SKRIPSI
Oleh :
AZHARUDIN
NIM: 502171842
1
QS. An- Nissa (4) : 29.
iv
PERSEMBAHAN
Puji syukur atas karunia-Mu Yaa Allah.Amanah ini telah selesai, sebuah langkah
usai sudah.Cita telah ku gapai, namun itu bukan akhir dari perjalananku,
melainkan awal dari sebuah perjalanan. Tiada cinta yang paling suci selain kasih
sayang AyahdanIbu setulus hati. Kini diriku telah menyelesaikan studiku dengan
kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah, kupersembahkan
karya tulis ini untuk yang tercinta
Kupanjatkan do’a kepada Allah SWT, semoga Allah membalas semua jerih payah
mereka dengan pahala yang berlipat ganda. Amin ya robbal’alamin
v
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penyajian secara
deskriptif. Proses pengumpulan data dengan cara wawancara. Setelah data didapat
maka akan dianalisis tentang Pelaksanaan Pembiayaan Dana Kredit Usaha Rakyat
Melalui Akad Murabahah Di Bank Syariah Indonesia. Program pemerintah saat
ini yang sedang berlangsung dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan
menengah dikenal dengan nama “Kredit Usaha Rakyat (KUR)”. Kredit Usaha
Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan kepada UMKM-K (Usaha Mikro Kecil
Menengah dan Koperasi) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang
didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
adalah pembiayaan modal kerja atau investasi kepada debitur individu/perorangan
maupun kelompok usaha produktif dan layak namun belum memiliki agunan
tambahan atau agunan tambahan belum cukup.
Hasil dari penelitian ini adalah Mekanisme akad Murabahah dalam produk
pembiayaan dimulai dari melengkapi persyaratan dalam pengajuan pembiayaan
Murabahah Bank Syariah Indonesia Sarolangun. Tahapan alur proses pembiayaan
dimulai dari inisiasi, pengumpulan data, evaluasi pembiayaan, keputusan
pembiayaan dan akad pembiayaan.Kendala dalam ketidak tercapainya target
nasabah dalam sektor perdagangan yaitu calon nasabah yang mengajukan
Pembiayaan KUR Mikro sudah memiliki fasilitas pembiayaan di bank lain dengan
tujuan modal kerja dan riwayat pembiayaan nasabah yang pernah ada masalah,
baik karena kemacetan atau keterlambatan bayar sehingga proses tidak dapat
dilanjutkan. Solusi yang dilakukan oleh pihak Bank salah satunya memperluas
jaringan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat.Selain pihak bank juga
berencana untuk melakukan pengembangan pada produk agar tidak kalah dengan
produk pembiayaan KUR yang ada pada bank konvensional dan juga menerapkan
strategi market mix.
vi
KATA PENGANTAR
vii
6. Bapak dan Ibu dosen serta Asisten Dosen yang telah memberikan materi
pendidikan yang berharga selama proses perkulihan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
Azharudin
NIM : 502171842
viii
DAFTAR ISI
ix
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................................... 37
B. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 55
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................................ 58
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 78
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 78
B. Implikasi ............................................................................................................... 78
C. Saran ..................................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 81
CURRICULUM VITAE ................................................................................................... 84
LAMPIRAN...................................................................................................................... 85
x
BAB I
PENDAHULUAN
2
Achmad Hizazi, Susfayetti dan Sri Rahayu, “Analisis Penerapan Akuntansi Syariah Di BMT
Al-Ishlah Kota Jambi”. (Jurnal, Universitas Jambi vol 12, nomor 2), juli- desember 2010, 47.
3
Sudaryono dan Anifatul Hanim, “Evaluasi Kesiapan UKM Menyongsong Pasar bebas Asean
(AFTA): Analisis perspektif dan Tinjauan Teoritis”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen,
Vol 1 No. 2, Desember 2002, 1.
1
2
saat ini, Bank BSI sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis
yang berfokus pada kegiatan menghimpun dana masyarakat dan kegiataan
consumer berdasarkan prinsip syariah.4 Bank BSI mempunyai produk pembiayaan
yang bernama Kredit Usaha Rakyat atau yang sering disebut KUR. KUR adalah
salah satu cara untuk memberdayakan UMKM demi meningkatkan kesejahteraan
sehingga kemiskinan dapat berkurang. KUR dikenal sebagai kredit SBY karena
KUR direncanakan dalam orde pemerintahan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Krisis ekonomi tahun 1997 mengakibatkan presentase kemiskinan
melonjak 24,2%, pemerintah mampu menekan angka kemiskinan melalui
beberapa program pembangunan salah satunya KUR5.
Dalam penyaluran KUR dapat disalurkan secara langsung dari bank ke
nasabah UMKM. Tetapi dapat juga tidak langsung dengan melibatkan kerja
samaantara bank pelaksana KUR dengan lembaga keuangan lainnya seperti BPR,
LKM, Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dan lain-lainnya. Penyesuaian dalam
pengembangan KUR sudah dijelaskan pada peraturan yang dikeluarkan
pemerintah dengan kerjasama antara bank penyalur KUR. Sudah ada format
cicilan yang tetap dan sudah disesuaikan dengan besarnya pinjaman dana di awal
sehingga akan lebih mudah nasabah untuk melakukan angsuran karena sudah pasti
ada proses pembayaran. Diberikan jumlah atau nominal pinjaman yang beragam
sehingga kreditur bisa menyesuaikan dengan kebutuhan. Dengan penyesuaikan
tersebut tidak akan terjadi pinjaman yang beragam sehingga nasabah bisa
menyesuaikan dengan kebutuhan. Demikian keunggulan dalam KUR BSI .Jenis
KUR Syariah ada 4 (empat), yaitu : KUR Mikro, KUR Kecil, KUR Penempatan
TKI,dan KUR Khusus.6
4
https://www.brisyariah.co.id/tentang_kami.php?f=sejarah Di akses pada tanggal, 12 oktober
2020 pukul, 08.45 wib
5
Jawa Pos, Juni 2011
6
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Sekretariat Komite Kebijakan
Pembiayaan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Brosur KUR Syariah.
3
9
QS. An- Nissa (4) : 29.
10
Mohammad Rifky Baihaqi, 2019, “Implementasi Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
BRI Syariah KCP Bojonegoro Pada UMKM Di Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro”,
Skripsi: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 32-34.
11
Hauriatul Jannah, “Analisis Kelayakan Pembiayaan Dalam Meminimalisir Risiko
Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro Ib (Studi Kasus Pada PT. BRISyariah Kantor
Cabang Banda Aceh, 2019), 4.
12
Henri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta; Ekonesia),62.
13
Anita Rahmawaty, “Ekonomi Syariah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam
Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1, No. 2, Desember 2007, 188.
6
14
Juliana, “Analisis Fatwa DSN-MUI Nomor 4 /DSN-MUI/IV/2000 Tentang Penerapan Hak
Milik dalam Akad Murabahah (Studi pada BMT Dana Mulya Syariah Jalan raya Sidoluhur No. 45
Sidoasri Kecamatan Candipuro Lampung Selatan)” Thesis : Fakultas Syariah, UIN, 2015.
15
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, 247
7
16
Ade Eka Saputra, Pimpinan Cabang Pembantu, Wawancara : Sarolangun, 18 November
2020
8
Perdagangan 50 nasabah
Peternakan 50 nasabah
Produksi
Perikanan 50 nasabah
Pedagang kaki
17
Ade Eka Saputra, Pimpinan Cabang Pembantu, Wawancara : Sarolangun, 18 November
2020
9
Tabel 1.2
Tabel Jumlah Nasabah Pembiayaan KUR
Berdasarkan Sektor-Sektor Tahun 2018-2019
TAHUN JUMLAH
SEKTOR PEMBIAY
2018 2019
AAN
Perdagangan 55 nasabah 57 nasabah
Peternakan 53 nasabah 55 nasabah
PRODUKSI Perikanan 51 nasabah 56 nasabah
Maks Rp.
Industri
50.000.000,
Makanan 58 nasabah 60 nasabah
/ Nasabah
Pedagang kaki
PERDAGANGAN lima 40 nasabah 55 nasabah
Sumber :Deka Ade Saputra, Pimpinan Cabang Pembantu, PT. BSI Kantor
Cabang Sarolangun Tahun 2018-2019 (data diolah)
Berdasarkan data yang peneliti olah dari sektor produksi, perdagangan itu
dapat berupa seperti pedagang buah-buahan yang membeli buah dalam skala besar
(truk ) untuk dijual kembali secara eceran (kiloan) atau distributor kripik yang
mengumpulkan kripik yang diproduksi oleh beberapa ibu rumah tangga, untuk
kemudian dikemas, diberi label, dan dijual secara eceran pula seperti (kripik
jange, kripik tempe, kripik tahu dan kripik asoi). Pada sektor perternakan seperti
peternakan ayam, dan ikan.Dan pada sektor pertanian mencakup jenis petani
jagung, petani sayuran dan petani sawah.Dalam sektor industri makanan
mencakup jenis usaha restoran, rumah makan, jasa boga (catering), pusat
penjualan makanan (food court), kafe, dan sebagainya.
Fenomena yang saya teliti selanjutnya, dari data jumlah nasabah pembiayaan
KUR berdasarkan sektor pada tahun 2018 dan 2019 mengalami peningkatan
jumlah nasabah BSI tersebut ,namun pada sektor perdagangan tetap belum
10
mencapai target, serta dari data sektor yang saya teliti tersebut yang paling banyak
diberikan pembiayaan KUR adalah sektor Produksi di setiap tahunnya, sedangkan
sektor perdagangan dibawah target jumlah nasabah18
Dari kesimpulan data di atas bahwasanya sektor perdagangan disetiap
tahunnya pada tahun 2018 memiliki jumlah nasabah sebanyak 40 nasabah dan
2019 berjumlah 55 nasabah tidak mencapai target 70 nasabah yang ditetapkan
oleh Bank BSI Kantor Cabang Sarolangun. Hal ini disebabkan karena masyarakat
di sektor perdagangan tidak mau menggunakan produk pembiayaan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Mikro di BSI, mereka lebih memilih pembiayaan di bank BRI
konvensional.
