2D - Fitri Nur Aini - Presentasi 5
2D - Fitri Nur Aini - Presentasi 5
POHON
Teori Graf - Pohon
Fitri Nur Aini (18301241035)
Dalam materi sebelumnya, kita telah mempelajari tentang graf terhubung tanpa sikel, seperti
model graf untuk senyawa kimia, administrasi suatu organisasi, dan silsilah keluarga. Graf semacam ini
dikenal sebagai pohon. Dalam bab ini, kita akan mempelajari konsep pohon secara umum, dengan
penekanan khusus pada pohon yang membentang di dalam sebuah graf terhubung, dan pada teorema
Cayley yang terkenal mengenai enumerasi pohon-pohon berlabel.
Sifat-Sifat Pohon
DEFINISI
Pohon merupakan salah satu bentuk khusus dari suatu graf. Misalkan 𝐴 merupakan sebuah
himpunan berhingga simpul pada suatu graf 𝐺 yang terhubung. Suatu graf terhubung yang setiap pasangan
simpulnya hanya dapat dihubungkan oleh suatu lintasan tertentu, maka graf tersebut dinamakan pohon.
Dengan kata lain, pohon merupakan sebuah graf tak berarah terhubung yang tidak memuat siklus. Pohon
merupakan graf sederhana. Perhatikan pohon pada gambar di bawah ini.
Pohon
Pohon merupakan jenis graf non-trivial yang paling sederhana. Pohon mempunyai beberapa sifat
yang “indah”. Beberapa sifat pohon lainnya akan diuraikan dalam teorema berikut ini.
TEOREMA 3.1 Bila 𝑇 adalah sebuah graf dengan 𝑛 simpul. Maka, pernyataan-pernyataan
berikut semuanya setara:
i. 𝑇 adalah sebuah pohon
ii. 𝑇 tidak memuat siklus, dan memiliki 𝑛 − 1 rusuk
iii. 𝑇 terhubung dan memiliki 𝑛 − 1 rusuk
iv. 𝑇 terhubung, dan setiap rusuknya adalah sebuah jembatan
v. Setiap dua simpul dalam 𝑇 dihubungkan oleh persis satu buah lintasan
vi. 𝑇 tidak memuat siklus, namun penambahan setiap rusuk baru akan membentuk persis satu
buah siklus.
Pembuktian
Jika 𝑛 = 1, maka seluruh keenam butir teorema di atas akan menjadi tak bermakna (trivial); oleh
sebab itu, kita mengambil asumsi bahwa 𝑛 ≥ 2
(i) ⟹ (ii). Karena 𝑇 tidak memuat siklus, menghilangkan sembarang rusuknya pastilah akan
memutuskan 𝑇 menjadi dua graf yang terpisah, yang masing-masingnya adalah sebuah pohon.
Dengan demikian, melalui induksi, jumlah rusuk di dalam masing-masing dari kedua pohon ini sama
Hasil dari teorema di atas dapat dikatakan sebagai definisi lain dari pohon.
Perhatikan bahwa, berdasarkan lemma jabat-tangan, jumlah derajat dari seluruh 𝑛 smpul pada
sebuah pohon sama dengan dua kali jumlah rusuknya [dalam pohon itu] (= 2𝑛 − 2). Dengan demikian,
Jika 𝑛 ≥ 2, setiap pohon dengan n simpul akan memiliki sedikitnya dua simpul ujung.
Dari beberapa contoh graf di bawah ini, manakah yang merupakan pohon dan mana
yang bukan merupakan pohon?
Pembahasan :
Graf 𝐺1 dan 𝐺2 merupakan pohon, sedangkan 𝐺3 dan 𝐺4 bukan pohon
Selanjutnya, kita akan membuktikan sebuah teorema sederhana mengenai pohon terentang.
Dalam teorema ini, komplemen dari pohon terentang 𝑇 pada graf terhubung, 𝐺, merupakan sebuah graf
yang dihasilkan dari 𝐺 dengan cara menghapus semua rusuk dalam 𝑇.
TEOREMA 3.2 Jika 𝑇 adalah sembarang pohon pada sebuah graf terhubung G, maka
(i) setiap himpunan potong dalam 𝐺 memiliki sebuah rusuk bersama dengan 𝑇;
(ii) setiap siklus dalam 𝐺 memiliki sebuah rusuk bersama dengan komplemen 𝑇.
