Anda di halaman 1dari 122

cv.

sastra utama
PERCETAKAN & PENERBIT
METODE
RISET
Jilid 2

Oleh :
Ni Nyoman Yuliarmi
A A I N Marhaeni

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2019
METODE
RISET
Jilid 2
Penulis : Ni Nyoman Yuliarmi & A A I N Marhaeni

ISBN : 978-623-92190-3-1

Di terbitkan oleh :
Percetakan dan Penerbit cv. sastra utama
Jl. Sulatri, Kesiman, Denpasar - Bali Telp. (0361) 232754
cv.sastrautama@gmail.com

Cetakan Pertama,

Hak Cipta dilindungi undang - undang :


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini,
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Syang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena Buku
Ajar Metodologi Penelitian ini dapat diselesaikan tepat waktu
sesuai harapan. Buku Ajar ini disusun untuk dapat digunakan
mahasiswa/peneliti khususnya di ilmu sosial sebagai sumber
bacaan di dalam mempelajari metode penelitian. Ada beberapa
topik bahasan yang dibahas dalam Buku Ajar ini antara lain
skala pengukuran dan instrument penelitian, data dan metode
pengumpulan data,tahapan pengolahan dan penyajian data,
metode analisis data, penulian laporan dan teknik presentasi.
Penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-
tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
Buku Ajar ini dapat diselesaikan. Secara khusus Penulis
menghaturkan terima kasih kepada pihak fakultas yang telah
memberikan bantuan pendanaan dalam mencetak buku ini.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada staf ruang baca yang telah memberikan
fasilitas pustaka untuk dipergunakan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada pihak lainnya yang telah berkontribusi dan
tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa
Buku Ajar ini masih sangat sederhana, maka dari itu pada
revisi selanjutkan akan dilengkapi contoh-contoh terkait teknik

i
analisis terutama teknik analisis statistik parametrik seperti
Regresi, Logistik, Analisis Varian, dan juga teknik multivariat
lainnya seperti Analisis Faktor, dan juga Path Analisis.
Semoga Buku Ajar yang masih sangat sederhana ini dapat
bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran terkait dengan
metode penelitian. Semoga Buku Ajar ini bermanfaat bagi
yang memerlukan.

Denpasar,
Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Uraian Halaman


Keadaan Tempat Tinggal Mahasiswa FEB Unud
3. 1
(100) responden 64
3.2 Pemilikan Pesawat TV Menurut Lebar Layar 65

3.3 Hasil penilaian Mahasiswa Berdasakan Semester


65
Terhadap Kebersihan lingkungan kampus
Keanggotaan Klub dan Tingkat Absensi
3.4
Berdasarkan Usia Kerja (%) 66

4.1 Penggunaan statistik parametrik dan non statistik


parametrik untuk menguji hipotesis 75
Penjualan Pedagang Kaki Lima dalam 1 Bulan
4.2
(Juta Rp) 78
4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 79
4.4 NPar TestsWilcoxon Signed Ranks Test 81
4.5 Mann-Whitney Test 84
Harga Kritis D Test Satu Sampel Kolmogorov-
5.1
Sminarnov 112
5. 2 Kuantil Tanda Beranking Wilcoxon 113
5.3 Kuantil Mann-Whitney (α = 0,025) atau T w0,025 114

iv
BAB I
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN
PENELITIAN

Seorang peneliti membutuhkan skala pengukuran yang


tepat untuk mengukur variabel yang digunakan. Pengukuran
yang dilakukan berfungsi untuk menggambarkan gejala sosial
dan psikologis, mengubah data sehingga dapat dikontrol
melalui manipulasi statistik, dan memungkinkan peneliti
membedakan antara obyek yang diteliti. Bila obyek peneliti
adalah barang atau benda mati, maka dapat dibedakan antara
benda satu dengan benda lainnya, karena alat yang dipakai
mengukur berbeda. Pengukuran mempunyai fungsi klasifikasi
artinya dapat mengklasifikasikan benda kelompok tertentu
sehingga akan dapat memilah variabel. Maka dari itu
pengukuran dari suatu variabel sangat penting dilakukan untuk
menjelaskan secara pasti instrumen yang digunakan untuk
menjelaskan variabel tersebut sehingga menjadi terukur.
Pengertian pengukuran menurut beberapa penulis yang
dikemukakan oleh Sedarmayanti dan Syarifudin (2011)
adalah: a) Pemberian angka terhadap sejumlah obyek,
peristiwa, atau orang berdasarkan aturan tertentu (Steven:
1951), b) Korelasi sejumlah satuan yang bukan angka (Cohen
dan Nagel: 1934), c) Merujuk pada sejumlah prosedur yang
1
memungkinkan dilakukan observasi empiris untuk
menunjukkan gejala simbolik dan mengkonseptualisasikan apa
yang akan dijelaskan (Renso:1966), d) Pemberian angka secara
nominal terhadap perangkat sosial dan perangkat psikologis
individu/kelompok yang sesuai dengan aturan menetapkan
korelasi diantara keduanya secara simbolik (Champion: 1992).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti
terhadap peristiwa-peristiwa empiris yang diteliti ditak terlepas
dari pengukuran berdasarkan atas atura-aturan tertentu.
Pengukuran adalah proses yang dilakukan mengikuti langkah-
langkah mulai dari memilih peristiwa empiris yang dapat
diamati yang selanjutnya memberi makna dari angka-angka
atau simbul yang mewakili aspek-aspek peristiwa-peristiwa
tersebut, dan menerapkan aturan pemetaan untuk
menghubungkan pengamatan kepada simbol (Cooper, Donald
R dan C. William Emory, 1996). Konsep-konsep yang dipakai
dalam penelitian dapat dikelompokkan sebagai obyek atau ciri-
ciri. Obyek mencakup hal-hal yang biasa dan dapat diamati
seperti bangku, meja, buku, kursi dan sebagainya. Obyek juga
mencakup hal-hal yang tidak kongkrit seperti perilaku, sikap,
persepsi dan sebagainya. Sifat merupakan ciri-ciri obyek,
namun jika ingin melihat ciri-ciri secara fisik seseorang dapat
ditunjukkan misalnya tentang berat badan, tinggi badan,

2
perawakan dan sebagainya. Sedangkan cici-ciri psikologis
dapat ditunjukkan melalui sikap dan inteligensia. Ciri-ciri
sosial mencakup kemampuan kepemimpinan, afiliasi
kelompok, status di masyarakat, dan lain-lain. Ciri –ciri
tersebut dan mungkin masih banyak ciri-ciri lain dari seseorang
dapat diukur dalam suatu penelitian.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur
variabel yang diteliti. Instrumen penelitian diperlukan baik
dalam penelitian kuantitatif maupun dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, instrumen akan digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam
penelitian kualitatif peneliti yang lebih banyak menjadi
instrumen. Jumlah instrumen yang digunakn dalam suatu
penelitian tergantung dari jumlah variabel yang digunakan.
Walaupun instrumen penelitian sudah banyak yang dibakukan
namun masih banyak juga yang harus dibuat oleh si peneliti
oleh karena kebutuhan dari penelitian yang dilakukan
menghendaki hal tersebut. Bila instrumen suatu penelitian
dibuat oleh si peneliti maka harus teruji validitas dan
reliabilitasnya. Walaupun instrumen yang dilakukan oleh orang
lain sudah teruji valid dan reliabel, juka instrumen yang sama
digunakan oleh peneliti lain, pengujian validitas dan reliabilitas
tersebut tetap dilakukan. Setiap instrumen yang digunakan
dalam suatu penelitian mempunyai skala tertentu.
3
1.1 Macam-Macam Skala Pengukuran
Jika seorang peneliti akan meneliti sebuah fenomena,
maka peneliti tersebut harus menentukan cara pengukuran dari
fenomena yang hendak ditelitinya. Cara pengukuran variabel
yang digunakan oleh peneliti akan menentukan alat analisis
(teknik statistik) yang digunakan dalam penelitiannya. Dalam
suatu pengukuran akan dibentuk suatu skala dan kemudian
ditransfer pengamatan terhadap ciri-ciri kepada skala tersebut.
Ada berbagai kemungkinan skala, dimana pilihan yang sesuai
tergantung pada amatan mengenai aturan pemetaan,
pengelompokan skala memakai sistem bilangan nyata. Dasar
paling umum yang digunakan untuk membuat skala
mempunyai tiga ciri (Cooper, Donald R dan C. William
Emory, 1996), yaitu: 1) bilangan berurutan, satu bilangan
adalah lebih besar dari pada, lebih kecil dari pada atau sama
dengan bilangan yang lain; 2) selisih antara bilangan-bilangan
adalah berurutan; dan 3) deret bilangan mempunyai asal mula
yang unik yang ditandai dengan bilangan nol.
Ada berbagai macam skala pengukuran (tipe dasar
dari skala pengukuran) yang dapat digunakan oleh peneliti
dalam penelitiannya. Objek yang secara phisik dapat diukur
dengan beberapa alat ukur tertentu tidak akan ada masalah.
Contoh: panjang dan lebar dari sebuah meja kantor dapat
dengan gampang diukur dengan sebuah alat ukur misalnya:
4
penggaris Sebelumnya sudah diketahui bagaimana
mengoperasionalisasikan konsep, selanjutnya konsep tersebut
perlu diukur dalam beberapa cara yang dikenal dengan nama
skala pengukuran. Kombinasi ciri-ciri urutan, jarak, dan asal
mula menghasilkan pengelompokan skala ukuran yang umum
dipakai. Ada empat tipe dasar skala pengukuran yaitu : 1) skala
nominal; 2) skala ordinal, 3) skala interval; 4) skala rasio.
Tingkat kecanggihan dari skala akan semakin tinggi jika
bergerak dari nominal ke skala rasio. Informasi dari variabel
dapat diperoleh dengan tingkat/derajat yang lebih tinggi, jika
digunakan skala interval atau rasio, dibandingkan dengan
skala-skala lainnya. Dengan skala yang derajat kecanggihannya
lebih tinggi, maka analisis data yang lebih canggih dapat
digunakan

1) Skala Nominal.
Skala nominal merupakan sebuah skala dimana peneliti
memberikan tanda untuk katagori atau kelompok tertentu.
Skala nominal ini dikatakan sebagai skala yang paling lemah
dibandingkan dengan skala lain. Bilamana menggunakan skala
nominal maka akan dibuat suatu partisi dalam suatu himpunan
dalam kelompok-kelompok yang harus mewakili kejadian yang
berbeda dan dapat menjelaskan semua kejadian yang terjadi
dalam kelompok tersebut. Mengelompokkan mahasiswa dalam
suatu kegiatan tertentu ke dalam suatu kelompok misalnya,
5
maka seorang mahasiswa hanya bisa dimasukkan ke dalam satu
kelompok saja. Demikian juga bila menggunakan bilangan-
bilangan untuk menyatakan kelompok–kelompok maka
bilangan–bilangan tersebut hanya merupakan label dan tidak
mempunyai nilai kuantitatif.
Pada skala nominal tidak ada hubungan jarak, dan
tidak ada asal mula hitungan. Skala ini mengabaikan segala
informasi mengenai berbagai tingkatan dari ciri-ciri yang
diukurnya. Meskipun skala nominal dianggap lemah , namun
skala ini berguna dan banyak digunakan dalam penelitian.
Skala ini secara luas digunakan dalam penelitian survei
maupun dalam penelitian ex post facto, bilamana data
digolongkan menurut sub-sub kelompok utama dari populasi.
Pengelompokan lain yang dimaksudkan seperti contoh: jenis
kelamin/gender, responden dapat dikelompokkan ke dalam 2
kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Kedua kelompok ini
dapat ditandai dengan kode angka 1 dan 2. Angka ini adalah
hanya sebagai label katagori/kelompok dengan tanpa nilai
intrinsik. Tanda tersebut tidak over lapping dan bersifat
katagori yang mutually exclusive, dan juga bersifat collectively
exhaustive, dengan kata lain tidak ada katagori yang ketiga.
Contoh lain adalah status perkawinan responden, afiliasi
politik, jenis pekerjaan, agama yang dipeluk, dan sebagainya.
Berbagai uji nyata statistik bisa dipakai untuk skala nominal,
uji statistik yang paling umum digunakan adalah uji kai kuadrat
(Chi Squre).
6
2) Skala Ordinal.
Skala ordinal ini tidak hanya membedakan variabel
menurut katagori, tetapi juga ada ranking di antara katagori
tersebut. Skala ordinal ini meliputi ciri-ciri skala nominal
ditambah suatu urutan. Untuk variabel-variabel yang berkaitan
dengan preferensi dapat diranking dari paling baik sampai
paling buruk, dari pertama sampai terakhir. Skala ordinal
menyediakan informasi tentang bagaimana responden
membedakannya berdasarkan ranking. Namun, demikian skala
ordinal ini tidak memberikan indikasi berapa besar perbedaan
di antara ranking tersebut.
Pemakaian skala ordinal mengungkapkan suatu
pernyataan mengenai lebih besar dari pada atau kurang dari
pada atau menyatakan suatu kesamaan, tanpa menunjukkan
berapa lebih besarnya atau berapa kurangnya. Contoh: tingkat
kebersihan seperti: sangat bersih, bersih, tidak bersih; tingkat
kesuksesan seperti tidak sukses, cukup sukses, sukses, sangat
sukses; tingkat kepuasan: tidak puas, cukup puas, puas, sangat
puas. Contoh mengenai skala ordinal mencakup skala pendapat
dan skala preferensi, skala untuk kelas ekonomi yaitu kelas
ekonomi atas, menengah, dan bawah. Teknik perbandingan
berpasangan yang dipakai secara luas memakai skala ordinal,
karena angka-angka dari skala ini hanya mempunyai
pengertian secara urutan. Uji nyata secara statistik untuk skala
ordinal secara teknis dimasukkan kepada metode-metode yang
disebut dengan statistik non – parametrik.
7
3) Skala Interval.
Skala interval dapat menggunakan operasi matematik
tertentu pada data yang dikumpulkan dari responden. Pada
skala interval ini memiliki ukuran jarak antar dua poin skala.
Pada skala ini dapat dihitung rata-rata dan standar deviasi dari
jawaban-jawaban/variabel yang diteliti. Dengan kata lain skala
interval tidak hanya mengelompokkan menurut katagori
tertentu, ada ranking, tetapi juga mengukur besarnya perbedaan
antar katagori. Contoh: data ordinal yang diberi skor dengan
jarak yang sama (sangat tidak setuju, tidak setuju, cukup setuju,
setuju, sangat setuju).
Skala interval memiliki ciri-ciri skala nominal dan
ordinal, dan ditambah satu lagi yaitu skala ini mencakup
konsep kesamaan interval (jarak antara 1 dan 2 sama dengan
jarak antara 3 dan 4). Misalnya selisih antara pukul 3 dan 6
pagi sama dengan selisih antara pukul 4 dan 7 pagi, tetapi tidak
dapat dikatakan bahwa pukul 6 pagi adalah dua kali lebih siang
dibandingkan dengan pukul 3 pagi karena waktu nol
merupakan asal mula yang ditetapkan secara sembarang.
Contoh lain yang merupakan skala interval adalah skala suhu
celcius dan Fahrenheit. Keduanya mempunyai titik nol yang
ditetapkan secara arbitrer. Suhu/temperatur 98,6 º c - 99,6 º c
sama intervalnya dengan 104 º c - 105 º c. Prosedur-prosedur
statistik yang dapat dipakai adalah korelasi product moment,
uji t., uji F dan lain-lain uji parametrik.
8
4) Skala Rasio.
Skala ini memiliki semua sifat yang telah disebutkan,
yaitu ada perbedaan, ranking, ada jarak dan memiliki nilai 0
mutlak. Skala ini memiliki kekuatan paling tinggi di antara
skala yang ada, karena memiliki nilai 0 mutlak. Contoh:
seseorang yang beratnya 60 kg adalah 2 kali lipat dari mereka
yang beratnya 30 kg. Rata-rata aritmatik maupun rata-rata
geometrik dan pengukuran dispersi dapat digunakan seperti
standar deviasi, variasi, atau koefisien variasi, pada skala rasio
ini. Contoh lain yang termasuk skala rasio adalah pendapatan,
pengeluaran, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, jumlah
laba, jumlah hutang, nilai aktiva (Rp) dan sebagainya.
Skala rasio ini banyak digunakan dalam nerbagai bidang
oleh peneliti dalam penelitian bisnis maupun penelitian sosial.
Misalnya nilai uang, jarak, jumlah waktu dalam arti periode
waktu, jumlah anak yang dilahirkan, jumlah anak masih hidup,
tingkat fertilitas, tingkat mortalitas, tingkat kematian, umur,
tingkat pengangguran, tingkat perceraian, penghasilan
keluarga, tahun pendidikan dan sebainya. Semua teknik
statistik yang telah disebut sebelumnya dapat dipakai pada
skala rasio.
Data yang diperoleh dengan menggunakan pengukuran
skala seperti yang telah disebutkan itu sesuai dengan namanya

9
adalah data nominal, data ordinal, data interval, dan data rasio.
Dari keempat jenis skala tersebut skala ordinal/interval yang
paling banyak digunakan untuk meneliti fenomena atau gejala
sosial. Para ahli sosial membedakan dua tipe skala menurut
fenomena sosial yang diukur yaitu: 1) skala pengukuran untuk
mengukur perilaku sosial dan kepribadian, 2) skala
pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan
lingkungan sosial. Yang termasuk tipe pertama adalah skala
sikap, skala moral, tes karakter, skala partisipasi sosial. Yang
termasuk tipe kedua adalah skala untuk mengukur status sosial
ekonomi. lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dan kondisi
kerumahtanggaan.