Fenomena yang saya teliti berikutnya, di dalam penyaluran pembiayaan Kredt
Usaha Mikro (KUR) Mikro terdapat kendala yang dialami oleh calon nasabah
yaitu persyaratan atau legalitas dari calon nasabah yang tidak terakreditasi di dup
capil seperti KTP yang belum terdaftar secara online, dan usaha yang dijalankan
belum memenuhi persyaratan rata-rata usahanya masih 3 bulan.19
Studi terdahulu yang dilakukan oleh Yeni Alpiyani pada tahun 2019, Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi akad murabahah pada produk
pembiayaan KUR Mikro IB di BSI Kantor Cabang Pembantu Sarolangun
Kebumen adalah Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Bank
melakukan akad murabahah dengan nasabah dan pada saat yang sama adanya
akad wakalah (mewakilkan) kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang
diinginkan. Kemudian nasabah yang diberi kuasa akan diberi waktu untuk
menyerahkan bukti pembelian kepada Bank BSI sebagai bukti. BSI juga
menggunakan aspek penilaian 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral and
Condition of Economy).20
18
Ade Eka Saputra, Pimpinan Cabang Pembantu, Wawancara : Sarolangun, 18 November
2020
19
Ade Eka Saputra, Pimpinan Cabang Pembantu, Wawancara : Sarolangun, 18 November
2020
20
Yeni Alpiyani, Implementasi Akad Murbahah pada Produk Pembiayaan KUR (Kredit
Usaha Rakyat) Mikro Ib di PT. BRI Syariah KCP Kebumen. Tugas Akhir: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Purwokerto, 2019.
11
21
Sariani Simatupang, “Implementasi Produk Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Mikro iB Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk. Binjai Sudirman” Skripsi : Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2019.
12
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang peneliti temukan pada saat penelitian adalah :
1. Sektor perdagangan pada tahun 2018 memiliki jumlah nasabah sebanyak
40 dan pada tahun 2019 memiliki jumlah nasabah sebanyak 55 dari target
yang diingikan perusahaan yaitu 70.
2. Persyaratan untuk mengajukan pembiayaan KUR belum standard atau
belum sesuai dengan standard perusahaan contohnya KTP calon nasabah
yang belum terdaftar secara online dan usaha yang dilakukan nasabah
baru berjalan 3 bulan.
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan dalam penulisan karya ilmiah sehingga mendapatkan
hasil yang diharapkan, maka penulis memberikan batasan masalah membahas
mengenai Pelaksanaan Pembiayaan Dana Kredit Usaha Rakyat Mikro melalui
Akad Murabahah di BSI Cabang Pembantu Sarolangun.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan sebelumnya,
maka penulis mengidentifikasi masalah-masalah yang akan menjadi pokok
pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Untuk mengetahui Solusi apa yang akan dilakukan BSI agar sector
perdagangan itu mencapai targetnya
3. mengetahui prosedur pelaksanaan akad Murabahah pada produk
pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BSI Kantor Cabang Pembantu
Sarolangun
F. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai Pelaksanaan Pembiayaan Dana Kredit Usaha Rakyat
melalui Akad Murabahah di BSI Kantor Cabang Pembantu Sarolangun ini
diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
1. Peneliti ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman
dan wawasan bagi penulis sendiri tentang pelaksanaan pembiayaan dana
kredit usaha rakyat melalui akad murabahah di BSI Kantor Cabang
Pembantu Sarolangun.
2. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjanan Strata
Satu (S1) di Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam (FEBI) UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
3. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk di Fakultas Ekonomi &
Bisnis Islam khususnya jurusan Perbankan Syariah dan dosen-dosen
Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam lainnya.
4. Sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi akademisi dan praktisi
masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya akan bermanfaat
sebagai bahan perbandingan bagi peneliti yang lain.
G. Sistematika Penulisan
Tujuan sistematika penulisan ini adalah memberikan gambaran secara umum
mengenai isi dari penelitian ini. Sehingga dapat terlihat kesinambungan antara bab
lainnya. Adapun sitematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis skripsi, baik mencakup
background, pemikiran tentang tema yang dibahas.Bab I mencakup latar
belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
14
22
Mardani, FIQH Ekonomi Syariah (Prenadamedia Group, Jakarta:2012) hlm. 101
23
Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah (Sinar
Grafika, Jakarta: 2012) hlm. 64
15
16
24
Kotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah (Rajawali Pers, Jakarta :
2016)
25
Mardani, FIQH Ekonomi Syariah (Prenadamedia Group, Jakarta:2012) hlm. 101
26
Kotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah (Jakarta :Rajawali Pers,
2016) hlm. 103
17
dan developer atau pemasok, maksudnya dalam hal ini adalah apabila
nasabah menginginkan memiliki atau membeli sesuatu barang dari developer
sementara nasabah belum memiliki dana yang cukup untuk dapat
membelinya, maka bank dalam hal ini memberikan bantuan berupa
pembiayaan dengan cara membeli barang yang diinginkan oleh nasabah
terlebih dahulu dari developer, kemudian pihak bank menjual kembali barang
tersebut kepada nasabah dengan harga sesuai dengan pembelian pihak bank
dari pihak developer dengan metode angsuran dan ditambah keuntungan bagi
pihak bank yang telah disepakati antara pihak bank dan pihak nsabah sebelum
transaksi jual-beli dilakukan.29
Penjual harus menyediakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pembelian misalnya jika pembelian itu berhutang.Murabahah adalah jual beli
barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam
Murabahah, penjual harus memberi tahuharga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Adapun syarat
Bai’ Al-Murabahah adalah sebagai berikut:
a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c. Kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), atau (e) tidak dipenuhi, pembeli
memiliki pilihan:
a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,
b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidak setujuan atas barang
yang dijual.
c. Membatalkan kontrak.
29
Bagya Agung Prabowo, “Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis
Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah di Indonesia dan Malaysia), Jurnal Hukum No. 1 Vol.
16 Januari 2009, 109.
19
30
Sumitro, Asas-asas perbankan islam dan lembaga-lembaga terkait(Jakarta, Gaya
MediaPratama: 2001) hlm. 160
31
Bagya Agung Prabowo, “Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa
Kritis Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah di Indonesia dan Malaysia), Jurnal Hukum No.
1 Vol. 16 Januari 2009.hlm. 109.
20
32
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis,
(Bandung:Interes Media, 2014), hlm. 6.
33
Muhammad Fhaturrohman dan Sulistyorini, Implementasi Manajemen PeningkatanMutu
Pendidikan Islam Peningkatan embaga Pendidikan Islam Secara Holistik, (Yogyakarta:Teras,
2012), hlm. 189-191.
34
Ade Eka Saputra, Pimpinan Cabang Pembantu, Wawancara : Sarolangun, 18 November
2020
21
b. Pengertian Pembiayaan
Menurut Ismail, pembiayaan adalah aktivitas bank syariah dalam
manyalurkan dana kepada pihak lain yang membutuhkan dana berdasarkan
prinsip syariah, dengan menggunakan aturan sesuai hokum
islam.35Menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat adalah salah satu fungsi
pokok bank syariah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perbankan
Syraih Nomor 21 Tahun 2008 “Pembiayaan adalah penyediaaan dana atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam
bentuk Mudharabah dan Musyarakah, transaksi sewa-menyewa dalam bentuk
ijarah untuk transaksi multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
anatar Bank Syariah dan diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana
tersebut setelah berjangka waktu tertentu dengan imbalan margin, ijrah, tanpa
imbalan, atau bagi hasil.
Pembiayaan syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil .
Pemberian pinjaman /pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasil,jual beli, atau sewa beli yang terbebas dari penetapan bunga dan
memberikan rasa aman,karena yang diberikan kepada nasabah adalah barang
bukan uang dan tidak ada beban bunga yang ditetapkan di muka.36
Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut Al–Harran terbagi
menjadi 3 :
1. Return bearing financing, yaitu secara bentuk pembiayaan yang
secara komersial menguntungkan ketika pemilik modal mau
menanggung resikokerugian dan nasabah juga memberikan
keuntungan.
35
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011) hlm. 115.
36
Rudy Badrudin dan Subagyo, “Pembiayaan Syariah Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah”, hlm 124
22
kreditur percaya bahwa kredit itu tidak akan macet. Kredit secara umum
adalah cara penjualan barang dengan pembayaran tidak secara tunai
(pembayaran ditangguhkan atau diangsur).
Program pemerintah saat ini yang sedang berlangsung dalam rangka
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah dikenal dengan nama
“Kredit Usaha Rakyat (KUR)”. Menurut Peraturan Menteri Keuangan, Kredit
Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan kepada UMKM-K (Usaha
Mikro Kecil Menengah dan Koperasi) dalam bentuk pemberian modal kerja
dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah pembiayaan modal kerja atau investasi
kepada debitur individu/perorangan maupun kelompok usaha produktif dan
layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum
cukup.
Tujuan KUR Syariah yaitu meningkatkan dan memperluas akses
pembiayaan kepada sektor pruduktif, meningkatkan kapasitas daya saing
usaha mikro, kecil dan menengah, dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan
peneyrapan tenaga kerja. Sumber dana KUR Syariah bersumber dari dana
Lembaga Keuangan Syariah penyalur KUR Syariah.
