Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERKEMIHAN

"GLOMERULONEFRITIS” DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN CAIRAN

OLEH:
ANDI AINUR AISYAH
BT1701038
III B

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menye-lesaikan
makalah ini “GLOMERULONEFRITIS “.Tidak lupa kami ucapkan kepada
dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

PENYUSUN

ANDI AINUR AISYAH

DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
a. Latar belakang......................................................................................................
b. Rumusan masalah.................................................................................................
c. Tujuan .................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................


A. Konsep medis keperawatan ...............................................................................
a. Definisi .........................................................................................................
b. Etiologi .........................................................................................................
c. Patofisiologi .............................................................................................
d. Manifestasi klinis...........................................................................................
e. Komplikasi....................................................................................................
f. Pemeriksaan diagnostik.................................................................................
g. Pemeriksaan penunjang ...............................................................................
B. Konsep asuhan keperawatan..............................................................................
a. Pengajian.......................................................................................................
b. Diagnosa........................................................................................................
c. Intervensi.......................................................................................................
d. Implementasi.................................................................................................
e. Evaluasi .......................................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................


a. Kesimpulan...................................................................................................
b. Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menye-lesaikan
makalah ini “GLOMERULONEFRITIS “.Tidak lupa kami ucapkan kepada
dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

PENYUSUN

ANDI AINUR AISYAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal
tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada
dewasa ( Buku Ajar Nefrologi Anak, edisi 2, hal.323, 2002). Terminologi
glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa
kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada
struktur ginjal yang lain.
2. Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.
Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai
proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus,
tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga
terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard
Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak
penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya
menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.
3. Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau
secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak
menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah
(anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata,
kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi.
Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi
kronis, dan 10% berakibat fatal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu definisi glomerulonefritis?
2. Apa itu etiologi glomerulonefritis?
3. Apa itu patofisiologi glomerulonefritis?
4. Apa itu manifestasi klinis glomerulonefritis?
5. Apa itu komplikasi glomerulonefritis?
6. Apa itu pemeriksaan diagnostik glomerulonefritis?
7. Apa itu penatalaksanaan glomerulonefritis?
8. Apa itu pengkajian glomerulonefritis?
9. Apa itu diagnosa glomerulonefritis?
10. Apa itu intervensi glomerulonefritis?
11. Apa itu implementasi dan evaluasi glomerulonefritis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi glomerulonefritis?
2. Untuk mengetahui etiologi glomerulonefritis?
3. Untuk mengetahui patofisiologi glomerulonefritis?
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis glomerulonefritis?
5. Untuk mengetahui komplikasi glomerulonefritis?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik glomerulonefritis?
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan glomerulonefritis?
8. Untuk mengetahui pengkajian glomerulonefritis?
9. Untuk mengetahui diagnosa glomerulonefritis?
10. Untuk mengetahui intervensi glomerulonefritis?
11. Untuk mengetahui implementasi dan evaluasi glomerulonefritis?

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS KEPERAWATAN
1. DEFINISI
Glomerulonefritis ialah reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau
virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.
Sering ditemukan pada usia 3-7 tahun (pada awal usia sekolah). Lebih sering
mengenai anak laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan 2 : 1 (Kapita
Selekta Kedokteran, 2000 : 487).
Glumerolunefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan
peradangan pada kapiler glumerulus yang fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh
dan sisa-sisa pembuangan. (Nastiyah, 1997 : 125).
Glomerulonefritis adalah suatu sindrom yang ditandai oleh peradangan
dari glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen yang mungkin endogenus
(seperti sirkulasi tiroglobulin) atau eksogenus (agen infeksius atau proses penyakit
sistemik yang menyertai) hospes (ginjal) mengenal antigen sebagai benda asing
dan mulai membentuk antibody untuk menyerangnya. Respon peradangan ini
menimbulkan penyebaran perubahan patofisiologis, termasuk menurunnya laju
filtrasi glomerulus (LFG), peningkatan permeabilitas dari dinding kapiler
glomerulus terhadap protein plasma (terutama albumin) dan SDM, dan retensi
abnormal natrium dan air yang menekan produksi renin dan aldosteron (Glassok,
1988; Dalam buku Sandra M. Nettina, 2001).

2. ETIOLOGI
Timbulnya didahului infeksi ekstrarenal, terutama di traktus respiratorius
bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta haemolyticus golongan A tipe
12, 4, 16, 25 dan 49. antara infeksi bakteri dan timbulnya GN terdapat masa laten
selama 10 hari. GN  juga dapat disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam,
tridion), amiloidosis, trombosis vena renalis, penyakit kolagen, purpura
anafilaktoid, dan lupus eritematosis.
Hubungan antara GN dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali
oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa :
1.   Timbulnya GN setelah terjadinya infeksi skarlatina.
2.   Diisolasinya kuman sterptococcus beta hemolyticus golongan A.
3.   Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum pasien.