Jenis-jenis Skala sikap


1) Dichotomous scale
Skala ini sering juga dikenal dengan skala guttman,
merupakan skala pengukuran yang ingin mendapatkan jawaban
tegas, misalnya jawaban ya, tidak; benar, salah; pernah, tidak
pernah; positif, negatif dan sebagainya. Skala ini termasuk tipe
skala nominal.
Contoh :
(1) Bagaimana pendapat saudara, apabila orang itu menjabat
direktur perusahaan ini? a) Setuju b) Tidak setuju

10
(2) Apakah pimpinan saudara pernah melakukan pemeriksaan
di ruang kerja anda?
a) Pernah b) Tidak pernah

2) Category scale
Skala ini membagi responden ke dalam beberapa
katagori (lebih dari 2 katagori). Skala ini termasuk tipe skala
nominal. Misalnya pertanyaan tentang agama, tempat tinggal,
jenis pekerjaan, lapangan pekerjaan, dan sebagainya.

3) Likert scale
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dalam skala ini variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, dan indikator
variabel ini akan dijadikan titik tolak dalam menyusun butir-
butir instrumen penelitian yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan. Skala ini tergolong ke dalam tipe skala
ordinal/interval. Jawaban pada setiap butir pertanyaan dalam
skala ini dapat berupa kata-kata seperti : 1 sangat setuju, 2
setuju, 3 cukup setuju, 4tidak setuju, 5 sangat tidak setuju;
kata-kata lain misalnya: 1 selalu, 2 sering, 3 kadang-
kadang, 4 hampir tidak pernah, 5 tidak pernah; atau kata-kata:

11
1 sangat baik, 2 baik, 3 cukup baik, 4 tidak baik, 5 sangat tidak
baik.

4) Semantic Defferensial
Semantic Defferensial merupakan skala yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap, hanya saja bentuknya tidak
merupakan pilihan ganda maupun checklist, akan tetapi disusun
dalam bentuk satu garis kontinum dengan jawaban sangat
positif terletak di bagian kanan garis dan jawaban yang sangat
negatif terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang
diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini
digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang
dimiliki oleh seseorang. Di samping itu skala ini dapat
digunakan untuk melihat bagaimana pandangan seseorang
terhadap suatu konsep/obyek apakah sama atau berbeda.
Jawaban yang diberikan oleh responden dengan
menggunakan skala ini berada pada rentang jawaban yang
positif sampai dengan negatif. Responden dapat memberikan
jawaban disesuaikan dengan persepsi terhadap fenomena yang
dinilai. Jika angka 1 sampai dengan 5 menunjukkan nilai
negatif sampai dengan sangat positif dan responden memilih
angka 5 sebagai persepsi mereka, ini berarti bahwa persepsi
responden terhadap apa yang ditanyakan sangat positif,

12
sedangkan bila memberi jawaban pada angka 3, berarti cukup
positif, dan bila memberi jawaban pada angka 1 maka persepsi
responden terhadap apa yang ditanyakan sangat negatif.

1.2 Desain Instrumen


Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur yang
digunakan oleh peneliti untuk mengukur fenomena alam
ataupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam sudah teruji validitas dan
reliabilitasnya. Misalnya untuk mengukur suhu digunakan
thermometer, untuk mengukur variabel panjang digunakan alat
ukur meteran, untuk mengukur variable berat badan digunakan
alat ukur timbangan, dan sebagainya. Namun, tidak demikian
halnya juka meneliti fenomena sosial, instrumen yang
digunakan tidaklah sebaku instrumen di ilmu alam/fisika. Oleh
karena itu peneliti di ilmu sosial harus membuat sendiri
instrumen penelitiannya. Meskipun di tempat lain sudah
tersedia instrumen untuk mengukur suatu fenomena sosial
tertentu, tetapi di tempat yang lainnya belum tentu instrumen
tersebut dapat digunakan secara langsung. Umumnya
fenomena sosial antara satu tempat dengan tempat yang lainnya
berbeda.

13
Peneliti pada saat melakukan penelitian tentu
menggunakan instrumen sebagai tolok ukur untuk mengukur
variabel-variabel penelitian. Dari variabel-variabel yang akan
diteliti dibuatlah definisi operasional. Definisi operasional
tersebut menjadi dasar dalam membuat instrumen penelitian.
Instrumen penelitian dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan
atau pernyataan. Instrumen juga dapat dibedakan menjadi
instrumen tes dan non tes.
Contoh instrumen penelitian dalam bentuk pertanyaan:
bagaimana kondisi kebersihan lingkungan kerja anda ?
jawaban pilihan: a. Sangat bersih, b. Bersih, c. Cukup bersih, d.
Kurang bersih, e. Tidak bersih. Contoh instrumen dalam
bentuk pernyataan: kondisi ruangan kerja saya adalah bersih,
jawaban pilihan: a. Sangat setuju, b. Setuju, c. Cukup setuju,
d.Tidak setuju, e. Sangat tidak setuju.

Contoh Hubungan Variabel, Definisi Operasional, Instrumen,


dan Skala Pengukuran:
1) Variabel /faktor: kinerja sumber daya manusia
2) Indikator variabel/variabel: 1) Kuantitas output yang
dihasilkan, 2) Kualitas output yang dihasilkan, 3)
Ketepatan waktu penyelesaian tugas

14
3) Definisi operasional variabel: 1) Jumlah unit output yang
mampu dihasilkan oleh karyawan dalam jangka waktu 1
bulan terakhir, 2) Tingkat kesesuaian kualitas output
dengan standar yang ditetapkan dalam waktu 1 bulan
terakhir, 3) Tingkat ketepatan waktu dalam penyelesaian
tugas yang dibebankan dalam waktu satu bulan terakhir
4) Instrumen penelitian
A. Berapa unit output yang anda hasilkan dalam 1
bulan terakhir? ...................Unit
B. 1) Kualitas output yang saya hasilkan dalam 1 bulan
terakhir sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan: 1. Sangat
setuju, 2. Setuju,
3. Cukup setuju, 4.Tidak setuju, 5. Sangat
tidak setuju.
1) Bagaimana penilaian anda tentang kualitas
output yang anda hasilkan dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan dalam 1
bulan terakhir ? 1. Sangat sesuai, 2. Sesuai, 3.
Cukup sesuai, 4. Tidak sesuai, 5. Sangat tidak
sesuai

15
C. 1. Pekerjaan yang dibebankan kepada saya dalam 1
bulan terakhir dapat saya selesaikan tepat waktu: 1.
Sangat setuju, 2. Setuju, 3. Cukup
setuju, 4. Tidak setuju, 5. Sangat tidak setuju
1. Bagaimana penilaian anda tentang ketepatan
waktu penyelesaian tugas yang dibebankan
kepada anda dalam 1 bulan terakhir ?1. Sangat
tepat, 2. Tepat, 3. Cukup tepat, 4. Tidak
tepat, 5. Sangat tidak tepat

1.3 Tipe skala yang digunakan:


1) Rasio
2) Ordinal/interval
3) Ordinal/interval
Berdasarkan atas instrumen yang dibuat tersebut,
misalnya instrumen C. 1 (Pekerjaan yang dibebankan kepada
saya dalam 1 bulan terakhir dapat saya selesaikan tepat
waktu), diberikan kepada 100 orang responden yang diambil
secara random yang menanyakan terkait dengan instrumen
tersebut. Sesuai dengan criteria jawaban responden, dari 100
orang yang mengisi kuesioner, setelah dilakukan perhitungan
ternyata, 30 orang menjawab sangat setuju, 40 orang menjawab
setuju, 5 orang menjawab cukup setuju, 15 orang menjawab

16
tidak setuju, dan 10 orang menjaab sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa 70 orang atau
70% responden menjawab setuju dan sangat setuju, sehingga
dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yang diteliti
setuju menyelesaikan pekerjaan yang diselesaikan tepat waktu.
Data tersebut juga dapat dianalisis berdasarkan atas
scoring setiap jawaban responden. Berdasarkan skor yang
telah ditetapkan maka:
Jumlah skor untuk 30 orang yang menjawab SS = 30 x 5 = 150
Jawaban skor untuk 40 orang yang menjawab S = 40 x 4 = 160
Jawaban skor untuk 5 orang yang menjawab CS = 5 x 3 = 15
Jawaban skor untuk 15 orang yang menjawab TS = 15 x 2 = 30
Jawaban skor untuk 10 orang yang menjawab STS =10x 1 = 10
Jumlah = 365
Jumlah skor ideal untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS)
yaitu skor tertinggi.dan jumlah skor terendah adalah 1 x 100 =
100 (STS). Jadi berdasarkan data itu maka tingkat persetujuan
terhadap ketepatan menyelesaikan pekerjaan = 365/500 x
100% = 73,0%. Jadi dapat dikatakan bahwa dari 100 responden
maka data 365 terletak pada daerah setuju.

17
Sumber-Sumber Perbedaan Pengukuran
Suatu penelitian yang ideal seharusnya dirancang
sedemikian rupa sehingga pengukuran variabel-variabel yang
digunakan adalah tepat dan tidak meragukan. Agar sasaran
ideal ini dapat dicapai maka harus diketahui sumber-sumber
kesalahan tersebut dan berusaha untuk menghilangkan,
menetralisir atau mengendalikan agar hasil yang diproleh tidak
menyimpang. Adapun sumber-sumber kesalahan yang
mengakibatkan perbedaan pengukuran tersebut terjadi
bersumber dari: responden, situasi, pengukuran dan alat
pengukur.
1) Responden sebagai sumber kesalahan
Responden sebagai sumber kesalahan dapat terjadi oleh
karena responden yang kurang mau mengungkapkan
jawaban yang relatif negatif, ataupun responden yang
kurang paham terhadap maksud dari pertanyaan yang akan
dijawab, akan tetapi tidak memgakui hal tersebut. Atau
dapat juga terjadi jika responden mungkin, atau dapat juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat sementara
seperti lelah, rasa bosan, khawatir atau hal-hal lain yang
menyebabkan mereka tidak menjawab dengan sepenuh
hati.

18
2) Faktor-faktor situasi.
Jawaban yang diberikan oleh responden kadang-kadang
dipengaruhi oleh kondisi yang memberikan beban pada
saat wawancara dilakukan. Misalnya jika ada orang lain
ikut hadir, maka orang tersebut bisa mengganggu
konsentrasi serta respon dari responden untuk menjawab
pertanyaan. Hal ini terjadi karena orang tersebut ikut
campur menjawab pertanyaan, mengalihkan perhatian
responden, atau mereka sekedar hadir untuk
mendengarkan.
Kesalahan juga dapat terjadi jika pewawancara
mengganggu respon dari responden dengan membahas
atau mengubah urutan pertanyaan-pertanyaan, mengubah
irama suara, tersenyum, menganggukkan kepala, dan
sebagainya yang dilakukan secara sadar ataupun tidak
sadar dapat menggganggu konsentrasi responden yang
dapat merubah respon mereka mengikuti irama atau gerak
fisik dari pewawancara. Dalam tahap analisis data,
kesalahan-kesalahan lain mungkin dibuat dengan
pemberian kode yang tidak tepat, tabulasi yang tidak hati-
hati dan penghitungan statistik yang salah.

19
3) Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang tidak tepat dapat juga
menjadi sumber kesalahan. Instrumen yang kurang jelas
dapat membingungkan responden. Pemakaian kata-kata
yang rumit sehingga tidak dapat dimengerti responden.
Pertanyaan-pertanyaan yang terlalu menggiring ke
jawaban-jawaban tertentu, pengertian-pengertian yang
meragukan , kekurangan-kekurangan teknis (tidak cukup
ruang yang tersedia untuk menulis jawaban, pilihan
jawaban yang tertinggal, dan hasil cetakan yang tidak
baik, merupakan bagian dari masalah-masalah ini (Cooper,
Donald R dan C. William Emory, 1996)

1.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Pada bagian ini dijelaskan terkait dengan validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian.
1) Validitas
Validitas instrumen menunjukkan seberapa nyata suatu
pengujian mengukur apa yang ingin diukur (Jogianto, 2004),
yang merujuk beberapa pendapat sebelumnya yaitu Ghiselli et
al, 1981, yang menyatakan bahwa seberapa jauh suatu tes atau
satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya
diukur. Aswar (2003), mengartikan validitas sebagai

20
sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya.
Bila seseorang ingin mengukur berat, maka dia akan
menggunakan alat ukur timbangan. Jika ingin mengur panjang
suatu benda maka alat ukur yang digunakan adalah meteran.
Peneliti harus yakin bahwa alat ukur yang digunakan dapat
mengukur fenomena yang ingin diteliti. Ada beberapa pendapat
yang menjelaskan jenis-jenis validitas instrumen sebagaimana
yang dikemukakan oleh Singarimbun, dan Sofian (1989: 124),
yang merujuk pendapat beberapa ahli yaitu Anastasi (1973 dan
Nunnally (1979). Validitas ada berbagai macam yaitu: 1)
validitas konstruk, 2) validitas isi, 3) validitas prediktif, 4)
validitas eksternal, 5) validitas rupa, dan 6) validitas budaya.
Jenis-jenis Validitas tersebut diuraikan sebagai berikut.

(1) Validitas konstruk (construct validity)


Peneliti dalam menentukan validitas konstruk harus
mencari apa saja kerangka dari konsep yang digunakan
tersebut. Konstruk merupakan suatu konsep, untuk mengetahui
konsep tersebut maka peneliti dapat menemukan dalam
beberapa sumber antara lain: mencari melalui survai literatur,
membuat definisi sendiri dengan berkonsultasi kepada ahlinya,
menanyakan kepada calon responden. Jika definisi-definisi

21
konsep yang dikemukakan para ahli yang ada pada literatur
dikemukakan secara jelas, maka peneliti dapat menggunakan
definisi tentang konsep tersebut. Apabila dalam literatur tidak
diperoleh definisi konsep yang ingin diukur, maka peneliti
harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Definisi yang
dikemukakan tersebut harus dalam bentuk yang operasional,
maka dari itu peneliti disarankan mendefinisikan konsep
tersebut dengan ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep yang
diukur, kemudian dicari kesamaannya. Atas dasar kesamaan
pendapat tersebut selanjutnya disusun kerangka konsep yang
dapat diwujudkan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan
yang akan dimasukkan ke dalam alat pengukur.
Definisi konsep yang akan diukur dapat juga ditanyakan
kepada calon responden, atau orang-orang yang memiliki
karakteristik yang sama dengan responden. Misalnya
mengukur konsep “kebahagiaan”, maka peneliti dapat langsung
bertanya kepada beberapa calon responden tentang ciri-ciri
orang bahagia. Berdasarkan atas jawaban dari calon responden
kemudian disusun kerangka suatu konsep. Cara ini dilakukan
untuk menghindari bias yang sering terjadi bila definisi
operasional suatu konsep dikembangkan dari konsep para ahli
dari negara barat yang latar belakang budanya berbeda.

22
(2) Validitas Isi (content validity)
Validitas isi ditentukan oleh sejauhmana alat pengukur
tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek
kerangka konsep. Misalnya seorang peneliti meneliti tentang
keterlibatan responden dalam program asuransi. Kuesioner
yang ditanyakan kepada responden harus berisi tentang
program asuransi misalnya macam-macam program asuransi,
persyaratan, jangka waktu, dan sebagainya. Apabila kuesioner
tersebut tidak memuat semua tentang program asuransi
tersebut, maka kuesioner tidak memiliki validitas isi. Contoh
lain misalnya peneliti ingin bertanya terkait dengan status
ekonomi keluarga. Kuesioner hanya menanyakan tentang
pendapatan ayah per bulan, tanpa menanyakan pendapatan istri
dan anak-anak yang sudah bekerja, maka hasil pengukuran
seperti itu memiliki validitas isi yang rendah. Jogianto (2005),
memberikan contoh bahwa jika properti objek yang akan
diukur adalah imej perusahaan dan jika item-item di instrumen
mengukur dimensi opini masyarakat, tanggungjawab sosialnya
dan jika dimensi-dimensi tersebut dianggap cukup mewakili
apa yang akan diukur sebagai imej perusahaan maka dapat
dikatakan bahwa pengukuran terhadap imej perusahaan
mempunyai validitas isi yang baik.

23
(3) Validitas Eksternal (external validity)
Cukup banyak alat pengukur yang diciptakan oleh para
peneliti untuk mengukur gejala sosial, dan alat pengukur
tersebut sudah memiliki validitas. Jika ada peneliti lain yang
menciptakan alat pengukur baru yang berbeda dengan alat
pengukur sebelumnya tetapi sama tujuannya, maka pengukur
yang baru ini dicoba pada sekelompok responden yang juga
diminta mengisi skala pengukur sebelumnya yang sudah valid.
Jika alat pengukur yang baru dibuat tersebut memperoleh hasil
yang relatif sama dengan hasil pengukuran dengan pengukur
sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur yang
baru tersebut sudah memiliki validitas yang memadai. Untuk
mengetahui apakah kedua alat pengukur itu memberikan hasil
yang sama, maka hasil pengukuran dengan menggunakan
kedua alat tersebut harus dikorelasikan dengan menggunakan
teknik statistik korelasi. Bila korelasinya tinggi dan signifikan,
berarti alat baru tersebut memiliki validitas yang memadai.
Contoh dalam penelitian kependudukan misalnya, untuk
mengukur kualitas penduduk dapat dikorelasikan antara angka
harapan hidup dengan angka kematian bayi. Bila kedua angka
tersebut berkorelasi secara signifikan, maka kedua jenis
pengukuran tersebut telah memiliki validitas eksternal.