Upaya meningkatkan akses pada sumber pembiayaan antara lain
dilakukan dengan memberikan kredit bagi UMKM (Usaha Mikro Kredit
Menengah) melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada tanggal 5 November
2007, Presiden meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), dengan fasilitas
penjamin kredit dari pemerintah melalui PT. Askrindo dan Perum Jamkrindo.
KUR Mikro Syariah adalah pembiayaan yang diperuntukkan bagi
individu (perorangan) yang melakukan usaha produktif dan layak dengan
jumlah pembiayaan maksimal Rp. 50.000.000 (lima puluh lima juta rupiah)
per nasabah.KUR Mikro Syariah menggunakan akad murabahah dengan
margin yang merupakan besaran keuntungan atau imbalan bagi hasil yang
ditetapkan dalam pemberian KUR Mikro Syariah.terdapat subsidi margin dari
pemerintah yaitu selisih antara tingkat margin yang diterima oleh penyalur
24
37
Mahmud Yunus Daulay M.A dan Nadlrah Naimi S.Ag, Studi Islam II, (Medan: RATU
JAYA, Cet. 1, 2012), 133.
25
40
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan
28
B. Studi Relevan
Tabel 2.1
Tinjauan Pustaka
43
Muhammad Turmudi, Pembiayaan Mikro BRISyariah : Upaya Pemberdayaan dan
Peningkatan UMKM oleh BRISyariah Cabang Kendari, Kendari : Jurnal Li Falah FEBI IAIN
Kendari, 2017.
30
44
Yeni Alpiyani, Implementasi Akad Murbahah pada Produk Pembiayaan KUR (Kredit
Usaha Rakyat) Mikro Ib di PT. BRI Syariah KCP Kebumen. Tugas Akhir: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Purwokerto, 2019.
45
Sariani Simatupang, Implementasi Produk Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Mikro iB Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk. Binjai Sudirman.Skripsi : Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2019.
31
46
Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), 22.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009),
9.
48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif ….,9.
32
subjek yang dapat dipercaya. 49 Data yang penulis ambil dari informasi
dilapangan melalui observasi dan wawancara dilokasi penelitian, data
primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: 1 (satu) Kepala Bank
BSI, 5 (lima) pegawai bank BRI Syariah, dan 4 (empat) nasabah bank
BSI.
2. Data sekunder, yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpulan data.50 Sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah segala data yang tidak berasal dari sumber data primer yang dapat
memberikan dan melengkapi serta mendukung informasi terkait dengan
obyek penelitian baik yang berbentuk buku, karya tulis, dan tulisan
maupun artikel yang berhubungan dengan objek penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pengumpulan data dapat diperoleh dari
hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan. 51 Pada penelitian ini
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi. Yang akan dijelskan sebagai berikut :
1. Observasi
Dalam observasi ini, penulis terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Hartinis Yamin menyatakan bahwa “dalam observasi partisipatif penelitian
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka
52
ucapkan, dan berpartisipasi aktif dalam aktivitas mereka”. Penelitian
partisipatif ini kemudian dikhususkan lagi menjadi partisipasi pasif passive
participation artinya peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati,
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
49
Jonatan Sarwonoo, Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006), 16.
50
Jonatan Sarwonoo, Metode Penelitian …, 8.
51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif …., 225.
52
Hartinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan Kuantitatif,
(Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipayung, 2009), 79.
Alasan penggunaan pengamatan adalah karena teknik pengamatan ini
didasarkan atas pengalaman secara langsung.Kedua karena teknik
pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenarnya.Ketiga, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposisional
maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat, dapat
mencegah bisa yang biasanya terjadi pada proses wawancara. Kelima, teknik
pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi yang rumit.
Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka, penulis
memilih observasi partisipan.Observasi partisipan yaitu suatu teknik
pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegaiatan yang
dilakukan oleh objek yang diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan
mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan
meminta pandangan mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
pelaksanaan pembiayaan dana kredit usaha rakyat melalui akad murabahah
di BSI yang bertempat di Kantor Cabang Pembantu Sarolangun.
2. Wawancara
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti menyatakan wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. 53 Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara semi terstruktur semistructure interview di mana pelaksanaannya
lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara
terstruktur yaitu bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. 54 Oleh karena itu dalam
53
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, 238.
54
Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian…, 39.
melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya
telah disiapkan.Bedanya dengan semi terstruktur di sini adalah tidak memakai
alternative jawaban, namun pihak yang diajak wawancara diminta pendapat
dan ide-idenya.
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode wawancara yang
dilakukan kepada subyek dengan menggunakan dokumentasi catatan
lapangan.
Adapun pedoman wawancara yang telah disusun sebagai berikut:
1) Latar belakang, lingkungan dan aktivitas dalam pelaksanaan
pembiayaan dana KUR melalui akad murabahah di bank BSI yang
bertepat di Kantor Cabang Pembantu Sarolangun.
2) Kegiatan dan aktivitas pelaksanaan pembiayaan dana kredit usaha
rakyatmelalui akad murabahah di Bank Syariah Indonesia yang
bertempat di Kantor Cabang Pembantu Sarolangun.
3) Berlangsungnya pelaksanaan pembiayaan dana kredit usaha rakyat
melalui akad murabahah di Bank Syariah Indonesia yang bertempat
di Kantor Cabang Pembantu Sarolangun.
4) Faktor pendukung pelaksanaan pembiayaan dana kredit usaha
rakyatmelalui akad murabahah di Bank Syariah Indonesia yang
bertempat di Kantor Cabang Pembantu Sarolangun.
5) Kondisi sarana dan sumberdaya
6) Hasil pencapaian dan harapan.
3. Dokumentasi
Analisis dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber di Bank Syariah Indonesia yang bertempat di Kantor Cabang
Pembantu Sarolangun, dari arsip dan dokumen baik yang berada di Bank
Syariah Indonesia yang bertempat di Kantor Cabang Pembantu Sarolangun,
yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Nasution menyatakan
dokumentasi adalah mengumpulkan data denagn cara mengalir atau
mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai
dengan masalah yang diteliti.55Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui
dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti.
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,
bahkan untuk meramalkan.Teknik dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data. Adapun di dalam skripsi ini penulis mengumpulkan data
mengenai sejarah, visi-misi, profil, serta bukti-bukti pelaksanaan pembiayaan
dana kredit usaha rakyat melalui akad murabahah di BSI yang bertempat di
Kantor Cabang Pembantu Sarolangun.
E. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif sehingga data
yang diperoleh harus mendalam, jelas dan spesifik.Bolgan dan Taylor
mendefiniskian penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.56Metode analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis
data secara deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk meneliti dan
menemukan informasi sebanyak-banyaknya dari suatu fenomena yang
menggambarkan kondisi objektif dari objek penelitian dan kemudian diuraikan
dalam bentuk kalimat berdasarkan data primer atau sekunder.Penelitian ini
menggunakan alat analisis berupa wawancara pihak BSI Sarolangun dan nasabah
pembiayaan KUR Syariah. Analisis yang digunakan adalah analisis yang
menggambarkan Pelaksnaaan pembiayaan dana KUR melalui akad murabahah.
55
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, (Jakarta: Bumi AKSARA, 2003), hlm.
143.
56
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2019), hlm. 9.
BAB IV
HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
37
38
Perorangan : KTP,NPWP
Non Perorangan : Sesuai badan hukum
Cara Pengajuan
Pembukaan rekening melalui T24 dan EXA di Cabang
Pembukaan rekening melalui burekol, web form dan e-form (sedang
dalam pengembangan)
d. BSI Tabungan Efek Syariah
Tabungan Efek Syariah dengan akad Mudharabah Muthlaqah
merupakan Rekening Dana Nasabah (RDN) yang diperuntukan untuk
nasabah perorangan uyntuk penyelesaian transaksi efek di pasar modal.
Keunggulan Produk
Tidak ada biaya Administrasi
Tidak ada setoran minimum
Tidak ada saldo minimum
Tarif dan Biaya
Mata Uang IDR
Biayta administrasi bulanan : tidak dikenakan biaya
Setoran awal : tidak dikenakan
Saldo minim : tidak dikenakan
Biaya dormant account : tidak dikenakan
Syarat dan ketentuan Umum
KTP, NPWP, Mengisi Formulir dan Surat Kuasa serta surat pernyataan
(Perorangan)
Cara Pengajuan
Request pembukaan rekening dilakukan oleh perusahaan efek.
