Anda di halaman 1dari 12

INTEGRASI PjBL DALAM STEM EDUCATION

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF


ILMIAH DAN BERPIKIR KRITIS ILMIAH

ABSTRAK
Pembelajaran di sekolah haruslah dapat melatih peserta didik agar
dapat siap menjalani kehidupan di masa yang akan datang dengan memiliki
keterampilan berpikir kreatif ilmiah dan berpikir kritis ilmiah. Salah satu
model pembelajaran yang mampu melatihkan keterampilan berpikir kreatif
dan kemampuan berpikir kritis adalah pembelajaran PjBL berbasis STEM.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan ketrampilan
berpikir kreatif ilmiah dan berpikir kritis ilmiah dengan pembelajaran PjBL
berbasis STEM.
Jenis penelitian pre-experimental dengan desain penelitian one group
pre-test post-test design dilakukan pada sampel berjumlah 32 siswa kelas XI
MIPA 1 di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Untuk mengetahui
peningkatan kemampuan berpikir kreatif ilmiah dan berpikir kritis ilmiah
setelah pembelajaran PjBL berbasis STEM, digunakan analisis data hasil pre-
test dan post-test menggunakan normalized gain.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan
berpikir kreatif ilmiah (0,64) dan berpikir kritis ilmiah (0,58) setelah
diterapkan pembelajaran PjBL berbasis STEM pada kategori sedang. Dari
hasil angket tanggapan siswa terhadap penerapan PjBL berbasis STEM secara
keseluruhan adalah sebesar 78,36%. Siswa menunjukkan respon positif
terhadap penerapan PjBL berbasis STEM dalam pembelajaran.

Kata Kunci: Pembelajaran PjBL Berbasis STEM, Keterampilan Berpikir


Kreatif Ilmiah, Keterampilan Berpikir Kritis Ilmiah.