24
(4) Validitas prediktif
Alat pengukur yg dibuat oleh peneliti sering
dimaksudkan untuk memprediksi apa yg akan terjadi di masa
yg akan datang. Jika alat ukur tersebut mampu memprediksi
apa yg akan terjadi dimasa yg akan datang maka dikatakan alat
ukur tersebut memiliki validitas prediktif yg tinggi. Validitas
prediktif adalah kesahihan yang didasarka pada hubungan yang
teratur antara tingkah laku apa yang diramalkan oleh sebuah tes
dan tingkah laku sebenarnya yang ditampilkan oleh individu
atau kelompok. Contoh ujian seleksi penerimaan pegawai baru,
antara lain diberi soal yang diteskan pada sejumlah calon, dan
calon yang dianggap pintar tersaring lulus sudah ditentukan
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Ternyata setelah
masuk bekerja apa yang diharapkan oleh organisasi tidak
tercapai, maka instrumen/soal yang dulu diteskan kepada calon
pegawai tersebut dapat dikatakan tidak valid. Soal ujian masuk
ini dapat dikatakan memiliki validitas prediktif bila terdapat
korelasi yang tinggi antara nilai ujian seleksi dengan
pencapaian organisasi. Dengan kata lain alat pengukur tersebut
dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang .

25
(5) Validitas Budaya
Validitas ini penting bagi penelitian di negara yang
suku bangsanya sangat bervariasi. Selain itu penelitian yang
dilakukan sekaligus di beberapa negara dengan alat ukur yang
sama, juga akan menghadapi problem validitas budaya. Suatu
alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian di suatu
negara, belum tentu akan valid bila digunakan di negara lain
yang budayanya berbeda. Misalnya, kuesioner pengukur
interaksi keluarga yang dikembangkan di negara barat tidak
sesuai bila digunakan di Indonesia, karena konsep Barat
mengenai keluarga selalu didasarkan pada nuclear famaly yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak. Sedangkan di Indonesia konsep
keluarga biasanya didasarkan pada extended family, yang tidak
hanya terdiri dari bapak, ibu dan anak, tetapi juga keluarga
dekat lainnya.
Penelitian yang dilakukan di Indonesia yang terdiri dari
berbagai suku bangsa, memiliki budaya yang berbeda antar
provinsi. Alat ukur yang valid bagi masyarakat suku Bali
belum tentu valid bagi masyarakat suku Jawa, demikian
sebagainya. Maka dari itu jika ingin mengukur alat pengukur
yang valid hendaknya responden dari suku yang akan diteliti
harus dipakai untuk melakukan uji coba alat ukur tersebut.
Validitas ini penting bagi penelitian yang dilakukan di suku

26
bangsa yang sangat bervariasi. Selain itu penelitian yang
dilakukan sekaligus di beberapa negara dengan alat ukur yg
sama juga akan menghadapi problem validitas budaya.

(6) Validitas Rupa (face validity)


Validitas rupa, menunjukkan bahwa dari segi rupanya
suatu alat pengukur tampaknya mengukur apa yang ingin
diukur. Bentuk dan penampilan suatu alat pengukur sudah
meyakinkan kalau alat pengukur tersebut mengukur apa yang
ingin diukur. Validitas rupa tidak menunjukkan apakah alat
pengukur mengukur apa yang ingin di ukur, tetapi hanya
menunjukkan bahwa dari segi “rupanya” suatu alat ukur
tampaknya mengukur apa yang ingin di ukur.
Bentuk dan penampilan suatu alat pengukur menentukan
apakah alat ukur tersebut memiliki validitas atau tidak. Untuk
mengukur kemampuan sebagai sopir, seseorang harus disuruh
mengendarai mobil, atau menggunakan alat simulasi yang
mirip dengan keadaan sesungguhnya. Cara pengukuran
kemampuan yang demikian memiliki validitas rupa.
Validitas rupa amat penting dalam pengukuran
kemampuan individu seperti pengukuran kecerdasan, bakat dan
keterampilan. Hal ini disebabkan dalam pengukuran aspek
kemampuan seperti itu faktor rupa alat ukur akan menentukan

27
sejauh mana minat orang di dalam menjawab soal-soal atau
pertanyaan dalam alat ukur. Dalam penelitian survai, validitas
rupa tidak menjadi masalah penting, karena alat ukur yang
biasanya dipakai adalah kuesioner yang tujuannya untuk
mencari fakta bukan untuk mengukur kemampuan seseorang
dalam aspek tertentu, seperti tingkat kecerdasan, bakat dan
keterampilan.
2) Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah index yg menunjukkan sejauhmana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Bila suatu alat pengukur dipakai 2 kali untuk mengukur gejala
yang sama dan hasil pengukuran yg diperoleh relatif konsisten,
maka alat pengukur tersebut dikatakan reliabel. Dengan kata
lain reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di
dalam mengukur gejala yang sama. Pada alat pengukuran
fenomena fisik, konsistensi ini tidaklah sulit untuk dicapai,
namun pada penelitian sosial, seperti sikap, opini, dan
persepsi, pengukuran yang konsisten agak sulit untuk dicapai
oleh peneliti. Jadi reliabilitas adalah istilah yg digunakan untuk
menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif
konsisten apabila pengukuran diulangi 2 kali atau lebih.

28
3) Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Ada beberapa pengujian yang dapat digunakan untuk
menguji validias dan reliabilitas instrument penelitian, dan
dijelaskan satu persatu sebagai berikut.
(1) Pengujian Validitas instrumen
Konstruksi validitas instrumen dapat diuji dengan
menggunakan analisis korelasi, yaitu dengan cara
mengkorelasikan skor item (butir) instrumen dalam suatu
faktor dengan skor total (Y), dan mengkorelasikan skor faktor
dengan skor total (Y). Bila korelasi tiap faktor atau butir
instrumen tersebut positif dan nilainya 0,3 ke atas, maka
dikatakan instrumen tersebut sudah valid, dan dapat digunakan
dalam penelitian.
(2) Pengujian Reliabilitas instrumen
Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut.
a. Test-Retest Reliability (Teknik Pengukuran Ulang)
Pada metode ini pengukuran dilakukan dua kali yaitu dengan
menggunakan instrumen yang sama, pada responden yang
sama, peneliti yang sama, namun pada waktu yang berbeda.
Waktu pengulangan disarankan jangan terlalu dekat maupun
terlalu jauh waktunya antara pengukuran pertama dengan

29
pengukuran kedua. Disarankan waktunya 15-30 hari. Untuk
melihat tingkat reliabilitasnya juga tinggi, demikian sebaliknya
b. Paralel – Form Reliability (Metode Paralel)
Metode ini memiliki 2 bentuk yaitu : pertama,
mempergunakan alat ukur yang sama, mengukur suatu konsep
atau variabel yang sama pada responden yang sama, dan waktu
yang sama, namun oleh dua peneliti yang berbeda. Reliabilitas
tinggi pada instrumen akan terjadi jika korelasi yang tinggi
antara hasil peneliti pertama dan hasil peneliti kedua. Kedua,
menggunakan instrumen yang berbeda namun untuk mengukur
gejala yang sama, pada responden yang sama, waktu yang
sama dan peneliti yang sama. Jika terjadi korelasi yang tinggi
antara hasil instrumen pertama dengan instrumen kedua, maka
dikatakan instrumen tersebut juga memiliki reliabilitas yang
tinggi.
c. Interitem Consistency Reliability
Alat/tes ini adalah untuk melihat konsistensi jawaban
responden untuk seluruh butir pertanyaan. Untuk melihat
tingkat/derajat bahwa butir-butir adalah alat ukur yang
independen dalam mengukur konsep yang sama, butir-butir
tersebut dikorelasikan satu dengan yang lainnya. Metode yang
paling populer digunakan untuk konsistensi antar butir adalah
Cronbach’s coefficient alpha

30
d. Split-Half Reliability (Metode Belah Dua)
Reliabilitas dengan metode belah dua ini mencerminkan
korelasi antara dua bagian dalam sebuah instrumen. Hasil
estimasi dari reliabilitas ini akan tergantung dari bagaimana
butir-butir pengukuran yang ada dalam instrumen tersebut
dipisah menjadi 2 bagian, dan bagaimana peneliti yakin bahwa
kedua bagian tersebut mengukur hal yang sama.

31
BAB 2.
DATA DAN METODE PENGUMPULAN DATA

2.1 Data dan Informasi

Data Penelitian adalah segala fakta dan angka yang


dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi
(Suharsimi Arikunto, 2002). Data merupakan bentuk jamak
dari datum, dan dalam penggunaan sehari-hari data berarti
suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Data
merupakan hasil pengukuran atau pengamatan
suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata,
karakter, simbol, gambar, suara atau tanda-tanda yang dapat
digunakan untuk dijadikan informasi. Selanjutnya data tersebut
diolah untuk dapat diutarakan secara jelas dan tepat, sehingga
dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak mengalami secara
langsung, maka dari itu perlu ada deskripsi atau penjelasan.
Jika dilakukan pengelompokan terhadap banyak data maka
harus dilakukan pemilahan sesuai dengan persamaan atau
perbedaan yang dikandungnya yang disebut dengan
klasifikasi.
Menurut kamus bahasa Inggris-Indonesia, data berasal
dari kata datum yang berarti fakta. Data bisnis adalah deskripsi
organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian
32
(transactions) yang terjadi. Pengertian yang lain menyebutkan
bahwa data adalah deskripsi dari suatu kejadian yang dihadapi.
Data merupakan sekumpulan informasi, jika dikaitkan dengan
pengertian bisnis maka data merupakan sekumpulan informasi
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan (Kuncoro,
2013). Data dianggap baik jika data dapat dipercaya
kebenarannya (Reliable). Data mencakup ruang lingkup yang
sangat luas, dan dapat memberikan gambaran tentang masalah-
masalah tertentu. Data harus dapat dibedakan dengan
informasi. Informasi adalah sesuatu yang dihasilkan dan
berasal dari pengolahan data. Data yang sudah ada tersebut
kemudian diolah dan dikemas sedemikian rupa sehingga
menjadi informasi yang berguna, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa informasi tersebut terbangun dari data. Suatu
informasi bisa saja menjadi data apabila informasi tersebut
digunakan kembali untuk pengolahan sistem informasi
selanjutnya. Data berbeda dengan informasi, yaitu data tidak
memiliki makna, berbentuk angka, fakta, rincian, ataupun
segala bentuk pengamatan secara empiris yang diperoleh
melalui observasi ataupun wawancara terhadap suatu peristiwa
atau kejadian, serta memiliki lingkup detail dan bersifat teknis.
Sedangkan informasi: telah memiliki suatu makna tertentu,
telah diolah dengan menggunakan bermacam macam teknik

33
tertentu, informasi mampu dipahami artinya, menghasilkan
penjelasan yang dapat dipakai untuk mengambil suatu
keputusan.

2.2 Jenis data


Secara umum jenis data dapat dibagi menjadi dua yaitu
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data
yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka. Data kuantitatif
adalah data yang diukur dalam skala numerik (angka) yang
dapat dibedakan menjadi data interval dan data rasio (Kuncoro,
2013). Contoh: data kuantitatif adalah jumlah modal yang
disetor, jumlah karyawan, jumlah keuntungan, tingkat
likuiditas, tingkat keuntungan, dan sebagainya. Data kualitatif
adalah data yang tidak dapat dinyatakan dalam skala numerik.
Oleh karena data kualitatif tidak dapat secara langsung
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif
maka peneliti dapat mengkuantitatifkan data kualitatif tersebut,
supaya dapat dianalisis dengan metode kuantitatif yaitu analisis
statistik. Pada analisis statistik semua data harus dalam bentuk
angka maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar
dapat diproses lebih lanjut. Pada dasarnya data kualitatif
digolongkan menjadi data nominal dan data ordinal. Contoh

34
data kualitatif adalah: jenis pekerjaan, sumber modal, status
perkawinan, jenis hutang dan sebagainya.
Lebih lanjut Kuncoro (2013) menyebutkan bahwa ada
juga yang menggolongkan data berdasarkan atas dimensi
waktu, yaitu data time series (data runtun waktu), yaitu data
yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu
variabel tertentu, dan data silang tempat (cross section), yaitu
data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu. Data silang
tempat digunakan untuk mengamati respon dalam periode yang
sama, sehingga variasi terjadinya adalah antar pengamatan.
Misalnya data input output diterbitkan setiap 5 tahun sekali,
data sensus diterbitkan setiap 10 tahun sekali, data jumlah
penduduk miskin pada setiap desa pada tahun tertentu.

2.3 Sumber data


Sumber data juga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sumber
primer, dan sumber sekunder. Data yang diperoleh dari sumber
primer disebut data primer, dan data yang diperoleh dari sumber
sekunder disebut data sekunder. Data primer adalah data yg
dikumpulkan pertama kali oleh peneliti untuk tujuan penelitiannya.
Cara yang dapat digunakan untuk memperoleh data ini antara lain
melalui observasi, wawancara, focus group discution (FGD) ataupun
kuesioner. Data sekunder adalah data yang pengumpulannya
dilakukan oleh orang lain dan peneliti hanya menggunakan data yang

35
telah tersedia tersebut. Data sekunder ini dapat dibagi menjadi 2
yaitu: data sekunder internal, dan data sekunder eksternal. Data
sekunder internal adalah data yang diperoleh peneliti pada
pemilik/pengumpul data. Data sekunder eksternal adalah data yang
diperoleh peneliti pada lembaga yang bukan pemiliki/pengumpul
data tersebut dengan demikian perlu memperhatikan hal-hal penting
dalam menyusun pertanyaan.

1) Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Menyusun


Pertanyaan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian sosial pada
umumnya berupa daftar pertanyaan. Dalam membuat daftar
pertanyaan ada empat hal yang perlu diperhatikan yaitu: a)
Jenis pertanyaan , b) Bentuk pertanyaan, c) Isi pertanyaan, d)
Urutan pertanyaan
a) Jenis Pertanyaan
Jenis pertanyaan yang dikemukakan di dalam menyusun
pertanyaan dalam suatu penelitian adalah sebagai beriku.
(a) Pertanyaan tentang fakta, adalah pertanyaan mengenai
fakta diri pribadi dari responden yang biasanya disebut
dengan ciri-ciri responden. Contoh: pertanyaan tentang
tempat tinggal, agama, jumlah anak, pendidikan, status
perkawinan dan sebagainya.

36
(b) Pertanyaan tentang opini/pendapat, adalah pertanyaan
mengenai pendapat/opini responden tentang sesuatu hal.
Contoh: Bagaimana pendapat saudara tentang kondisi
ekonomi Bali setelah ledakan bom oktober 2005?
(c) Pertanyaan tentang informasi/pengetahuan, adalah
pertanyaan yg mengukur seberapa jauh informasi yang
diketahui responden tentang sesuatu hal, atau seberapa
jauh pengetahuan responden tentang sesuatu hal. Contoh:
Sejak kapan sekolah ini didirikan, apakah di kota ini ada
pasar tradisional, berapa jenis alat kontrasepsi yg dapat
digunakan oleh PUS untuk menunda kehamilan, dan
sebagainya.
(d) ) Pertanyaan tentang persepsi, adalah pertanyaan yang
berupaya untuk mengukur bagaimana responden menilai
sesuatu dalam hubungannya dengan sesuatu hal lainnya
atau orang lain. Bagaimana responden menilai perilakunya
sendiri dalam hubungannya dengan yg lain. Contoh: jika
saya menjadi pimpinan di kantor ini, maka ……..
Manakah yg lebih anda sukai berkenalan dengan orang yg
belum dikenal, atau bergaul dgn orang-orang yg sudah anda
kenal.

