan pentingnya


aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh peserta diklat. Aktivitas yang
dilakukan sehari-hari, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat
dilihat, itulah yang dapat membawa seorang peserta didik mendekat
atau menjauh dari tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, tujuan yang
ingin dicapai terkait erat dengan potensi yang dimiliki.

Pemikiran kritis memiliki beberapa karakteristik yang meliputi


kemampuan untuk: a. menarik kesimpulan dari suatu pengamatan, b.
mengindentifikasi asumsi, c. berpikir secara deduktif, yaitu dari umum ke
khusus, d. membuat interpretasi yang logis, dan e. mengevaluasi
argumentasi yang lemah dan yang kuat (Pierce and associates dalam
Dacey & Kenny, 1997 dalam Desmita, 2012). Kelima hal tersebut
memiliki kemungkinan kecil untuk dilakukan oleh seorang peserta didik
yang terbiasa berpikir sembarangan dalam kesehariannya. Sebagai
contoh, peserta didik yang terbiasa memikirkan apa saja yang ada di
dalam pikirannya akan mengalami kesulitan untuk menarik kesimpulan
secara objektif berdasarkan apa yang diamati. Kecenderungan
pemikirannya adalah dipengaruhi oleh pikiran yang saat itu melintas di
benaknya. Padahal dalam sehari ada sekitar 30.000 pikiran yang masuk
ke benak (Leaf dalam Meyer, 2010). Jika yang melintas pikiran baik, ada
kemungkinan kesimpulan yang dibuat baik, dan sebaliknya. Oleh karena
itu, keterampilan berpikir kritis sangat penting untuk dilatihkan setiap hari
karena keterampilan berpikir bukan hal yang mudah. Jika mudah, pasti
sudah banyak orang yang berhasil Maxwell (2009).

Robert J. Sternber 1985 dalam Desmita (2012) mengusulkan beberapa


hal yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan berpikir kritis,
antara lain: a. mengajar peserta didik menggunakan proses-proses
belajar yang benar, b. mengembangkan strategi-strategi pemecahan
masalah, c. meningkatkan gambaran mental mereka, d. memperluas
landasan pengetahuan mereka, dan e. memotivasi peserta didik untuk
menggunakan keterampilan-keterampilan berpikir yang baru saja
dipelajari.

4
Pengembangan Peserta Didik

Inovasi atau pembaharuan di sini tidak sekedar menunjuk pada sesuatu


yang dapat dilihat atau mudah dikenali. Lebih dari itu, pembaharuan
menunjuk pada sesuatu yang terjadi di dalam diri seseorang, yaitu cara
berpikir yang baru. Seorang peserta didik yang mengubah
penampilannya dalam hal berpakaian agar kelihatan lebih meyakinkan,
belum tentu mengalami perubahan dalam cara berpikir sebagaimana
dimaksud dalam pembahasan di sini. Hal ini bisa diketahui dari cara
berbicaranya, apakah yang dibicarakan masih seperti sebelumnya atau
menunjukkan sesuatu yang berbeda. Bisa jadi peserta didik tersebut
mengubah penampilan hanya untuk menyembunyikan sesuatu yang
tidak ingin diketahui oleh orang lain. Meskipun demikian, ada juga
peserta didik yang mengubah penampilannya karena cara berpikirnya
yang berubah, sehingga dampaknya termanifestasikan dalam cara
berpakaian dan juga cara berbicaranya. Oleh karena itu, untuk dapat
berinovasi seorang peserta didik harus terlebih dahulu mengalami
pembaharuan dalam cara berpikirnya, yang semula berorientasi pada
hal-hal negatif beralih kepada hal-hal positif. Hal yang perlu ditekankan
di sini adalah pengertian berpikir positif itu sendiri. Berpikir positif bukan
sekedar mengubah kebiasaan dari berpikir negatif menjadi berpikir
positif. Hal itu tidak salah, tetapi itu baru langkah pertama. Hal
selanjutnya yang harus dilakukan adalah berlatih secara agresif untuk
mencari atau memikirkan hal-hal yang baik (Meyer, 2015). Dengan kata
lain, berpikir positif tentang berbagai hal adalah sesuatu yang harus
dicari secara aktif. Hanya dengan cara ini, hal-hal baru dapat lebih
mudah ditemukan.

Dalam modul kewirausahaan untuk pengawas dan kepala sekolah


(2010), ada beberapa cara melakukan inovasi yang dapat dijadikan
referensi.
a. Keluar dari kawasan comfort zone
b. Jangan berpikir dengan cara yang sudah biasa dilakukan
c. Bergerak lebih cepat
d. Mendengarkan ide dari orang lain.

5
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

Dari uraian terhadap keterampilan berpikir kritis maupun keterampilan


berinovasi terdapat kesamaan, yaitu dua-duanya membutuhkan
pembaharuan dalam hal cara berpikir. Untuk itu, pendidik hendaknya
mulai memikirkan bagaimana merencanakan suatu pembelajaran yang
memberikan kesempatan untuk melatihkan cara berpikir yang lebih baik
agar peserta didik menjadi orang yang dapat berpikir kritis sekaligus
inovatif.

Sesuai dengan cara untuk melatih keterampilan berpikir kritis dari


Robert J. Sternber 1985 dalam Desmita (2012), maka pada kesempatan
ini dipilih cara ketiga, yaitu meningkatkan gambaran mental peserta
diklat. Dalam hal ini, peserta didik diajak untuk meningkatkan kualitas
gambaran mental mereka dari seorang yang suka diberi menjadi orang
yang suka memberi. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa
mengembangkan keterampilan memberi dapat menggiring peserta didik
mengalami hidup dengan potensi yang maksimal. Sedangkan dari cara-
cara untuk melakukan inovasi dipilih nomor satu dan dua karena saling
terkait, yaitu: keluar dari kawasan comfort zone dan jangan berpikir
dengan cara yang sudah biasa dilakukan. Untuk merealisasikan cara-
cara di atas, dibuatlah sebuah latihan, disebut dengan latihan
mengembangkan keterampilan memberi. Disamping untuk
meningkatkan kualitas mental dari seorang yang terbiasa meminta
menjadi terbiasa memberi, peserta didik juga diajak untuk berlatih
berpikir yang berbeda bahwa memberi lebih menguntungkan dari pada
menerima. Latihan berpikir ini akan diikuti dengan latihan untuk keluar
dari comfort zone dengan benar-benar berlatih melakukan kegiatan
keterampilan memberi secara nyata.

Mengingat mengubah mind set dari seorang taker menjadi seorang giver
tidak mudah, untuk itu diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk
menyadarkan peserta didik akan hal ini. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman secara mendalam
dan penghayatan yang sungguh-sungguh, serta diberi contoh-contoh
yang mendukung terhadap hal-hal berikut.

6
Pengembangan Peserta Didik

a. Pengertian Potensi

Beberapa referensi memberikan definisi yang berbeda-beda tentang


potensi. Dalam modul ini akan diambil dua diantaranya. Dalam
bekerja, potensi menunjuk pada kemungkinan untuk melakukan
suatu fungsi pekerjaan yang lebih besar, tetapi kemampuan belum
banyak dimiliki sehingga dibutuhkan pelatihan dan pengembangan
(Rosenbloom, 2009). Menurut Maxwell (2014a), potensi adalah satu
kata yang didasarkan pada berbagai kemungkinan; bahwa dengan
berbagai kemungkinan tersebut Anda bisa menjadi orang
sebagaimana seharusnya.

Dalam membicarakan soal potensi, banyak orang tidak dapat


membedakan antara potensi dan bakat. Bakat adalah kemampuan
alami dan bawaan yang dimiliki seseorang dan yang sekarang
sudah ada, sedangkan potensi menunjuk ke masa datang. Jadi,
bakat harus ada dahulu sebelum potensi (Rosenbloom, 2012). Hal
lain yang terkait dengan bakat dan potensi yaitu passion. Passion
adalah gabungan dari bakat, pengetahuan, tenaga, konsentrasi,
dan komitmen yang menyatu dengan cara yang membuat orang
bahagia luar biasa. Untuk lebih jelasnya, ketiga istilah tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut: seorang peserta didik dengan
bakat melukis belum tentu menjadi pelukis seperti Affandi jika
potensinya tidak dimaksimalkan untuk mengembangkan bakat yang
dimiliki. Jika peserta didik tersebut mengupayakan pengetahuan,
tenaga, konsentrasi dan komitmen sedemikian rupa terhadap
bakatnya, maka dalam jangka tertentu peserta didik tersebut akan
menemukan passion dalam hidupnya. Peserta didik yang sudah
menemukan passion berarti bakat dan potensinya sudah
dikembangkan, sekalipun proses berkembang masih akan terus
berjalan. Tidak heran jika peserta didik yang belajar sesuai passion
pasti lebih bahagia, karena peserta didik tersebut sudah berada
pada jalur yang tepat, yaitu sesuai dengan untuk apa dia diciptakan.