PENDAHULUAN
Pada abad 21 ini, sains dan teknologi menjadi landasan yang penting
bagi kemajuan suatu bangsa. Sikap krisis, kreatif, kolaboratif, dan
komunikatif menjadi kecakapan yang utama dalam kehidupan di abad 21 ini.
Pembelajaran di sekolah haruslah dapat melatih peserta didik agar dapat siap
menjalani kehidupan di masa yang akan datang. Pembelajaran saat ini perlu
mengikuti perkembangan zaman salah satunya dengan mengintegrasikan
Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM). Keterkaitan
antara sains dan teknologi maupun ilmu lain tidak dapat dipisahkan dalam
pembelajaran sains. STEM merupakan displin ilmu yang berkaitan erat satu
sama lain.Sains memerlukan matematika sebagai alat dalam mengolah data,
sedangkan teknologi dan teknikmerupakan aplikasi dari sains. Pendekatan
STEM dalam pembelajaran diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran
yang bermakna bagi siswa melalui integrasi pengetahuan, konsep, dan
keterampilan secara sistematis. Beberapa manfaat dari pendekatan STEM
membuat siswa mampu memecahkan masalah menjadi lebih baik, inovator,
inventors, mandiri, pemikir logis, dan literasi teknologi (Morrison dalam
Stohlmann, Moore, & Roehrig, 2012, p. 29). Pembelajaran sains dengan
pendekatan STEM melatih peserta didik dalam berpikir kritis dan kreatif,
berkolaborasi dan berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran dengan
pendekatan STEM mendukung tuntutan pendidikan dalam menghadapi abad
21 yang juga merupakan target kompetensi di dalam kurikulum 2013
Berdasarkan kurikulum 2013, kompetensi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah pada mata pelajaran fisika saat ini adalah siswa dapat
mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah pada kehidupan dengan
cara yang telah dikenal manusia melalui pertimbangan ilmiah yang
menghargai peran fisika dan mengetahui dampak teknologi di masa depan
untuk dirinya dan lingkungan. Maka sangat diperlukan proses pembelajaran
dalam kelas yang mendukung pembentukan pola pikir siswa dalam
menangani masalah dengan pertimbangan ilmiah. Kemampuan pemecahan
masalah sangat berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif dan kritis.
Salah satu prinsip pembelajaran adalah dari pendekatan tekstual menuju
proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah . Dengan demikian,
Keterampilan dalam proses berpikir pun harus sudah mulai ilmiah sehingga
muncul keterampilan berpikir kreatif ilmiah dan berpikir kritis ilmiah.
Dalam kreatifitas ilmiah harus menggabungkan aspek kreativitas dan
sains, sehingga dalam mengukur kemampuannya diperlukan tes khusus yang
berbeda dengan kreativitas biasa. Menurut Hu dan Adey (2002) pada jurnal
A Science Creativity Test for Secondary Student menyebutkan tiga dimensi
yang perlu dimunculkan sebagai alat ukur dalam kreativitas ilmiah yaitu
produk, proses, dan sifat. Dimensi produk terdiri dari teknis, pengetahuan
ilmiah, fenomena ilmiah, dan masalah ilmiah. Dimensi aspek proses terdiri
dari pemikiran dan imajinasi. Dimensi sifat terdiri dari fluency, flexibility,
dan originality.
Sedangkan, keterampilan berpikir kritis yang diharapkan adalah siswa
berusaha untuk memberikan pemikiran yang masuk akal dalam memahami
dan membuat pilihan yang rumit, serta berusaha menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya secara mandiri, menyusun, mengungkapkan,
menganalisis dan menyelesaikan masalah. Indikator dalam berpikir kritis
berdasarkan Assessment of Critical Thinking Ability (ACTA) (Brian White,
2011) dilihat dari 3 kemampuan berpikir kritis yaitu Critical Thinking Ability
1) Mengintegrasikan pengetahuan yang saling bertentangan ke dalam
kesimpulan yang terpadu, Critical Thinking Ability 2) Merancang percobaan
untuk menyelesaikan ambiguitas dalam pengetahuan baru, dan Critical
Thinking Ability 3) Memperkirakan interpretasi lain dari pengetahuan
tertentu
Salah satu model pembelajaran sains yang dapat membangun
ketrampilan berpikir kritis dan kreatif pada siswa pada kurikulum 2013
adalah Project Based Learning (PjBL). Pembelajaran ini berbasis proyek
yang merupakan model pembelajaran berpusat pada siswa dan memberikan
pengalaman belajar bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar siswa maupun
perolehan konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam
proses pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek lebih
sesuai dalam pembelajaran interdisipliner karena secara alami melibatkan
banyak keterampilan akademik yang berbeda, seperti membaca, menulis, dan
matematika serta sesuai dalam membangun pemahaman konseptual melalui
asimilasi mata pelajaran yang berbeda (Capraro, Capraro, Morgan, & Slough,
2013, p. 52), sehingga PjBL diharapkan dapat membangun ketrampilan
berpikir kritis ilmiah dan kreatif ilmiah pada siswa.
Hasil penelitian Tseng et al., (2013, p. 87) mengungkapkan bahwa
PjBL terintegrasi STEM dapat meningkatkan minat belajar siswa,
pembelajaran menjadi lebih bermakna, membantu siswa dalam memecahkan
masalah dalam kehidupan nyata, dan menunjang karir masa depan. Melalui
pembelajaran STEM, siswa memiliki ketrampilan berpikir dan kreatif
sehingga dapat dijadikan bekal untuk hidup bermasyarakat dan memecahkan
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang terkait
dengan bidang ilmu STEM (Mayasari et al., 2014, p.376). Rahmawati, (2018,
p.25) mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan berpikir
kreatif ilmiah setelah diterapkan pembelajaran berbasis proyek pada kategori
sedang.
Dari paparan diatas maka pembelajaran dengan pendekatan STEAM
spectra-plus (Science, Technology, Engineering, Art and Mathematics)
dipilih sebagai pendekatan untuk membangun ketrampilan berpikir kritis dan
menggali kreativitas siswa yang bisanya tidak muncul pada pembelajaran.
Dengan pendekatan STEAM berbantuan spectra-plus (Science, Technology,
Engineering, Art and Mathematics) pada pembelajaran fisika ini dapat
merangsang kreativitas dan soft skills siswa, sesuai ketrampilan abad 21.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan
desain One Group Pretest and Posttets dengan perlakuan yang diberikan
adalah pembelajaran PjBL berbasis STEM dengan membuat prototype roket
air yang memvariasikan bentuk/model/ukuran.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA
SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, yang terdiri dari 178 peserta didik,
sedangkan sampelnya adalah kelas XI-MIPA 1 dengan jumlah 36 peserta
didik. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2017/2018.
Instrumen yang digunakan pada penelitian adalah soal uraian untuk
menguji keterampilan berpikir kreatif ilmiah dan kritis ilmiah siswa sebelum
dan setelah dilakukannya pembelajaran, serta lembar observasi untuk
mengetahui keterlaksanaan dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang
diterapkan. Instrumen penelitian divalidasi oleh dua guru Fisika SMA
Muhammadiyah 2 Yogyakarta dengan hasil validasi bahwa instrumen yang
digunakan valid.
Prosedur penelitian meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
dan tahap akhir. Tahap perencanaan yaitu pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) PjBL STEM, soal.
Tahap pelaksanaan dengan memberikan perlakuan pembelajaran PjBL
berbasis STEM. Sedangkan tahap akhir dengan melakukan analisis data,
pembahasan dan menarik kesimpulan penelitian.
Teknik pengolahan data dilakukan dengan pemberian skor dahulu
untuk setiap soal uraian pada setiap aspek kreatif ilmiah dan kritis ilmiah.
Pemberian skor kreatif ilmiah disesuaikan dengan rubrik yang mengacu pada
instrumen test kreativitas ilmuah yang ditulis oleh Hu dan Adey.
Tabel. 1 Rubrik Pemberian Skor Pada Penilaian Ketrampilan berpikir Kreatif
Ilmiah.
No Aspek KBK Pedoman Penilaian
1. Fluency menjumlahkan setiap jawaban siswa, setiap satu
(Kelancaran) jawaban siswa diberikan skor 1.
2. Flexibility menjumlahkan setiap jawaban siswa dari sudut
(Keluwesan) pandang yang berbeda, setiap satu jawaban diberikan
skor 1.
3. Originality jika jawabannya sama dengan 5% siswa di kelas
(Orisinalitas) maka akan diberik skor 2, jika jawabannya sama
dengan 5%-10% jumlah siswa dikelas akan diberi
skor 1, dan jika jawaban siswa sama dengan lebih
dari 10% jumlah siswa di kelas atau sama dengan
contoh pada soal atau tidak menjawab maka akan
diberikan skor 0.
4. Fluency- : tidak menjawab soal diberikan skor 0, jika
Science menjelaskan desain yang dibuat namun tidak
Knowledge menghubungkannnya dengan konsep yang dimaksud
diberi skor 1, jika menjelaskan dengan 1 aspek
konsep fisika diberi skor 2, jika menjelaskan desain
dengan 2 aspek konsep fisika diberi skor 3.