e. Tabungan Haji Muda Indonesia
Tabungan perencanaan haji dan umroh yang berlaku untuk seluruh
usia berdasarkan prinsip Syariah dengan pilihan akad wadiah yad
dhamanah atau mudharabah muthlaqah. Tabungan ini dilengkapi fasilitas
46
Pimpinan Cabang
Pembantu
DEKA ADE
SAPUTRA
Security Pramubhakti
SABRI RIDHO
MUHARRAM
KHAIRI CHANDRA
B. Hasil Penelitian
1) Pelaksanaan Pembiayaan Dana KUR
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pimpinan Cabang Bank BSI KCP
Sarolangun yaitu Bapak Ade Eka Saputra tetang bagaimana mekanisme calon
nasabah dalam mengajukan Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR)58 :
“Pertama-tamaNasabah datang ke Bank untuk membuat permohonan,
kemudian nasabah diminta untuk mengisi aplikasi pembiayaan, setelah
itu nasabah diminta untuk menyiapkan dokumen seperti KTP, KK, Buku
Nikah, Foto Copy NPWP (diatas Rp 50.000.000) surat keterangan, jika
nasabah belum menikah, umur nasabah minimal diatas 21 tahun disertai
surat keterangan dari daerah setempat, setelah semua terpenuhi nasabah
diminta untuk melakukan slip OJK, kemudian permohonan nasabah akan
diproses, nasabah hanya diminta untuk menunggu panggilan dari bank”
58
Wawancara Langsung dengan Bapak Ade Eka Saputra Selaku Pimpinan Cabang Bank BSI
KCP Sarolangun Mei 2021
59
Wawancara Langsung dengan Bapak Ade Eka Saputra Selaku Pimpinan Cabang Bank BSI
KCP Sarolangun Mei 2021
60
Wawancara Langsung dengan Bapak Ade Eka Saputra Selaku Pimpinan Cabang Bank BSI
KCP Sarolangun Mei 2021
“Tidak tercapainya target Nasabah disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap sektor perdagangan pada BSI
sehingga mereka banyak menggunakan KUR pada sektor perdagangan
di Bank Konvensional ”
61
Wawancara Langsung dengan Bapak Ade Eka Saputra Selaku Pimpinan Cabang Bank BSI
KCP Sarolangun Mei 2021
62
Sahroni dan Hasanuddin.FIKIH MUAMALAH “Dinamika Teori Akad danImplementasinya
dalam Ekonomi Syariah” (PT. RajaGrafindo, Jakarta:2016) hlm. 208
63
Wawancara Langsung dengan Bapak Ade Eka Saputra Selaku Pimpinan Cabang Bank BSI
KCP Sarolangun Mei 2021
64
Wawancara Langsung dengan Bapak Ade Eka Saputra Selaku Pimpinan Cabang Bank BSI
KCP Sarolangun Mei 2021
“Tahapan pembiayaan yang telah disetujui oleh bank yang meliputi akad
(dengan penanda tanganan berkas), SP3 (Surat pemberitahuan
persetujuan pembiayaan), nasabah menyerahkan biaya-biaya, dan
setelah selesai nasabah menunggu pencairan”.
Hal tersebut juga disampaikan oleh Bapak Sigit Gunawan selaku Salles
Officer di Bank BSI KCP Sarolangun mengatakan bahwa :66
“Yang harus dipenuhi oleh nasabah yaitu nasabah wajib melampirkan
Fotocopy KTP Pemohon dan pasangan, Fotocopy KK, Akta Nikah,
Fotocopy NPWP, SIUP (Suarat Izin Usaha Perdagangan), Jaminan,
serta telah melakukan usaha secara aktif minimal 6 bulan”.
65
Wawancara Langsung dengan Bapak Syarif Hidayat Selaku Account Officer Bank BSI
KCP Sarolangun Mei 2021
66
Wawancara langsung dengan Bapak Sigit Gunawan selaku Salles Officer Bank BSI
Syariah KCP Sarolangun Mei 2021
67
Wawancara Langsung dengan Bapak Ade Eka Saputra Selaku Pimpinan Cabang Bank BSI
KCP Sarolangun Mei 2021
menandatangani kontrak, yang juga akan disaksikan oleh notaris. Buat
pembiayaannya. Pembayaran pembiayaan akan dikreditkan ke rekening
klien dan klien harus mengumpulkan jumlah nosional pembiayaan.
pelanggan harus memberikan RAB (rencana anggaran biaya) sebelum
pembayaran, dan pelanggan harus memberikan struk pembelian setelah
pembayaran.”
68
Wawancara Langsung dengan Bapak Sigit Gunawan Selaku Sales Officer Bank BSI KCP
Sarolangun Mei 2021
3. Mekanisme Pengajuan KUR dengan Menggunakan Sistem 5C69
a. Character
Character adalah keadaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari
penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai
sejauh mana iktikad/kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya
(willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan 70 .
Suatu pemberian kredit didasari atas dasar kepercayaan yang
berasal dari pihak bank bahwa si peminjam mempunyai moral, watak
maupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Di samping
itu, peminjam mempunyai rasa tanggung jawab, baik dalam
kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota
masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. Karakter
ini merupakan faktor yang dominan sebab walaupun calon nasabah
tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan utangnya, tetapi kalau
tidak mempunyai iktikad baik tentu akan membawa berbagai
kesulitan bagi bank di kemudian hari. Dalam dunia white collar
crime, ciri-ciri seseorang yang mempunyai bakat kriminal justru diluar
dugaan kita semua. Ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Orang yang pandai bergaul
2. Orang yang cerdas
3. Orang yang mempunyai motivasi, tinggi serta suka menghadapi
tantangan.
4. Umur relatif muda sampai 45 tahun Sebagai alat untuk memperoleh
gambaran tentang karakter dari calon nasabah tersebut, dapat
ditempuh melalui upaya antara lain :
a. Meneliti riwayat hidup calon nasabah.
b. Meneliti reputasi calon nasabah tersebut dilingkungan usahanya.
69
Wawancara Langsung dengan Bapak Syarif Hidayat Selaku Account Officer Bank BSI
KCP Sarolangun Mei 2021
70
Ibrahim. Johannes, “Cross Default & Cross Corrateral sebagai Upaya Penyelesaian
Kredit Bermasalah”, Bandung: Refika Aditama, 2014.
c. Meminta Bank to Bank information.
d. Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon
nasabah berada.
e. Mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi
f. Mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-
foya.
Dalam wawancara dengan calon nasabah ketika menilai karakter
seseorang, perlu diperhatikan nilai-nilai yang terdapat dalam dirinya.
Adapun nilai (value) yang perlu diamati adalah71 :
1) Sosial Value.
2) Theoritical value
3) Esthetical value
4) Economical value
5) Religion value
6) Political value
Seorang calon nasabah yang mempunyai value yang sangat
dominandibidang economical value dan political value akan ada
kecendrunganmempunyai nilai-nilai (values) yang berimbang dalam diri
pribadinya.
b. Capital
Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon
nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan tentu semakin
tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan
Bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan kredit. Kemampuan
modal sendiri merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah mendapat
gancangan dari luar, misalnya jika terjaddi kenaikan suku
bungu,komposisi modal sendiri ini perlu ditingkatkan. Penilaian atas
besarnya modal sendiri merupakann hal yang penting mengingat kredit
71
Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, B. Acct, Credit
ManagementHandbook, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 289-290
bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai
seluruh modal yang diperlukan72.
Modal sendiri juga diperlukan Bank sebagai alat kesungguhan dan
tanggung jawab nasabah dalam menjalankan usahanya karena ikut
menanggung resiko terhadap gagalnya usaha. Dalam praktik,
kemampuan capital ini didefenisikan dalam bentuk kewajiban untuk
menyediakan Self financing, yang sebaiknya jumlah besar dari kredit
yang diminta kepada Bank. Bentuk dari Self-financing ini tidak selalu
harus berupauang tunai, namun juga dalam bentuk barang modal seperti
tanah, bangunan, mesin-mesin. Besar kecilnya capital ini dapat
dilihatdari neraca perusahaan pada komponen “Owner equity”, laba yang
ditahan, dan lain-lain. Untuk perorangan, dapat dilihat dari daftar
kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi utang-utangnya.
c. Capacity
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam
menjalankan usahanya guna meperoleh laba yang diharapkan.
Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui/ mengukur
sampaisejauh mana calon nasabah ampu untuk mengembalikan atau
melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat dari usaha yang
diperolehnya 73 .Pengukuran capacity tersebut dapat dilakukan melalui
berbagai pendekatan berikut ini :
1. Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah
menunjukkan perkembangan dari waktu.
2. Pendekaan financial, yaitu menilai latar belakang Pendidikan para
pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang
menghendaki keahlian teknologi tinggi atau perusahaan yang
memerlukan profesionalisme tinggi seperti rumah sakit,
birokonsultan, dan lain-lain.
72
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011, 67.
73
Widiyono. Try, Agunan Kredit dalam Financial Engineering, Bogor: Ghalia Indoneisa,
2009,78.
3. Pendekatan yuridis, yaitu seccara yuridis apakah calon nasabah
mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya
untuk mengadakan perjanjian kredit dengan bank.
4. Pendekatan managerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan
keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
dalammemimpin perusahaan.
5. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan
calon nasabah mengelola factor-faktor prouksi seperti tenaga kerja,
sumber bahan baku, peralatan-peralatan/ mesin- mesin,dan
keuangan,industrial relation sampai pada kemampuan merebut pasar.
d. Collateral
Collateral adalah barang-barang yang diserahkan oleh nasabah
sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut
harus dinilai oleh Bank untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban
financial nasabah Bank. Penilaian terhadap jaminan ini meliputi
jenis,lokasi, bukti pemilikan, dan status hukumnya74.
Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya bentuk
kebendaan,kebendaan, tetapi juga collateral yang tidak berwujud seperti
jaminan pribadi (Borgtocht), letter of guarantee, latter of comfort,
rekomendasi,dan avails. Penilaian terhadap collateral ini dapat ditinjau
dari dua segi sebagai berikut :
1. Segi ekonomis/ yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan
digunakan.
2. Segi yuridis, yaitu apakah jaminan tersebut memnuhi syarat-syarat
yuridis untuk dipakai sebgai jaminan. Risiko pemberian kredit dapat
dikurangi sebagian atau seluruhnya dengan meminta collateral
yangbaik kepadda nasabah.
74
Hermansyah, “Hukum Perbankan Nasional Indonesia”, Jakarta: Prenadamedia Group,
2014
e. Condition Of Economy
Condition Of Economy, yaitu situasi dan kondisi politik, social,
ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada
saatyang kemungkinan mempengaruhi kelancaran usaha calon debitur.
Untuk mendapat gambaran mengenai hal terebut, perlu diadakan
penelitian mengenai hal-hal antara lain :
1. Keadaan Konjungtur.
2. Peraturan peraturan pemerintah.
3. Situasi politik dan perekonomian dunia.
4. Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran.
