Anda di halaman 1dari 6

BAB III

TINJAUAN TEORI

3.1 Landasan Teori

3.1.1 VHF

Komunikasi VHF ( Very High Frequency ) adalah komunikasi utama


yang digunakan di pesawat, untuk berhubungan dengan pihak luar (tower atau
pesawat lain). Komunikasi VHF dapat dipakai untuk komunikasi suara
(voice) maupun data. Sama seperti komunikasi HF, komunikasi VHF
menggunakan gelombang radio sebagai  perantaranya. Frekuensi yang
dipergunakan untuk komunikasi VHF adalah 118.000 MHz sampai 136.975
MHz
Hal yang membedakan dengan HF, komunikasi VHF bekerja
secara line of sight. Hal ini dikarenakan gelombang VHF tidak dapat
dipantulkan oleh lapisan ionosfer. Oleh karena itu komunikasi VHF hanya
dapat dipakai untuk komunikasi dalam jarak  pendek.
Untuk mendukung operasi pesawat, diperlukan beberapa ground
station VHF. Masing-masing station mempunyai frekuensi sendiri. Sebagai
contoh frekuensi untuk tower bandara Mutiara Sis Al-Jufri (PAL) adalah
118,7 MHz dan 123 MHz. Terdapat dua jenis radio VHF yaitu :
1. VHF-A/G (VERY HIGH FREQUENCY – AIR TO GROUND)
Pelayanan komunikasi dalam penerbangan sangat berperan penting
terhadap lalu lintas penerbangan yang teratur, efisien dan ekonomis,
dimana peran komunikasi ini terkait hubungan Air Traffic Controller di
ground dengan pilot yang terbang dari satu lokasi ke lokasi tujuan.
Oleh karena itu, digunakan sebuah peralatan komunikasi yang dapat
menjangkau area terbang pilot.
VHF Air to Ground merupakan AMS (Aeronautical Mobile
Services) yaitu peralatan komunikasi penerbangan dari darat ke udara
atau sebaliknya berupa informasi penerbangan dan pengaturan
pergerakan pesawat termasuk pendaratan dan lepas landas digunakan di
unit pelayanan ATS sebagai sarana komunikasi dengan pilot di pesawat
udara.
Transmitter Very High Frequency adalah suatu peralatan
elektronika yang berfungsi untuk memancarkan gelombang radio
dengan frekuensi VHF (Very High Frequency) untuk komunikasi
ground to air antara pilot dan petugas ATC. Adapun range frekuensi
Very High Frequency yang dipakai adalah 118 MHz – 137 MHz.

2. VHF-ER (Very High Frequnecy – Extended Range)


Peralatan komunikasi antara pilot dengan petugas ATC
menggunakan VHF-A/G yang mana pada unit ADC, APP, maupun
ACC melakukan pengontrolan pergerakan pesawat sesuai dengan
bagian masing-masing. Karena keterbatasan jangkauan pancaran dari
VHF-A/G ini sehingga pada daerah-daerah tertentu yang menjadi
kawasan pengontrolan tidak dapat tercover sehingga dipasanglah VHF-
ER ini.
Antena VHF-ER ditempatkan di daerah pegunungan atau di daerah
tinggi, selanjutnya dibangun stasiun radio untuk penempatan peralatan
dimaksud sehingga dapat menjangkau daerah yang sangat luas sesuai
kebutuhan pelayanan penerbangan ACC (Area Control
Communication). Power dari peralatan ini sebesar 100 watt – 200 watt
tergantung kebutuhan area jangkauan yang dikehendaki, letak geografis
penempatan alat tersebut terkait seberapa jauh pancaran yang
diharapkan. Untuk transmisi VHF-ER ke stasiun center ini sendiri
menggunakan VSAT (Very Small Aperture Terminal).
Fungsi VHF-ER sebagai penguat dari peralatan utama dengan cara
memancarkan informasi yang dikirim oleh ATC di bandara yang
bertanggung jawab lalu dikirimkan menggunakan VSAT (Very Small
Aperture Terminal) ke lokasi VHF- ER serta menerima respon dari
pesawat dan memancarkannya kembali ke bandara bertanggung jawab
yang mana peralatan utama ditempatkan di bandara bertanggung jawab
terhadap pelayanan lalu lintas udara misalkan Bandar Udara Sultan
Hasanuddin Makassar sebagai center di bagian timur sedangkan Bandar
Udara Soekarno Hatta Jakarta sebagai center bagian barat.

