Anda di halaman 1dari 9

Keperawatan Gawat Darurat 2

“Asuhan Keperawatan Heat Cramps”

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Ayu Aristia Harun : 105111101919


2. Qonita : 105111100619

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberi kami kesehatan dan
kesempatan serta kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-nantikan
syafaatnya didunia dan diakhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt atas limpahan nikmat


sehat-Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Heat Cramps”. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu,
Penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini
nantinya bias menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian semoga makalah ini
bermanfaat.

Makassar, 14 Maret 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Heat cramps adalah kram akibat panas, kram tersebut dapat menimbulkan
nyeri pada otot secara mendadak atau kejang otot. Biasanya terjadi pada otot di bagian
belakang tungkai (otot betis dan hamstring) namun dapat juga hingga ke abdomen
yang disebabkan oleh kekurangannya elektrolit.
Heat cramps atau kram karena panas adalah kejang otot hebat akibat keringat
berlebihan, yang terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas.
Biasanya terjadi pada tangan, kaki atau perut. Jika tidak segera diatasi, heat cramps
bisa menyebabkan heat exhaustion.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori kasus kegawatdaruratan pada
Heat Cramp?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan Heat
Cramp?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep teori kasus kegawatdaruratan pada Heat Cramp
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan pada
Heat Cramp
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Heat cramps adalah kram akibat panas, kram tersebut dapat menimbulkan
nyeri pada otot secara mendadak atau kejang otot. Biasanya terjadi pada otot di bagian
belakang tungkai (otot betis dan hamstring) namun dapat juga hingga ke abdomen
yang disebabkan oleh kekurangannya elektrolit.
Heat cramps atau kram karena panas adalah kejang otot hebat akibat keringat
berlebihan, yang terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas.
Biasanya terjadi pada tangan, kaki atau perut. Jika tidak segera diatasi, heat cramps
bisa menyebabkan heat exhaustion.

B. Etiologi
Heat cramps disebabkan oleh hilangnya banyak cairan dan garam ( termasuk
natrium, kalium dan magnesium ) akibat keringat yang berlebihan, yang sering terjadi
ketika :
• Melakukan aktivitas fisik yang berat atau lama menyebabkan bertambahnya panas
yang dihasilkan oleh otot
• Suhu atau kelembaban yang tinggi
• Dehidrasi
• Pakaian yang bertumpuk-tumpuk sehingga mengganggu pengeluaran keringat
• Obat-obatan (diuretik, neuroleptik, fenotiazin dan antikolinergik)
• Penyakit jantung dan pembuluh darah Kelainan fungsi kelenjar keringat

C. Patofisiologis
Heat cramps terjadi pada atlet disebabkan oleh suatu kondisi yang muncul
Selama atau setelah sesi olahraga Intens sebagai kontraksi otot akut yang
menyakitkan dan tidak disengaja, diakibatkan oleh peningkatan suhu tubuh yang
menghasilkan tinggi kalor (panas) kurangnya defisiensi cairan (dehidrasi),
ketidakseimbangan elektrolit ( mineral, kalsium magnesium, dan Potassium), dan
kelebihan neuromuskular pada atlet dapat terjadi kehilangan air dan natrium yang luas
akibat keringat berlebihan dan berulang sering disebut sebagai faktor pendukung
utama yang mendorong terjadinya konsep dan pengembangan kram panas.
D. Manifestasi
 Kram yang tiba-tiba mulai timbul di tangan, betis atau kaki.
 Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk dikendurkan, terasa sangat nyeri.
 Nyeri pada spasme otot selama atau setelah melakukan aktifitas fisik yang
menghasilksan kalor yang tinggi.
 Kram otot yang tidak di sengaja, menyakitkan, kontraksi otot rangka dari
spasmodic, otot berkedut.
 Gelisah
 Suhu tubuh meningkat
 Suhu rektal 36,7 – 37,8 derajat celcius
 Dennyut nadi cepat
 Tekanan darah normal
 Darah lebih pekat
 Kadar NaCL menurun.

E. Penatalaksanaan
Untuk perawatan atau pengobatan pada pasien heat cramps dapat dilakukan
tindakan
• Minta korban untuk berhenti beraktivitas,
• Beristirahat di tempat yang dingin atau tempat teduh
• Renggangkan otot yang kram
• Mengangkat (elevasi) kaki
• Lepaskan Semua pakaian atau area yang ketat
• Jika korban memberikan respon dan tidak mual, berikan air atau minuman
elektrolit .