7
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

Terkait dengan hal di atas, permasalahan kedua, selain


ketidakpedulian, yang harus diupayakan pemecahannya dalam
dunia pendidikan adalah membuat peserta didik mengembangkan
potensinya sampai passion ditemukan dan dengan passionnya
dapat menunjukkan arti hasil belajar yang sesungguhnya, yaitu
bermanfaat bagi sesama.

Langkah awal dan paling penting untuk mengembangkan potensi


adalah dengan terlebih dahulu menyadari bahwa bakat yang dimiliki
adalah berasal dari Sang Pencipta. Oleh karena itu, jika potensi
besar yang dimiliki oleh seorang peserta didik dapat digunakan
untuk mengembangkan bakat secara maksimal, maka hasil
pengembangannya harus dikembalikan untuk memuliakan Sang
Pencipta. Hal ini perlu diingat sebagai upaya mengembangkan
keterampilan berpikir kritis. Jadi berpikir kritis jangan hanya tentang
hal-hal yang bersifat akademis saja. Dalam hal ini, peserta didik
diajari untuk berpikir kritis bahwa potensi yang berkembang harus
diarahkan untuk tidak mencari pujian bagi diri sendiri, tetapi untuk
memuliakan Sang Pemberi Potensi dengan cara memanfaatkannya
untuk membantu orang lain. Pernyataan di atas harus dipegang erat
oleh pendidik, baik pada saat sedang mengembangkan potensi
bakatnya maupun pada saat mendampingi peserta didik dalam
menemukan bakat dan mengembangkan potensinya. Tanpa
berpegangan pada cara pandang tersebut, pendidikan akan
menghasilkan peserta didik yang berpotensi maksimal tetapi hanya
untuk egonya sendiri dan untuk mengagungkan diri sendiri. Jika
pengembangan potensi hanya digunakan untuk memegahkan diri
sendiri, maka manfaat proses belajar tidak ada, selain hanya ilmu
dan keterampilan yang bertambah, tetapi hikmat yang mendorong
untuk melakukan sesuatu bagi orang lain dengan potensinya tidak
pernah bertambah. Padahal hasil belajar yang sesungguhnya
adalah tidak seperti ini. Untuk lebih jelasnya tentang hasil belajar
yang diharapkan akan dibahas pada poin pengertian belajar.

8
Pengembangan Peserta Didik

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kemampuan untuk


mengembangkan potensi, tetapi kenyataannya tidak setiap potensi
dapat berkembang secara maksimal. Hal ini menjadi permasalahan
ketiga dalam pembahasan ini. Penyebabnya adalah yang
dikembangkan bukan yang menjadi bakatnya, sehingga bakat tidak
bisa berkembang secara maksimal juga. Kasus seperti ini bisa
terjadi karena peserta didik tidak pernah berpikir bahwa di dalam
dirinya ada bakat dan bahwa bakat itu harus dikembangkan, bukan
didiamkan. Bahkan banyak ahli mengatakan bahwa potensi yang
digunakan oleh orang-orang pada umumnya hanya 10% dari
potensi yang sebenarnya (Maxwell, 2014a). Betapa fakta ini sangat
mengagetkan. Bayangkan seorang peserta didik yang memiliki
bakat melukis dan berpotensi untuk menjadi pelukis seperti Affandi,
tetapi karena potensi tidak dikembangkan sehingga kemampuan
melukis yang dimilikinya hanya sebatas membuat yang
bersangkutan dikenal sebagai peserta didik yang selalu mendapat
nilai 9 untuk setiap tugas melukisnya. Ada beberapa kemungkinan
alasan, yaitu: 1) tidak ada yang mengarahkan, 2) yang
bersangkutan mempunyai jalan pikiran yang salah, yaitu lebih baik
menjadi orang yang low profile saja, tidak perlu menonjol-nonjolkan
bakat, 3) tidak pernah berpikir bahwa Tuhan memberikan bakat dan
potensi adalah untuk dikembangkan supaya bisa membantu orang
lain. Kasus tersebut merupakan salah satu contoh peserta didik
yang tidak menyadari atau tidak mau menyadari akan potensinya
dan hal ini merupakan sebuah cacat terbesar yang dimilikinya
(Maxwell, 2014a). Seorang peserta didik dengan potensi luar biasa
tidak akan bisa menjadi luar biasa ketika potensi tersebut tidak
pernah dipupuk atau dipupuk tetapi tidak sepenuhnya.
Penyebabnya adalah bagaimana seorang peserta didik dapat
mengembangkan potensi atas bakat yang dimiliki jika bakatnya
sendiri tidak diketahui secara pasti. Ketidaktahuan ini terjadi karena
karena tidak ada usaha yang sungguh-sungguh untuk
mengetahuinya. Untuk permasalahan ini, yang harus dilakukan
adalah menemukan bakat yang sudah ada pada dirinya. Jika sudah

9
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

ditemukan atau dikenali, barulah seorang peserta didik dapat


mengembangkan sesuai potensi. Beberapa hal dapat terjadi pada
seorang peserta didik jika potensi tidak tidak dikembangkan sesuai
bakat yang dimiliki, antara lain:

1) Potensi, sebesar apapun, tidak akan berkembang dengan


sendirinya, perlu usaha nyata.
2) Cenderung mudah untuk ikut-ikutan, karena yang bersangkutan
merasa tidak memiliki sesuatu yang ‘special’ dalam dirinya,
sehingga ketika melihat sesuatu yang kelihatannya menarik,
akan diikuti.
3) Tidak memiliki stabilitas emosi karena sikap ikut-ikutan yang
dimiliki.
4) Tidak merasa bahagia karena apa yang dikerjakan bukan apa
yang menjadi kekuatannya.
5) Tidak dapat berkembang secara maksimal karena yang
ditekuni bukan yang menjadi kekuatannya.
6) Merasa yang dikerjakan atau dipelajari menjadi beban karena
bukan kekuatannya.

Sebaliknya, jika seseorang dapat mengembangkan potensi sesuai


bakatnya, maka berikut adalah hal-hal yang akan terjadi:

1) Tidak cepat merasa capai karena apa yang dikerjakan atau


dipelajari merupakan hal yang disukai.
2) Tidak mudah terpengaruh karena sudah merasa mantap
dengan pilihannya.
3) Memiliki stabilitas emosi yang tinggi karena yang ditekuni
adalah sesuatu yang dianggap ‘spesial’ yang ada pada dirinya,
sehingga hal ‘spesial’ lainnya yang berasal dari luar tidak lagi
menggiurkannya.
4) Berkembang secara maksimal.

Untuk itu, sangat penting bagi setiap orang untuk mengembangkan


potensinya sedini mungkin. Dengan berkembangnya potensi,

10
Pengembangan Peserta Didik

langkah selanjutnya untuk menuju pada tujuan yang ingin dicapai


akan mudah diatur, karena pengaruh dari luar tidak lagi
menggoyahkan apa yang ditekuni. Sebagai contoh, seorang yang
sudah mengembangkan potensi bakatnya di bidang menyanyi,
ketika ada orang lain yang berkembang di bidang menari, hal itu
tidak akan membuatnya ingin menjadi penari karena yang
bersangkutan sudah merasa mantap dan bahagia dengan
menyanyi. Tetapi jika menyanyi atau menjadi seorang penyanyi
pada awalnya hanya sekedar ikut-ikutan teman, maka ketika ada
temannya menjadi penari atau pelukis sukses, ada kemungkinan
besar peserta didik tersebut tidak tenang lagi dengan profesinya
menjadi penyanyi dan ingin berpindah menjadi pelukis. Vujicic Nick
(2012) mengatakan bahwa seseorang mengalami suka cita dalam
hidupnya ketika passion sudah ditemukan. Jika hal semacam ini
dialami, maka peserta didik tidak terlalu merasakan perbedaan
antara bekerja/belajar dan kesenangan, karena dua-duanya
mendatangkan kesenangan. Jika seorang peserta didik telah
menemukan passionnya, maka passion tersebut akan membawa
pada tujuan hidupnya selaku pribadi, yaitu berbagi dengan orang
lain melalui potensi yang dimilikinya.Tidak ada lagi di dalam dirinya
motivasi bekerja keras untuk mengumpulkan segudang prestasi
hanya supaya dikagumi dan selalu menjadi nomor satu. Hal seperti
itu sudah tidak penting, karena seorang peserta didik yang sudah
menemukan passion sudah dibuat kagum oleh karya Tuhan dalam
dirinya, sehingga di luar hal itu sudah tidak ada yang lebih
mengagumkan. Demikian juga ketika seorang peserta didik kelak
menjadi seorang pejabat, maka bisa dipastikan tidak akan menjadi
pejabat yang suka merebut rejeki orang lain, karena baginya di jalan
yang dilaluinya ada sejumlah rejeki yang lebih dari mencukupkan
segala kebutuhannya. Jika gambaran besar ini bisa terpatri dalam
pikiran peserta diklat, maka puncak prestasi seorang peserta didik
hanyalah sebuah perjalanan yang tinggal menunggu waktu. Hal
semacam ini adalah bagian dari menanamkan cara berpikir kritis.
Jadi tidak sekedar menyoroti bahwa peserta didik yang menjadi

11
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

pejabat adalah cerdas, berpendidikan tinggi. Lebih dari itu, apakah


setelah potensi berkembang ia memiliki kesukaan memberi (giver)
atau mengambil (taker), karena keterampilan memberi adalah salah
satu langkah untuk dapat hidup dengan potensi maksimal (Osteen,
2004). Untuk lebih detailnya akan dibahas pada poin keterampilan
memberi.