Pembuktian
(i) Misalkan 𝐶 ∗ adalah sebuah himpunan potong dalam 𝐺, yang bilamana dihapus akan membelah sebuah
komponen 𝐺 menjadi dua subgraf 𝐻 dan 𝐾. Karena 𝑇 adalah sebuah pohon terentang, 𝑇 harus
memuat sebuah rusuk yang menyambungkan sebuah simpul dalam 𝐻 ke sebuah simpul dalam 𝐾, dan
inilah rusuk yang kita cari.
(ii) Misalkan 𝐶 adalah sebuah siklus dalam 𝐺, yang tidak memiliki rusuk bersama dengan komplemen 𝑇.
maka 𝐶 harus berada di dalam 𝑇, yang merupakan sebuah kontradiksi.
Dalam hal ini, erat kaitannya dengan konsep pohon terentang 𝑇 dalam sebuah graf terhubung 𝐺.
Kita tahu pula adanya himpunan dasar siklus yang terkait dengan 𝑇. Himpunan dasar berikut dibentuk
dengan cara apabila kita menambahkan sembarang rusuk dalam 𝐺 yang belum berada di 𝑇 ke dalam 𝑇,
maka berdasarkan teorema 3.1 bagian (vi) kita akan mendapatkan sebuah siklus yang unik. Himpunan
semua siklus yang dibentuk dengan car aini disebut himpunan dasar dari siklus yang berkaitan dengan 𝑻.
Jumlah siklus dalam sembarang himpunan dasar harus sama dengan rank siklus dari 𝐺. Gambar 3.3
memperlihatkan himpunan dasar siklus dari graf yang diperlihatkan dalam gambar 3.2.
Pembahasan :
Misalkan kita mempunyai graf 𝐺 seperti pada di bawah ini. Terdapat 3 pohon rentang
dari graf 𝐺, yaitu graf 𝐴, 𝐵, dan 𝐶. Tampak jelas bahwa graf 𝐴, 𝐵, dan 𝐶 masing-masing
memuat semua simpul dari graph 𝐺 serta mengandung sisi-sisi dari 𝐺 demikian
sehingga tidak terbentuk sikel.
Disini kita akan menentukan rank siklus, rank himpunan potong, beserta himpunan
dasar dari himpunan potong pada gambar 3.2
Diagram kimia di atas dapat digambar Kembali sebagai graf yang diilustrasikan pada
gambar di bawah ini.
Selanjutnya bagaimana jika muncul pertanyaan berapa banyak molekul yang berbeda
yang mempunyai rumus kimia ini? Yang pertama adalah kita memperhatikan bahwa graf
sembarang molekul dengan rumus kimia 𝐶𝑛 𝐻2𝑛+2 merupakan sebuah pohon menurut
teorema 3.1 bagian (iii) karena graf tersebut terhubung dan mempunyai
1
𝑛 + (2𝑛 + 2) = 3𝑛 + 2 simpul dan {4𝑛 + (2𝑛 + 2)} = 3𝑛 + 1 rusuk
2
Demikian juga cara untuk memberi label pada gambar 3.10 adalah 4, karena simpul
pusatnya dapat diberi label dengan empat cara yang berbeda dan masing-masingnya
menentukanlabel apa yang diberikan pada tiap-tiap simpul.
Jumlah total pohon berlabel non-isomorfis dengan empat simpul adalah 12 + 4 = 16.
Kita sekarang akan membuktikan teorema Cayley, yang memperluas hasil di atas secara
umum bagi pohon berlabel dengan 𝑛 simpul.
Hitung dan tentukanlah banyaknya graf berlabel yang tidak isomorfik untuk graf
dengan tiga titik simpul!
Pembahasan :
TEOREMA 3.3 (Cayley, 1889) Terdapat 𝑛 𝑛−2 pohon berlabel yang berbeda dengan 𝑛 simpul.
BUKTI PERTAMA
Kita menetapkan sebuah hubungan korespondensi satu-satu di antara himpunan
pohon berlabel yang memiliki n simpul, dengan himpunan baris (𝑎, . . . , 𝑎𝑛−2 ), di mana tiap-
tiap 𝑎𝑖 adalah sebuah bilangan bulat yang memenuhi 1 ≤ 𝑎𝑖 ≤ 𝑛. Karena terdapat persis
sebanyak 𝑛 𝑛−2 baris semacam ini, kita mendapatkan bukti yang diinginkan. Kita
mengasumsikan 𝑛 ≥ 3, karena hasil ini akan tak bermakna (trivial) bila 𝑛 = 1 atau 2.