Pemberian skor kritis ilmiah disesuaikan dengan rubrik yang mengacu pada
kriteria ACTA (Assesmen of Critical Thingking Ability).
Tabel. 2. Perbedaan Tingkatan Dari Masing-Masing Kemampuan Berpikir
Kritis Ilmiah.
Level Critical ability 1 Critical ability 2 Critical ability 3 Skor
Level 1 : Tidak Tidak Tidak 1
menyebutkan menyebutkan menyebutkan
Tidak ada data dalam secara spesifik data dari hasil
keterkaita argumen materi penelitian
n atau pembelajaran
keterlibata
n dengan
data sama
sekali
Level 2 : Menyebutkan Mendesain Menyebutkan 2
Tidak data, tetapi sebuah studi data tetap tidak
melibatka mengambil itu khusus dalam melihat bahwa
n data pada nilai mengatasi ada
secara nominal penyebab yang kemungkinan
kritis tidak jelas atau interpretasi lain
studi yang
belum jelas
terhadap
penyebab
tertentu
Level 3 : Menyebutkan Menjelaskan Menggunakan 3
Menganali alternatif studi tertentu data yang
sa data penjelasan dari yang membahas spesifik dalam
kritis, data atau penyebabnya berdebat karena
termasuk kelemahan secara spesifik adanya
setidaknya dalam studi penyebab
satu dengan konteks perbedaan dari
ambiguitas membangun salah satu yang
argumen untuk mereka pilih
salah satu
penyebab
Level 4 : Membahas Menggambarkan Menggunakan 4
Kritis semua tiga studi eksperimen data dari ketiga
menganali dalam konteks untuk mengatasi studi dalam
sis semua membangun semua masalah berdebat untuk
data. sebuah kasus yang diangkat penyebab
untuk salah satu dalam perbedaan dari
penyebab kemampuan salah satu yang
mereka pilih

Peningkatan keterampilan berpikir kreatif ilmiah dan kritis ilmiah


diperoleh dengan mengolah skor rata-rata pre-test dan skor rata-rata post-test
siswa dengan mengunakan normalized gain. Nilai normalized gain dihitung
dengan menggunakan persamaan (1) gain normal < g> sebagai berikut:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡


𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 (𝑁) =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Tabel. 3. Kriteria gain Normalisasi

Gain normal (g) Kriteria


(<g>) ≥ 0.7 Tinggi
0.3 < (<g>) < 0.7 Sedang
(<g>) < 0.3 Rendah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Peningkatan Ketrampilan Berpikir Ilmiah Siswa

Data hasil test ketrampilan berpikir kreatif peserta didik dihitung nilai
normalized gainnya. Hasil perhitungan nilai rata-rata dan normalized gain
untuk keterampilan berpikir kreatif ilmiah siswa seperti pada tabel 4.