Menurut Maxwell (2014), cara yang harus ditempuh untuk mencapai


potensi maksimal adalah melalui pertumbuhan yang dilakukan
secara sadar dan dengan niat yang besar (intentional), antara lain:

1) Mengembangkan sikap yang benar. Sikap benar harus


dikembangkan sesuai dengan contoh yang sudah dibahas
sebelumnya, yaitu: tidak mencari pujian dengan potensinya,
tidak mengambil rejeki orang lain.
2) Memperdalam apa yang menjadi kekuatan diri, bukan kekuatan
orang lain.
3) Melangkah menuju passion.
4) Mulai lebih memusatkan pada tujuan hidup.
5) Mengembangkan keterampilan yang dimiliki agaar menjadi
orang seperti yang seharusnya.

Pertumbuhan dalam pembahasan di atas tergambar pada beberapa


hal berikut (Maxwell, 2014):

1) Untuk menemukan tujuan hidup diperlukan kesadaran diri untuk


bertumbuh. Pertanyaannya adalah apakah peserta didik sadar
bahwa ia harus bertumbuh, bukan sekedar belajar ilmu
pengetahuan?
2) Untuk berkembang menjadi manusia yang lebih baik,
diperlukan pertumbuhan dalam hal karakter.
3) Untuk mengembangkan karir, diperlukan pengembangan
keterampilan.
4) Untuk menjadi teman atau orang tua yang lebih baik, diperlukan
kematangan dalam hubungan.

12
Pengembangan Peserta Didik

5) Untuk mencapai tujuan keuangan, diperlukan pemahaman


tentang bagaimana cara uang bekerja.
6) Untuk memperkaya jiwa, diperlukan pertumbuhan dalam hal
yang bersifat spiritual.

Dengan demikian, tiap-tiap jenis pertumbuhan yang dikehendaki


harus diikuti dengan usaha yang sejalan. Tanpa memilih yang
sejalan, usaha yang dilakukan akan sia-sia, tidak akan
menghasilkan pertumbuhan seperti yang dikehendaki karena yang
akan membawa seseorang sampai pada tujuan adalah arah, bukan
niat Stanley (2010).

Ketika seluk beluk tentang potensi sudah diketahui, maka


bagaimana harus mengembangkannya bisa mulai dipikirkan. Ibarat
orang akan membangun rumah, gambar rumah sudah tersedia
sehingga pembangunan rumah dapat dimulai berdasarkan gambar
tersebut, bukan berdasarkan improvisasi. Jangan sampai pada saat
rumah sudah jadi baru menyadari bahwa yang dibutuhkan adalah
rumah bertingkat, karena rumah bagian bawah akan digunakan
untuk mengembangkan usaha, sedangkan yang bagian atas
direncanakan sebagai tempat tinggal. Gambaran tentang hal yang
tidak diinginkan dalam hidup seperti di atas dapat terjadi pada
peserta didik karena asal mengembangkan potensi, tidak disertai
dengan tujuan yang jelas. Sebagai kesimpulan, dalam dunia
pendidikan, pendidik hendaknya mengetahui jalan keluar dari akar
permasalahan ketidakpedulian yang berujung pada tidak
berkembangnya potensi atau asal mengembangkan potensi. Jalan
keluar ini diharapkan dapat memecahkan masalah berikutnya yaitu
mengembangkan potensi peserta didik sampai passion ditemukan.

13
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

b. Pengertian Belajar

Saat belajar di sekolah menjadi salah satu momen bagi peserta


didik untuk mengembangkan potensinya. Sayangnya, pada
beberapa kasus, bersekolah tidak selalu berarti belajar ketika
peserta didik hanya mau belajar jika disuruh atau jika mau ulangan.
Tidak hanya itu, jika ada pekerjaan rumah, orang lain yang disuruh
mengerjakan atau hanya mencontek hasil pekerjaan dari peserta
didik lain. Hal semacam ini tidak akan membuat seorang peserta
didik belajar dalam arti yang sebenarnya. Ketika pekerjaan rumah
tidak membuat peserta didik belajar, pendidik harus berpikir ulang
untuk lebih banyak memberikan pengalaman belajar ketika peserta
didik ada di sekolah dan memberi perhatian lebih pada proses
melalui setiap topik yang diajarkan. Sebagai contoh, ketika seorang
pendidik mengharapkan peserta didik untuk belajar matematika,
maka belajar mengerjakan soal matematika dan bagaimana
mengerjakannya dan dengan cara apa, merupakan hal yang harus
dilalui karena kegiatan mengerjakan merupakan fase proses
belajar, tidak sekedar menghafalkan rumus-rumus. Hal ini sesuai
dengan prinsip dari Moriyon (2001) bahwa kegiatan mengerjakan
sendiri menjadi hal penting dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Tanpa mengerjakan sendiri apa yang dijelaskan oleh pendidik,
peserta didik sebetulnya belum sungguh-sungguh belajar. Dari
penjelasan dan contoh di atas, belajar harus dikembalikan kepada
arti yang sesungguhnya, yaitu bahwa jika seorang peserta didik
belajar maka perubahan pasti akan terjadi (Tee, 2005).

Banyak orang berbicara tentang perubahan atau perlunya orang


berubah. Tetapi apakah yang dimaksud dengan perubahan itu
sendiri? Atau perubahan seperti apakah yang sebenarnya
diharapkan untuk terjadi? Perubahan menurut kamus The New
Thesaurus (1980) digambarkan sebagai suatu proses atau hasil
menjadi berbeda. Perubahan yang dibahas di sini tentu saja
perubahan yang mendatangkan suatu kemajuan, yaitu peserta didik
akan menunjukkan kinerja lebih baik apabila ia benar-benar belajar

14
Pengembangan Peserta Didik

(Tee, 2005). Dengan kata lain, ketika seorang peserta didik benar-
benar belajar, maka ia akan benar-benar menunjukkan adanya
perubahan ke arah positif. Jadi pembelajaran yang sesungguhnya
terjadi ketika peserta didik menunjukkan perubahan akibat dari apa
yang dipelajarinya. Jika sudah belajar tetapi tidak menunjukkan
adanya perubahan, berarti peserta didik tidak benar-benar belajar.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya
belajar menjadikan munculnya suatu perubahan positif dan
perubahan akan mengakibatkan terjadinya pembelajaran lebih
lanjut. Hal semacam ini yang harus menjadi acuan dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

Perubahan dalam kehidupan peserta didik harus merupakan


sesuatu yang ditekankan dalam pendidikan. Oleh karena itu, setiap
pendidik melalui setiap mata pelajaran yang diajarkan seharusnya
memperhatikan masalah bagaimana proses perubahan ini terjadi.
Perubahan harus menjadi main of interest, tidak hanya melalui
setiap mata pelajaran, tetapi bahkan melalui setiap tatap muka di
kelas. Pada setiap tatap muka, pendidik harus membuat suatu
rencana pembelajaran yang menggambarkan proses belajar untuk
terjadinya suatu perubahan sebagaimana dimaksud dalam
pembahasan kali ini. Dengan melakukan seperti ini, pendidikan di
sekolah tidak sekedar menghasilkan lulusan dengan hasil akhir
yang mencerminkan hasil/latihan akademis, tetapi lebih dari itu
sekolah memberikan latihan-latihan harian berbasis perubahan
yang dihubungkan dengan permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan sesungguhnya. Latihan yang diberikan dan dilakukan
setiap hari dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan
belajar peserta diklat. Maxwell (2009) mengatakan bahwa
keberhasilan seseorang juga ditentukan oleh agenda kegiatan
setiap harinya. Apa yang dilakukan setiap hari oleh peserta diklat,
itulah yang akan membentuk mereka. Oleh karena itu, pada bagian
selanjutnya akan dibahas tentang agenda harian dan peranannya
bagi pengembangan potensi peserta diklat.