37
b. Bentuk Pertanyaan
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam
membuat pertanyaan, terkait dengan bentuk pertanyaan, baik
pertanyaan tertutup, terbuka, maupun pertanyaan setengah
terbuka. Untuk lebih jelasnya hal tersebut diuraikan satu
persatu sebagai berikut.
(a) Pertanyaan tertutup, adalah bentuk pertanyaan yg
dilengkapi atau disertai dengan sejumlah alternatif/katagori
jawaban, dan responden tinggal memilih alternatif tersebut.
Alam pertanyaan tertutup ini responden tidak diberikan
kesempatan untuk memberikan jawaban lain (Singarimbun
dan Tri Handayani, 1989). Suatu pertanyaan tertutup yg
baik harus memenuhi 2 kriteria pokok yaitu bersifat tuntas
(exhaustive), dan tidak saling tumpang tindih (mutually
exclusive). Tuntas: dapat menampung segala kemungkinan
jawaban yg diberikan oleh responden. Tidak saling
tumpang tindih: jawaban yg diberikan oleh responden
hanya dapat dimasukkan ke dalam satu katagori jawaban.
Keuntungan: jawaban gampang diolah, responden mengerti
maksud pertanyaan yang diajukan, dapat menghindari
jawaban yang tidak relevan dan sebagainya. Kelemahan:
responden akan memilih jawaban asal saja, responden akan
merasa kecewa jika jawaban yang akan diberikan tidak ada

38
dalam alternatif jawaban, sulit melacak jika responden
salah menjawab.
Contoh: Apakah ibu/bapak pernah mendengar tentang dana
bos? a) pernah, b) tidak pernah
(b) Pertanyaan terbuka, adalah bentuk pertanyaan yg tidak
disertai alternatif jawaban. Dalam hal ini responden
diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat sesuai
dengan kemauannya dan mengikuti pertanyaan yang
diajukan dalam daftar pertanyaan. Kelebihan dari bentuk
pertanyaan terbuka tersebut adalah: penanya akan
memperoleh banyak variasi jawaban, jawaban yang
diperoleh dapat lebih rinci atau lengkap, dapat menghindari
daftar alternatif jawaban yang panjang. Kelemahan:
kadang-kadang jawaban yang tidak relevan dari responden
akan banyak muncul, oleh karena tidak semua responden
mampu mengemukakan jawaban, dan sering kali
jawabannya bersifat umum. Contoh: Menurut pendapat
bapak/ibu, apakah masalah yang paling penting dihadapi
oleh para remaja?
(c) Kombinasi tertutup dan terbuka: Kombinasi pertanyaan
tertutup dan terbuka adalah jenis pertanyaan yang
jawabannya sudah ditentukan, namun disusul dengan
pertanyaan terbuka. Contoh: 1) Apakah bapak/ibu pernah

39
mendengar tentang sumber-sumber pendanaan? a) pernah,
b) tidak pernah
2) Jika pernah, sebutkan dimana saja sumber pendanaan
tersebut?
(d) Pertanyaan semi terbuka
Bentuk pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan yang ada pada bentuk pertanyaan tertutup
maupun terbuka. Bentuk ini di samping tersedia sejumlah
alternatif jawaban, juga diberikan kemungkinan pada
responden untuk mengemukakan jawaban tambahan.
Contoh: Sumber-sumber pendanaan adalah: a) Bank
pemerintah, b) Bank swasta, c) Koperasi, d) LPD, e)
lainnya……………
c). Isi Pertanyaan
Ada beberapa hal yg perlu diperhatikan oleh peneliti
dalam merumuskan isi suatu pertanyaan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun isi pertanyaan
adalah sebagai berikut.
(a) Usahakan jangan sekaligus memasukkan 2 hal yg
ingin ditanyakan dalam satu pertanyaan
(b) Hindari kata-kata yang tidak jelas atau kabur dalam
membuat pertanyaan

40
(c) Dalam membuat pertanyaan hindarkan penggunaan
kata-kata/bahasa yang kurang sesuai dengan
kemampuan responden
(d) Dalam membuat pertanyaan hindarkan rumusan
pertanyaan yang dapat mengarahkan jawaban
responden.
e). Urutan Pertanyaan
(a) Pertanyaan yang sensitif atau peka sebaiknya
diletakkan pada bagian akhir dari daftar pertanyaan
(b) Pertanyaan tentang fakta (tertutup) didahulukan
(c) Dahulukan pertanyaan yang berfungsi atau dapat
menghubungkan dengn pertanyaan berikutnya
(d) Pertanyaan yang ada sebaiknya diurutkan secara
logis atau dikelompokkan sehingga tidak
membingungkan responden. Contoh: pertanyaan
tentang pekerjaan dikelompokkan menjadi satu,
demikian pula pertanyaan-pertanyaan tentang
keluarga dan sebagainya

41
2.4 Metode pengumpulan data sekunder
Data Sekunder digunakan untuk 3 tujuan yaitu:
1) Untuk mengisi kebutuhan akan rujukan khusus pada
beberapa hal
2) Sebagai sebuah bagian terpadu dari sebuah studi
penelitian yang lebih besar
3) Data sekunder dapat digunakan sebagai dasar satu-
satunya dalam sebuah penelitian

Keuntungan dan Kerugian Data Sekunder


Keuntungan dari menggunakan data sekunder
dibandingkan dengan mengunakan data primer dalam suatu
penelitian adalah: data sekunder dikumpulkan dengan lebih
cepat dan biaya yang lebih murah, mendapatkan data sensus
sesuai dengan biaya yang ada, dan tidak mungkin data tersebut
dikumpulkan sendiri oleh peneliti, kebanyakan penelitian
tentang kejadian masa lalu didasarkan pada sumber data
sekunder. Sedangkan kelemahan dari penggunaan data
sekunder adalah: ada keterbatasan utama sumber sekunder
karena informasi yang ada kemungkin tidak dapat memenuhi
kebutuhan tertentu seseorang. Oleh karena data tersebut
merupakan data yang dikumpulkan oleh orang lain untuk
tujuan mereka sendiri, sehingga definisinya akan berbeda, unit

42
pengukuran berbeda, dan ada perbedaan waktu, sulit untuk
menilai akurasinya karena tidak diketahui disain risetnya, data
sekunder seringkali sudah usang.

Jenis-jenis Sumber Sekunder


1) Sumber internal (organisasional)
Contoh: laporan departemen, ringkasan produksi,
laporan keuangan dan akuntansi, laporan pemasaran dan
penjualan
2) Sumber eksternal, diciptakan di luar organisasi dan lebih
bervariasi daripada sumber internal. Beberapa contoh
sumber eksternal: Database yang dikomputerisasi,
Majalah, Dokumen-dokumen pemerintah, Beragam materi
pengkoleksian khusus, tesis, desertasi.

Prosedur Pencarian Data Sekunder


a) Sumber penting untuk mengumpulkan data sekunder adalah
perpustakaan
b) Prosedurnya adalah mencocokkan dan mendaftar sumber-
sumber, lalu mengutip informasi tertentu dan menyusunnya
dalam bentuk yang tepat
c) Perpustakaan elektronik, melalui jaringan komputer seperti
internet

43
d) Perpustakaan tradisional ada 2 yaitu : (1) perpustakaan
umum, biasanya memiliki koleksi yg sangat berorintasi
konsumen, lemah dalam bidang pendidikan dan sumber
penelitian, (2) perpustakaan khusus, seperti perpustakaan
perusahaan, perpustakaan akademik (akademi/universitas)
memiliki kebanyakan sumber yang dibutuhkan untuk
melakukan penelitian. Beberapa sumber data sekunder
yang dapat digunakan antara lain: referensi statistik,
terbitan berkala, buku, dokumen, dan koleksi khusus

2.5 Metode Pengumpulan Data Primer/Metode Survai


Metode survai sering juga disebut sebagai teknik
kuesioner atau teknik komunikasi, adalah suatu metode
pengumpulan data dimana peneliti mengadakan hubungan
dengan subyek penelitian, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Informasi yang diterima berwujud jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Beberapa Contoh Metode Survai


a) Interview (wawancara)
Merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik.
Wawancara dapat dibedakan menjadi wawancara

44
terstruktur/terpimpin, bebas terpimpin, dan wawancara
mendalam. Pada wawancara terstruktur daftar pertanyaan
telah disiapkan sebelumnya, setiap responden diberi
pertanyaan yang sama, dan peneliti dapat menggunakan
tenaga pewawancara. Teknik interview (wawancara) ini
dapat dilakukan melalui wawancara tatap muka langsung
atau melalui telepon
b) Wawancara bebas terpimpin
Wawancara bebas terpimpin adalah wawancara yang
dilakukan dimana peneliti telah menyiapkan daftar
pertanyaan yang lengkap secara terstruktur, namun peneliti
masih dapat melakukan penambahan pertanyaan-
pertanyaan yang dianggap penting untuk lebih
menjelaskan apa yang telah dijawab oleh responden
sebelumnya.
c) Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam (In-depth Interview) adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang
diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
(guide) wawancara dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo
2006)
45
Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara juga merupakan
alat mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga
merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan
responden. Menurut (Moleong, 2005 : 186) wawancara
mendalam merupakan proses menggali informasi secara
mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus
penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian. Dalam hal
ini metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan
adanya daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Wawancara merupakan bagian dari metode
kualitatif. Dalam metode kualitatif ini ada dikenal dengan
teknik wawancara-mendalam (In-depth Interview).
Ciri khusus/Kekhasan dari wawancara mendalam ini
adalah keterlibatannya dalam kehidupan
responden/informan. Dalam wawancara-mendalam
melakukan penggalian secara mendalam terhadap satu
topik yang telah ditentukan (berdasarkan tujuan dan
maksud diadakan wawancara tersebut) dengan
menggunakan pertanyaan terbuka. Penggalian yang
dilakukan untuk mengetahui pendapat mereka
46
berdasarkan perspekive responden dalam memandang
sebuah permasalahan. Teknik wawancara ini dilakukan
oleh seorang pewawancara dengan mewawancarai satu
orang secara tatap muka (face to face).
d) Kuesioner atau Angket
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan/pernyataan
tertulis kepada responden. Cara ini cocok digunakan bila
responden jumlahnya banyak dan tersebar di wilayah yang
luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan
tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau dikirim melalui pos.
e) Metode Observasi
Observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk
mendapatkan data primer dengan cara mengamati
langsung objek datanya. Teknik pengumpulan data melalui
observasi sebagai teknik pengumpulan data memiliki ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik
pengumpulan data yang lainnya. Kalau
wawancara/kuesioner selalu berhubungan dengan orang,
tetapi observasi tidak terbatas pada orang, juga obyek-
obyek yang lainnya. Teknik ini digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-

47
gejala alam. Dari segi proses pelaksanaan ada observasi
berperanserta, dan observasi nonpartisipan. Dari segi
instrumentasi ada observasi terstruktur dan observasi tidak
terstruktur. Observasi berperanserta, pada cara ini peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian, dan dengan cara ini maka data yang diperoleh
akan lebih lengkap. Observasi non partisipan, pada cara ini
peneliti tidak terlibat langsung, dan hanya sebagai
pengamat independen
(a) Observasi terstruktur, adalah observasi yang telah
dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan
diamati, dan dimana tempatnya. Cara ini dilakukan jika
peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel apa yg
akan diamati, dan menggu nakan instrumen penelitian
yg telah teruji validitas dan reliabilitasnya.
(b) Observasi tidak terstruktur, adalah observasi yg tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Peneliti tidak menggunakan instrumen yg
baku, namun hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Observasi menurut Jogianto (2005), dapat
dikladsifikasikan menjadi observasi perilaku dan
observasi nonperilaku. Observasi perilaku terdiri dari:

48
1) analisis nonverbal, 2) analisis linguistik, 3) analisis
linguistik ekstra, 4) analisis spatial. Observasi analisis
nonverbal dapat dilakukan pada gerakan bukan ucapan,
misalnya observasi terhadap bahasa tubuh seseorang,
ekspresi wajah dan sebagainya. Obsevasi analisis
linguistik, dilakukan pada analisis bahasa yang
digunakan oleh seorang atau beberapa orang yang
sedang berinteraksi. Observasi analisis linguistik ekstra
dilakukan mengobservasi empat dimensi: vokal, tempo,
interaksi, dan cara bicara. Observasi spasial,
mengobservasi hubungan antara orang secara fisik.
Observasi non perilaku terdiri dari : 1) analisis catatan,
2) analisis kondisi, 3) analisis proses fisik. Observasi
analisis catatan dapat berupa pengumpulan data baik
dari catatan data sekarang atau catatan data historis.
Observasi analisis data kondisi fisik dilakukan pada
data kondisi fisik sediaan, kondisi keamanan pabrik.
Observasi analisis proses fisik berupa observasi pada
time and motion dari suatu proses, prosedur-prosedur
akuntansi dan lain sebagainya.
Observasi menurut Sugiono dibedakan menjadi :
observasi partisipan dan observasi non partisipan. Observasi
partisipan adalah observasi yang dilakukan dimana peneliti
terlibat langsung pada kegiatan orang yang sedang diamati
49
(sumber data) sambil mengamati peneliti ikut melakukan apa
yang dikerjakan oleh sumber data. Misal : mengamati
bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana
semangat kerjanya, bagaimana hubungan karyawan dengan
karyawan lain dan sebagainya. Observasi non partisipan :
Peneliti tidak terlibat langsung dalam aktivitas tetapi hanya
sebagai pengamat independen. Misal: Mengamati perilaku
pembeli, mengamati barang-barang apa saja yang diminati
pembeli. Data yang diperoleh tidak mendalam dan tidak
sampai pada tingkat makna. Dari segi instrumen yang
digunakan observasi dibagi menjadi observasi terstruktur dan
observasi tidak terstruktur.
Observasi terstruktur : Observasi yang telah
dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati
dimana tempatnya. Peneliti telah tahu dengan pasti tentang
variabel; apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan /peneliti menggunakan instrumen penelitian yang
telah teruji validitas dan rehabilitasnya. Observasi tidak
terstruktur : adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan
karena peneliti tidak tahu tentang apa yang diamati. Dalam
melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen
yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
50
BAB 3
TAHAPAN PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA

Penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan pokok


adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk
mengungkap fenomena sosial atau alam tertentu. Untuk
mencapai tujuan tersebut peneliti merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, memproses data, membuat analisis dan
interpretasi.
Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan
data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Untuk dapat membuktikan hipotesis yang
diajukan dalam penelitian tersebut digunakan pengujian secara
statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah
menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya
menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk
dipahami. Di samping itu statistik membandingkan angka yang
diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan, sehingga
memungkinkan peneliti untuk menguji apakah hubungan yang
diamati memang betul terjadi karena adanya hubungan yang
sistematik antara variabel-variabel yang diteliti atau hanya
terjadi secara kebetulan.

51
Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan
data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan
data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan. Langkah-langkah
tersebut dilakukan apabila penelitian menggunakan hipotesis.
Jika penelitian yang dilakukan tidak menggunakan hipotesis
maka langkah terkait dengan pengujian hipotesis tidak perlu
dilakukan.

3.1. Tahapan Pengolahan Data


Setelah pengumpulan data dilakukan, maka tahap
selanjutnyadalam proses riset adalah pengolahan data.
Kegiatan ini dilakukan sebelum proses analisis data dikerjakan.

1) Editing
Editing adalah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa
data mentah yang masuk, sehingga kesalahan yang terjadi
dapat terdeteksi. Kegiatan dalam editing adalah kegiatan
memeriksa, data mentah yang masuk, apakah terdapat
kekeliruan dalam pengiriman, apakah ada ketidaklengkapan
pengisian, apakah data yang dikemukakan oleh responden

52
adalah palsu dan sebagainya. Kegiatan editing dapat dilakukan
setelah data lapangan dikumpulkan, dan dapat dilakukan segera
setelah dating dari lapangan, supaya tidak ada informasi yang
terlupakan. Harapan dari data yang telah terkumpul tersebut
adalah valid dan rehabel serta dapat dipertanggungjawabkan.
Tujuan Editing, adalah agar data yang terkumpul: akurat
(sesuai dengan instruksi sampling), konsisten dengan
informasi-informasi lainnya, lengkap, tidak ada pemalsuan (cek
dengan pertanyaan terbuka), tersusun dengan baik, sehingga
mempermudah coding dan tabulasi , dapat dibaca atau tidaknya
data mentah . Hal-hal yang perlu diperiksa pada saat
melakukan kegiatan editing tersebut adalah sebagai berikut.
a) Terpenuhinya instruksi sampling.
Para saat melakukan wawancara kepada responden
harus dapat dipastikan bahwa tidak terjadi pelanggaran
terhadap ketentuan sampel. Dengan demikian
wawancara yang dilakukan dengan responden tersebut
disesuaikan dengn persyaratan dan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Data mentah yang telah dikumpulkan tersebut dapat
dibaca atau tidak. Pewawancara harus memahami
bahwa data yang ditulis mengandung unsur kebenaran.
Jika ada tulisan yang kurang jelas harus dikembalikan

53
kepada pewawancara untuk dilakukan pengecekan atas
kebenaran dari tulisan tersebut.
b) Kelengkapan pengisian
Jika ada data yang masih kosong/ada bagian yang tidak
terisi maka pewawancara harus mengetahuinya.
c) Keserasian (Konsistensi)
Jawaban yang diberikan oleh konsumen hendaknya
konsisten dan ada keserasian. Jika ada hal-hal yang
saling bertentangan harus dicek kembali kebenaran dari
data tersebut. Misalnya pada daftar pertanyaan ada
informasi yang ingin diketahui oleh pewawancara terkait
dengan pertanyaan apakah saudara sudah menikah?,
dijawab oleh responden tersebut belum menikah, namun
pada pertanyaan berikutnya ada jawaban dari responden
terhadap pertanyaan yang diajukan, ternyata responden
memberi jawaban sudah punya anak dua. Jadi dalam
kondisi seperti ini dikatakan ada ketidak konsistenan
jawan yang diberikan oleh responden yang
diwawancarai.
d) Apakah isi jawaban bisa dipahami
Pewawancara harus memastikan bahwa jawaban yang
diberikan oleh responden dapat dipahami. Misalnya jika
ada jawaban yang relative panjang kemudian disingkat

54
oleh pewawancara, maka jawaban yang disingkat
tersebut harus dapat dijelaskan sehingga dapat dipahami.