Kondisi ekonomi yang perlu disoroti mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Pemasaran : kebutuhan, daya beli masyarakat, luas pasar,perusahaan
mode, bentuk persaingan, peranan barang substitusi, dan lain-lain.
2. Teknis produksi : perkembangan teknologi, tersedianya bahan baku,
cara penjualan dengan system tunai ataukredit.
3. Peraturan pemerintah : kemungkinan pengaruhnya terhadap
produkyang dihasilakan, misalnya larangan peredaran jenis obat
tertentu.
4. Proses Penerapan 5C Pada Alur Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat
(KUR)
Sebelum nasabah melanjutkan ke tahap selanjutnya, nasabah wajib
mengikuti alur pembiayaan yang sudah ditetapkan oleh Bank BRI Syariah,
dimana alur pembiayaan tersebut meliputi :
a. Collecting Data
Collecting Data adalah proses pengumpulan data nasabah yang
terdiri dari data legalitas, financial, aplikasi permohonan dari nasabah,
dan dari dari sumber lainnya. Setelah data tersebut sudah terkumpul dan
setelah data tersebut diterima, maka langkah selanjutnya adalah
pemeriksaan SLIK dan DHN-BI.
b. SLIK dan DHN-BI
Sistem layanan informasi keuangan atau bias disebut SLIK
merupakan infrastruktur keuangan yang sangat penting untuk mengakses
kredit atau pembiayaan dan menyediakan informasi untuk kreditur
yangbisa membantu menurunkan tingkat resiko kredit bermasalah. SLIK
diluncurkan oleh OJK sebagai pengganti BI Checking. OJK meluncurkan
SLIK untuk memudahkan pemeriksaan skor kredit danakses masyarakat
dalam mendapatkan kredit dan pembiayaan. Aplikasiini akan
menyampaikan laporan debitur secara lengkap, akurat, terkini,utuh, dan
tepat waktu. SLIK akan menerima pelaporan data debitur,fasilitas
penyediaan dana, data angunan, dana terkait lainnya dari berbagai jenis
Lembaga keuangan serta memberikan layanan informasi debitur yang
dibutuhkan oleh Lembaga keuangan, masyarakat, Lembaga pengellaan
informasi pengkreditan, dan pihak lainnya.kemudian DHN-BI adalah
informasi mengenai identitas pemilik rekening yang melakukan
penarikan Cek dan/ atau Bilyet giro kosong baik melalui kliring maupun
loket Bank (Over the Counter). cek/bilyetgiro kosong adalah cek
dan/atau Bilyet Giro yang pada saat dicairkan dananya oleh pemegang
baik melalui kliring maupun melalui loket Bank secara langsung, ditolak
pembayarannya/ pemindah bukuannya oleh Bank dengan alas an “saldo
rekening giro tidak cukup” atau “ rekening giro telah ditutup”. SLIK dan
DHN sangat penting bagi nasabah. Syarat untuk SLIK dan DHN adalah :
1) Foto Copy KTP Suami Istri
2) FotoCopy KK, Buku Nikah
3) NPWP
c. Survey Tempat Usaha
Survey ini bertujuan untuk mengumpulkan semua informasi yang
diperlukan berdasarka nprinsip 5C calon nasabah, agar dapat dianalisis
dengan baik sehingga komite kredit dapat mengambil keputusan yang
tepat. Selain itu dengan survey juga dapat memastikan kembali informasi
awal yang diberikan calon nasabah, sesuaikah dengan kondisi yang
sebenarnya (struktur kredit, tempat tinggal, lokasi usaha, dan lainlain.
d. Analisa RPC (Re Payment Capacity)
RPC bias diartikan kemampuan membayar nasabah atau
kemampuan nasabahdalam mengangsur pinjamannya kepada Bank.
Kemampuan nasabah dalam membayar bisa dilihat dari jenis usaha dan
keuntungan yang diperoleh perbulannya.Langkah-langkah pembuatan
pembiayaan (Re PaymentCapacity)75 :
1. MUP (Memorandum Usulan Pembiayaan).
2. MAP (Memorandum Analisa Pembiayaan).
3. LKN (Laporan Kunjungan Nasabah).
4. Laporan investigasi pembiayaan.
5. Checklist dokumen pembiayaan.
6. Aplikasi permohonan pembiayaan.
7. Surat persetujuan prinsip penbiayaan (S P 3)
e. Analisa Jaminan
Analisa Jaminan harus dinilai oleh Bank untuk mengetahui sejauh
mana resiko kewajiban financial nasabah kepada Bank. Penilaian
terhadap jaminan ini meliputi jenis, lokasi, bukti pemilikan, dan status
hukumnya.
f. Komite Pembiayaan
Suatu Lembaga yang berwenang untuk memberikan persetujuan
suatu permohonan fasilitas pembiayaan dari anggota/calon anggota.
5. Peningkatan Jaminan
Peningkatan jaminan ditujukan kepada perjanjian kredit antara
debitur dan kreditur dimana debitur menyerahkan jaminan atas
pemberian kredit dengan persyaratan tersebut, sementara kreditur
melaksanakan hak dan kewajibannya secara formal sesuai hokum yang
berlaku. Padda prakteknya penignkatan jaminan dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 (dua) cara yaitu :
75
Dokumen dan Arsip PT. Bank BSI Kantor Cabang Sarolangun, 2020
a. Penigkatan melalui akta nota rill atau akta otentil.
b. Peningkatan melalui akta dibawah tangan atau underhands.
6. Tahap Pemberian Putusan Pembiayaan
Tahap anugerah putusan pembiayaan biasa pula disebut termin
persetujuan pembiayaan. Pada BSI KCP Sarolangun pengambil keputusan
usulan Pembiayaan KUR Mikro Syariah merupakan Unit Mikro Syariah Head
(UH).AOM menginformasikan pada nasabah buat memastikan konfirmasi
persetujuan nasabah pembiayaan, yg lalu sebagai dasar buat menanda
tanganan perjanjian Pembiayaan KUR Mikro Syariah.
7. Pencairan
Sebelum melakukan pencairan dokumen diserahkan ke ADP untuk
memeriksa sebelum melakukan dokumen diserahkan ke ADP untuk
memeriksa dokumen data. Kemudian ADP memberikan intruksi kepada
bagian operational.
Dalam termin pencairan ini dilakukan perjanjian pembiayaan KUR
Mikro Syariah menggunakan jenis akad yg disepakati, dalam Bank BSI
Sarolangun pada penyalurannya memakai akad Murabahah bil Wakalah.
Akad Murabahah bil Wakalah ini tak jarang diterapkan pada pembiayaan
dalam bank syariah.Adanya akad Wakalah yg mendampingi murabahah ini
buat mencegah terjadinya kerusakan atau penyalahgunaan akad, yg adalah
perjanjian spesifik yg diadakan pihak bank menggunakan nasabah lantaran
bank hendak mewakilkan pada nasabah buat membeli barang. Nasabah
pembiayaan KUR bukan hanya mendapat dana berdasarkan BRI Syariah
tetapi wajib menjalankan jujur atau limpahan kuasa atas penggunaan dana
sinkron kebutuhan pada perjanjian yg sudah disepakati. Petugas Bank BSI
Sarolangun menaruh agama dalam nasabah Pembiayaan KUR. Pembiayaan
pada perindikasi tangani nasabah diatas 2 materai, yaitu pertama akad.
Wakalah dalam waktu pencairan dana& ke 2 akad Murabahah dalam
waktu penyetoran bukti pembelian barang kebutuhan nasabah. Hal ini sudah
sinkron menggunakan Fatwa DSN tentang ketentuan generik Murabahah
pada bank syariah, bila Bank Syariah mewakilkan pada nasabah buat
membeli barang berdasarkan pihak ketiga, akad jual beli Murabahah wajib
dilakukan sesudah barang secara prinsip milik bank syariah.
Dalam tahap pencairan ini dilakukan perjanjian pembiayaan KUR Mikro
Syariah dengan jenis akad yang disepakati, pada Bank BSI Sarolangun dalam
penyalurannya menggunakan akad Murabahah bil Wakalah.Akad
Murabahah bil Wakalah ini sering diterapkan dalam pembiayaan pada bank
syariah.Adanya akad Wakalah yang mendampingi murabahah ini untuk
mencegah terjadinya kerusakan atau penyalah gunaan akad, yang merupakan
perjanjian khusus yang diadakan pihak bank dengan nasabah karena bank
hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang. Nasabah
pembiayaan KUR bukan hanya menerima dana dari Bank BSI namun harus
menjalankan amanah atau limpahan kuasa atas penggunaan dana sesuai
kebutuhan dalam perjanjian yang telah disepakati. Petugas Bank BSI
Sarolangun memberikan kepercayaan pada nasabah Pembiayaan
KUR.Pembiayaan di tanda tangani nasabah diatas dua materai, yaitu pertama
akad.
Wakalah pada saat pencairan dana dan kedua akad Murabahah pada saat
penyetoran bukti pembelian barang kebutuhan nasabah. Hal ini telah sesuai
dengan Fatwa DSN mengenai ketentuan umum Murabahah dalam bank
syariah, jika Bank Syariah mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli Murabahah harus dilakukan setelah
barang secara prinsip milik bank syariah76.