15
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

c. Agenda Sehari-hari

Osteen (2004) mengatakan bahwa setiap orang dapat hidup


dengan potensi yang maksimal sekarang juga. Pernyataan tersebut
berarti bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki potensi, dan
potensi tersebut dapat dikembangkan, serta waktu untuk
mengembangkan dapat dimulai dari sekarang. Untuk itu, langkah
pertama yang harus dilakukan jika seorang peserta didik ingin
berkembang adalah menemukan potensi dalam diri sendiri. Jika
tidak pernah berusaha menemukan potensinya, maka
kecenderungannya adalah meniru potensi orang lain yang
berkembang. Kegiatan meniru bisa menjadi fatal ketika sebenarnya
di dalam dirinya tidak memiliki potensi yang sama dengan yang
ditiru. Hal lain yang ditekankan dari pernyataan Osteen di atas
adalah kata sekarang. Bagi seorang peserta didik yang sungguh-
sungguh ingin berkembang, maka keinginan tersebut harus segera
dilakukan, jangan sampai ditunda karena menunda adalah salah
satu senjata terbaik dari ‘musuh’ kita (Meyer, 2011). Menunda
sehari bisa berakibat tidak melakukan sama sekali, karena lupa
atau karena ada kegiatan-kegiatan lain yang menyita waktu.
Disamping itu, waktu yang jelas dimiliki adalah sekarang, karena
tidak ada yang dapat dilakukan lagi terhadap hari kemarin,
sedangkan hari yang akan datang belum tiba. Orang yang dapat
memanfaatkan waktu sekarang dengan sebaik-baiknya adalah
orang yang akan berhasil dalam hidupnya.

Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini, sekarang adalah waktu
yang akan dipakai untuk mengembangkan potensi diri. Waktu
sekarang diterjemahkan menjadi kebiasaan yang dibangun sehari-
hari. Bagaimana peserta didik mengisi hari-harinya akan sangat
mempengaruhi kehidupan selanjutnya atau mempengaruhi kualitas
hidup yang dijalaninya. Hal ini didukung oleh pendapat Maxwell
yang mengatakan bahwa keberhasilan ditentukan oleh agenda kita
sehari-hari (Maxwell, 2014). Dengan demikian, keterampilan
memberi yang akan dipraktekkan nantinya dapat dilakukan setiap

16
Pengembangan Peserta Didik

hari sampai peserta didik berhasil melaksanakan dan dapat


merasakan manfaatnya.

Melalui tugas yang diintegrasikan dengan mata pelajaran yang


diajarkan dan dipraktekkan sehari-hari, diharapkan keterampilan
memberi dapat menyatu dengan kehidupan peserta diklat,
sebagaimana diungkapkan oleh Suwarna dan Jatirahayu (2013)
bahwa guru bertugas secara secara langsung untuk menyemaikan,
membudayakan, dan membiasakan karakter sampai menjadi watak.
Hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa pada dasarnya setiap
peserta didik memiliki agenda harian, tetapi tidak setiap peserta
didik memiliki agenda harian yang powerful. Agenda harian yang
powerful adalah agenda harian dengan kualitas tertentu yang
memiliki kekuatan untuk membangun diri. Diharapkan dengan
membuat agenda harian yang powerful, keterampilan memberi
peserta didik dapat ditingkatkan. Di samping itu, dengan memiliki
agenda harian yang powerful, kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik
dapat dikurangi, karena kebiasaan jelek akan menghambat
kemajuan (Meyer, 2013).

d. Keterampilan Memberi

1) Konsep Keterampilan Memberi

Konsep memberi menurut Maxwell (2009) adalah sebagai


berikut: seorang yang tidak egois memiliki pikiran untuk
bermurah hati pada orang lain dengan memberi sesuatu,
karena dengan memberi kualitas hidup mereka meningkat.
Dengan memberi diperoleh kebahagiaan dan kepuasan karena
dapat memberikan sesuatu kepada orang lain yang sangat
membutuhkan. Menurut Jamal dan Mc Kinnon (2009) konsep
memberi meliputi: a) apa yang dapat diberikan; b) siapa yang
harus diberi; dan c) bagaimana memberi dilakukan.

17
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

Memberi merupakan kebutuhan mendasar setiap manusia,


yang dapat menguntungkan bagi pihak pemberi dan yang diberi
(Jamal dan Mc. Kinnon, 2009). Sayangnya, banyak orang
mengaitkan memberi dengan uang. Karena sering dikaitkan
dengan uang menjadikan orang tidak selalu mau melakukan
kegiatan memberi dengan berbagai alasan, misalnya tidak
mempunyai banyak uang, atau sedang memiliki banyak
kebutuhan, sehingga tidak dapat melakukan kegiatan memberi.
Sesungguhnya, memberi tidak selalu harus berupa uang. Jamal
dan Mc Kinnon (2009) menyebutkan bahwa hal-hal yang dapat
diberikan meliputi uang, waktu, keterampilan, perhatian,
pengetahuan, nasehat, kepemimpinan, harapan, tawa,
sentuhan, kehidupan, kesehatan, kasih sayang. Ketika akan
melakukan keterampilan memberi, yang selalu ada di dalam
pikiran untuk diberi sesuatu adalah orang. Tidaklah salah
menjadikan orang salah satu objek yang akan menerima
pemberian. Dalam hal menerima pemberian, objek orang tidak
selalu diartikan orang lain saja, bisa juga diri sendiri. Jamal dan
Mc Kinnon (2009) mengatakan bahwa melakukan keterampilan
memberi dimulai dari yang paling dekat, yaitu memberi bagi diri
sendiri terlebih dahulu. Sebagai contoh, keberhasilan setelah
berjuang keras menyelesaikan suatu pekerjaan selama
berminggu-minggu dapat dirayakan dengan memberi hadiah
bagi diri sendiri. Memberi hadiah untuk diri sendiri setelah
melakukan tugas berat dapat menjadi motivasi dan memberi
energi untuk menyelesaikan tugas-tugas berikutnya (Meyer,
2010). Jika tidak pernah memberikan hadiah pada diri sendiri,
ada kecenderungan peserta didik akan mengalami kesulitan
ketika harus memberikan hadiah kepada orang lain. Hal ini
dikarenakan konsep memberi hadiah tidak pernah ada di
pikirannya. Untuk itu, memberi hadiah pada diri sendiri juga
perlu dilatih. Setelah memberi kepada diri sendiri, dilanjutkan
dengan memberi kepada keluarga, dan kemudian kepada
masyarakat. Hal ini dimaksudkan supaya jangan sampai

18
Pengembangan Peserta Didik

keterampilan memberi dilakukan kepada yang jauh tetapi yang


dekat diabaikan. Pada akhirnya, keterampilan memberi tidak
hanya bisa dilakukan terhadap manusia saja, tetapi bisa juga
terhadap bumi. Manusia perlu memberikan perhatian pada
bumi yang ditinggali supaya kondisinya tidak mendatangkan
bencana bagi manusia, misalnya mengurangi penggunaan
peralatan yang dapat merusak lapisan ozon, mengurangi
penggunaan tas plastik seperti yang sekarang sedang
digalakkan. Setelah melakukan kegiatan memberi, hal
selanjutnya yang perlu diketahui dan diajarkan kepada peserta
didik adalah bagaimana kegiatan keterampilan memberi harus
dilakukan. Jamal dan Mc.Kinnon (2009) mengatakan bahwa
memberi sebaiknya dilakukan sebagai berikut: a) Memberi
dilakukan dengan rasa hormat sehingga yang diberi merasa
senang menerima pemberian tersebut; b) Memberi juga harus
dilakukan dengan kerendahan hati agar yang diberi tidak
merasa sakit hati karena direndahkan; dan c) Memberi harus
dilakukan tanpa syarat sehingga yang diberi tidak merasa
berhutang.

Dampak dari memberi yaitu dapat mengurangi keegoisan.