3.1.2 Very Small Aperture Terminal (VSAT)


Pada tahun 1945, Ilmuwan Inggris bernama Arthur C. Clarke bahas
pada sebuah artiker Wireless World karyanya pada Oktober 1945 yang
berjudul “Extra-Terrestrial Relays: Can Rocket Stations Give World-wide
Radio Coverage?". Ia membahas karakteristik orbital yang diperlukan untuk
orbit geostasioner dan frekuensi serta daya yang diperlukan untuk
komunikasi.
Tahun 1960-an, NASA mengembangkan komunikasi satelit langsung
yang diberi nama Syncom 1-3. Ia mencoba mentransmisikan liputan langsung
Olimpiade 1964 di Jepang kepada pemirsa di Amerika Serikat dan Eropa.
Pada 6 April 1965, satelit komersial pertama diluncurkan ke ruang angkasa
oleh Intelsat dan diberi nama Early Bird. VSAT pertama di dunia dibuat oleh
Equatorial Communications dan bersifat Receive-Only. Pada awal 1980-an,
Equacomm kemudian mengembangkan sistem C-Band 2 arah menggunakan
antena 1m x 0,5m.
Pada awal 80-an, LINKABIT (pendahulu Qualcomm dan ViaSat)
mengembangkan VSAT Ku-band (12-14 GHz) pertama di dunia untuk
Schlumberger. Saat ini, jaringan Ku-band VSAT terbesar yang berisi lebih
dari 100.000 VSAT dikerahkan dan dioperasikan oleh Hughes
Communications. VSAT masuk pertama ke Indonesia tahun 1989 seiring
dengan bermunculnya bank-bank swasta yang sangat membutuhkan system
komunikasi online seperti ATM (Automated Teller Machine). Pemanfaatan
VSAT di Indonesia termasuk yang pertama di Asia Tenggara, yang
dipelopori oleh perusahaan swasta nasional PT. Citra Sari Makmur (CSM)
dengan lisensi PT TELKOM. CSM mulai beroperasi awal 1990 dengan
memanfaatkan satelit PALAPA. Saat ini selain CSM ada 3 operator VSAT
swasta yaitu Lintasarta, Elektrindo Nusantara dan Rintis Sejahtera
(Primacom).

3.2 Blok Diagram VHF Air to Ground

VHF Air to Ground Commnunication adalah peralatan tranceiver


(Transmitter dan Receiver) yang digunakan untuk komunikasi antara pilot
(pesawat udara) dengan pemandu lalu lintas udara (unit ATS) dalam bentuk
suara yang bekerja pada frekuensi VHF (117,975 MHz sampai dengan 137
MHz).

3.2.1 Receiver

RF IF Detector AF
Amplifier Mixer Amplifier Amplifier

Local
Oscilator

Gambar 2.2 Blok diagram Receiver


a) Antenna : berfungsi menagkap seluruh gelombang radio dari
semua Transmitter
b) Radio Frequency Amplifier (RF Amp) : berfungsi memilih
dan menguatkan gelombang radio yang dipilih dengan
menggunakan tuning tank circuit.
c) Local Oscilator (LO) : berfungsi sebagai pembangkit frequensi
yang frequensinya tergantung dari besarnya frequensi RF.
Tank circuit LO dan RF Amp mempunyai satu sumbu yang
sama apabila merubah tank circuit LO maka tank circuit RF
Amp juga ikut berubah.
d) Mixer : berfungsi mencampur 2 frequensi dari RF Amp dan
LO.
e) Intermediate Frequency Amplifier (IF Amp) : berfungsi untuk
menguatkan frequensi menengah (intermediate frequency)
yang diteruskan dari Mixer.
f) Detector : berfungsi mendapatkan kembali frequensi informasi
berupa suara.
g) Audio Frequency Amplifier (AF Amp) : berfungsi
menguatkan frequensi signal suara kelevel tertentu tergantung
daya amplifier untuk menggetarkan speaker.
h) Speaker : berfungsi merubah signal suara menjadi getaran
suara yang dapat didengar.

3.2.2 Transmitter

Mic Amplifier
Dan Modulator Power
AF Power Amplifier
Amplifier

Local
Oscilator

Gambar 2.3 Blok diagram Transmitter


a) Microphone (Mic) : berfungsi merubah getaran suara menjadi
signal suara.
b) Pre Amplifier (Mic Amp) : berfungsi sebagai penguat awal
signal suara dari microphone agar mampu mendrive AF Amp.
c) AF Power Amplifier : berfungsi menguatkan signal suara ke
level tertentu agar mampu memodulasi frequensi carrier.
d) Modulator : berfungsi untuk memodulasi antara signal carrier
dan signal suara/audio. Modulator mendapat masukan dari AF
Amplifier dan local oscillator.
e) Power Amplifier (PA) : berfungsi menguatkan frekuensi hasil
modulasi yang akan dipancarkan lewat antenna.
f) Antenna : berfungsi Meradiasikan frequensi yang akan
dipancarkan ke udara.

Anda mungkin juga menyukai