Untuk menetapkan hubungan korespondensi satu-satu tersebut, kita pertama-tama
mengambil sebuah pohon berlabel berderajat 𝑛, 𝑇, dan menunjukkan bagaimana baris
tersebut dapat ditentukan. Jika 𝑏1 adalah label (bilangan) terkecil yang diberikan bagi sebuah
BUKTI KEDUA
Apabila 𝑇(𝑛, 𝑘) adalah jumlah pohon berlabel dengan 𝑛 simpul, di mana sebuah
simpul 𝑣 memiliki derajat 𝑘. Kita akan mencoba menurunkan sebuah persamaan untuk
𝑇(𝑛, 𝑘) dan pembuktian ini dapat diselesaikan dengan menjumlahkan 𝑇(𝑛, 𝑘) mulai dari 𝑘 =
1 hingga 𝑘 = 𝑛 − 1.
Apabila 𝐴 adalah pohon berlabel yang di dalamnya 𝑑𝑒𝑔(𝑣) = 𝑘 − 1. Penghapusan
setiap rusuk 𝑤𝑧 yang tidak bersinggungan dengan 𝑣 dari dalam 𝐴 akan
menghasilkan/menyisakan dua buah sub-pohon, yang satu memuat 𝑣 dan salah satu di antara
𝑤 atau 𝑧 (misalnya, 𝑤), sedangkan yang lainnya memuat 𝑧. Jika kita sekarang
menyambungkan simpul 𝑣 dan 𝑧, kita akan memperoleh sebuah pohon berlabel, 𝐵. yang di
dalamnya 𝑑𝑒𝑔(𝑣) = 𝑘 (lihat Gambar 3.12). Kita menyebut pasangan pohon berlabel (𝐴, 𝐵)
sebagai pertalian (linkage) bila 𝐵 dapat diperoleh dari 𝐴 dengan cara yang baru saja diuraikan.
Sasaran kita di sini adalah menghitung jumlah pertalian (𝐴, 𝐵) yang mungkin ada.
Karena 𝐴 dapat dipilih dengan 𝑇(𝑛, 𝑘 − 1) cara yang berbeda, dan karena 𝐵
didefinisikan secara unik oleh rusuk 𝑤𝑧 yang dapat dipilih dengan (𝑛 − 1) − (𝑘 − 1) = 𝑛 −
𝑘 cara yang berbeda. jumlah total pertalian (𝐴, 𝐵) adalah (𝑛 − 𝑘) ∗ 𝑇(𝑛, 𝑘 − 1).
Di sisi lain, bila 𝐵 adalah sebuah pohon berlabel yang di dalamnya 𝑑𝑒𝑔(𝑣) = 𝑘, dan
bila 𝑇1 , 𝑇2, . . . , 𝑇𝑘 adalah subpohon-subpohon yang diperoleh dari 𝐵 dengan cara menghapus
simpul 𝑣 dan setiap rusuk yang bersinggungan dengan 𝑣. Maka, kita memperoleh sebuah
pohon berlabel 𝐴 dengan 𝑑𝑒𝑔(𝑣) = 𝑘 − 1 dengan cara menghapus dari dalam 𝐵 salah satu
saja dari rusuk-rusuk itu [yang bersinggungan dengan 𝑣] (misalnya, 𝑣𝑤𝑖 , di mana 𝑤𝑖 berada
Karena 𝐵 dapat dipilih dengan 𝑇(𝑛, 𝑘) cara, dan jumlah cara untuk menyambungkan
𝑤𝑖 ke simpul-simpul di dalam sembarang subpohon lainnya, 𝑇𝑗 adalah sebanyak (𝑛 − 1) − 𝑛,
[cara), di mana 𝑛𝑖 adalah jumlah simpul di dalam 𝑇𝑖 maka jumlah total pertalian (𝐴, 𝐵) adalah
Hasil di atas dapat pula diinterpretasikan dalam konteks pohon terentang dari graf 𝐾𝑛 .
Amir Muntaha. Graf Pohon dan Implementasinya dalam Beberapa Persoalan. [PDF] tersedia
dalam laman https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2006-
2007/Makalah/Makalah0607-6.pdf diakses pada 13 Maret 2021.
Hasmawati. 2015. Bahan Ajar Teori Graf. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.