Peserta didik yang suka berkelahi bisa dikatakan egois, karena
ada kecenderungan untuk memuaskan nafsu marah. Ketika
seorang peserta didik terbiasa dengan keterampilan memberi,
misalnya memberi maaf, maka ajakan untuk berkelahi tidak
akan ditanggapi karena yang mengajak berkelahi sudah diberi
maaf. Perkelahian hanya salah satu masalah yang diharapkan
bisa dipecahkan dengan kebiasaan memberi. Masih banyak
permasalahan di dunia yang bisa berkurang jika peserta didik
memiliki kebiasaan memberi, seperti: banyaknya orang
kelaparan, tidak memiliki air bersih, meninggal karena penyakit
yang sebetulnya bisa dicegah, banyak penduduk dunia yang
buta huruf. Jika ada lebih banyak peserta didik yang mau
menabung sebagian dari uang saku dan memberikan kepada

19
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

orang lain, maka akan lebih banyak orang kelaparan yang


dapat ditolong. Demikian juga ketika ada lebih banyak peserta
didik yang mau memberikan sebagian waktu bermain dengan
gadget untuk mengunjungi kakek neneknya atau orang-orang
jompo yang kesepian, maka akan lebih banyak orang-orang
jompo yang terhibur dan lebih memiliki semangat hidup. Dari
deskripsi tentang berbagai permasalahan di atas, semakin jelas
dan nyata bahwa keterampilan memberi menjadi keterampilan
yang sangat mungkin untuk mengurangi permasalahan yang
ada di dunia ini dan bisa dilakukan oleh peserta diklat. Pada
akhirnya, hal yang perlu diketahui ketika mempraktekkan
keterampilan memberi adalah bahwa dengan memberi
sebenarnya peserta didik tidak kehilangan. Dengan memberi,
akan diperoleh beberapa keuntungan, diantaranya: a) memiliki
teman-teman baru; b) memiliki rasa aman; c) kesehatan yang
stabil; d) kebahagiaan; dan e) rasa bangga.

Menurut Menninger dalam Maxwell (2000) dikatakan bahwa


orang yang memberi dengan murah hati jarang ada yang sakit
mental. Di sini peserta didik perlu diberi pencerahan bahwa
memberi merupakan suatu keterampilan yang dapat
menyehatkan mental. Dari uraian di atas, semakin menjadi
penting untuk mengarahkan peserta didik belajar tentang
keterampilan memberi. Terdapat dua gambaran tentang konsep
keterampilan memberi. Pertama, Benjamin Franklin dalam
Maxwell (2009) setiap bangun pagi selalu bertanya pada diri
sendiri tentang kebaikan apa yang akan dilakukan bagi orang
lain. Franklin memiliki mind set seorang giver, dan mind set
seperti ini telah membuatnya memiliki gaya hidup memberi.
Setiap hari selalu ada keinginan untuk melakukan keterampilan
memberi bagi orang lain. Dari pertanyaan Franklin di atas
tersirat beberapa pertanyaan lain, yaitu: a) siapa saja yang
dapat diberi hari ini; b) di mana orang-orang tersebut dapat
ditemui; c) pemberian apakah yang sebaiknya diberikan; dan

20
Pengembangan Peserta Didik

d) dengan cara bagaimanakah pemberian itu mesti dilakukan


supaya orang-orang tersebut menerima dengan suka cita,
tanpa ada beban.

Kedua, seorang pelukis yang tidak pernah mempraktekkan


keterampilan melukisnya akan merasa kaku atau mengalami
kesulitan ketika harus mempraktekannya kembali. Terampil
akan sesuatu selalu diperoleh melalui latihan yang berulang-
ulang. Demikian pula dengan keterampilan memberi. Memberi
adalah salah satu dari keterampilan yang harus dilatihkan di
sekolah secara berulang-ulang setiap hari supaya peserta didik
terampil dalam memberi dan memiliki mind set seorang
pemberi. Jika dilatih sejak masih muda, maka peserta didik
akan menjadi terbiasa dengan keterampilan memberi tersebut.

Untuk melengkapi konsep keterampilan memberi, beberapa


pertanyaan berikut dapat digunakan untuk mengembangkan
latihan keterampilan memberi, seperti: a) Kapan, memberi
harus dilakukan pada saat yang tepat; b) Mengapa, jawaban
atas pertanyaan mengapa memberi dilakukan juga perlu untuk
didiskusikan supaya peserta didik paham bahwa memberi
harus dilakukan dengan maksud positif; dan c) Seberapa
banyak keterampilan memberi bisa dilakukan (Jamal dan Mc.
Kinnon, 2009).

Pada dasarnya, bagi yang sudah terampil dengan keterampilan


memberi atau sudah memiliki mind set seorang giver,
keterampilan memberi dapat dilakukan kapan saja dan di mana
saja serta seberapapun yang sanggup diberikan. Bagi seorang
giver, kesempatan untuk melakukan keterampilan memberi
sangat mudah untuk ditemukan. Baginya, hidup adalah untuk
memberi. Sebaliknya, bagi yang belum terampil, terlebih bagi
seorang taker, kesempatan untuk memberi seperti tidak pernah
terlihat karena fokus pikirannya berbeda, bukan pada memberi
tetapi mengambil. Osteen (2004) mengatakan bahwa menjadi

21
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

seorang giver sulit ketika mata tertuju pada diri sendiri.


Sementara sebenarnya keterampilan memberi dapat
dipraktekkan setiap saat dan di manapun. Setiap hari dan di
manapun peserta didik berada, kesempatan memberi selalu
ada. Diperlukan kejelian untuk mencari peluang. Di sinilah
keterampilan berpikir kritis diperlukan.

Hal yang perlu untuk disadari oleh pendidik adalah bahwa


seorang peserta didik tidak mungkin untuk memberikan
sesuatu yang tidak dimilikinya. Ketika tidak pernah
diperhatikan, maka akan sangat sulit bagi peserta didik untuk
memberikan perhatian kepada orang lain. Demikian juga, ketika
peserta didik tidak pernah diberi senyum, maka memberi
senyum kepada orang lain akan menjadi hal yang sulit untuk
dilakukan. Meskipun demikian, hal-hal tersebut bisa dilatihkan
sehingga sekalipun belum pernah mendapatkan, tetapi jika
dibekali dengan latihan yang sungguh-sungguh maka peserta
didik yang jarang diberi senyum menjadi bisa memberi
senyuman terlebih dahulu. Selanjutnya, keterampilan memberi
akan lebih memberikan makna apabila pemberian yang
dilakukan adalah pemberian yang berkualitas, sebagaimana
dijelaskan sebelumnya.

2) Pengembangan Konsep Keterampilan memberi

Seperti halnya dengan konsep pembelajaran holistik yang


menginginkan peran peserta didik bergeser, dari pasif ke aktif,
maka dalam pembahasan ini peran peserta didik juga dituntut
aktif. Dalam pembelajaran holistik, peran pasif digambarkan
sebagai sekedar menerima informasi, sedangkan peran aktif
adalah sebagai orang yang mampu memecahkan masalah
secara mandiri, berpikir kritis, serta kreatif dalam
mengaplikasikan fakta, konsep, dan prinsip yang dipelajari
(Widarto, 2012). Dalam pembahasan ini, peserta didik dilatih
untuk secara aktif melakukan kegiatan memberi melalui tugas-

22
Pengembangan Peserta Didik

tugas yang diberikan. Jadi, tugas-tugas yang diberikan harus


bisa merangsang peserta didik untuk melakukan berbagai
kegiatan memberi. Untuk mengembangkan konsep
keterampilan memberi agar lebih berkualitas, ada beberapa hal
yang dapat dilakukan.

Pertama, keterampilan memberi dilakukan terhadap orang-


orang yang tidak mungkin untuk membalas pemberian tersebut.
Dengan memberi kepada orang yang tidak dapat membalas,
maka pemberian tersebut akan menjadi pemberian yang tulus
karena yang memberi tidak mengharapkan apapun. Hal ini
diungkapkan oleh Bunyan dalam Osteen (2004) yang
mengatakan bahwa Anda tidak betul-betul hidup hari ini sampai
Anda melakukan sesuatu kepada orang lain yang tidak dapat
membalas apa yang Anda lakukan baginya.

Kedua, keterampilan memberi tetap dilakukan sekalipun


peserta diklat, sebagai orang yang memberi, tidak memiliki
banyak. Contoh: peserta didik A adalah tipe orang yang tidak
pandai bicara, tetapi diminta untuk memberikan kata-kata positif
kepada peserta didik lainnya yang sedang sedih. Dalam hal ini
pendidik mengajarkan bahwa yang memberi tidak harus orang
yang memiliki banyak.

Ketiga, mempraktekkan an extraordinary giving skill.