Jenis Editing ada 2 yaitu:


a) Field editing yaitu kegiatan pemeriksaan yg dilakukan
di lapangan, ini adalah tanggung jawab penyelia
lapangan
b) Office editing yaitu kegiatan pemeriksaan yg dilakukan
di kantor pusat, setelah data mentah (kuesioner) selesai
diisi/dijawab oleh responden

Jumlah Editor yang Digunakan:


Banyak sedikitnya editor yang digunakan dalam suatu
penelitian tergantung dari besar kecilnya lingkup
penelitian yang dilakukan. Untuk penelitian kecil cukup
menggunakan seorang editor untuk mengedit semua
bagian. Untuk penelitian besar, dapat memakai beberapa
editor dan setiap editor hanya menangani satu bagian
secara menyeluruh. Kelemahannya: tidak dapat
diketahui konsistensi jawaban pada bagian yang berbeda.
Editor dalam melaksanakan pekerjaan harus mengikuti
aturan yang telah ditetapkan. Beberapa aturan bagi editor
dalam pekerjaannya adalah: a) Mengetahui petunjuk yg

55
diberikan kepada pewawancara dan pemberi kode, b)
Jangan merusak/menghapus pengisian asli pewawancara.
c) Berikan paraf pada seluruh jawaban yang
diubah/diperbaiki, d) Letakkan paraf dan tanggal
pengeditan pada setiap kuesioner yang telah selesai
diedit
2) Coding
Coding adalah kegiatan memberikan nomor atau
simbul lainnya bagi jawaban-jawaban yang masuk,
sehingga jawaban dapat dikelompokkan ke dalam jumlah
klas atau katagori yang terbatas.Coding adalah kegiatan
yang dilakukan untuk memberi tanda/simbol/kode pada
setiap data yang termasuk dalam kategori sama. Tanda
dapat berupa angka/huruf. Tujuan coding untuk
mengklasifikasikan jawaban ke dalam kategori-kategori
penting. Ada dua langkah penting dalam melakukan
coding yaitu :a) Menentukan kategori-kategori yang akan
digunakan dan b) Mengalokasikan jawaban individual
pada kategori-kategori tersebut. Kumpulan dari kategori-
kategori ini disebut dengan "coding frame" Pada
pertanyaan tertutup biasanya "coding frame" sudah
dilengkapi namun pada pertanyaan terbuka sukar untuk
merencanakan coding frame yang bersangkutan. Untuk

56
mengkonstruksi coding frame hendaknya dilakukan oleh
seseorang yang benar-benar mengetahui tujuan peneliti
dan mengetahui bagaimana hasil penelitian akan
digunakan. Coding frame ini perlu dicek terlebih dahulu
oleh petugas coding. Hal ini dilakukan, selain untuk
melatih petugas coding, juga untuk membuka
kemungkinan terciptanya coding frame yang lebih baik.
Alokasi jawaban pada kategori-kategori didalam coding
frame dapat dilakukan oleh responden, petugas wawancara dan
oleh petugas coding, yang dapat dilakukan oleh responden atau
petugas wawancara hanya terbatas pada tipe partanyaan
tertutup saja. Dalam tipe pertanyaan harus dilakukan
sepenuhnya oleh petugas coding sesuai dengan instrumen
coding yang benar-benar spesifik. Mohamad Nasir (1988 : 407)
mengemukakan bahwa mengkode adalah menaruh angka pada
tiap jawaban. Untuk dapat memberikan kode pada jawaban
tersebut perlu diperhatikan: kode dan jenis pertanyaan. Dalam
hal ini perlu diperhatikan jenis pertanyaan, jawaban atau
pertanyaa, yang dapat dibedakan. Jawaban yang berupa angka,
jawaban dari pertanyaan tertutup, jawaban pertanyaan semi
terbuka, jawaban pertanyaan terbuka dan jawaban pertanyaan
kombinasi.

57
(a) Bila jawaban berupa angka maka kode yang digunakan
adalah angka itu sendiri.
(b) Bila jawaban untuk pertanyaan tertutup jawabannya sudah
disediakan terlebih dahulu dan responden hanya mengecek
jawaban tersebut sesuai dengan instruksi. Responden tidak
boleh menjawab diluar yang telah ditetapkan.
(c) Bila jawaban pertanyaan semi terbuka, selain dari jawaban
yang telah ditentukan maka jawaban lain yang dianggap
cocok oleh responden masih diperkenankan untuk dijawab.
Jawaban tambahan tersebut perlu diberi kode tersendiri.
(d) Bila jawaban pertanyaan terbuka, jawaban yang diberikan
sifatnya bebas. Untuk memberi kode, jawaban-jawaban
tersebut harus dikatagorikan lebih dahulu atau
dikelompokkan sehingga tiap kelompok berisi jawaban
yang sejenis. Kalau masih ada jawaban yang tidak bisa
masuk ke kelompok tersebut, dapat dibuatkan katagori-
katagori lain-lain, namun tidak boleh terlalu banyak dan
juga perlu diingat jawaban pertanyaan tidak boleh tumpang
tindih.
(e) Bila jawaban kombinasi, hampir serupa dan jawaban
pertanyaan tertutup. Selain ada jawaban yang jelas,
responden masih dapat menjawab kombinasi dari beberapa
jawaban.

58
(f) Tempat Kode
Kode dapat dibuat pada kartu tabulasi ataupun daftar
pertanyaan itu sendiri. Jika data diolah dengan komputer,
kode-kode harus dibuat dalam coding sheet.
Pengklasifikasian data ke dalam katagori yang terbatas
mengorbankan beberapa detail data, tetapi tetap diperlukan
untuk analisis yang efisien. Contoh: Data tentang penghasilan .
Coding dapat dilakukan dengan angka atau huruf. Coding
dengan angka disebut coding numerik, sedangkan coding
dengan huruf disebut coding alfabetik. Ada 4 aturan dalam
menetapkan himpunan katagori yaitu: a) sesuai dengan
masalah, dan tujuan penelitian, b) lengkap terbatas
(exhaustive), c) saling lepas (mutually exclusive), d) diperoleh
dari satu prinsip klasifikasi.

Buku Petunjuk Kode (Code Book).


Buku petunjuk kode memuat semua variabel di dalam
penelitian dan menjabarkan penggunaan aturan pemberian
kode terhadap variabel-variabel. Buku ini digunakan oleh
peneliti sebagai petunjuk untuk memasukkan data agar
kesalahan lebih sedikit dan lebih efisien. Buku kode
merupakan sumber yang baik untuk menemukan lokasi
variabel-variabel dalam arsip data selama tahap analisis. Dalam

59
buku kode umumnya berisi, halaman kuesioner, nomor
pertanyaan, nama variabel, letak kode varibel dalam media
input. Selain itu dalam buku kode juga terdapat penjelasan bagi
pilihan jawaban, dan apakah kodenya berupa alfabetik atau
numerik.

Pemberian kode bagi pertanyaan tertutup:


Jawaban untuk pertanyaan tertutup dapat berupa hal-hal
yang diberi skala, dan lain-lain yang jawabannya dapat
diantisipasi sebelumnya. Dengan demikian memungkinkan
untuk memberikan kode sebelumnya (precoding). Precoding
ini sangat berguna dalam memasukkan data (entry data).

Pemberian Kode Bagi Pertanyaan Terbuka:


Pada pertanyaan terbuka, pengetahuan awal mengenai
pilihan jawaban tidak tersedia. Setelah evaluasi pendahuluan
barulah katagori jawaban dapat dibuat untuk pertanyaan
tersebut. Dalam pertanyaan terbuka sering kali katagori yang
dibuat ditambahkan katagori lainnya untuk memenuhi aturan
pemberian kode yang bersifat lengkap terbatas (exhaustive)

60
3) Tabulasi yang didahului dengan entry data
Entry data dengan menggunakan keyboard tetap
merupakan hal yang harus dilakukan peneliti. Pada saat
melakukan entry data hal-hal yang perlu diperhatikan agar data
dapat di entry dengan baik adalah: Ada arsip data,
Penyimpanan data membutuhkan ruang yang minimum, Entry
data dilakukan setelah selesai proses editing dan coding oleh
peneliti.
Setelah data di entry ke komputer, maka tahapan
selanjutnya adalah membuat tabulasi dari data tersebut.
Pembuatan tabulasi ini sangat penting, dan harus dilakukan
untuk semua variabel penelitian agar dapat diketahui apakah
peneliti atau mereka yang bertugas meng- entry data sudah
benar di dalam melakukan pekerjaannya. Jika data yang masuk
salah, maka hasil tabulasinya (dalam bentuk tabel frekuensi
tunggal), juga akan salah. Dengan dasar pembuatan
tabulasi/tabel frekuensi tunggal ini pada semua variabel
penelitian, maka kegiatan untuk membersihkan data dapat
dilakukan.
3.2 Penyajian Data
Data setelah dikumpulkan dapat disajikan dengan
menggunakan tabel frekuensi baik frekuensi tunggal maupaun
tabulasi silang. Tabel tentang kepemilikan pesawat TV adalah

61
contoh distribusi tunggal. Selain dalam bentuk table, data juga
dapat disajikan dalam bentuk gambar/grafik. Contoh :
Histogram, Poligon, diagram lingkaran dan lain-lain. Dalam
tabulasi silang, setiap kesatuan data dipecah lebih lanjut
menjadi dua atau tiga. Setiap penambahan variabel baru ke
dalam tabulasi silang akan memberikan keterangan lebih baik
terhadap data yang diolah, tetapi penggolahan akan lebih sukar
(complicated). Tabulasi yang dilakukan tersusun dalam bentuk
tabel. Jawaban yang serupa dikelompokkan dengan cara yang
diteliti dan taratur, kemudian dihitung dan dijumlahkan
beberapa banyak peristiwa/gejala/item yang termasuk dalam
satu kategori. Kegiatan ini dilakukan sampai terwujud tabel-
tabel yang berguna, terutama pada data kuantitatif. Dalam
tabulasi, angka-angka akan dimasukkan dalam satu tabel yang
terdiri atas kolom-kolom maka ada baiknya bila susunan kolom
disusun berdasarkan urutan-urutan susunan yang logis dan tiap-
tiap kepala kolom diberi keterangan yang menyatakan isi
kolom yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dilakukan
pencarian hubungan-hubungan yang berarti antara jawaban
yang satu dengan jawaban lainnya, hanya dengan melihat
kepada kolom tersebut.
Pengaturan data dapat bermacam-macam seperti
pengaturan menurut banyaknya peristiwa yang terjadi/jumlah

62
jawaban yang sama (tabel frekuensi), menurut kelompok atau
kelasnya (tabel klasifikasi) atau secara korelatif (tabel
korelasi). Jika setelah dibuat distribusi frekuensi ada kode
variabel yang tidak cocok, harus dilakukan pembersihan data.
Setelah itu baru dilanjutkan kedalam analisis berikutnya.
Tabel juga dapat dibedakan beberapa jenis yaitu tabel
induk, tabel teks, dan tabel frekuensi. Tabel induk adalah tabel
yang berisi semua data yang tersedia secara terperinci untuk
melihat kategori data secara keseluruhan. Tabel teks adalah
tabel diringkas sesuai dengan keperluan. Tabel ini biasanya
dibuat langsung dalam teks dan digunakan saat membuat
penafsiran. Sedangkan tabel frekuensi adalah tabel yang
menyajikan berapa kali sesuatu hal terjadi. Tabel frekuensi ini
sering digunakan untuk mengecek kesesuaian hubungan
jawaban antara satu pertanyaan dengan pertanyaan lain dalam
daftar pertanyaan.
Didasarkan atas distribusi data yang telah dientry.
Distribusi data ini dapat ditampilkan dalam bentuk visual dan
teknik grafis, seperti:
(a) Gambar distribusi data dalam bentuk kurva normal
(b) Tabel frekuensi
(c) Diagram batang
(d) Diagram lingkaran

63
Contoh 1:
Tabel 1 Keadaan Tempat Tinggal Mahasiswa FEB Unud (100)
responden
No. Keterangan Banyak Persentase
(Jumlah)
1. Tempat Tinggal
a. Ikut Orang tua 45 45
b. Ikut Keluarga 10 10
c. Indekos 20 20
d. Sewa Kamar dan 25 25
Masuk Sendiri

2. Situasi Rumah
a. Baik 60 60
b. Cukup 30 30
c. Kurang 10 10

3. Penerangan Bentuk
Belajar
a. Listrik 90 90
b. Lampu pompa 5 5

c. Lampu minyak 5 5
Sumber : Data Fiktif

64
Contoh 2 :
Tabel 2 Pemilikan Pesawat TV Menurut Lebar Layar
Uraian layar Jumlah Persentase(%)
(inches) (orang)
12 atau kurang 55 22
14 60 24
17 45 18
20 70 28
24 atau lebih 20 8
Jumlah 250 100
Sumber : Data Fiktif

Contoh 3: Tabulasi Silang ( Cross Tabulation)

Tabel 3 Hasil penilaian Mahasiswa Berdasakan Semester


Terhadap Kebersihan lingkungan kampus .

Semester
Penilaian I-III IV-VII >VIII Jumlah
Bersih 100 120 80 300
Cukup 60 40 20 120
Kotor 25 15 10 50
Tidak Menjawab 15 7 8 30
Jumlah 200 182 118 500
Sumber : Data Fiktif

65
Contoh 4:
Tabel 4 Keanggotaan Klub dan Tingkat Absensi Berdasarkan
Usia Kerja (%)
Status Muda Tua
Absensi Anggota Bukan Anggota Bukan
Klub Anggota Klub Anggota
Klub Klub
Rendah 48 46 14 15
Tinggi 52 54 86 85
Total 100 100 100 100
Sumber: Data Fiktif

66
BAB 4
METODE ANALISIS DATA

4.1 Macam-Macam Metode Analisis


Ada dua metode secara umum yang dapat digunakan
dalam penelitian yaitu analisis data secara kualitatif (Analisis
Kualitatif) yang digunakan pada penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif. Pada analisis ini tidak menggunakan alat
statistik, akan tetapi dilakukan dengan membaca tabel-tabel,
grafik-grafik, atau angka-angka yang tersedia kemudian
melakukan uraian dan penafsiran.
Analisis data secara kuantitatif (Analisis Kuantitatif),
digunakan pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Pada
pendekatan seperti ini menggunakan alat statistik. Bila
pendekatan menggunakan alat statistik berarti, analisis data
dilakukan menurut dasar-dasar statistik. Ada dua macam alat
statistik yang digunakan yaitu : 1).Statistik Deskriptif dan
2).Statistik Inferensial. Jika dilihat dari jumlah variabel yang
dianalisis ada 3 jenis analisis data yaitu Analisis Univariat,
Analisis Bivariat dan Analisis Multivariat.

67
1) Analisis Data Univariat
Analisis univariat tyang menggunakan satu variable,
erutama menggunakan data yg disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi. Adapun yg ingin diketahui dari analisis univariat
adalah kecenderungan tengah, untuk itu digunakan berbagai
ukuran pemusatan; distribusi/sebaran dengan memakai
berbagai ukuran penyebaran, dan frekuensi dengan
menggunakan angka mutlak atau persentase

2) Analisis Data Bivariat


Adalah analisis terhadap hubungan di antara dua
variabel (hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya).
Analisis ini dapat dilakukan secara deskriptif maupun
inferensial.

3) Analisis Multivariat
Adalah analisis yang dilakukan terhadap lebih dari dua
variabel. Dengan kata lain seorang peneliti dapat menganalisis
hubungan bivariat tersebut dengan menghubungkan lebih jauh
dengan satu atau lebih variabel lainnya. Analisis ini dapat
dilakukan secara deskriptif maupun inferensial.

68
(1) Statistik Parametrik
Statistik parametrik memerlukan terpenuhinya banyak
asumsi:
a. Data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal
b. Data harus homogen
c. Dalam regresi harus terpenuhi asumsi linearitas
Statistik parametrik digunakan untuk menguji parameter
populasi melalui statistik. Statistik parametrik digunakan
untuk menganalisis data dengan skala interval atau rasio

a) Beberapa Contoh Statistik Parametrik


Statistik parametrik memerlukan terpenuhinya banyak
asumsi:
(a) Data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal
(b) Data harus homogen
(c) Dalam regresi harus terpenuhi asumsi linearitas
Statistik parametrik digunakan untuk menguji parameter
populasi melalui statistic. Statistik parametrik digunakan
untuk menganalisis data dengan skala interval atau rasio.
(2) Staistik Non Parametrik
(a) Statistik non parametrik tidak menuntut terpenuhinya
banyak asumsi. Oleh karena itu statistik non parametrik
sering disebut statistik bebas distribusi

69
(b) Statistik non parametrik ini kebanyakan digunakan
untuk menganalisis data nominal, dan ordinal
Dalam menguji hipotesis pada penelitian kuantitatif ada 2
hal yg harus diperhatikan yaitu skala pengukuran dari
variabel penelitian dan bentuk hipotesis yang diajukan.

Beberapa Contoh Statistik Non Parametrik


a) Data Nominal:
1) Chi square satu sampel, untuk bentuk hipotesis
deskriptif
2) Mc Nemar, untuk komparatif
Contingency coefficient, untuk asosiatif
b) Data Ordinal:
1) Run test, untuk deskriptif
2) Wilcoxon test, untuk komparatif Korelasi rank
Spearman, untuk asosiatif
Jika dengan menganalisis data kualitaif diperoleh
gambaran yang teratur tentang suatu peristiwa atau kejadian
maka statistik ini disebut ”Deskriptif“, misalnya pengukuran
nilai sentral (Rata-Rata, Median, Modus), deviasi, perhitungan
angka indeks, ukuran korelasi dan trend. Metode lebih lanjut
dimana dalam analisis tersebut memberikan cara bagaimana
menarik kesimpulan mengenai ciri-ciri populasi tertentu

70
berdasarkan hasil dari analisis serangkaian sampel yang
diambil dari populasi tersebut dinamakan“ Metode Statistik
Imprensial.