Tabel.4. Nilai Rata –rata keterampilan berpikir kreatif ilmiah


Pre-Test Post-Test Gain N-gain Kategori
4,58 7,75 3,17 0,64 sedang

Berdasarkan Tabel 4, jika diperhatikan terlihat hasil tes ketrampilan


berpikir kreatif ilmiah memiliki rata-rata pre-test sebesar 4,58 dan nilai rata-
rata post-test sebesar 7,75 , hal ini menunjukkan ada peningkatan yang
signifikan pada ketrampilan berpikir kreatif dengan skor gain 3,17 dan skor
gain ternormalisasi sebesar 0,64 dengan kategori sedang.
Kemampuan peserta didik dalam berpikir kreatif ilmiah ini ditinjau
dari aspek berpikir kreatif ilmiah dapat dilihat dalam pada Tabel 5.
Tabel.5. Peningkatan tiap aspek keterampilan berpikir kreatif ilmiah
Aspek Pre-Test Post-Test Gain N-gain Kategori
Fluency
1,35 1,98 0,63 0,84 Tinggi
(Kelancaran)
Flexibility
1,25 1,85 0,60 0,78 Tinggi
(Keluwesan)
Originality Sedang
0,85 1,60 0,72 0.59
(Orisinalitas)
Fluency-Science Sedang
0,79 1,05 0,78 0,52
Knowledge

Perkembangan keterampilan berpikir kreatif ilmiah peserta didik


aspek kelancaran memiliki skor nilai kenaikan paling signifikan dengan skor
N-Gain (<g>) pada 0,84 dengan kategori tinggi. Tetapi di sisi lain,
peningkatan terendah terjadi pada aspek Fluency-Science Knowledge (0,52).
Hal ini tampak dari hasil post-test, sebagian besar siswa masih belum bisa
menghubungkan desain yang mereka buat dengan konsep syarat materi yang
dipelajari. Pada aspek Flexibility dan Originality keduanya mengalami
peningkatan pada kategori sedang. Hal ini dikarenakan saat dilakukan pre-
test, banyak siswa yang membiarkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan
kosong, atau tidak jelas sehingga tidak terbayang mengenai penyelesaian
kasus pada momentum dan tumbukan, namun setelah dilakukan treatment
pembelajaran dengan dilatihkan menggunakan LKS yang diberikan, siswa
dapat memberikan jawaban alternatif. Pada aspek Originality saat diberikan
pre-test banyak siswa yang memberikan jawaban desain yang sama dengan
contoh gambar yang berada pada soal, namun tidak memberhatikan detail
bentuk dan ukuran . Namun setelah dilakukan pembelajaran menggunakan
pembelajaaran berbasis proyek, jawaban yang diberikan pada post-test sudah
memenuhi kategori desain yang diberikan sejenis dengan desain yang ada
pada soal namun diberikan ada beberapa detail yang belum sesuai dengan
ketentuan.

Peningkatan Ketrampilan Berpikir Kritis Ilmiah Siswa

Hasil perhitungan nilai rata-rata dan normalized gain untuk


keterampilan berpikir kritis ilmiah siswa seperti pada tabel 6.