Keterampilan memberi dilakukan dengan cara yang luar biasa,
yaitu: a) dari segi kuantitias yang diberikan, contoh: berilah dua
kilogram gula pasir, jika ada yang memerlukan satu kilogram; b)
cara memberikan, contoh: tetap mencoba untuk memberikan
bantuan dengan tulus, sekali pun pada saat yang sama ada
urusan lain yang harus dikerjakan. Yang harus ditanamkan
kepada peserta didik adalah sama-sama memberikan bantuan,
yang satu dilakukan secara tulus, sedangkan lainnya dilakukan
dengan mengomel dalam hati dan kemudian membicarakan
tentang keterpaksaan ini kepada orang lain. Dari dua cara

23
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

tersebut akan memberikan hasil yang berbeda; c) waktu yang


dibutuhkan, contoh: jika ada yang ingin menceritakan
permasalahan secara singkat karena takut menyita banyak
waktu, berikan waktu yang secukupnya sampai yang
bersangkutan merasa lega.

Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan


keterampilan memberi adalah dengan menetapkan indikator
dari suatu tugas memberi. Dengan menetapkan indikator,
peserta didik diharapkan akan melakukan keterampilan
memberi beberapa kali sampai indikator yang ditetapkan
tercapai. Tidak semua indikator dapat langsung dicapai dengan
satu kali tindakan memberi. Ada beberapa indikator yang
memerlukan waktu panjang untuk mencapainya. Berikut adalah
beberapa contoh indikator dari suatu objek pemberian yang
dilakukan di dalam kelas. Pendidik dan peserta didik dapat
mengembangkannya lebih banyak lagi.

Objek Pemberian Indikator


Memberi pada Orang lain:
 Memberi kata-kata positif Teman yang menjawab salah
ketika ada teman yang merasa tidak malu dan mau
memberi jawaban salah atas mencoba lagi.
pertanyaan yang diberikan
oleh pendidik di dalam kelas

 Memberikan penjelasan Teman yang tadinya masih


ketika ada teman yang tidak bingung, menjadi jelas.
paham setelah pendidik
menjelaskan suatu materi.

24
Pengembangan Peserta Didik

Objek Pemberian Indikator


Memberi pada Orang lain:
 Memberi informasi kepada Teman yang tidak masuk kelas
teman yang tidak masuk dapat mengumpulkan pekerjaan
tentang pekerjaan rumah rumah pada pertemuan
yang harus dikumpulkan pada selanjutnya, karena ada teman
pertemuan berikutnya. yang peduli untuk memberikan
informasi.

Dengan mengembangkan keterampilan memberi sebagaimana


contoh-contoh di atas, maka pemberian yang dilakukan akan
semakin berkualitas dan peserta didik akan memiliki kehidupan
yang lebih berkualitas juga. Selanjutnya, peserta didik juga
diminta untuk mempraktekkan di luar kelas kepada orang-orang
yang benar-benar membutuhkan. Berikut adalah beberapa
contoh indikator dari suatu objek pemberikan yang dilakukan di
luar kelas.

Objek Pemberian Indikator

Memberi Diri Sendiri


Memberi hadiah pada diri sendiri Timbul motivasi dan semangat
setelah melakukan tugas baru untuk melanjutkan
melukis I
Memberi diri sendiri tidur malam Badan terasa dan kelihatan
yang cukup lebih segar
Memberi tubuh lebih banyak Pembelian junk-food dikurangi
makanan yang sehat dari pada
yang tidak sehat

Memberi pada orang lain:


Memberi pada orang lain yang Merasa tersentuh
membutuhkan
Memberi pada orang lain yang Orang yang tersisih merasa
tersisih hidup kembali, karena ada
orang yang memperhatikan
Memberi pertolongan pada Timbul rasa bersalah dan
orang yang suka menjelek- malu pada orang yang suka
jelekkan menjelek-jelekkan karena
yang membantu adalah orang
yang selama ini dijelek-
jelekkan.

25
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

Objek Pemberian Indikator

Memberi doa pada orang yang Kebencian pada orang yang


dibenci dibenci menjadi berkurang
Membantu orang-orang yang Ada ucapan terima kasih yang
sudah tua dan perlu bantuan mendalam dari orang yang
dalam menyeberang jalan diseberangkan.

Objek Pemberian Indikator

Memberi pada benda:


Memberi perhatian pada motor Motor selalu kelihatan bersih
dengan membersihkannya
setiap hari
Memberi perhatian pada ruang Rak buku tertata rapi
belajar dengan mengatur buku-
buku

2. Perencanaan Pengembangan Berpikir Kritis dan Berinovasi

Setelah pengertian tentang potensi, konsep belajar, peranan agenda


sehari-hari, dan keterampilan memberi dihayati dan dipahami secara
lebih mendalam, langkah selanjutnya adalah merencanakan
pembelajaran yang akan membawa peserta didik mengalami sendiri
secara langsung hal-hal terkait dengan yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk membuat
perencanaan dimaksud adalah dengan terlebih dahulu memperluas
kapasitas pembelajaran.

Perluasan kapasitas kegiatan pembelajaran tidak selalu berarti


penambahan jam belajar. Perluasan kapasitas dilakukan dengan
memberi focus yang lebih pada good values yang dibahas sebelumnya
dan mengintegrasikannya dalam mata pelajaran yang diampu sampai
ada realiasasi melalui praktek good values, dalam hal ini keterampilan
memberi.

Jika sekolah menginginkan supaya lulusannya memiliki kualitas nilai


tertentu, maka keinginan tersebut harus direalisasikan dalam kegiatan
pembelajaran setiap harinya, baik secara teori dalam arti penanaman
konsep maupun praktek. Apa yang ditekuni setiap hari akan membentuk

26
Pengembangan Peserta Didik

peserta didik (Meyer, 2013). Einstein dalam Maxwell (2014) mengatakan


bahwa sebaiknya berusahalah untuk menjadi orang yang memiliki nilai,
bukan orang yang sukses, karena orang yang memiliki nilai pasti akan
memiliki kualitas hidup lebih baik yang akan membawanya pada
kesuksesan. Dalam pembahasan ini, integrasi good values/ konsep
keterampilan memberi dengan mata pelajaran yang diampu, diharapkan
dapat meningkatkan kepedulian. Pengintegrasian ini diwujudkan dalam
bentuk tugas-tugas keterampilan memberi yang dilakukan secara
konsisten dan kontinue oleh peserta diklat, baik di dalam kelas maupun
di dalam kehidupan sehari-hari di luar kelas. Sebelum tugas diberikan,
pendidik harus mendeskripsikan kegiatan pembelajaran secara jelas
sehingga peserta didik memiliki gambaran tentang apa yang akan
dilakukan, arah yang akan dituju, serta permasalahan yang dapat
diselesaikan nantinya melalui praktek keterampilan memberi yang
dilakukan setiap harinya dalam kegiatan belajar di sekolah. Secara
ringkas, perluasan kapasitas kegiatan pembelajaran dengan konsep
keterampilan memberi dilakukan dengan menanamkan konsep tersebut
kepada peserta diklat, mengintegrasikan dengan mata pelajaran yang
diampu, dan mempraktekkannya secara konsisten dan kontinyu sesuai
topik yang dipelajari atau karakteristik mata pelajaran yang diampu.

Dengan melakukan praktek keterampilan memberi tersebut,


keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berinovasi secara perlahan-
lahan dibentuk dengan melatih cara berpikir peserta didik dari seorang
yang suka meminta atau mengambil (taker) menjadi seorang (giver).
Sebagaiamana sudah dijelaskan sebelumnya bahwa keterampilan
memberi merupakan salah satu faktor yang dapat membawa seseorang
pada potensi maksimalnya (Osteen, 2004). Hal inilah yang menjadi
alasan mengapa keterampilan memberi dipilih.

27
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

D. Aktivitas Pembelajaran

Sebelum peserta didik melakukan aktivitas pembelajaran yang


mengintegrasikan keterampilan memberi, berikut adalah penjelasan singkat
yang dapat dipakai sebagai pegangan oleh pendidik.

1. Penerapan Keterampilan Memberi dalam Pembelajaran

Untuk menjadi sukses, gaya hidup yang benar harus dimiliki oleh
peserta diklat. Demikian juga untuk dapat memiliki hidup yang
menyenangkan, peserta didik harus menjadikan keterampilan memberi
sebagai salah satu gaya hidup yang harus dimiliki, karena memberi
pada dasarnya adalah menyenangkan. Dengan menjadikan
keterampilan memberi sebagai gaya hidup sejak dari kecil, diharapkan
ketika dewasa dan bekerja, peserta didik dapat lebih menjaga diri untuk
tidak melakukan tindakan negatif, karena mind set sudah dilatih untuk
diarahkan menjadi seorang giver, bukan seorang taker. Secara ringkas,
tahapan penerapan keterampilan memberi dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut.