4.2. Pemilihan Metode Analisis Data


Pemilihan metode analisis data menggunakan
pendekatan kualititatif atau kuantitatif. Dalam pendekatan
kuantitatif persyaratan pertama yang harus terpenuhi adalah
alat uji statistik yang akan digunakan harus sesuai.
Pertimbangan utama dalam memilih alat uji statistik ditentukan
oleh pertanyaan untuk apa penelitian tersebut dilakukan dan
ditentukan oleh tingkat/sekala, distribusi dan penyebaran data.
Pertimbangan kedua dalam memilih alat uji statistik ini adalah
luasnya pengetahuan statistic yang dimiliki serta ketersediaan
sumber-sumber dalam hubungannya dengan perhitungan dan
penafsiran data.
Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif berbeda
dengan pendekatan kuantitatif, dalam pendekatan kualitatif
perhatian dipusatkan kepada prinsip umum yang mendasari
perwujudan dan satuan gejala yang ada dalam kehidupan
manusia atau pola yang ada. Analisis yang dilakukan adalah
gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh pola yang

71
berlaku, dan pola tersebut dianalisis dengan teori yang objektif
(Parsudi:1994:6 dalam Sedarmayanti dan Saifudin, 2002:165).
Penelitian kualitatif mampu mengungkapkan gejala yang
ada di masyarakat secara sistimatis. Oleh karena itu urutan atau
sistimatika yang ada dalam penelitian memberikan urutan serta
pola berfikir secara sistimatis dan komplek. Penelitian dengan
pendekatan kualitatif ini mampu mengungkap gejala yang ada
di masyarakat secara sistimatis secara mampu mengungkapkan
kejadian yang sebenarnya sehingga akan sulit ditolak
kebenarannya.
4.3.Pemilihan Metode Statistik Menurut Skala Pengukuran
Pemilihan terhadap alat statistika dalam penelitian
kuantitatif sangat tergantung pada skala pengukuran dari
variabel yang digubakan. Dalam analisis nantinya apakah
menggunakan statistic parametrik atau statistic non parametrik.
Bila dalam analisis kuantitatif tersebut di mana skala ukuran
variable adalah nominal atau ordinal umumnya menggunakan
statistik non parametrik. Apabila skala ukuran bariabel yang
digunakan adalah interval atau rasio maka statistic yang
digunakan adlah statistik parametric. Walaupun demikian
untuk skala interval atau rasio dapat juga menggunakan alat
statistik non parametrik namun banyak sekali kehilangan
informasi yang dimiliki oleh data dengan skala interval dan
rasio tersebut.
72
Penggunaan statistik parametrik dan non parametrik
untuk menganalisis data khususnya menguji hipotesis. Untuk
menggunakan statistik parametrik dan non parametrik dalam
suatu analisis sangat tergantung pada macam data dan bentuk
hipotesis yang diajukan. Contoh statistik parametrik antara
lain: Korelasi product moment, korelasi parsial, korelasi ganda,
regresi, analisis varian dan sebagainya.
Contoh statistik non parametrik adalah Chi kuadrat,
Mann Whitney, Mc Memar, Cochran, Coefisien contingency,
korelasi Rank Spearman, Kruskal Wallis dans ebagainya.
Menurut Sugiono (2003), hipotensis deskriptif yang akan diuji
dengan statistik parametrik merupakan dugaan terhadap nilai
dalam satu sample, dibandingkan dengan standar, sedangan
hipotesis deskriptif yang akan diuji dengan statistik non
parametrik merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara
signifikan nilai antar kelompok dalam satu sampel.
Hipotesis komparatif merupakan dugaan ada tidaknya
perbedaan secara signifikan nilai-nilai 2 kelompok atau lebih.
Hipotesis asosiatif adalah dugaan terhadap ada tidaknya
hubungan secara siginifikan antara dua variabel atau lebih.
Untuk memilih metode statistik mana yang dipakai (parametrik
ataukah nonparametrik) dalam pembuatan keputusan tentang

73
pengujian hipotesis penelitian Seigel (1992) juga
mengharuskan melihat beberapa kriteria:yaitu:
1) kekuatan yang bagaimana yang dipunyai tesnya;
2) kemungkinan penerapan model statistik yang menjadi dasar
tes pada data diteliti:
3) kekuatan efesiensi;
4) tingkat pengukuran yang ingin dicapai dalam penelitian
tersebut.
Di bawah ini diberikan Tabel 4.1 yang berisi tentang
penggunaan statsitik parametrik dan non parametrik untuk
menguji hipotesis.

74
Tabel 4.1 Penggunaan statistik parametrik dan non
statistik parametrik untuk menguji hipotesis

Skala Hubungan-hubungan Contoh-contoh Tes Statistik yang


yang membatasi Data Statistik Sesuai
Nominal (1) Ekuivalensi Modus Tes Statistik
Frekuensi Nonparame trik.
Koefesien
Kontingensi
Ordinal (1) Ekuivalensi Median
Persentil Tes Statistik
Nonparame-
(2) Lebih besar dari Sepearman trik
Kendal

Interval (1) Ekuivalensi Mean (rata-rata) Tes Statistik


(2) lebih besar dari Deviasi standar Nonparame-trik
(3) Rasio sembarang dua Korelasi Produk dan
interval diketahui momen Parametrik
Tungal dan
berganda

Rasio 1) Ekuivalensi
(2) lebih besar dari Mean geometrik Tes Statistik
(3) Rasio sembarang dua Koefesien variasi Nonparame-trik
interval diketahui dan
(4) Rasio sembarang dua Parametrik
harga skala diketahui

Sumber : Seigel, (1992).

Penggunaan tes statistik non paramtrik dalam beberapa


kasus datanya banyak dirubah dari data absolut menjadi skor,
atau peringkat (rank) atau bahkan menjadi tanda (sign). Metode
semacam ini mulanya menimbulkan kritik bahwa metode ini
tidak menggunakan segala informasi yang ada dalam sampel,
atau bahkan ada mengatakan "membuang-buang

75
informasi".Berhubungan dengan hal itu, agar informasi yang
ada dalam sampel dapat digunakan secara maksimal dan
memadai, maka sangat tergantung dari tingkat pengukuran
yang diperoleh dan pengetahuan peneliti tentang
populasinya.Apabila tingkat ukuran data lebih rendah dari
skala interval, menggunakan tes parametrik menuntut peneliti
untuk menambah informasi. Dengan demikian mungkin akan
terjadi penyimpangan yang sama besar dan mungkin sama
rusaknya sebagai akibat dari membuang informasi pada waktu
merubah skor mendai rangking. Terlebih lagi, anggapan yang
dibuat dalam pembenaran penggunaan tes statistik biasanya
hanya didasarkan atas dugaan dan anggapan, tetapi
pengetahuan sifat-sifat mengenai paramater populasinya
hampir selalu tidak ada. Oleh karena itu untuk berbagai
distribusi populasi, tes non paparemtrik jelas lebih unggul
kekuatannya dibandingkan dengan tes parametrik (Whitney,
1948) dalam Suyana Utama (2005).
Hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian
berkaitan erat dengan perumusan masalah yang diajukan
walaupun tidak setiap penelitian harus ada hipotesisnya. Tetapi
setiap penelitian harus merumuskan masalah. Untuk mencari
pengaruh varian variabel dapat digunakan teknik ststistik yaitu
dengan menghitung besarnya koefisien determinasi. Koefisien

76
determinasi dihitung dengan mengkuadratkan koefisien
korelasi yang telah ditemukan dan selanjutnya dikalikan
dengan seratus persen.
Misalnya jika ditemukan korelasi positif dan signifikan
antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 0,80 ini
berarti bahwa koefisien determinasi sama dengan 0, 802 = 0,64.
Jadi dapat disimpulkan bahwa varian yang teradi pada variabel
dependen 64% dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi
pada variabel bebas. Dan sisanya sebesar 36% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model.
Beberapa contoh analisis statistik non parametrik
dikemukakan sebagai berikut (Suyana Utama, 2005)
1) Uji Satu Sampel
Contoh uji satu sampel yang dikemukakan dalam
contoh ini adalah Uji Normalitas. Uji normalitas dengan
menggunakan statistik nonparamaterik dengan menerapkan
metode Kolmogorov. Uji ini untuk mengetahui tingkat
kesesuaian antara distribusi serangkaian data sampel (skor
yang diobservasi) dengan distribusi teoritis tertentu. Tes ini
menetapkan apakah skor-skor dalam sampel dapat secara
masuk akal dianggap berasal dari populasi tertentu degan
distribusi tertentu. Data yang digunakan dalam analisis ini
minimal berskala ordinal.

77
Tabel 4.2 Penjualan Pedagang Kaki Lima dalam 1 Bulan (Juta Rp)
Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penjualan 38 49 32 28 37 51 32 47 25 38
Sampel 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Penjualan 33 35 49 52 66 53 45 71 46 35

Sumber: Data Fiktif


Ujilah dengan statistik nonparametrik data penjualan
22 pedagang kaki lima dalam satu bulan (Juta Rupiah),
apakah berdistri normal atau tidak.
Jawab:
1) Formulasi hipotesis:
Ho : Hasil penjualan pedagang kaki lima berdistribusi
normal
HI : Hasil penjualan pedagang kaki lima tidak berdistribusi
normal
2) Tingkat signifikan misalnya 5% N = 20 D = 0,294
3) Kriteria pengujian
H0 diterima bila Dhitung ≤ 0,294 atau nilai sig > 0,05
HI ditolak bila D hitung > 0,294 atau nilai sig ≤ 0,05
4) Perhitungan
Berasarkan atas hasil perhitungan Kolmogorov dengan
menggunakan SPSS, Tabel 4.2 maka nilai D = 0,164 atau
nilai signifikansi = 0, 164

78
5) Kesimpulan
Oleh karena D hitung 0,164 lebih kecil dari 0,294 atau
nilai signifikansi 0,166 lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima.
Ini berarti bahwa hasil penjualan pedagang kaki lima tersebut
berdistribusi normal.
Tabel 4.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sales
N 20
a,b
Normal Parameters Mean 43.1000
Std. Deviation 12.06081
Most Extreme Differences Absolute .164
Positive .164
Negative -.079
Test Statistic .164
Asymp. Sig. (2-tailed) .166c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

2) Uji Tanda Wilcoxon


Uji tanda beranking Wilcoxon digunakan untuk menguji
perbedaan rata-rata data berpasangan. Data yang diperlukan
minimal berskala interval dari suatu sample random
berpasangan, seperti: (X1, Y1), (X2, Y2) ……(Xn, Yn) yang
jumlahnya sebanyak n pengamatan. Pengujian dilakukan
79
dengan menggunakan statistik T (Tabel Wilcoxon). Nilai T
dihitung diperoleh dengan menjumlahkan ranking yang
bertanda positif atau negatif yang dipilih jumlahnya lebih
sedikit.
Contoh:
Sepuluh petak sawah yang ditanami dua jenis padi, yaitu
pada jenis lama dan padi jenis baru. Hasilnya hektar (dalam
kuintal) sebagai berikut.

Petak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Padi Lama
51 49 54 52 60 55 53 57 56 52
Padi Baru
63 54 61 56 57 65 63 64 61 62

Ujilah dengan metode Wilcoxon apakah padi jenis baru


produksinya lebih banyak dibandingkan dengan yang jenis
lama?
Jawab
1) Formulasi hipotesis
H0 : µ2 ≤ µ1 produktivitas padi jenis baru lebih kecil
dibandingkan dengan jenis lama
HI : µ2 > µ1 Produktivitas padi jenis baru lebih besar
dibandingkan dengan padi jenis lama
µ1 adalah rata-rata produktivitas padi jenis lama
µ2 adalah rata-rata produktivitas padi jenis baru
2) Tentukan tingkat signifikansi 0,05, n = 10 (dan
tidak ada data yang
80
seri atau sama). T w0,05 = 11
Kriteria pengujian
Ho diterima bila T hitung ≥ 11
Ho ditolak bila T hitung < 11
4) Perhitungan statistik
Hasil perhitungan dengan Wilcoxon menggunakan SPSS
diperoleh hasil seperti ouput Tabel 4.3, yaitu nilat T hitung 1
< 11.
5) Kesimpulan
Berdasarkan hasil olahan SPSS diperoleh nilat T hitung = 1
lebih kecil dari pada T table = 11 atau nilai signifikansi
0,007 (untuk uji 2 sisi), dengan pengujian satu sisi nilai ini
dibagi dua menjadi 0,0035. Angka ini lebih kecil dari 0,05,
berarti Ho ditolak, bahwa produktivitas padi jenis baru
lebih besar dari pada produktivitas padi jenis lama.
Tabel 4.4
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Pbaru – Plama Negative Ranks 1a 1.00 1.00
Positive Ranks 9b 6.00 54.00
Ties 0c
Total 10
a. Pbaru < PLama
b. Pbaru > PLama
c. Pbaru = PLama

81
Test Statisticsa
Pbaru - PLama
Z -2.706b
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

3) Uji Man and Whitney


Metode Man and Whitney digunakan untuk menguji
beda dua rata-rata untuk sampel yang independen. Misalnya
untuk membandingkan rata-rata kelompok sampel A dengan
jumlah pengamatan sebanyak n1 dengan kelompok sampel B
yang jumlah pengamatannya sebanyak n2. Data yang akan
dibandingkan dibuatkan rankingnya secara keseluruhan, yaitu
dari 1 sampai dengan n1 + n2. Ranking dibuat dari yang
skornya terkecil ke skor yang lebih besar. Apabila ada skor
yang sama, maka rankingnya dirata-ratakan. Kemudian ranking
dari masing-masing kelompok sampel dijumlahkan. Asumsi
yang mendasari teori statistik ini bahwa sampel yang diambil
dari masing-masing populasi adalah random, variabelnya
kontinyu, apabila data yang skornya sama diperkenankan, dan
skala pengukuran yang diperlukan minimal ordinal.

Contoh:
Sebanyak 20 orang karyawan hotel diteliti mengenai rata-rata
persentase tabungan yang dimiliki dari pendapatan yang
82
diterimanya per bulan selama tahun 2018 adalah sebagai
berikut.

Pria 21 19 21 27 19 20 25 17 29 18
Wanita 20 21 28 23 24 24 22 26 32 23

Ujilah apakah terdapat perbedaan rata-rata persentase tabungan


yang dimiliki antara karyawan pria dan wanita.
Jawab:
1) Formulasi hipotesis
H0 : µ1 = µ2
HI : µ1 ≠ µ2
2) Tingkat keyakinan 95%
3) Kriteria pengujian
Untuk n1 = 10 dan n2 = 10 pengujian dua sisi, maka dari
tabel Mann-Whitney, diperoleh Twα/2 = 24 sehingga:
Ho diterima apabila T hitung ≥ 24
Ho ditolak apabila T hitung < 24
4)Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS yang
ditunjukkan pada Tabel 4.4 diperileh nilai TW = 27,5, atau
nilai signifikansi 0,088.
5) Oleh karena T terkecil 27,5 lebih besar dari 24 atau nilai
signifikansi 0,088 > 0,05, maka Ho diterima. Ini berarti

83
bahwa rata-rata persentase tingkat tabungan antara pegawai
hotel laki-laki dengan yang wanita tidak berbeda nyata.

Tabel 4.5
Mann-Whitney Test
Ranks
Jeni_Kelamin N Mean Rank Sum of Ranks
Tabungan Laki-laki 10 8.25 82.50
Wanita 10 12.75 127.50
Total 20

Test Statisticsa
Tabungan
Mann-Whitney U 27.500
Wilcoxon W 82.500
Z -1.706
Asymp. Sig. (2-tailed) .088
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .089b
a. Grouping Variable: Jeni_Kelamin
b. Not corrected for ties.

4.4 Interpretasi hasil analisis


Setelah ditentukan metode analisis data yg digunakan,
maka selanjutnya dilakukan interpretasi terhadap hasil yg
diperoleh. Untuk interpretasi yg didasarkan atas statistik
deskriptif khususnya tabulasi silang ada aturan atau ketentuan
yg harus diperhatikan. Apabila diasumsikan ada satu variabel

84
bertindak sebagai variabel pengaruh, dan satu lagi sebagai
variabel terpengaruh, maka arah perhitungan persen untuk
tabulasi silang selalu dihitung searah dengan variabel
pengaruhnya
Untuk interpretasi yang didasarkan atas statistik deskriptif
khususnya tabulasi silang ada ketentuan atau aturan yang perlu
diperhatikan. Jika diasumsikan ada satu variabel yang
bertindak sebagai variabel pengaruh dan satunya lagi sebagai
variabel terpengaruh maka arah perhitungan untuk tabulasi
silang selalu dihitung searah dengan variabel pengaruhnya.
Dalam menginterpretasikan tabulasi silang tersebut dengan
membandingkan angka pesen pada sel tabel searah dengan
variabel pengaruhnya.