8. Kendala dalam Pencapaian Target Nasabah
Perkembangan Bank BRI KCP Sarolangun selain memiliki
kekuatannamun ada pula beberapa kendala yang dihadapi Bank BSI KCP
Sarolangun.Dalam proses pencapaian target nasabah dana KUR tidaklah
selalu berjalan dengan lancar. Akan ada masalah-masalah yang akan muncul
dalam proses penyalurannya. Masalah yang muncul akan menjadi faktor
76
Wawancara Langsung dengan Bapak Ade Eka Saputra Selaku Pimpinan Cabang Bank BSI
KCP Sarolangun Mei 2021
penghambat dalam sebuah organisasi. Sebagaimana hasil wawancara dengan
Bapak Ade Eka Saputra mengatakan bahwa:77
“Kendala dalam pencapaian target, nasabah sepertnya sudah punya
pinjaman di bank lain, katakanlah ada nasabah mengajuakan terus di BI
Checking -nya itu ada terdaftar pinjaman status modalkerja sama
dengan bank lain itu tidak bisa diproses. Kalau secara garis besarnya
tidak ada,soalnya ini kan pemasarannya tergolong mudah soalnya
marginnya murah, dan masalah selanjutnya kadang ada nasabah yang
ingin mengajukan KUR tidak bisa karna KTP/NIKnya belum terdaftar
secara online sehingga proses tidak bisa kami lanjutkan,dan
kebanytakan juga usaha yang dijalankan baru 6 bulan belum mncpai
persaratan yang telah ditentukan,usaha yang boleh untuk pengajuan
KUR adalah sdah diatas 1 tahun berjalan”.
Adapun kendala-kendala lain yang sering dihadapi pihak Bank BSI KCP
Sarolangun adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya SDM (sumber daya manusia) Pemasaran yang
Kompeten
Diakui oleh pihak Bank BSI KCP Sarolangun memang sudah
memiliki beberapa pemasar akan tetapi dirasa kurang mencukupidari
target yang diharapkan. Kurangnya sumber daya manusia pemasaran
yangkompeten ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1) Tenaga pemasar bukan berasal dari latar belakang pemasar.
Pada saat perekrutan pegawai khususnya tenaga pemasaran
kadang latar belakang pemasaran tidak dijadikan tolak ukur dan
77
Wawancara Langsung dengan Bapak Ade Eka Saputra Selaku Pimpinan Cabang Bank
BSI KCP Sarolangun Mei 2021
78
Wawancara Langsung dengan Bapak Sigit GunawanSelaku Sales Officer Bank BRI
KCP Sarolangun Mei 2021
acuan untuk dijadikan sebagai tenaga pemasar, akan tetapi lebih
pada pengalaman kerja, serta kemampuan lain yang dianggap
mampu dijadikan sebagai tenaga pemasar.Sehingga prinsip-
prinsip pemasaran yang dilakukan hanya berdasarpengalaman
tanpa studi empiris, dan dalam perjalanan pekerjaannya banyak
mengalami hambatan yang tidak diduga sebelumnya.
2) Alasan efisiensi biaya dan tenaga pemasar BSI KCP Sarolangun
bagian pemasaran memiliki multyple role atau peran ganda,
selain berperan sebagai marketing, tenaga pemasar juga bertugas
menganalisis kredit, menangani nasabah yang akan mengajukan
kredit dan melakukan penagihan kepada nasabah yang
bermasalah dalam kreditnya. Peran ganda ini diambil oleh pihak
Bank BSI KCP Sarolangun dengan alasan efisiensi,efisiensi
tenaga dan biaya pemasar. Kebijakan ini diambil oleh
perusahaan mengingat kemampuan dalam melakukan kontrol
serta penggajian.Diharapkan dengan memiliki sedikit tenaga
pemasar maka kontrol semakin mudah dan dapat memangkas
biaya tenaga pemasar. Akan tetapi BSI KCP Sarolangun kurang
memperhatikan keefektifan dari peran ganda tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang ada,dengan
adanya peran ganda, tenaga pemasar memiliki beban yang lebih.
Sehingga tujuan utama mencapai target pasar yang diharapkan menjadi
kabur atausulit dicapai.Akibatnya yang terjadi tenaga pemasar merasa
kelelahan dengan tugas yang begitu banyak, dan hilangnya motivasi.
Oleh karena itu sebaiknya selain memperhatikan efisiensi, BSI KCP
Sarolangun juga harus memperhatikan tingkat efektivitasnya, dan yang
tidak kalah pentingnya adalah adanya kontrol serta pelatihan yang
intensif dari pihak BSI KCP Sarolangun terhadap tenaga pemasar.
Sehingga motivasi yang hilang serta hambatan ketika menawarkan
produk dapat teratasi melalui kontrol dan pelatihan yang dilakukan.
Peningkatan insentif bagi tenaga pemasar yang berhasil juga perlu
ditingkatkan, hal ini diharapkan memberikan motivasilebih bagi tenaga
pemasaran.
b. Loyalitas Nasabah Bank BSI KCP Sarolangun
Loyalitas merupakan sebuah kata yang mendeskripsikan keadaan
dimana nasabah berkomitmen dan setia dalam menggunakan produk
perbankan Syariah. Loyalitas nasabah memiliki korelasi yang positif
dengan perfoma di Bank Syariah.Loyalitas nasabah tidak hanya
meningkatkan nilai dalam bank tetapi juga menarik nasabah baru.79
Dalam mengembangkan nasabah yang menggunakan jasa Bank
Syariah, mereka terbagi menjadi dua kelompok nasabah, yaitu:
nasabah yang loyal kepada Bank Syariah karena ingin menegakkan
hukum Syariah. Oleh karena itu, Anda tidak akan mempersoalkan
bagaimana persentase bagi hasil yang ditawarkan oleh Bank BSI KCP
Sarolangun dibandingkan dengan suku bunga yang ditawarkan oleh bank
tradisional.
Nasabah yang tidak loyal kepada bank syariah, mereka menabung
di bank syariah dengan membandingkan persentase keuntungan bank
syariah peserta dengan tingkat suku bunga bank tradisional.Ada
perbedaan sekitar 2% (dengan suku bunga bank tradisional).Basis
pelanggan ini dapat beralih ke bank tradisional.
Dalam perkembangan nasabah yang menggunakan jasa Perbankan
Syariah terbagi atas dua segmen nasabah, yaitu:
1) Nasabah yang loyal terhadap Perbankan Syariah karena
semangatnya menegakkan syariat. Sehingga ia tidak akan
mempersoalkan berapa besaran presentase bagi hasil yang
diberikan oleh Bank BSI KCP Sarolangun jika dibandingkan
dengan besaran tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank
konvensional.
2) Nasabah yang tidak loyal kepada Perbankan Syariah, dimana
mereka menabung di Bank Syariah dengan memperbandingkan
79
Soegeng Wahyoedi, Loyalitas Nasabah, Bank Syariah, 2019, 34.
berapa besaran presentase bagi hasil di Bank Syariah dengan
tingkat suku bunga di Bank Konvensional. Dengan selisih
sekitar dua persen (dari tingkat bunga bank konvensional).
Segmen nasabah ini bisa berpindah ke bank konvensional.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara, Membangun
loyalitas nasabah merupakan kebijakan sangat strategis bagi Bank BSI
KCP Sarolangun, karena bank memandang loyalitas nasabah bagian dari
strategi Bank dalam menghadapi pesaing.Loyalitas nasabah sangat
dibutuhkan sebagai elemen dari strategi pemasaran yang
kompetitif.Tingginya loyalitas nasabah dinilai menjadi penopang utama
Bank BRI KCP Sarolangun tetap tumbuh progresif pada setiap tahunnya.
c. Pemasaran dan Promosi
Promosi yang dilakukan oleh Bank BSI KCP Sarolangun masih
kurang sehingga masih banyak masyarakat yang tidak mengerti
bagaimana mengakses layanan perbankan syariah. Aspek pendanaan
memang menjadi kendala utama dalam melakukan promosi di Bank
Syariah Indonesia cabang pembantu sarolangun,minimnya anggaran
promosi yang dimiliki menyebabkan kurang gencarnya promosi yang
dilakukan oleh Bank BSI KCP Sarolangun. Hal ini dapat disiasati dengan
dilakukan promosi bersama oleh seluruh Bank Syariah Indonesia yang
ada termasuk bekerja sama dengan Bank Indonesia.
d. Sosialisasi dan Edukasi Masyarakat
Ketidak tahuan masyarakat tentang dana KUR yang ditawarkan
oleh Bank BSI ini diakibatkan masih kurangnya sosialisasi dan edukasi
kepada masyarakat. Bank syariah Indonesia harus mampu membuat
strategi edukasi dan sosialisasi yang mampu mengenalkan Bank Syariah
kepada seluruh segmen masyarakat. Menurut Bank BSI KCP Sarolangun
kurangnya pemahaman konsumen tentang system perbankan syariah
Indonesia pada beberapa hal, antara lain:
1. Adanya asumsi bahwa perbankan syariah hanya untuk kalangan
tertentu.Memang tidak bisa dipungkiri dengan adanya brand
(merk) syariah maka yang terdengar adanya ekonomi islam, dan
itu tentu berhubungan dan seolah-olah dikhususkan untuk
masyarakat islam. Padahal dalam kenyataannya yang diharapkan
dari prinsip syariah adalah terhindar dari system riba, bukan
berfokuspada pelakunya akan tetapi pada akad dan proses jual
belinya. Oleh karena itu perlu adanya edukasi baik melalaui
pendidikan formal maupun non formal.Pendidikan formal dapat
dilakukan melalui seminar-seminar maupun cara lainyang
menjelaskan tentang keberadaan prinsip syariah adalah untuk
semua golongan, selama tidak melanggar dengan prinsip-prinsip
syariah. Melalui pendidikan nonformal juga dapat dilakukan
misalnya dengan iklan yang menunjukkan kepada masyarakat
bahwasanya masyarkat non islam juga menggunakan produk
perbankan syariah. Tidak kalah pentingnya dari semua itu
adalah keterbukaan diri masyarakat untuk menerima informasi
tentang prinsip prinsip syariah dalam dunia perbankan.