2. Tahap awal kegiatan pembelajaran

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan pendidik pada tahap
awal pembelajaran: 1. Pendidik secara singkat dan dengan bahasa
sederhana menjelaskan konsep keterampilan memberi; 2. Pendidik juga
memberikan alasan mengapa diajarkan keterampilan memberi. Dengan
mengetahui alasannya, peserta didik diharapkan akan lebih mantap
dalam mempraktekkannya; 3. Untuk memperjelas konsep, pendidik
memberikan contoh, misalnya: orang yang tidak mau mendengarkan
dengan sungguh-sungguh ketika ada orang lain yang minta
didengarkan. Dengan mengajarkan keterampilan memberi, peserta didik
diajak untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan memberi telinga
untuk mendengarkan secara sungguh-sungguh; dan 4. Pendidik
memberikan pengalaman-pengalaman nyata pada saat mempraktekkan
keterampilan memberi, contoh: merasa hampir putus asa ketika

28
Pengembangan Peserta Didik

mengalami kegagalan praktek berkali-kali, tetapi kemudian bangkit


kembali sampai akhirnya berhasil walaupun baru beberapa kali.

3. Tahap mengajar

Setelah selesai dengan tahap awal, pendidik melanjutkan ke tahap


berikutnya, yaitu mengajar mata pelajaran yang diampu seperti
biasanya, bedanya pada tugas yang diberikan. Tugas mengandung
penerapan keterampilan memberi dan harus dipraktekkan di dalam
kelas dan juga di dalam kehidupan sehari-hari di luar kelas.

Contoh tugas I, variasi 1: memberi dengan kata-kata positif secara lisan.


Pada saat peserta didik mempresentasikan sebuah proyek dari suatu
mata pelajaran setiap peserta didik diminta untuk berlatih memberikan
komentar yang sifatnya memotivasi terkait dengan daya tarik atau
kualitas proyek yang dipresentasikan. Demikian seterusnya sampai
setiap peserta didik mempresentasikan proyeknya. Dalam hal ini,
melalui kegiatan presentasi, peserta didik diajari untuk mempraktekkan
keterampilan memberi dengan kata-kata positif. Tekanannya adalah
melatih keterampilan memberi dengan kata-kata positif yang
membangun, bukan sekedar mengomentari suatu karya atau proyek.

Contoh tugas I, variasi 2: memberi dengan kata-kata positif secara


tertulis. Pendidik mengumpulkan semua proyek tadi dan membaginya
secara acak kepada peserta diklat. Kemudian, peserta didik diminta
untuk memberikan komentar tertulis terkait proyek tersebut. Pendidik
memberikan rambu-rambu supaya peserta didik menuliskan kata-kata
yang bersifat membangun dan memberikan kata-kata tertulis tersebut
dengan tulisan yang rapi. Di sini peserta didik diarahkan untuk belajar
mempraktekkan keterampilan memberi dengan kata-kata positif yang
ditulis secara rapi. Hal ini penting untuk dilatihkan supaya peserta didik
tidak membiasakan diri memberi kata-kata yang sifatnya destruktif.

29
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

Contoh tugas II: memberi berita positif kepada sesama peserta didik di
kelas. Berita yang harus dikumpulkan adalah berita positif, berita yang
memotivasi, bisa dikaitkan dengan mata pelajaran yang diampu. Di sini
peserta didik belajar untuk mencari berita positif di antara banyaknya
berita negatif yang ada (selective hearing). Berita positif tersebut
kemudian diberikan kepada peserta didik lainnya sehingga ketika
mendengar berita tersebut, mereka akan menjadi bangkit semangatnya.
Dalam contoh terakhir, tekanan kegiatan belajar adalah pada melatih
keterampilan memberi berita positif, bukan memberi gosip. Contoh di
atas merupakan beberapa contoh pengembangan keterampilan
memberi secara sederhana. Supaya peserta didik terbiasa dengan
konsep memberi, maka pada setiap tugas mata pelajaran yang
diberikan keterampilan memberi perlu dimasukkan, disesuaikan dengan
topik.

4. Tahap akhir kegiatan pembelajaran,

Pendidik menanyakan apakah melalui kegiatan praktek memberi


tersebut peserta didik sudah benar-benar merasa melakukan kegiatan
memberi. Jika rata-rata peserta didik menjawab sudah, maka pendidik
bisa menanyakan lebih lanjut tentang perasaan mereka setelah dapat
memberi sesuatu kepada orang lain. Tetapi jika ternyata rata-rata
peserta didik menjawab belum, maka apabila waktu masih tersedia,
pendidik dapat menjelaskan kembali tentang konsep memberi kemudian
dihubungkan dengan kegiatan praktek keterampilan memberi yang pada
pembahasan kali ini berupa memberi kata-kata positif dan memberi
berita positif. Akan tetapi jika waktu sudah habis, maka penjelasan
tentang konsep memberi dapat dilakukan kembali pada pertemuan
berikutnya. Agar praktek keterampilan memberi dapat lebih bermakna
bagi peserta diklat, maka praktek dalam contoh di atas dapat
dikembangkan lagi seperti berikut, dengan objek orang-orang di
masyarakat dimana peserta didik tinggal: 1) Peserta didik diminta
kembali untuk memberi dengan kata-kata positif secara lisan, memberi
tulisan dengan kata-kata positif, serta memberi berita positif yang
ditujukan kepada orang lain di masyarakat; 2) Peserta didik diminta

30
Pengembangan Peserta Didik

untuk melakukan beberapa kegiatan keterampilan memberi, misalnya


mencari orang-orang yang tersisih dan kemudian mempraktekkan
keterampilan memberi dengan cara memberi ucapan selamat pagi,
selamat siang, atau selamat sore, atau ucapan selamat ulang tahun,
jika kebetulan peserta didik mengetahuinya. Pada saat presentasi di
kelas, peserta didik memberikan penjelasan singkat alasan memilih
beberapa keterampilan memberi tersebut. Demikian seterusnya, setiap
topik diberi tugas-tugas keterampilan memberi dengan jenis yang
berbeda sebagaimana dikemukakan oleh Jamal dan Mc. Kinnon.
Pendidik juga bisa mengembangkan sendiri di luar jenis-jenis pemberian
yang ditulis oleh Jamal dan Mc. Kinnon.

Sebagai proyek akhir semester, pendidik bisa meminta kepada peserta


didik untuk selama satu minggu mempraktekkan keterampilan memberi
dengan melakukan tiga atau lebih kegiatan memberi per hari. Dengan
melakukan kegiatan memberi selama satu semester, diharapkan
peserta didik dapat memahami konsep keterampilan memberi melalui
kegiatan praktek yang dilakukan. Pada akhirnya, uraian tentang
perluasan kapasitas pembelajaran dengan keterampilan memberi dapat
diringkas menjadi dua hal, yaitu: 1) Menanamkan konsep keterampilan
memberi menjadi saat di mana peserta didik diarahkan untuk
memahami mind set seorang giver; dan 2) Mempraktekkan keterampilan
memberi menjadi saat di mana peserta didik belajar memiliki gaya
hidup seorang pemberi melalui kegiatan memberi yang dilakukan secara
nyata. Dengan demikian, perluasan kapasitas pembelajaran yang
dilakukan harus benar-benar membuat kesadaran peserta didik tumbuh
dalam proses menjadi seorang giver bukan seorang taker.

Dari penjelasan singkat tentang pembelajaran yang mengintegrasikan


keterampilan memberi, lakukan simulasi seperti pada contoh tugas I,
variasi 1 dan variasi 1, tugas II yang ada di halaman 24.

31
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

E. Latihan/Kasus/Tugas

1. Soal-soal

a. Jelaskan pengertian keterampilan berpikir kritis dan keterampilan


berinovasi secara komprehensif dalam rangka mengembangkan
potensi peserta didik secara maksimal!
b. Tuliskan rencana singkat untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan keterampilan berinovasi dalam rangka
mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal!