F. Pencegahan
 Hindari aktivitas berat di dalam lingkungan yang sangat panas atau di dalam
ruangan yang sirkulasinya buruk.
 Dalam cucaca panas gunakanlah pakaian yang longgar dan ringan
 Istirahat dan berlindung di tempat yang teduh hindari tempat yang panas
 Banyak minum air
 Berolahraga secara bertahap dan tingkatkan asupan air dan elektrolit
 Hindari panas yang berlebihan jika
- Sedang mengonsumsi obat-obatan yang menyebabkan terganggunya
pengaturan suhu tubuh
- Obesitas
- Lanjut usia.

G. Komplikasi
 Kerusakan hipetremik dari otak
 Hepar
 Ginjal
 Jantung dan jaringan lainnya
 Kematian

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengakjian merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan utama
dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap dan akurat karena
dari data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan yang dihadapi klien.
1. Pengkajian Sekunder
a. Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi
b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat
c. Alasan masuk rumah sakit.
2. Pengkajian primer
1) Airway
2) Breathing : Nafas Takipnea
3) Circulation : Takikardi, hiperpireksia, kulit kering, hipotensi
4) Disability : Status mental berkisar kebingungan-koma
5) Exposure : Tanggalkan pakaian klien
3. Riwayat Penyakit sebelumnya
4. Keluhan, riwayat alergi, pengobatan sebelumnya, proses terjadinya
5. Pengkajian nyeri (PQRST)
6. Pemeriksaan fisik
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hiperpireksi b/d kegagalan mekanisme pengaturan panas tubuh
2. Gangguan pefusi jaringan b/d perubahan respon motorik/sendori, gelisah
3. Risiko tinggi cidera b/d kejang berulang

C. Intervensi Keperawatan
Hiperpireksi b/d kegagalalan mekanisme pengaturan panas tubuh
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 23 jam menunjukkan temperatur
batas normal.
Kriteria Hasil :
 Bebas dari kedinginan
 Suhu tubuh stabil 36-37 derajat celcius
Intervensi:
1. Pendinginan tubuh dengan menggunakan selimut hipotermia dan tanggalkan
pakaian klien
 Rasional : Dapat membantu pendinginan didalam tubuh agar kembali
normal
2. Beri Deazepam jika menggigil hebat
 Rasional : Dapat meredakan tubuh dari rasa kedinginan akibat suhu
tubuh tidak stabil.

Gangguan perfusi jaringan b/d perubahan respon mototrik/sensori, gelisah


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam bebas dari gelisah.
Kriteria Hasil :
 Mempertahakankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi, dan fungsi
motorik/sensori
 Mendemonstrasikan tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda
peningkatan TIK.
Itervensi :
1. Catat ada/tidaknya refleks-refleks tertentu seperti reflekd menelan, batuk dan
babinski dan sebagainya.
 Rasional : Penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada
tingkat otak tengah atau batang otak dan sangat berpengaruh langsung
terhadap keamanan pasien. Tidak adanya refleks yang emnunjukkan
adanya kerusakan pada medula
2. Pantau suhu dan atur suhulingkungan sesuai indikasi
 Rasional : demam dapt mencerminkan kerusakan pada hipotalamus.
3. Catat turgor kulit dan keadaan membran mukosa
 Rasional : gangguan ini dapat mengarahkan pada masalah hipotermia
atau pelebaran pembuluh darah yang pada akhirnya akan berpengaruh
negatif terhadap tekanan selebral.

Risiko tinggi cidera b/d kejang berulang


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakn selama 3 x 24 jam pasien bebas dari cidera
Kriteria Hasil :
 Menunjukkan homeostatis
 Tidak ada perdarahan mukosa dan bebas dari komplikasi lain
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda komplikasi lanjut
 Rasional : mengetahui komplikasi lainyang terjadi dalam tubuh
2. Kaji status kardiopulmonar
 Rasional : agar tidak kekurangan oksigen didalam tubuh, menjaga pola
aktivitas yang berlebihan
3. Kolaborasi untuk pemantauan laboratorium monitor darah rutin
 Rasional : dapat menjelaskan kondisi yang terjadi agar selalu dipantau
dan dapat dimengerti

D. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.
E. Evaluasi
 Klien sudah mengatakan tidak kedinginan dan suhu kembali normal
 Klien sudah tidak mengatakan tidak ada gejala untuk mual
 Klien sudah tidak mengatakan tidak terjadi kejang

Anda mungkin juga menyukai