Variabel pengaruh

Variabel Arah
terpengaruh membandingkan
Angka-angka persen
pada sel-sel tabel

Variabel terpengaruh

Arah perhitungan 100%

85
Interpretasi hasil penelitian dilakukan untuk mencari
makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil-hasil penelitian.
Interpretasi hasil analisis dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu: 1) Cara Interpretasi terbatas karena penelitian hanya
melakukan interpretasi atas data dan hubungan yang ada
dalam penelitiannya. Interpretasi ini dalam pengertian sempit
tetapi paling sering dilakukan. Pada waktu menganalisis data
penelitian secara otomatis pneliti membuat interpretasi di
mana analisis dan interpretasi yang dilakukan sangat erat
hubungannya karena keduanya dilakukan hampir bersamaan.
2) Cara yang lebih luas, dapat dilakukan jika penelitian
dilakukan mencoba mencari pengertian yang lebih luas tentang
hasil-hasil yang telah didapatkannya dari analisis.
Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan cara
membandingkan hasil analisis dengan kesimpulan peneliti lain
dan dengan menghubungkan kembali interpretasinya dengan
teori. Tahap ini sangat penting dilakukan, namun sering tidak
dilakukan oleh peneliti social. Misalnya suatu pnelitian
menggunakan teknik korelasi untuk mencari hubungan dua
variabel. Setelah dihitung diperoleh hasil koefisien korelasi
yang cukup tinggi (r=0,85) dengan tingkat signifikansi 0,001,
tahap inilah yang dinamakan analisa. Proses analisa kemudian
dilanjutkan dengan menginterpretasikan koefisien korelasi

86
yang diperoleh tersebut. Dalam proses interpretasi ada
serangkaian pertanyaan yang harus di jawab oleh seorang
peneliti apakah arti koerisien korelasi 0,85 tersebut?, apakah
arti yang lebih luas dari penemuan tersebut bila dibandingkan
dengan hasil peneliti-peneliti terdahulu?. Arti koefesien
korelasi ini karena nilainya tinggi dan signifikan dapat
dikatakan bahwa korelasi yang tinggi dapat disimpulkan bahwa
hubungan yang tinggi antara variabel satu dengan variabel
lainnya bukan terjadi secara kebetulan tetapi secara sistematis.
Maka dapat dikatakan hipotesis tersebut didukung oleh
observasi atau realitas dengan demikian hasil ini dapat
dikatakan mendukung teori dengan konsisten.
Pada garis besarnya analisis dalam penelitian sosial
dapat dibagi kedalam 2 kelompok yaitu analisis untuk
katagorikal dan analisis untuk data bersambungan. Metode
analisis dengan data katagorikal ini menggunakan metode
tabulasi silang. Sedangkan data yang berkesinambungan
biasanya menggunakan alat statistik seperti distribusi
frekwensi, ukuran kecendrungan sentral, analisis perbedaan,
analisis varians, analisis multivariat dan sebagainya.

87
BAB 5
PENULISAN LAPORAN DAN TEKNIK PRESENTASI

Penyusunan laporan merupakan langkah akhir yang


dilakukan oleh para peneliti. Jika laporan penelitian belum
dibuat oleh peneliti maka keberhasilan pelaksanaan penelitian
tersebut belum dianggap berhasil. Walaupun penelitian tersebut
telah dilaksanakan melalui proses pelaksanaan yang sangat
baik dan model-model yang sudah dibangun dari penelitian
tersebut sangat bermutu, belum dapat dianggap benar-benar
berhasil jika laporan penelitian belum dibuat.
Hasil kegiatan yang dilakukan oleh para peneliti dengan
menggunkan prosedur tertentu secara ilmiah sudah benar, maka
hasil dari kegiatan tersebut harus ditulis dan dilaporkan, oleh
karena laporan merupakan media komunikasi. Media
komunikasi yang dimaksud adalah media komunikasi antara
penyusun/lembaga pelaksanaan kegiatan dengan badan-badan
atau pihak lain yang berkepentingan dengan laporan tersebut.
Jika penelitian yang dilakukan merupakan hasil evaluasi baik
terhadap input, proses, output, maupun dampak dari suatu
kegiatan yang akan dijadikan sebagai sumber untuk mengambil
suatu kebijakan tertentu maka laporan penelitian tersebut

88
laporan tersebut akan sangat bermanfaat bagi pihak yang
berwenangan untuk dijadikan dasar pengambilan kebijakan.
Jika tidak ada laporan penelitian maka akan sulit untuk
diketahui apakah suatu kegiatan penelitian telah sesuai dengan
apa yang ingin dituju. Apabila telah sesuai, faktor-faktor
kekuatan apa yang mendukung keberhasilan kegiatan tersebut,
apabila tidak sesuai di bagian mana/faktor-faktor apa yang
menyebabkan kegiatan tersebut tidak mencapai sasaran.
Kesemua ini tidak hanya perlu diketahui oleh para
penyelenggara kegiatan, tetapi juga pengambil kebijakan
sehingga segera dapat diambil langkah-langkah perbaikan.
Penyusunan laporan penelitian lebih merupakan seni, sehingga
pengalaman penulis lebih banyak berperan dalam menambah
keindahan penulisan.
Bentuk laporan penelitian sangat tergantung pada siapa
target sasaran pembaca, apakah masyarakat luas,apakah
akademisi, apakah atasan sendiri atau lainnya. Maka dari itu
penggunaan bahasa, gaya bahasa yang dipakai serta istilah-
istilah yang dipilih dimaksudkan supaya pembaca dapat
mencerna isi laporan tersebut dan dapat memahami penemuan-
penemuan yang disepakati. Karena itu sistematika penyusunan
laporan, cara penyampaian temuan, alat-alat yang digunakan
serta penafsiran yang diberikan harus memenuhi sasaran yang

89
dituju. Walaupun penyusunan laporan penelitian seringkali
kurang mengasikkan, tetapi laporan harus dibuat, oleh karena
jika penelitian menggunakan dana masyarakat sebagai sumber
pendanaan maka laporan yang dibuat sekaligus sebagai laporan
pertanggujawan terhadap seluruh kegiatan penelitian yang telah
dilaksanakan.
Para penulis laporan hendaknya menyadari bahwa laporan
yang dibuat tersebut sebagai ajang yang berfungsi sebagai
komunikasi. Laporan penelitian yang dibuat bukan hanya bagi
dirinya sendiri, tetapi sebagai alat komunikasi dengan orang
lain. Oleh karena itu pembaca yang dituju sangat menentukan
corak laporan penelitian yang dibuat. Laporan penelitian yang
dibuat untuk kalangan ilmuan akan sangat berbeda dengan
laporan yang ingin disampaikan pada pembuat keputusan.
Laporan penelitian sebaiknya dibuat bertahap, berupa
laporan pendahuluan, dan kemudian berupa laporan akhir.
Laporan pendahuluan merupakan draft yg masih perlu
disempurnakan, malalui kegiatan seminar, atau
mengkonsultasikan nya dengan pembimbing atau ahlinya.
Laporan penelitian, harus dibuat secara sistematis dan logis
pada setiap bagian, shg pembaca mudah memahami langkah-
langkah yg telah ditempuh dalam penelitian tersebut.

90
5.1 Tujuan Penyusunan Laporan
Langkah terakhir dari suatu kegiatan penelitian adalah
menyusun laporan. Bagaimanapun baiknya pelaksanaan suatu
penelitian, bagaimanapun bermutunya model-model yang
sudah dibangun dari penelitian tersebut, belumlah dianggap
benar-benar berhasil jika laporan penelitian belum dibuat. Hasil
kegiatan harus ditulis dan dilaporkan, karena laporan
merupakan media komunikasi antara penyusun/lembaga
pelaksanaan kegiatan dengan badan-badan atau pihak lain yang
berkepentingan dengan laporan tersebut. Lebih-lebih laporan
tersebut merupakan hasil evaluasi, baik terhadap input, proses,
output, atau dampak dari suatu kegiatan, sehingga akan sangat
bermanfaat bagi pihak yang berwenangan untuk dijadikan
dasar pengambilan kebijakan. Tanpa ada laporan penelitian
akan sulit untuk diketahui apakah suatu kegiatan penelitian
telah sesuai dengan apa yang ingin dituju. Apabila telah sesuai,
faktor-faktor kekuatan apa yang mendukung keberhasilan
kegiatan tersebut, apabila tidak sesuai di bagian mana/faktor-
faktor apa yang menyebabkan kegiatan tersebut tidak mencapai
sasaran. Kesemua ini tidak hanya perlu diketahui oleh para
penyelenggara kegiatan, tetapi juga pengambil kebijakan
sehingga segera dapat diambil langkah-langkah perbaikan.
Penyusunan laporan penelitian lebih merupakan sent, sehingga

91
pengalaman penulis lebih banyak berperan dalam menambah
keindahan penulisan. Bentuk laporan penelitian sangat
tergantung pada siapa pembaca yang ditargetkan, apakah
masyarakat luas, akademisi, atasan sendiri atau lainnya. bahasa
yang digunakan, gaya bahasa yang dipakai serta istilah-istilah
yang dipilih dimaksudkan supaya pembaca dapat mencerna isi
laporan tersebut dan dapat memahami penemuan-penemuan
yang disepakati. Karena itu sistematika penyusunan laporan,
cara penyampaian temuan, alat-alat yang digunakan serta
penafsiran yang diberikan harus menemui sasaran. Walaupun
pekerjaan penulisan laporan penelitian seringkali kurang
mengasikkan, tetapi laporan harus dibuat, karena segala
kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan, lebih-lebih
melibatkan dana masyarakat, harus dipertanggung jawabkan.
Penulis laporan harus menyadari bahwa laporan yang
dibuatnya mengemban fungsi komunikasi. Laporan penelitian
yang dibuat bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi sebagai
alat komunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu pembaca
yang dituju sangat menentukan corak laporan penelitian yang
dibuat. Laporan penelitian yang dibuat untuk kalangan ilmuan
akan sangat berbeda dengan laporan yang ingin disampaikan
pada pembuat keputusan. Laporan juga akan berbeda dalam
bentuk dan cara pengungkapannya jika laporan tersebut
ditujukan kepada masyrakat awam.

92
5.2 Format Laporan Penelitian
Bagian Awal, berisi hal-hal seperti:
1) judul
2) prakata
3) daftar isi
4) daftar tabel
5) daftar gambar
6) daftar lampiran

Bagian Utama, pada umumnya terdiri dari:


1) pendahuluan
2) kajian pustaka
3) metode penelitian
4) hasil penelitian
5) simpulan dan saran
Bagian Akhir, terdiri atas daftar bacaan, serta lampiran-
lampiran

5.3 Jenis laporan penelitian


Ada beberapa jenis laporan penelitian, diantaranya
adalah laporan ringkas atau sumary (summary report), laporan
lengkap atau monograf, dan laporan untuk pengambil
kebijakan. Secara ringkas masing-masing jenis laporan tersebut
dijelaskan sebagai berikut.

93
1) Laporan ringkas (Summary Report}
Laporan ringkas diarahkan pada temuan-temuan utama
saja, tanpa memasukkan desain dan metode yang dipakai
dalam melakukan penelitian. Laporan penelitian ringkas dibuat
sekitar lima halaman. Pada bagian awal harus terdapat
pernyataan singkat tentang pentingnya penelitian, masalah
yang dipelajari, dan luas serta kedalaman pembahasan.
Kemudian ditulis kesimpulan dan rekoinendasi yang disusul
oleh temuan yang mendukungnya. Dalam laporan ringkas
dihindarkan penggunaan istilah-istilah teknis.

2) Laporan lengkap (monograf) atau laporan panjang


Laporan dalam bentuk monograf perlu memperhatikan
beberapa hal.
a) Laporan harus berisi proses kegiatan secara
menyeluruh dengan mengutarakan semua teknik dan
pengalaman yang diperoleh selama melakukan
penelitian.
b) Penulisan laporan harus sesuai dengan kelompok
target pembaca laporan. Materi serta keterangan yang
diberikan hams disampaikan secara integratif, di
mana kesinambungan antara satu diskusi dengan
diskusi lainnya, ataupun antara satu materi dengan
materi yang lain tidak terputus-putus
94
c) Laporan haruss menjelaskan hal-hal yang sebenamya
terjadi di setiap tingkatan analisia. Altematif-altematif
pemecahan yang dilakukan perlu disampaikan dengan
jelas. Janganlah dilaporkan perasaan-perasaan
penults, atau hayalan-hayalan penulis tentang apa
yang akan terjadi, kecuali ramalan-ramalan tersebut
didasarkan atas fakta-fakta. Dengan kata lain laporan
harus berisi rencana-rencana yang telah dibuat secara
logis, bukti-bukti yang ditemukan, dan pelaksanaan
penelitian yang telah dilakukan selama masa itu.
d) Jika diperoleh pengalaman-pengalaman atau
penemuan-penemuan yang tidak ada hubungan
langsung dengan tujuan kegiatan, janganlah temuan
tersebut dibuang, sebab ada kemungkinan hasil
temuan tersebut dapat mempakan kata kunci dalam
memberi makna kegiatan lain di kemudian hari.
e) Dalam laporan juga harus disampaikan kegagalan-
kegagalan serta keterbatasan- keterbatasan yang
dialami disamping sukses yang diperoleh. Dengan
melaporkan kegagalan dan alasan-alasan kuat
mengapa kegagalan tersebut terjadi akan amat
berguna bagi pengambiJ kebijakan dalam
mewaspadakan terhadap kegagalan tersebut.

95
f) Sebelum penulisan laporan penelitian, terlebih dahulu
perlu dibuat outline (kerangka) laporan dan baru
kemudian outline tersebut dikembangkan menjadi
laporan yang terperinci.
g) Laporan penelitian harus dibagi dalam bab-bab, atau
bagian-bagian, sub-sub bagian dengan judul-judul
yang padat, sehingga pembaca dapat lebih mudah
memilih materi yang relevan baginya.

3) Laporan untuk Manajemen atau Pembuat Keputusan


Laporan penelitian yang disampaikan kepada
manajemen atau pengambil kebijakan disebabkan penelitian
yang disusun laporannya berkenaan dengan implikasi yang
diperlukan dalam pengambilan kebijakan. Atau dapat juga
penelitian yang dilakukan disponsori oleh badan-badan tertentu
yang berkehendak untuk mengadakan diagnosa terhadap situasi
ataupun dalam rangka mengadakan evaluasi terhadap suatu
program kegiatan [action plan).
Laporan yang ditujukan untuk pengambil kebijakan
hauss mempunyai bentuk tersendiri. Laporan yang dibuat tidak
perlu dalam bentuk lengkap, karena pembuat kebijakan tidak
memerlukan laporan demikian. Program kegiatan (action plan)
berkehendak memecahkan masalah-masalah yang sangat
menarik perhatian pembuat kebijakan berdasarkan tujuan
96
kegiatan yang telah mereka gariskan. Karena itu laporan harus
diarahkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan usulan
kegiatan yang telah disetujui bersama. Yang diperlukan dalam
laporan tersebut adalah penjelasan serta diagnosa terhadap
masalah. Rekomendasi ini akan dipergunakan, baik untuk
meneruskan program-program yang ada, ataupun dalam rangka
mengadakan beberapa perubahan, sehingga kegiatan yang akan
datang dapat dilaksanakan secara lebih baik.
Gaya laporan untuk manajemen atau pengambil
kebijakan haurs mendorong membaca cepat, pemahaman
menyeluruh atas temuan-temuan utama dengan cepat, dan
pemahaman yang tepat tentang implikasi dan kesimpulan.
Nada laporan bersifat jurnalistik dan harus akurat. Judul-judul
besar dan garis bawah untuk penekanan sangat membantu.
Gambar-gambar dan grafik-grafik seringkali digunakan untuk
menggantikan label. Kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf
harus pendek-pendek dan langsung (Cooper dan Emory, 1996)
Laporan penelitian untuk manajemen atau pengambil
kebijakan biasanya terdiri atas dua bagian:
1) uraian mengenai latar belakang penelitian, masalah-
masalah yang timbul, tujuan penelitian sesuai dengan
usulan penelitian, serta ringkasan dari penemuan dengan
rekomendasi-rekomendasi; dan

97
2) rincian dari pelaksanaan penelitian, sumber-sumber
keterangan, prosedur-prosedur yang digunakan serta
rekomendasi-rekomendasi. Hal-hal yang bersifat teknis
dapat dilampirkan pada bagian kedua laporan.
Pembagian laporan menjadi dua tersebut amat diperlukan
agar sasaran yang ingin dituju dapat dicapai dengan baik. Pihak
manajemen atau pengambil keputusan biasanya hanya
membaca bagian pertama dari laporan, sedangkan bagian
kedua yang berisi laporan yang lebih lengkap dibaca oleh staf
bawahannya.

Laporan untuk pembuat kebijakan perlu ditulis dengan


bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka. Istilah-istitah teknis
jika digunakan haruslah yang sesuai dengan penerapan di
lapangan. Kata-kata yang digunakan hendaknya jangan
membuat para pembuat keputusan tersebut menjadi
tersinggung atau merasa tersudut. Rekomendasi yang diberikan
haruslah berdasarkan studi yang cermat, jangan sekali-kali
memasukkan rekomendasi yang didasarkan pada pemikiran-
pemikiran tanpa dasar fakta. Sebelum laporan dibuat, penulis
laporan perlu mengadakan diskusi terlebih dahulu dengan
pembuat keputusan tersebut. Dengan begitu sebelum
memberikan rekomendasi penyusun laporan telah mempunyai
kesempatan untuk memperoleh "penimbang5 terhadap
rekomendasi-rekomendasi yang akan diberikan dalam laporan.

