Oleh :
2006112016
Preseptor :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan referat saya yang berjudul “Diabetes
Melitus tipe II dan kaki diabetik” ini dengan baik. Selanjutnya shalawat dan
salam penulis panjatkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Penulis menyusun laporan referat ini untuk memahami lebih dalam
tentang aspek Diabetes Melitus tipe II dan kaki diabetik dan sebagai salah satu
syarat dalam menempuh ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Universitas Malikussaleh RSU Cut Meutia. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Suhaemi, Sp.PD, FINASIM
selaku preseptor yang bersedia meluangkan waktunya dan telah memberikan
masukan, petunjuk serta bantuan dalam menyusun referat ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan referat ini. Semoga
karya ini bisa bermanfaat untuk para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................... 1
BAB 2 LAPORAN KASUS ...................................................................... 2
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12
BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................ 28
BAB 5 KESIMPULAN ............................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 30
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini epidemi penyakit tidak menular muncul sebagai penyebab
kematian terbesar di Indonesia, sedangkan epidemi penyakit menular juga belum
tuntas, sehingga Indonesia memiliki beban kesehatan ganda yang berat.
Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki epidemi
diabetes melitus tipe 2. Diduga penyebab masalah ini adalah perubahan gaya
hidup dan urbanisasi yang terus meningkat pada beberapa tahun ini.1
Dari sekitar 50% penyandang diabetes melitus yang telah terdiagnosis di
Indonesia, hanya dua pertiga yang menjalani pengobatan, baik non farmakologis
dan farmakologis, serta hanya sepertiganya yang terkendali dengan baik.1 Lima
belas persen penderita diabetes melitus dengan glukosa darah yang tidak
terkendali cenderung mengalami komplikasi ulkus kaki diabetik dan sebanyak 6%
mengalami hospitalisasi sepanjang masa hidupnya. Berdasarkan beberapa
penelitian epidemiologi, baik di negara berkembang maupun negara maju, tren ini
akan semakin meningkat.2
Pasien diabetik dengan glukosa darah yang tidak terkendali rentan
terhadap infeksi, sebaliknya infeksi juga dapat memperburuk kendali glukosa
darah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di beberapa negara, ulkus kaki
diabetik terinfeksi merupakan penyebab utama perawatan di rumah sakit dan
amputasi pada pasien diabetik.2
Pasien dengan ulkus kaki diabetik memerlukan asesment khusus sehingga
dapat diberikan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi infeksi serta
mengendalikan glukosa darah. Selain itu, karena perjalanan penyakit kaki diabetik
dipengaruhi oleh banyak faktor, maka perlu juga dilakukan pencegahan risiko
kaki diaberik sejak dini, sehingga didapatkan hasil yang optimal dan mengurangi
kejadian kambuh di kemudian hari.2
1
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
a. Keluhan utama
b. Keluhan Tambahan
Pasien masuk ke IGD RSUD Cut Meutia dengan keluhan nyeri pada kaki sebelah
kiri sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien mengeluhkan terdapat
luka di kaki kiri. Pasien juga mengeluhkan nyeri dan luka tersebut tidak kunjung sembuh
dan bertambah besar sehingga kaki kiri bertambah bengkak serta bernanah. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk tusuk dan dirasakan terus menerus dan diperberat apabila pasien
mencoba untuk berjalan. Pasien sudah mencoba mengobati kakinya dengan cara
memberikan betadine dan meminum obat dari warung tetapi luka tidak kunjung sembuh
dan dirasakan semakin memberat sehingga pasien datang berobat.
Selain nyeri pada kaki, pasien juga mengeluh pusing yang sudah dirasakan sejak
lama dan kambuh-kambuhan. Pasien juga mengaku sering merasakan lemas walaupun
pasien sudah beristirahat. Selain itu, pasien juga merasakan kesemutan pada tangan dan
2
3
disertai dengan kaki terasa baal sejak 3 bulan dan dirasakan kambuh-kambuhan. Pasien
juga merasakan pandangan kabur sejak 4 bulan yang lalu.
Kurang lebih beberapa tahun yang lalu pasien mengeluh sering haus, sering
merasa lapar dan sering kencing. Pasien juga mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat
penyakit diabetes mellitus dan dianjurkan untuk rutin meminum obat. Pasien mengaku
sebelumnya memiliki kebiasaan meminum minuman manis dan sering makan makanan
manis dan dalam jumlah porsi yang banyak. Pasien sering merasa gatal dan mengalami
penurunan berat badan.