2. Tugas –Tugas

a. Coba ingat kembali orang-orang yang ada di sekitar Anda. Apakah


ada di antara orang-orang tersebut yang menurut Anda
menunjukkan perubahan sikap karena menjadi lebih kaya, memiliki
posisi yang lebih tinggi di tempat kerja, meraih gelar pendidikan
yang lebih tinggi? Perubahan sikap bagaimanakah yang
ditunjukkan kepada Anda? Apakah Anda merasa nyaman dengan
orang tersebut setelah mengalami perubahan sikap? Apakah Anda
juga melakukan hal yang serupa? Apakah perubahan sikap tersebut
mendatangkan manfaat bagi orang lain atau sebaliknya?
Tugas:
Dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, buatlah
kesimpulan tentang potensi peserta didik seperti apakah yang
diharapkan untuk dikembangkan dalam pembelajaran yang Anda
lakukan sehari-hari?

b. Coba ingat-ingat kembali pejabat yang Anda kenal di pemerintahan,


apakah kebanyakan dari mereka termasuk kategori seorang taker
ataukah giver?
Tugas:
Tuliskan pemikiran Anda mengapa mereka menjadi seperti jawaban
yang Anda pilih (giver/ taker)! Kaitkan jawaban dengan harapan

32
Pengembangan Peserta Didik

Anda terhadap peserta didik yang dilatih untuk mengembangkan


keterampilan memberi.

c. Tugas Praktek
Pilih jenis kegiatan keterampilan memberi yang dapat membantu
Anda untuk bertumbuh menjadi pribadi yang benar-benar
menerapkan prinsip belajar, yaitu: berubah dari yang kurang baik
menjadi lebih baik. Lakukan secara terintegrasi dengan tugas-tugas
dari paket keahlian Anda. Praktekkan selama Anda mengikuti
kegiatan diklat. Catat hasil Anda mempraktekkan setiap hari. Buat
kesimpulan apakah praktek keterampilan memberi yang Anda
lakukan sudah berhasil atau belum berhasil dan apa kendalanya.

F. Rangkuman

Setiap orang, termasuk pendidik dan peserta diklat, memiliki potensi. Potensi
harus dimaksimalkan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki sampai
passion ditemukan. Orang yang sudah menemukan passion adalah orang
yang paling berbahagia. Seorang peserta didik yang sudah menemukan
passion akan lebih stabil dalam hidupnya, karena tidak gampang tertarik
dengan hal-hal yang ada di luar dirinya. Sebaliknya seorang peserta didik
yang belum menemukan passion akan mudah sekali untuk ikut kesana
kemari.

Permasalahan yang dihadapi terkait dengan pengembangan potensi, antara


lain: sikap tidak peduli yang disebabkan terlalu asyik dengan gadget, tidak
sungguh-sungguh dalam mengembangkan potensi dengan alasan: tidak
tahu, ingin tetap low profile, malas bekerja keras, dll. Pemikiran kritis dan
berinovasi merupakan dua keterampilan yang ditekankan untuk
mengembangkan potensi peserta diklat. Untuk mendukung berkembangnya
kedua keterampilan tersebut, seorang pendidik perlu menghayati lebih lanjut
tentang pengertian potensi, konsep belajar yang sesungguhnya, agenda
sehari-hari, dan keterampilan memberi. Keterampilan memberi dipilih
sebagai bentuk latihan untuk mengurangi permasalahan-permasalahan yang
menghambat berkembangnya potensi seorang peserta diklat. Alasan

33
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

pemilihannya, dengan keterampilan memberi diharapkan peserta didik akan


lebih peduli terhadap sesamanya dan diri sendiri, termasuk pada potensi
yang dimilikinya, melalui cara berpikirnya yang diubah dari seorang taker
menjadi giver. Disamping itu, memberi merupakan salah satu langkah untuk
hidup dengan potensi yang maksimal sehingga pemikiran kritis bisa
dilakukan secara lebih komprehensif dan lebih mendalam.

G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

1. Umpan Balik

Ambil waktu yang tenang untuk melakukan refleksi terhadap hal-hal


berikut:
a. Penghayatan Anda tentang pengertian potensi, pengertian belajar,
dan agenda sehari-hari sebelum membaca bab ini. Tuliskan hasil
refleksi Anda!
b. Penghayatan Anda tentang pengertian potensi, pengertian belajar,
dan agenda sehari-hari setelah membaca bab ini. Tuliskan hasil
refleksi Anda!
c. Manfaat latihan keterampilan memberi bagi Anda selaku pendidik
yang akan mendampingi peserta didik dalam melakukan hal yang
sama. Tuliskan hasil refleksi Anda!

2. Tindak Lanjut

Jika Anda benar-benar ingin mengalami perubahan dalam hal cara


berpikir, maka latihan keterampilan memberi tetap dilanjutkan, sekalipun
diklat sudah selesai. Jika selama diklat hasil latihan keterampilan
memberi Anda belum berhasi,l Anda bisa ulangi lagi sampai menjadi
gaya hidup Anda. Jika sudah berhasil, Anda bisa memilih keterampilan
memberi dalam bentuk lain. Pastikan Anda merasakan manfaat dari
latihan keterampilan memberi, sebelum Anda membimbing peserta
diklat. Dengan demikian, Anda akan mengajarkan sesuatu yang Anda
yakini membawa keberhasilan.

34
Pengembangan Peserta Didik

H. KUNCI JAWABAN

1. Soal-soal

a. Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang


dilakukan dengan logika dan melalui kegiatan refleksi sehingga
dapat menghasilkan suatu keputusan yang bijaksana. Untuk dapat
memiliki kualitas berpikir yang demikian, dalam konteks
pengembangan potensi, pendidik perlu menghayati pengertian
potensi, belajar, agenda harian, keterampilan memberi.

Keterampilan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara


baru dan melalui kebiasaan baru. Untuk mendukung terjadinya
pembaharuan, pendidik perlu menghayati pengertian potensi,
belajar, agenda harian, keterampilan memberi.

b. Rencana untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan


berinovasi dilakukan dengan memberi fokus pada pengembangan
keterampilan memberi yang diintegrasikan dengan mata pelajaran
yang diampu.

2. Tugas a: Rambu-rambu jawaban

Melalui pembelajaran sehari-hari, pendidik diharapkan dapat


mengarahkan peserta didik untuk mencapai potensi maksimalnya
terkait dengan bakat dan kebermanfaatannya bagi orang lain.

Tugas b: Rambu-rambu jawaban


Jika jawabannya lebih kepada seorang taker, kemungkinannya karena
pada saat menempuh pendidikan tidak diberi informasi yang
menekankan bahwa keterampilan memberi merupakan salah satu faktor
yang dapat membuat seseorang hidup dengan mencapai potensi yang
maksimal.

Jika jawabannya lebih kepada seorang giver, kemungkinannya pada


saat menempuh pendidikan, praktek keterampilan memberi banyak
diperkenalkan sehingga memberi sudah menjadi gaya hidup sejak

35
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

masih remaja. Dengan demikian, ketika bekerja gaya hidup tersebut


tetap menyatu.

Tugas c: Rambu-rambu jawaban


Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memberi kata-
kata yang membangun, memberi bantuan pada teman yang kurang
dapat mengikuti kegiatan diklat dengan cara yang sopan, memberi
waktu untuk mendengarkan teman yang ingin mendapat penjelasan
tambahan tentang materi yang belum dipahami, dll.

36
Pengembangan Peserta Didik

REFERENSI

Desmita, Dra, M.Si. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta diklat. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Jamal, Azim dan Mc. Kinnon. 200. The Power of Giving. New York: Pingui Book,
Ltd

Maxwell, John. 2009. How Successful People Think. New York: Hachette Book
Group

Maxwell, John. 2014a. How Successful People Grow. New York: Hachette Book
Group

Maxwell, John. 2014b. Buatlah Hari ini Bermakna (Terj. Marlene T). Surabaya:
PT Menuju Insan Cemerlang.

Meyer, Joyce. 2010. Power Thought. New York: Faith Words

Meyer, Joyce. 2015. Get Your Hopes Up! New York: Faith Words

Moriyon, Felix Garcia. 2001. Human Rights and Educatioin: The Content and the
Process,

Neufeldt, Victoria. 1988. Webster’s New World Dictionary. New York:Simon &
Schuster, Inc.

Nusanti, Irene. 2015. Pengembangan Keterampilan memberi pada Peserta diklat:


Sebuah Kajian untuk Memperluas Kapasitas Kegiatan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, vol 21, Agustus 2015

Osteen, Joel. Your Best Life Now. New York: Hachette Book Group

Stanley, Andy. February 2010. Aiming at Your Dreams & Goals. Majalah
Enjoying Everyday Life, hal 25.

Tee, Ng Pak. 2005. The Learning School. Singapore: Pearson

Vianna, Fernando de Mello. 1980. Roget’s II The New Thesaurus. Boston:


Houghton Mifflin Company

Vujicic, Nick. 2012. Unstoppable. Colorado: Water Brook Press

Widarto. 2012. Model Pembelajaran Soft Skill pada Pendidikan Vokasi Bidang
Manufacture. Disertasi. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana, Universitas
Negeri Yogyakarta, tidak dipublikasikan.

37
Modul Guru Pembelajar Kompetensi Pedagogik KK F

Michelle G. Rosenbloom. 2012. Talent vs Potential – Where do you stand,


https://www.govloop.com/community/blog/talent-vs-potential, diakses 7
Maret 2016.

38
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016

Anda mungkin juga menyukai