Tabel.6. Nilai Rata –rata keterampilan berpikir kritis siswa


Pre-Test Post-Test Gain N-gain Kategori
1,36 2,85 1,49 0,56 sedang

Berdasarkan Tabel 6, terlihat hasil tes ketrampilan berpikir kritis


ilmiah memiliki rata-rata pre-test sebesar 1,36 dan nilai rata-rata post-test
sebesar 2,85, hal ini menunjukkan ada peningkatan yang signifikan pada
ketrampilan berpikir kreatif dengan skor gain 1,49 dan skor gain
ternormalisasi sebesar 0,56 dengan kategori sedang.
Kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis ilmiah ini ditinjau
dari aspek berpikir kreatif ilmiah dapat dilihat dalam pada Tabel 7.
Tabel.7. Peningkatan tiap aspek keterampilan berpikir kritis ilmiah
Aspek Pre-Test Post-Test Gain N-gain Kategori
Critical ability 1 1,54 3,32 1,78 0,66 Sedang
Critical ability 2 1,35 2,65 1,30 0,48 Sedang
Critical ability 3 1,43 2,48 1,05 0,45 Sedang

Dari hasil tes ketrampilan berpikir kritis di peroleh bahwa pada aspek
Critical ability 1 yaitu mengintegrasikan pengetahuan yang saling
bertentangan ke dalam kesimpulan yang terpadu mengalami peningkatan
sebesar 0,66 dengan kategori sedang. Sebagian besar siswa sudah dapat
menjawab dengan benar dan menyebutkan data dan juga sudah ada yang
mampu menjelaskan tentang konsep materi yang di pelajari yaitu Momentum
Impuls dan Tumbukan.

Pada aspek Critical ability 2 yaitu kemampuan merancang percobaan


untuk menyelesaikan ambiguitas dalam pengetahuan baru, berdasarkan Tabel
7 terdapat peningkatan hasil pembelajaran berada pada kategori sedang. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa pada kasus ini dapat
menjelaskan dengan mendesain sebuah studi khusus untuk meyakinkan
pendapat mereka adalah benar, dan sudah ada yang mampu untuk
menggunakan analogi dalam pembuktian argumen mereka.

Dan aspek Critical ability 3 yaitu kemampuan memperkirakan


interpretasi lain dari pengetahuan tertentu mengalami peningkatan 0,48 yang
dikategorikan sedang setelah melakukan treatment . Pada hasil post-test yang
memiliki rata-rata 2,65 menunjukkan bahwa siswa telah mampu
menghubungkan konsep-konsep dengan desain yang mereka buat tetapi
belum memperhitungkan adanya kemungkinan interpretasi lain.

Tanggapan Siswa Terhadap PjBL Berbasis STEM

Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran


PjBL berbasis STEM digunakan angket skala sikap. Tanggapan siswa
terhadap pembelajaran diberikan setelah tahapan PjBL berbasis STEM
selesai seluruhnya. Distribusi pernyataan angket tanggapan siswa terhadap
pembelajaran terbagi ke dalam empat indikator yaitu senang dan memberi
motivasi lebih dengan penerapan model; membantu memahami, membentuk
sikap kreatif, merasa senang dalam berkelompok; serta mempunyai
keinginan untuk menggunakan kembali model pembelajaran tersebut.
Pemberian angket tentang penerapan PjBL berbasis STEM bertujuan untuk
mengumpulkan data tanggapan siswa terhadap model pembelajaran tersebut,
sehingga diperoleh kecenderuangan atau arah sikap siswa setelah
pembelajaran selesai dilaksanakan. Skala sikap yang digunakan terdiri atas
15 butir pernyataan positif.
Persentase rata-rata tanggapan siswa pada tiap indikator
pernyataannya. Rincian persentase tanggapan siswa tersebut yaitu sebesar 79
% siswa merasa senang, dan termotivasi belajar dengan PjBLberbasis STEM;
sebesar 75% berpendapat bahwa penerapan PjBL berbasis STEM dapat
membantu memahami materi pembelajaran, membentuk sikap kreatif;
sebesar 82 % siswa merasa senang dengan kegiatan dalam kelompoknya,
serta 78 % siswa mempunyai keinginan untuk mengikuti kembali
pembelajaran PjBL berbasis STEM pada materi lain. Sehingga rata-rata skor
tanggapan siswa terhadap penerapan PjBL berbasis STEM secara
keseluruhan adalah sebesar 79 % siswa . Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa siswa hampir seluruh siswa merasa senang terhadap penerapan PjBL
berbasis STEM selama kegiatan penelitian.

PENUTUP
Hasil data menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kreatif
ilmiah dan berpikir kritis ilmiah berada pada kategori sedang. Berdasarkan
hasil data penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
penerapan PjBL berbasis STEM pada pembelajaran Fisika materi
Momentum Impuls dan tumbukan untuk peserta didik SMA mampu
meningkatkan ketrampilan berpikir kreatif ilmiah dan kritis ilmiah peserta
didik secara signifikan dengan skor gain normal yang dinormalisasi pada
materi yang dipelajari. Rata-rata skor tanggapan siswa terhadap penerapan
PjBL berbasis STEM secara keseluruhan adalah sebesar 78.36 %. Siswa
menunjukkan respon positif dan senang terhadap penerapan PjBL berbasis
STEM.

DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. (2012). Learning to teach (9th Editio). New York: The McGraw-
Hill Companies, Inc.
Becker, K. & Park, K. 2011. Effects of integrative approaches among science,
technology, engineering, and mathematics (STEM) subjects on
students’ learning: A preliminary meta-analysis. Journal of STEM
Education: Innovations and Research, 12, 23-36.

Blackley, S., Rahmawati, Y., Fitriani, E., Sheffield, R., & Koul, R. 2018.
Using a makerspace approach to engage Indonesian primary students
with STEM. Issues in Educational Research, 28(1), 18-42.

Bybee, R. W. (2013). The case for STEM education: Challenges and


opportunity. Arlington, VI: National Science Teachers Association
(NSTA) Press.
Bybee, R. W., Powell, J. C., & Trowbridge, L. W. (2014). Teaching
secondary school science strategies for developing scientific literacy.
Harlow, UK: Pearson.
Capraro, R. yr., Capraro, M. M., Morgan, J. R., & Slough, S. W. (2013).
STEM ProjectBased Learning: An Integrated Science,
Technology, Engineering, and
Mathematics (STEM) Approach. STEM Project-Based Learning an
Integrated Science, Technology, Engineering, and Mathematics
(STEM) Approach. http://d0i.org/10.1007/978-94-6209-143-6
Chin, C., & Chia, L. 2004. Implementing project work in biology through:
Problem based learning. Journal of Biological Education, 38(2), 69-75.
https://dx.doi.org/10.1080/00219266.2004.9655904
Depdikbud. 2016. Permendikbud No. 22. (2016). Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Djemari, M. 2012. Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta: Nuha Litera.
Hake R R .1999. Analyzing Change/Gain Scores (Indiana: Indiana
University)
Harry Firman.2015. Pendidikan Sains Berbasis STEM. Bogor: Seminar
Nasional Pendidikan IPA dan PKLH Program Pascasarjana Universitas
Pakuan.
Han, S., Capraro, R., & Capraro, M. M. (2015). How science, technology,
engineering, and mathematics (STEM) project-based learning (PBL)
affects high, middle, and low achievers differently: The Impact of
student factors on achievement. International Journal of Science and
Mathematics Education, 13(5), 1089— 1113.
http://d0i.org/10.1007/s10763-0149526-0
Hu, W., Adey, P. (2002). A Scientific Creativity Test for Secondary School
Students. International Journal of Science Education:. 389-403.
Kandi, 2018. Unit Pembelajaran STEM Fisika SMA Purwarupa Perahu
Layar.
Mayasari, T., Kadorahman, A., & Rusdiana, D. (2014). Penga111h
pembelajaran terintegrasi science, technology, engineering, and
mathemathics (STEM) pada hasil belajar peserta didik: Studi meta
analisis, Prosiding Semnas Pensa VI "Peran Literasi Sains" (1).371-
377). Surabaya: UNESA
National STEM Education Center (2014). STEM education network manual.
Bangkok: The Institute for the Promotion of Teaching Science and
Technology (IPST).
NEA. (2016). An Educater’s Gouide to the Four Cs. Citing Internet sources
URL http://www.nea.org/tools/52217.htm
Permendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuyaaan
Republik Indonesia No. 24 tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Rahmawati, (2018). Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Ilmiah Pada materi
Kesetimbangan Benda Tegar . Jurnal Wahana Pendidikan Fisika (2018)
Vol.3 No.2 : 25-30
Roberts, A. (2012). A justification for STEM education. Technology and
Engineering Teacher, 74(8), 1-5

Reeve, EM. (2015). STEM thinking! Technology and Engineering


Teacher(ÏTEEA), 74 (4), 8-16.
Reeve, E. M. (2013) Implementing science, technology, mathematics and
engineering (STEM) education in Thailand and in ASEAN. Bangkok:
Institute for the Promotion of Teaching Science and Technology
(IPST).
White, B., Stains, M., Escriu-Sune, M., Medaglia, E., Rostamnjad., Chinn, C.
Dan Sevian, H. (2011). A Novel Instrument for Assessing Students’
Critical Thinking Abilities. Journal of College Science Teaching 4(5).

Anda mungkin juga menyukai