Fungsi Ginjal
Ureum 45 mg/dl <50
Kreatinin 1,03 mg/dl 0.45-0.75
Asam Urat 5,4 mg/dl 2,4-6,0
SGOT 56 U/L 0-35
SGPT 53 U/L 0-35
Alkali fosfatase 173 U/L 30-120
Bilirubin total 0.35 mg/dl 0,1-1,3
Bilirubin direk 0.24 mg/dl 0-0,25
Glukosa Darah
Glukosa sewaktu 520 mg/dl 70-140
2. 6 EKG
2.9 Penatalaksanaan
- IVFD RL 20 gtt/i
- Novorapid 10-10-10
2.10 Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
A/ DM tipe II
Ulkus pedis sinistra
P/ Rencana debridement
A/ DM tipe II
Ulkus pedis sinistra
P/ Rencana debridement
A/ DM tipe II
Ulkus pedis sinistra
P/ Rencana debridement Senin
A/ DM tipe II
Ulkus pedis sinistra
P/ Rencana debridement Senin
(H+6) O/ jam
TD = 130/100mmHg;
HR=85x/menit; - Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
RR=20x/menit
T=36,7 oC - Inj ketorolac 30 mg/8 jam
T=36,5 oC
SpO2 = 97% - Inj omeprazole 40 mg/ 12 jam
GDS = 125 mg/dl
Hb = 10,21 mg/dl - Inj Ondacetron 4mg/8 jam
11
12
diabetes melitus juga menyadari bahwa orang dengan kadar HbA1C diatas normal
namun dibawah cut point diagnosis dari diabetes (6.0 – 6,5%) merupakan
kelompok orang yang memiliki risiko untuk mengembangan penyakit diabetes
(ADA, 2014).
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain (Pekoni, 2011):
insulin absolut:
- Autoimun
- Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan
defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
Tipe lain - Defek genetik fungsi sel beta
- Defek genetik kerja insulin
- Penyakit eksokrin pankreas
- Endokrinopati
- Karena obat atau zat kimia
- Infeksi
- Sebab imunologi yang jarang
- Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan
DM
Diabetes melitus
gestasional
Pathogenesis
a. DM tipe 1
b. DM tipe 2
Penyebab dari DM tipe 2 karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak
mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini disebut resietensi insulin.
Disamping resistensi insulin, pada penderita DM tipe 2 dapat juga timbul
gangguan gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan.
Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β langerhans secara autoimun
sebagaimana terjadi pada DM tipe 1. Dengan demikian defisiensi fungsi insulin
pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut.
3.1.3 Diagnosis1,5,6,7
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
15
2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa > 126 mg/dl (7,0 mmol/L)
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO (pemberian glukosa yang setara dengan 75
gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air) > 200 mg/dl (11,1
mmol/L)
Gejala klasik DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Gejala lain dapat berupa: lemah
badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus
vulvae pada wanita.
3.1.4 Penatalaksanaan1,6,7
16
- Hipoglikemia
- Reaksi imunologi
b. Agonis GLP-1
Suntikan agonis GLP-1 merangsang penglepasan insulin tanpa
menimbulkan hipoglikemia maupun peningkatan berat badan, bahkan
20
mungkin menurunkan berat badan. Efek agonis GLP-1 yang lain adalah
menghambat penglepasan glukagon yang berperan dalam
gukoneogenesis dan memperbaiki cadangan sel beta pankreas. Efek
samping yang timbul adalah rasa sebah dan muntah.
5. Cangkok pankreas
21
3.1.6 Komplikasi
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Ditandai dengan peningkatan glukosa darah yang tinggi (300-600
mg/dl) disertai adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
Osmolaritas plasma meningkat (300-720 mOs/ml) dan terjadi peningkatan
anion gap.
b. Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi
(600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma
sangat meningkat (300-380 mOs/ml), plasma keton (+/-), anion gap normal
atau sedikit meningkat.
c. Hipoglikemia
Ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah <60 mg/dl. Gejala
hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar-debar, banyak
keringat, gemetar, dan rasa lapar) dan gejala neuro-glikopenik (pusing,
gelisah, kesadaran menurun hingga koma).
2. Komplikasi Kronik
a. Makroangiopati
- Stroke
- Penyakit jantung iskemik
- Penyakit arteri perifer
b. Mikroangiopati
- Retinopati diabetik
- Nefropati diabetik
c. Neuropati
23
3.2.1 Diagnosis
3.2.2 Klasifikasi
• P : Perfusi ( grade 1, 2 , 3)
• E : Ekstensi
a. Perfusi
Grade Uraian
II
III
c. Depth/Tissue loss
Grade Uraian
d. Infeksi
Grade Uraian
III Infeksi lebih dalam, edema dan eritema > 2 cm, infeksi sistemik (-)
IV Infeksi lebih dalam, edema dan eritema > 2 cm, infeksi sistemik
(+), SIRS (+)
25
e. Sensation
Grade Uraian
Berikut klasifikasi Wagner yang juga sering digunakan untuk klasifikasi ulkus
diabetik:
Grade Lesi
3.2.2 Komplikasi1,8
Pada pasien dengan infeksi kaki diabetik harus diwaspadai terhadap tanda-
tanda osteomyelitis. Faktor risiko terjadinya osteomyelitis pada pasien dengan
infeksi kaki diabetik adalah :9
26
3.2.3 Penatalaksanaan1,8
Manajemen yang efektif untuk infeksi kaki diabetik adalah dengan
pemberian antibiotik empiris, bedah debridement reseksi jaringan mati, perawatan
luka, dan mengkoreksi abnormalitas metabolik.