98
Aturan Penulisan
Setiap lembaga memiliki aturan penulisan tersendiri
sesuai dengan kesepatan diantara mereka. Namun demikian ada
beberapa aturan penulisan untuk laporan penelitian yang dapat
meliputi hal-hal seperti berikut.
1) jenis dan ukuran kertas
2) pengetikan, yang menyangkut margin kertas, cara
3) pengetikan, spasi, bab dan sub bab
4) penomoran
5) tabel dan gambar
6) rujukan dan kutipan
7) bahasa
8) penulisan nama pengarang dalam daftar rujukan
9) penulisan daftar rujukan, penulisan abstrak, dll

5.4 Teknik Presentasi


Presentasi adalah sebuah kegiatan penyampaian
informasi kepada publik melalui sebuah orasi, baik secara
langsung, maupun melalui media. Presentasi memiliki 2 tujuan
yaitu, presentasi informatif bertujuan untuk memperkenalkan
hal baru kepada khalayak, dan presentasi persuasif ditujukan
untuk mempengaruhi sikap, dan perilaku khalayak

99
Beberapa hal penting yg harus dipersipakan dalam
presentasi yaitu:
a) Rasa percaya diri, mengendalikan rasa takut dan emosi
b) Kualitas suara
c) Bahasa dan kata-kata yang digunakan
d) Komunikasi non verbal: kontak mata, ekspresi wajah,
gerakan tubuh, Harus memiliki tujuan dan sasaran yang
jelas dan terarah
e) Harus diingat sebagian besar hadirin menginginkan
seorang presenter berhasil dalam menyampaikan pesan
f) Durasi/waktu yang tersedia
g) Analisis khalayak
h) Perencanaan presentasi
i) Penggunaan alat bantu viaual
j) pakaian, aksesoris yg digunakan

1) Persiapan

Hal yang terpenting dalam persiapan presentasi adalah


membangun rasa percaya diri dan mengendalikan rasa takut
dan emosi kita, kualitas suara, bahasa dan kata-kata yang
digunakan, dan komunikasi non-verbal, yaitu kontak mata,
ekspresi wajah, penampilan fisik, nada suara, gerakan tubuh,

100
pakaian dan aksesoris yang digunakan akan memberikan efek
atau pengaruh yang cukup besar terhadap penyampaian pesan.
Dalam komunikasi perlu dipegang beberapa prinsip
khususnya dalam persiapan mental yaitu sebagai berikut:
a) Berbicara di depan public bukanlah hal yang sangat
menegangkan.
b) Kita tidak perlu menjadi orang yang sempurna, cerdas
ataupun brilian untuk tampil di depan publik.
c) Siapkan 2-3 poin pembicaraan/pertanyaan, karena
audien akan sulit untuk mengingat lebih dari tiga hal
dalam suatu waktu.
d) Kita harus memiliki tujuan dan sasaran yang jelas dan
terarah.
e) Kita tak perlu menganggap diri kita adalah seorang
pembicara publik.
f) Kita tidak perlu harus dapat sepenuhnya menguasai
seluruh hadirin
g) Kita harus ingat bahwa sebagian besar hadirin
menginginkan kita berhasil dalam presentasi atau
penyampaian pesan kita.

Beberapa hal penting lain yang perlu dipersiapan yaitu sebagai


berikut ini:
a) Durasi, yaitu panjangnya sebuah presentasi
b) Analisis khalayak, yaitu mengenali komunikan

101
c) Perencanaan presentasi, yaitu bagaimana mengorganisasi
pesan dan informasi yang akan disampaikan. Misalnya
diawali dengan persoalan dan diakhiri dengan
penyampaian solusi terbaik.
d) Penggunaan alat bantu visual, yaitu dengan prinsip
mudah dibaca, memberikan penekanan dan kejelasan,
dan sederhana.
e) Beberapa alat bantu yang dapat dipakai anatara lain
papan tulis, Flip Charts, Overhead proyektor, Slide
proyektor, LCD proyektor

2) Penyampaian

Beberapa pertimbangan dalam penyampaian presentasi:


a) Komunikasi verbal, terkait dengan penggunaan bahasa
yang tepat, suara, dan kecepatan dalam penyampaian
presentasi dengan mempertimbangkan daya tangkap
khalayak.
b) Komunikasi non-verbal, aspek penampilan non-verbal
perlu mendapat perhatian. Kontak mata, ekpresi wajah,
postur, dan gerakan tubuh sedapat mungkin menunjang
proses presentasi.

102
5.5 Format Laporan Penelitian
Dalam penyusuanan laporan, Sugiyono (2003)
menyarankan sebaiknya peneliti berperan sebagai pembaca,
sehingga laporan yang disajikan dapat dinilai apakah sudah
baik atau belum. Laporan penelitian sebaiknya dibuat bertahap,
tahap pertama berupa laporan pendahuluan, dan tahap kedua
berupa laporan akhir.
Laporan pendahuluan sifatnya adalah draft yang masih perlu
disempurnakan. Penyempurnaan dapat dilakukan dengan cara
menyeminarkan hasil penelitian, atau mengkonsultasikannya
dengan dosen pembimbing. Melalui seminar dan konsultasi
kekurangan-kekurangan akan dapat diperbaiki.
Laporan penelitian adalah merupakan laporan ilmiah,
untuk itu maka harus dibuat secara sistematis dan logis pada
setiap bagian sehingga pembaca mudah memahami langkah-
langkah yang telah ditempuh dalam penelitian dan hasilnya.
Karena sifatnya alamiah, maka harus replicable, yaitu harus
bisa diulangi oleh orang lain yang akan membuktikan hasil
atau temuan dalam penelitian itu.
Titik tolak dalam penyusunan laporan penelitian adalah
rancangan penelitian yang telah dibuat. Dalam hal tersebut
kedudukan rancangan penelitian menjadi sangat penting. Kalau
dalam rancangan penelitian berisi tentang langkah-langkah

103
yang akan ditempuh dalam penelitian, maka dalam laporan
penelitian berisi laporan pelaksanaan dari hasil rancangan
penelitian.
Laporan umumnya terdiri dari tiga (3) bagian besar
yaitu bagian awal, bagian utama, dan bagian akhir. Bab-bab
pada bagian utama laporan dalam pembahasan mengenai etika
penelitian bisnis telah disampaikan bahwa salah satu fungsi
dari rancangan penelitian adalah sebagai alat evaluasi
keberhasilan penelitian, hubungan yang erat satu dengan
lainnya, bahkan bab-bab berikutnya merupakan jawaban pada
bab-bab sebelumnya.

1) Bagian Awal

Pada umumnya bagian awal berisikan:


a) Judul kegiatan, ditulis dengan kalimat yang jelas dan
padat
b) Prakata, berisi pernyataan-pernyataan tentang tujuan
penulisan laporan, hubungan dengan sponsor (bila ada),
dan ucapan terima kasih
c) Daftar isi, diperlukan agar pembaca dapat mengetahui
bagian-bagian dari laporan dan dapat melihat hubungan
yang terjadi antara bagian yang satu dengan bagian

104
yang lainnya. Daftar isi berisi judul-judul masing-
masing bab, bagian, sub bagian, dan seterusnya.
d) Daftar tabel, diperlukan apabila dalam teks terdapat
cukup banyak tabel (lima tabel/lebih). Daftar tabel
memudahkan pembaca menemukan tabel-tabel tertentu
yang diperlukan.
e) Daftar gambar, penyediaan daftar gambar tersendiri
dalam satu halaman memudahkan pembaca
menemukan di halaman mana gambar tersebut ada.

2) Bagian Utama

Tidak ada standar tertentu untuk bagian utama. Pada


umumnya bagian utama terdiri atas beberapa bagian yaitu
sebagai berikut ini:
a) Pendahuluan, antara lain berisi latar belakang penelitian,
permasalahan, tujuan, dan manfaat penelitian.
b) Kajian pustaka, memuat landasan teori yaitu teori-teori
yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
variabel yang diteliti dan sebagai dasar untuk memberi
jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
diajukan (hipotesis), dan penyusunan instrument. Disini
juga diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang
telah ada sebelumnya yang ada kaitannya dengan
105
variabel yang diteliti. Setelah dibuat landasan teori dan
hasil-hasil penelitian terdahulu, selanjutnya
direkonstruksi ke dalam kerangka pemikiran. Kerangka
pemikiran ini dapat dijadikan tuntunan dalam perumusan
hipotesis berdasarkan atas kajian pustaka yang telah
disusun.
c) Metode penelitian, meliputi hipotesis dan rancangan
penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas
permasalahan yang telah dirumuskan. Rancangan
penelitian meliputi identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, penentuan sampel, teknik
pengumpulan data, dan teknis analisis data.
d) Hasil penelitian, berisi analisis data penelitian dan
pembahasan. Analisis data dan pembahasan bersifat
terpadu, dan penyajiannya dapat disertai label, grafik,
atau bentuk lain. Pembahasan tentang hasil yang
diperoleh berupa penjelasan teoritis, baik secara
kualitatif, kuantitatif, maupun statistik. Hasil penelitian
sebaiknya dibandingkan dengan hasil penelitian
terdahulu yang relevan. Analisis data mengambil
proporsi yang paling besar dibandingkan dengan bagian-
bagian lainnya. analisis data dapat dilakukan melalui dua
(2) tahap yaitu tahap pertama analisis deskriptif, dan

106
kedua analisis statistic infrensial yang tertuju pada
pengujian hipoteis penelitian.
e) Kesimpulan, berisikan kesimpulan dan saran.
Kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari tujuan
penelitian. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil
pengujian hipotesis. Saran yang diberikan pada laporan
harus didasarkan pada data hasil penelitian, dan
didasarkan pada kesimpulan.

3) Bagian Akhir
Pada bagian akhir laporan biasanya berisikan daftar bacaan,
serta lampiran-lampiran dan lainnya bila ada.

5.6 Hukum Komunikasi

Lima (5) komunikasi yang efektif (The 5 Inevitable Laws of


Effektive Communication) yaitu REACH sebagai berikut ini:
a) Respect, sikap hormat dan sikap menghargai terhadap
khalayak atau hadirin.
b) Empaty, yaitu kemampuan kita untuk menempatkan diri
kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain.
Rasa empaty akan memampukan kita untuk dapat
menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan
memudahkan penerima pesan menerimanya. Empaty
107
juga bisa berarti kemampuan untuk mendengar dan
bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun
umpan balik dengan sikap yang positif.
c) Audible, dapar didengarkan atau dimengerti dengan baik
d) Clarity, kejelasan dari pesan yang akan disampaikan
sehingga tidak membingungkan si penerima pesan
e) Sikap rendah hati, yaitu untuk membangun rasa
menghargai orang lain.

108
BAHAN BACAAN

Anwar, S., 2007, Metode penelitian, Penerbit Pustaka Pelajar,


Yogyakarta

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktek. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Format-


format Kuantitatif dan Kualitatif. Airlangga
University Press.

Consuelo G. Sevila, JA Ochave, TG Punsalan, BP Regala,


Gabriel G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode
Penelitian (terjemahan). UI Press, Jakarta.

Cooper, Donald R.& C. William Emory. 1996. Metode


Penelitian Bisnis.. Edisi Kelima Penerbit Erlangga.

Cooper, Donald R & Schindler, Pamela S. 2017. Metode


Penelitian Bisnis. Edisi 12, Buku 1, Salemba
Empat, Jakarta.

Fred N. Kerlinger. 2002. Asas-asas Penelitian Behavioral


(edisi ketiga). Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Ferdinand, Agusty. Metode Penelitian Manajemen. 2014, Edisi


Kelima, Badan Penerbit Universitas Diponegoro .

Jogiyanto H.M.2005. Metodologi Penelitian Bisnis. Salah


Kaprah Dan Pengalaman-Pengalaman. BPFE
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

109
Julia Brannen. 1997..Memadu Metode Penelitian Kualitatif &
Kuantitatif. Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

Kuncoro, Mudradjat. 2003. Metode Riset untuk Bisnis &


Ekonomi. Edisi keempat, Penerbit Erlangga,
Jakarta,

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (editor). 1991. Metode


Penelitian Survai (edisi revisi). LP3ES Jakarta,

Mantra, Ida Bagoes. 2008. Filsafat Penilitian & Metode


Penelitian Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Moh. Nazir. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia,


Jakarta.

Moleong. 2001.Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja


Rosdakarya, Bandung,

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi


Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi & Manajemen
(edisi pertama). BPFE, Yogyakarta.

Rhenald Kasali. 2004. Sukses Melakukan Presentasi. PT.


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sekaran, Uma. 2009. Research Methods For Business : A


Skill-Building Approach (3rd). JohnWilley & Sons, Inc.

Sekaran, Uma & Bougie, Roger. 2017. Metode Penelitian


Untuk Bisnis. Pendekatan Pengembangan Keahlian,
Salemba Empat, Jakarta.

Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin. 2011. Metodologi


Penelitian. Bandung : Mandar Maju
110
Siegel, Sidney.1992. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Penerbit PT. Gramedia Jakarta.

Sugiarto, Dergibson Siagian, Lasmono Tri Sunaryanto, Deny


S. Oetomo. 2001. Tehnik Sampling. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suyana Utama, 2005. Aplikasi Analisis Kuantitatif, Fakultas


Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Sutopo H.B (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar


teori dan Terapannya dalam Penelitian Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Tatang M. Amirin. Menyusun Rencana Penelitian. PT. Raja


Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan . Jakarta :


Bumi Aksara.

Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo. 2009.


Metodelogi Penelitian Sosial . Bumi Aksara, Jakarta :

111
LAMPIRAN

Tabel 1. Harga Kritis D Test Satu Sampel Kolmogorov-


Sminarnov

Tingkat Signifikansi
Ukuran sampel
(N) Dmaksimum = Fcr (X) - Scr (X)
0,20 0,15 0,10 0,05 0,01

1 0,900 0,925 0,950 0,975 0,995

2 0,684 0,726 0,776 0,842 0,929

3 0,565 0,597 0,642 0,708 0,828

4 0,494 0,525 0,564 0,624 0,733

5 0,446 0,474 0,510 0,565 0,669

6 0,410 0,436 0,470 0,521 0,618

7 0,381 0,405 0,438 0,486 0,577

8 0,358 0,381 0,411 0,457 0,543

9 0,339 0,360 0,388 0,432 0,513

10 0,322 0,342 0,368 0,41 0,490

11 0,307 0,326 0,352 0,391 0,468

12 0,295 0,313 0,338 0,375 0,450

13 0,284 0,302 0,325 0,361 0,433

14 0,274 0,292 0,314 0,349 0,418

15 0,266 0,283 0,304 0,338 0,404

16 0,258 0,274 0,295 0,328 0,392

17 0,250 0,266 0,286 0,318 0,381

18 0,244 0,259 0,278 0,309 0,371

19 0,237 0,252 0,272 0,301 0,363

20 0,231 0,246 0,264 0,294 0,356

25 0,210 0,220 0,240 0,270 0,320

30 0,190 0,200 0,220 0,240 0,290

35 0,180 0,190 0,210 0,230 0,270

Lebih
1,07 1,14 1,22 1,36 1,63
dari 35
n n n n n

112
Tabel 2 . Kuantil Tanda Beranking Wilcoxon

Kuantil pada α Kuantil pada 1-α


n
0,005 0,010 0,025 0,050 0,100 0,900 0,950 0,975 0,990 0,995
4 0 0 0 0 1 9 10 10 10 10

5 0 0 0 1 3 12 14 15 15 15

6 0 0 1 3 4 17 18 20 21 21

7 0 1 3 4 6 22 24 25 27 28

8 1 2 4 6 9 27 30 32 34 35

9 2 4 6 9 11 34 36 39 41 43

10 4 6 9 11 15 40 44 46 49 51

11 6 8 11 14 18 48 52 55 58 60

12 8 10 14 18 22 56 60 64 68 70

13 10 13 18 22 27 64 69 73 78 81

14 13 16 22 26 32 73 79 83 89 92

15 16 20 26 31 37 83 89 94 100 104

16 20 24 30 36 43 93 100 106 112 116

17 24 28 35 42 49 104 111 118 125 129

18 28 33 41 48 56 115 123 130 138 143

19 33 38 47 54 63 127 136 143 152 157

20 38 44 53 61 70 140 149 157 166 172

113
Tabel Kuantil Mann-Whitney (α = 0,025) atau T w0,025

n2
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
n1

4 1 2 3 4 5 5 6 7 8 9 10 11 12 12 13 14 15
5 2 3 4 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 18 19 20 21
6 3 4 6 7 9 11 12 14 15 17 18 20 22 23 25 26 28
7 4 6 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
8 5 7 9 11 14 16 18 20 23 25 27 30 32 35 37 39 42
9 5 8 11 13 16 18 21 24 27 29 32 35 38 40 43 46 49
10 6 9 12 15 18 21 24 27 30 34 37 40 43 46 49 53 56
11 7 10 14 17 20 24 27 31 34 38 41 45 48 52 56 59 63
12 8 12 15 19 23 27 30 34 38 42 46 50 54 58 62 66 70
13 9 13 17 21 25 29 34 38 42 46 51 55 60 64 68 73 77
14 10 14 18 23 27 32 37 41 46 51 56 60 65 70 75 79 84
15 11 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 71 76 81 86 91
16 12 16 22 27 32 38 43 48 54 60 65 71 76 82 87 93 99
17 12 18 23 29 35 40 46 52 58 64 70 76 82 88 94 100 106
18 13 19 25 31 37 43 49 56 62 68 75 81 87 94 100 107 113
19 14 20 26 33 39 46 53 59 73 79 86 86 93 100 107 114 120
20 15 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 99 106 113 120 128

114

Anda mungkin juga menyukai