2. Sistem bagi hasil dianggap kurang menguntungkan jika
dibandingkan dengan system bunga.Kebiasaan masyarakat pada
umumnya yang telah bertahun-tahun menggunakan system
bungan secara langsung sangat mempengaruhi dengan
keputusan untuk beralih ke system bagi hasil.Apalagi
masyarakat yang telah menggunakan system bunga selama
bertahun-tahun, untuk beralih kepada system bagi hasil bukan
merupakan perkara mudah, hal inilah yang sering dialami oleh
Bank BSI KCP Sarolangun. Masyarakat berasumsi bahwa
dengan bagi hasil lebihrumit dan tingkat kepastian yang kurang.
Padahal dalam kenyataannya sistem bagi hasil jauh lebih muda,
lebih fleksibel dan menguntungkan secara ekonomi untuk
jangka pendek dan jangka panjang. Karena dengan sistem bagi
hasil dengan semakin menigkatnya keuntungan perusahaan
maka semakin tinggi pula bagihasilnya berbeda dengan bunga
yang hanya terpatok pada berapa bunga yangdisepakati tanpa
memperhatikan tingkat keuntungan bank.
Menurut pendapat saya, dengan adanya Bank BSI KCP Sarolangun
diharapkan ummat muslim tidak ragu-ragu lagi untuk menyimpan
dananya di bank. Bank juga harus menyambut rencana sejumlah banklain
yang juga akan beroperasi secara syariah, dan sama sekali tidak dianggap
sebagai pesaing, karena banyaknya bank syariah sekaligus berarti
meningkatkan sosialisasi Bank Syariah di Indonesia. Dan untuk
mengatasi semua kendala-kendala tersebut antara lain dengan melakukan
kegiatan promosi secara rutin setiap satu minggu sekali atau berapa hari
sekali, dan melakukan seminar-seminar di tempat-tempat yang dijadikan
target oleh bank syariah bersama dengan bank syariah lainnya untuk
memberikan penjelasan mengenai adanya bank syariah danproduk-
produknya, agar umat muslim bisa mengenal bank syariah secara nyata.
9. Solusi dalam Pencapaian Target Nasabah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ade Eka Saputra didapatlah
solusi yang ditawarkan oleh pihak Bank BSI KCP Sarolangun terhadap
ketidak sampaian target pencapaian nasabah yaitu:
“Solusi yang kami lakukan untuk sekarang salah satunya memperluas
jaringan karena memang banyak masyarakat yang masih menggunakan
KUR dari Bank Konvesnional karena mereka memang belum tau, jadi
sebisamungkin kita sosialisasikan kepada masyarakat agar mereka
mengetahui bahwa Bank BSI juga menyediakan pembiayaan KUR.
Selain itu kita juga berencana untuk melakukan pengembangan pada
produk agar tidak kalah dengan produk pembiayaan KUR yang ada
pada bank konvensional.” 80
80
Wawancara Langsung dengan Bapak Ade Eka Saputra Selaku Pimpinan Cabang Bank BSI
KCP Sarolangun Mei 2021
diimplementasikan dari bauran pemasaran (marketing mix) yaitu, produk,
harga, distribusi dan promosi.
a. Produk
Tujuan utama dari prinsip perbankan Syariah yaitu terhindar dari
riba, maka produk yang ditawarkan tentu saja berbeda dengan produk
bank konvensional, perbedaan utama terletak pada prinsip syariahnya.
Perbedaan dapat dilihat dari pengunaan akad yang digunakan serta bagi
hasil yang diberikan tidak melihat dari naik turunnya bunga bank yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Adapun besarnya margin bagi hasil
sudah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan kesepakatan dan kontrak
akad yang ditandatangi oleh kedua belah pihak yaitu nasabah dan bank.
b. Harga
Dalam menentukan harga jual baik yang beruapa akad maupun saldo
minimal setoran awal, Bank BSI KCP Sarolangun menerapakan beberapa
strategi yaitu dengan menerapkan harga sama dengan pesaing, karena
menurutnya pusat melalui manajemen pusatnya bahwa pesaing dunia
perbankan khususnya perbankan syariah cukup tinggi dan merupakan
suatu trend maka BSI KCP Sarolangun menerapkan harga sama dengan
para pesaing untuk produk-produk standar.
c. Distribusi
Saluran distribusi dibagi menjadi tiga jenis saluran yaitu :
1. Saluran distribusi langsung, dimana saluran distribusi yang tidak
melalui perantara, sehingga perantara terjadi secara langsung
berpindah dari Nasabah ke Bank. Bank BSI KCP Sarolangun
menyalurkan produknya secara langsung dimana nasabah datang
ke bank dan menemui customer service untuk melakukan
konfirmasi kemudian dilanjutkan oleh marketing untuk
memproses pembiayaan KUR.
2. Saluran distribusi tidak langsung, dimana saluran ini memiliki
satu atau dua perantara diantara nasabah dan bank. Dalam hal ini
BSI KCP Sarolangun menyalurkan produknya melalui
rekomendasi dari pihak trertentu seperti perusahaan-perusahaan
untuk melakukan Kerjasama dengan Bank BSI KCP Sarolangun
dan melalui BRI link. Misalnya pada suatu perusahaan yang
ingin melakukan Kerjasama dengan Bank BSI KCP Sarolangun
untuk pengambilan gaji karyawan.
3. Saluran distribusi ganda, merupakan saluran yang menggunakan
lebih dari satu saluran distrubusi.
d. Promosi
Komunikasi pemasaran (promosi) meliputi :
1. Periklanan, Bank BSI KCP Sarolangun melakukan iklan melalui
media internet dan media sosial contohnya melalui internet
adalah membuat website dan media sosial adalah membuat akun
facebook (@briskcpsarolangun) dan Instagram
(@brisyariahkcpsarolangun). Namun Bank BSI KCP
Sarolangun tidak terlalu aktif dalam melakukan promosi melalui
media sosial. Sangat diharapkan kedepan BSI KCP Sarolangun
dapat aktif dimedia sosial karena promosi dimedia sosial sangat
bermanfaat bagi para nasabah dan meningkatkan jumlah
nasabah.
2. Personal selling, BSI KCP Sarolangun dengan cara karyawan
terutama marketingnya datang sendiri secara langsung
berkomunikasi dengan masyarakat contohnya seorang marketing
turun langsung kelapangan melihat target nasabah dan
berkomunikasi menawarkan produk KUR di Bank BSI KCP
Sarolangun serta menjelaskan prosedurnya.
3. Promosi penjualan, BSI KCP Sarolangun mengadakan acara
atau event-event tertentu, misalnya memberikan hadiah kepada
nasabah berupa sepeda motor, televisi, kipas angin dan
sebagainya dalam rangka acara HUT BSI KCP Sarolangun.
Dari hasil pengamatan dan wawancara serta konsep diatas
komunikasi pemasaran (promosi) merupakan salah satu strategi yang
dapat digunakan BSI Syariah KCP Sarolangun untuk meningkatkan
jumlah nasabah karena cara tersebut merupakan cara yang paling efektif
dan efesien yang dilakukan oleh bank. Masih banyak nasabah dan calon
nasabah yang belum mendapatkan informasi produk-produk di Bank BSI
Syariah KCP Sarolangun melalui media sosial karena media sosial sudah
menjadi kebutuhan dimasyarakat dalam berkomunikasi dan pengenalan
informasi yang paling dibutuhkan di era saat ini, dengan media sosial
tentunya masyarakat akan mudah mendapatkan informasi mengenai
produk-produk BSI Syariah dengan begitu akan lebih banyak menarik
nasabah baru dan menjadi peluang meningkatkan nasabah Bank BSI
KCP Sarolangun
Selain itu tantangan yang dihadapi Bank BSI KCP Sarolangun
dapat diatasi juka konsep dari strartegi pemasaran dapat dijalankan secara
maksimal. Seperti memperbaiki kualitas pelayanan, memberikan produk
dengan biaya administrasi rendah dan lainnya. Jika, Bank BSI KCP
Sarolangun dapat melaksanakan kegiatan pemsaran dengan baik, maka
tujuan dari pemasaran tersebut dapat tercapai dan tantangan dihadapi
oleh Bank BSI KCP Sarolangun untuk meningkatkan jumlah nasabah
juga terealisasikan dengan mudah.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka kesimpulan yang diambil yaitu :
1) Mekanisme akad Murabahah dalam produk pembiayaan dimulai dari
melengkapi persyaratan dalam pengajuan pembiayaan Murabahah Bank
BSI KCP Sarolangun, yang terdiri dari syarat permohonan
pembiayaan perorangan dan syarat permohonan pembiayaan badan
hukum/badan usaha. Tahapan alur proses pembiayaan dimulai dari
inisiasi, pengumpulan data, evaluasi pembiayaan, putusan pembiayaan,
dan akad pembiayaan.
2) Kendala dalam ketidak tercapainya target nasabah dalam sektor
perdagangan yaitu calon nasabah yang mengajukan Pembiayaan KUR
Mikro sudah memilikifasilitas pembiayaan di bank lain dengan tujuan
modal kerja danriwayat pembiayaan nasabah yang pernah ada masalah,
baik karena kemacetan atau keterlambatan bayar sehingga proses tidak
dapat dilanjutkan
3) Solusi yang dilakukan oleh pihak Bank salah satunya memperluas
jaringan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat karena memang
banyak masyarakat yang masih menggunakan KUR dari Bank
Konvesnional, jadi sebisamungkin untuk mengsosialisasikan kepada
masyarakat agar mereka mengetahui bahwa Bank BSI juga menyediakan
pembiayaan KUR. Selain pihak bank juga berencana untuk melakukan
pengembangan pada produk agar tidak kalah dengan produk pembiayaan
KUR yang ada pada bank konvensional dan juga menerapkan strategi
marketing mix.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan implikasi
secara teoritis dan praktis sebagai berikut:
78
79
1. Implikasi Teoritis
a. Dana KUR yang diberikan kepada masyarakat dapat membantu
meringankan beban ekonomi masyarakat bagi masyarakat yang
memiliki usaha. Sehingga mereka dapat mengembangkan usaha
tersebut
b. Pemahaman masyarakat terhadap bantuan pembiayaan dana KUR
tersebut berpengaruh terhadap pengalokasian dana yang telah
diberikan kepada usaha yang hendak atau telah mereka jalankan.