Berikut adalah daftar terapi antibiotik berdasarkan derajat infeksi:
Levofloxacin or ciprofloxacin
with clindamycin
Imipenem-cilastatin
Vancomycin, ceftazidime,
cefepime, peperacillin,
tazobactam, aztreonam,
carbapenem
MRSA Linezolid
Daptomycin
Vancomycin
Pseudomonas aeruginosa Piperacillin-tazobactam
Edukasi yang diberikan pada pasien adalah menjaga luka agar tetap kering,
tidak terkena air, dan menghindari terjadinya luka yang baru. Selain itu pasien
juga diminta untuk teratur mengontrol gula darah karena gula darah yang baik
akan mempercepat penyembuhan luka dan dapat mengeradikasi infeksi.
BAB 4
PEMBAHASAN
28
BAB 5
5.1 KESIMPULAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak
dapat memproduksi insulin secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya.1
Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, yang dikenal sebagai
insulin dependent, dimana pankreas gagal menghasilkan insulin ditandai dengan
kurangnya produksi insulin dan DM tipe 2, yang dikenal dengan non insulin
dependent, disebabkan ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin secara
efektif yang dihasilkan oleh pankreas.
Penatalaksanaan pasien DM berupa upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Tatalaksana pasien DM mencakup tatalaksana farmakologi dan non
farmakologi. Diagnosis pada kasus ini adalah DM tipe II dengan kaki diabetik
dengan penatalaksanaan pengaturan glukosa darah dan tekanan darah. Selain
penatalaksanaan secara farmakologi, penatalaksanaan secara non farmakologis
juga diperlukan. Edukasi kepada pasien sangat penting, karena dengan
bertambahnya pengetahuan wawasan tentang penyakit akan bertambah. dan
berkesinambungan. Lalu, peran keluarga juga penting dalam perawatan dan
memberikan dukungan serta sebagai pengawas terhadap perilaku hidup.
Keluarga mempengaruhi timbulnya suatu penyakit dan sembuhnya suatu
penyakit. Selain itu, dalam melakukan intervensi terhadap pasien tidak hanya
memandang dalam hal klinis tetapi juga terhadap psikososialnya, oleh karenanya
diperlukan pemeriksaan dan penanganan yang holistic, komprehensif.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Adnan M, Mulyati T, Isworo JT. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat
Jalan Di RS Tugurejo Semarang. J Gizi. 2018;2(April):18–25.
2. Nurayati L, Adriani M. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula
Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Amerta Nutr.
2017;1(2):80.
3. Mokolomban C, Wiyono WI, Mpila DA. Kepatuhan Minum Obat Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Disertai Hipertensi Dengan Menggunakan
Metode Mmas-8. Pharmacon. 2018;7(4):69–78.
4. Bhatt H, Saklani S, Upadhayay K. Anti-oxidant and anti-diabetic activities
of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indones J Pharm.
2016;27(2):74–9.
5. Calvet N, D’Alessio P, Watson DM, Franco-Hernández R, Furlan E, Green
J, et al. Disks in Transition in the Taurus Population: Spitzer IRS Spectra of
GM Aurigae and DM Tauri. Astrophys J. 2019;630(2):L185–8.
6. Nabbout LAK. Author response: Diphenylhydantoin and insulinoma. Int J
Diabetes Mellit [Internet]. 2019;2(1):68. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijdm.2009.12.004
7. Heydari I, Radi V, Razmjou S, Amiri A. Chronic complications of diabetes
mellitus in newly diagnosed patients. Int J Diabetes Mellit [Internet].
2020;2(1):61–3. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijdm.2009.08.001
8. Elkind-Hirsch KE, Ogden BW, Darensbourg CJ, Schelin BL. Clinical
assessment of insulin action during late pregnancy in women at risk for
gestational diabetes: Association of maternal glycemia with perinatal
outcome. Int J Diabetes Mellit [Internet]. 2020;2(1):3–9. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijdm.2009.12.006
9. Tilak P, Khashim Z, Kumpatla S, Babu M, Viswanathan V. Clinical
significance of urinary Monocyte Chemoattractant Protein-1 (uMCP-1) in
Indian type 2 diabetic patients at different stages of diabetic nephropathy.
30
31