Masyarakat dengan pemahaman akan bantuan tersebut tentunya
mempunyai rencana yang lebih baik terhadap pengalokasian dana.
Diharapkan masyarakat dapatmenumbuhkan pemahaman yang baik
sehingga masyarakat juga mampu meningkatkan perekonomian
dirinya sendiri dahulu.
c. Pendapatan yang baik akan juga menumbuhkan rasa syukur dalam
diri masyarakat atas apa yang telah mereka raih, dan dari pendapatan
yang layak inilah dapat memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga
mereka tinggal kebutuhan rohani dari masyarakat itu sendiri.
s. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan bagi peneliti dan dosen.
Dalam hal, Membenahi diri sehubungan dengan pelaksanaan pembiayaan
Dana KUR yang telahdilakukan denganmemperhatikan pengaruh-pemgaruh
internal dan eksternal dalam mendapatkan pembiayaan dana KUR itu sendiri.
C. Saran
Sebaiknya Dewan Pengawas Syariah lebih mengawasi jalannya
operasional Bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuanketentuan
syariah. Hal ini karena transaksi yang berlaku dalam bank
syariah sangat khusus dibandingkan bank konvensional, Dewan Syariah
Nasional lebih meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang di
kembangkan oleh lembaga keuangan syariah (LKS). Jika dalam
prakteknya, akad yang telah ditetapkan ternyata rawan terhadap riba atau
tidak sesuai syariah, akad yang ditetapkan ternyata rawan terhadap riba
80
atau tidak sesuai syariah, maka DSN harus cepat tanggap dan mencari
solusi yang tepat agar masyarakat awam tidak beranggapan bahwa bank
syariah sama dengan bank konvensional dan hanya beda namanya saja. Dan juga
penerapan media sosial juga sangat dibutuhkan karena di era milenial sekarang
orang-orang mencari informasi mengenai Bank melalui media sosial.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung :Al-HAMBRA
Ayu Fauziah, “Pelaksanaan Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BRI
Syariah KC Bandung Citrarum ditinjau dari Hukum Ekonomi Syariah”,
Skripsi : Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Fakultas
Syariah dan Hukum, 2018.
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Rajawali Pers, 2015.
Kotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah (Jakarta :Rajawali
Pers, 2016)
Mahmud Yunus Daulay M.A dan Nadrah Naimi S.Ag., Studi Islam II, Medan :
RATU JAYA, Cet I, 2012.
81
82
Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
B. Jurnal
Achmad Hizazi, Susfayeti dan Sri Rahayu, “Analisis Penerapan Akuntansi
Syariah Di BMT Al- Ishlah Kota Jambi,” Jurnal Universitas Jambi, Vol. 12,
No. 2, Juli- Desember 2010.
83
CURRICULUM VITAE
Informasi Diri
Azharudin dilahirkan di Sungai Petai, 02 Agustus
1996.Putra dari Asnawi dan Rosdiyanti.Alamat Azharudin
di Jalan Padang Lamo KM.23 Desa Sungai Petai
Kecamatan Tebo Ulu Kabupaten Tebo Provinsi Jambi.
Riwayat Pendidikan
Ijazah Madrasah Aliyah (MA) dari Pondok Pesantren Ainul Yaqin pada 2016,
Ijazah Madrasah Tsanawiyah (MTS) dari Pondok Pesantren Ainul Yaqin pada
2013 dan memperoleh ijazahSekolah Dasar (SD) dari SD Negeri 97 Sungai
Petaipada 2010.
85
LAMPIRAN
Lampiran I
Pertanyaan Wawancara
1. Apakah prosedur pelaksanaan akad murabahah sudah sesuai dengan syariah?
Jika sudah bagaimana prosedur pelaksaannya dan jika belum kenapa belum
sesuai!
2. Bagaimana prosedur pelaksanaan dari akad murabahah pada produk
pembiayaan KUR?
3. Bagaimana mekanisme calon nasabah dalam mengajukan pembiayaan kredit
Usaha Rakyat (KUR)?
4. Apa saja syarat pengajuan KUR?
5. Bagaimana prosedur perhitungan bagi hasil pada produk KUR Dan berapa
persen untuk nasabah serta berapa persenun untuk perbankan?
6. Apa saja sektor yang Terdapat dalam produk pembiayaan KUR Di BSI KCP
sarolangun?
7. Berapa Rata-Rata Pencapaian Target Nasabah dalam produk pembiayaan
KUR dari berbagai sektor?
8. Apakah sektor perdagangan mencapai Target?
9. Apa kendala Yang Dialami dari tidak tercapainya Target Nasabah?
10. Dari Persoalan apa solusi Bank Rakyat Indonesia Syariah untuk
menanggulangi itu?
Jawaban Wawancara
1. Sejauh ini kami melaksanakan Pembiayaan dengan Akad Murabahah sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan yaitu sesuai dengan prosedur Islam
2. Yaitu tahapan pembiayaan yang telah disetujui oleh bank yang meliputi akad
(dengan penanda tanganan berkas), SP3 (Surat pemberitahuan persetujuan
pembiayaan), nasabah menyerahkan biaya-biaya, dan setelah selesai nasabah
menunggu pencairan
3. Pertama-tama Nasabah datang ke Bank untuk membuat permohonan,
kemudian nasabah diminta untuk mengisi aplikasi pembiayaan, setelah itu
86
nasabah diminta untuk menyiapkan dokumen seperti KTP, KK, Buku Nikah,
Foto Copy NPWP (diatas Rp 50.000.000) surat keterangan, jika nasabah
belum menikah, umur nasabah minimal diatas 21 tahun disertai surat
keterangan dari daerah setempat, setelah semua terpenuhi nasabah diminta
untuk melakukan slip OJK, kemudian permohonan nasabah akan diproses,
nasabah hanya diminta untuk menunggu panggilan dari bank.
Nasabah dapat mengajukan permohonan pembiayaan, mengisiformulir
dan menyerahkan syarat-syarat tersebut ke Bank BSI Sarolangun. Lalu pihak
bank akan memverifikasi kelengkapanberkas syarat-syarat pembiayaan KUR
Mikro Syariah tersebut.Pertama yang dilakukan oleh marketing adalah cek
DHN dan Dukcapil ke CS. Dipastikan KTP harus sudah terdaftar di Dukcapil
kemudian CS melakukan cek DHN melalui BI Checking, yang kemudian akan
dilaporkan marketing ke kantor cabang.Setelah dipertimbangkan dan dinilai
berkas tersebut telah lengkap dan memenuhi syarat maka pihak bank akan
memproses pembiayaan calon nasabah tersebut dengan mensurvei ke lapangan
(On TheSpot) atau melihat langsung ke tempatusaha nasabah yang akan
dibiayai. Dalam mempertimbangkan syarat-syarat tersebut, pihakbank
melakukan analisis 5C terhadap nasabah yaitu: Character,Capacity, Capital,
Collateral, Condition Of Economy. Selanjutnya pelaksanaan akad murabahah.
Pada tahap ini nasabah akan bertemu dengan perwakilan pihak bank untuk
melakukan akad yang jugaakan disaksikan oleh notaries. Realisasi
pembiayaan. Pencairan pembiayaan akan dimasukkan ke rekening nasabah
dan nasabah wajib mengambil nominal pembiayaan tersebut. Sebelum
dilakukan pencairan nasabah harus memberikan RAB (Rencana Anggaran
Biaya) dan setelah pencairan nasabah wajib memberikan kwitansi pembelian
barang
4. Sektor-sektor yang terdapat dalam pembiayaan di Bank BSI KCP Sarolangun
yaitu terdiri dari sektor Produksi yang meliputi perdagangan, perternakan,
perikanan, industri makanan. Selain itu, terdapat juga di sektor perdagangan
yang terdiri dari pedagang sembako, dan pedagang kaki lima
87
5. KUR tidak berbentuk bagi hasil karena KUR itu sendiri menggunakan akad
jual beli
6. Pencapaian rata-rata lebih dari 10% dari target yang ditetapkan yang berasal
dari sektor produksi. Sedangkan sektor perdagangan belum mencapai target
7. Dari sektor perdagangan kurang mencapai target karena disebabkan
masyarakat lebih banyak menggunakan bank konvensional
8. Karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bantuan KUR di sektor
perdagangan di Bank BSI sehingga mereka banyak menggunakan bank
konvensional
9. Kendala dalam pencapaian target nasabah seperti sudah punya pinjaman di
bank lain, katakanlah ada nasabah pengajuan terus di BI Checking -nya itu ada
pinjaman status modal kerja itu ga bisa diproses. Kalau secara garis besarnya
ga ada soalnya ini kan pemasarannya tergolong mudah soalnya marginnya
murah.
10. Solusi yang kami lakukan untuk sekarang salah satunya memperluas jaringan
karena memang banyak masyarakat yang masih menggunakan KUR dari Bank
Konvesnional karena mereka memang belum tau, jadi sebisamungkin kita
sosialisasikan kepada masyarakat agar mereka mengetahui bahwa Bank BSI
Syariah juga menyediakan pembiayaan KUR. Selain itu kita juga berencana
untuk melakukan pengembangan pada produk agar tidak kalah dengan produk
pembiayaan KUR yang ada pada bank konvensional.
88
Lampiran II
Sarolangun
91