3. FATOFISIOLOGI
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebukan lekosit dan
proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, lekosit dan protein plasma dalam ruang
Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon
imunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan antibodi dengan
mikroorganisme yaitu streptokokus A.
Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang
menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding kapiler
dan menjadikan lumen pembuluh darah menjadi mengecil yang mana akan
menurunkan filtrasi glomerulus, insuffisiensi renal dan perubahan permeabilitas
kapiler sehingga molekul yang besar seperti protein dieskresikan dalam urine
(proteinuria).

4. MANIFESTASI KLINIK 

1) Hematuria (darah dalam urine) 


2) Proteinuria (protein dalam urine) 
3) Edema ringan terbatas disekitar mata atau seluruh tubuh 
4) Hypertensi (terjadi pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama
dan akan normal kembali pada akhir minggu pertama juga). 
5) Mungkin demam 
6)  Gejala gastrointestinal seperti mual, tidak nafsu makan, diare, konstipasi. 
7)   Fatigue (keletihan/kelelahan)

5. KOMPLIKASI
1) Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia.
Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun
bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
2) Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan
edema otak.
3) Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4) Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis
eritropoetik yang menurun.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1).    Pemeriksaan laboratorium  

a)   LED (Laju Endap Darah) meningkat. 


b)   Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam
dan air). 
c)   Pemeriksaan urin menunjukkan jumlah urin menurun, Berat jenis
urine meningkat. 
d)   Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien,
ditemukan :Albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder
leukosit, eritrosit, dan hialin. 
e)   Albumin serum sedikit menurun, komplemen serum (Globulin
beta- IC) sedikit menurun.
f)   Ureum dan kreatinin meningkat. 
g)   Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi
streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja. 
h)   Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien. 

2).    Test gangguan kompleks imun 

3).   Biopsi ginjal

7. PENATALAKSANAAN

1. Medik
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi
penyembuhan kelainan di glomerulus.
a). Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8
minggu.
b).   Pemberian penisilin pada fase akut.
Pemberian antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi
streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin dianjurkan
hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksis yang lama sesudah
nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan, karena
terdapat imuntas yang menetap.
c). Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan keseimbangan
cairan dan elektrolit). Pemberian diet rendah protein ( 1 gr/kg BB/hari)
dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak dinerikan pada pasien
dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila
ada anuria/muntah diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%.
Komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria maka
jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
d).  Pengobatan terhadap hipertensi.
e). Bila anuri berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus dikeluarkan
dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis, hemodialisis,
transfusi tukar dan sebagainya.
f).  Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi
akhir-akhir ini pemberian furosemid (lasix) secara intravena (1 mg/kg
BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika
ginjal dan filtrasi glomerulus.
g).  Bila tidak timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan
oksigen.
2). Keperawatan
a). Istirahat mutlak selama 2 minggu.
b). Pengawasan tanda-tanda vital secara 3x sehari.
c). Jika terdapat gejala dispnea/ortopnea dan pasien terlihat lemah adalah
kemungkinan adanya gejala payah jantung, segera berikan sikap
setengah duduk, berikan O2 dan hubungi dokter. 
d). Diet protein 1 gr/kg BB/hari dan garam 1 gr/hari (rendah garam).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian keperawatan dalam pemenuhan cairan dan elektrolit
ditujukan/difokuskan pada :
1) Pola intake
Menggambarkan jumlah dan tipe cairan yang biasa dikomsumsi
2) Pola eliminasi
Kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam jumlah
maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine, apakah
tubuh banyak mengeluarkan cairan?
Bila ya! Melalui apa? Muntah diare berkeringat
3) Observasi status hidrasi pasien
Apakah ada tanda-tanda edema, rasa haus yang berlebihan dan
membran mukosa kering?
4) Apakah pasien sedang dalam proses penyakit yang dapat
mengganggu keseimbangan cairan, misalnya DM, kanker, luka
bakar, dan sebagainya.
5) Riwayat pengobatan yang dapat mengancam gangguan
keseimbangan cairan, misalnya steroid diueretik, dialisis.
b. Pemeriksaan fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya keseimbangan cairan dan
elektrolit. Pemeriksaan fisik meliputi:
1) Pengukuran intake dan output cairan
Catat intake cairan per orral maupun paranteral dan output cairan
baik melalui urine, feses, maupun IWL. Apakah balance cairan
seimbang positif atau negatif
2) Urine
Kaji volume, warna, dan konsentrasi urine
3) Turgor kulit
Lakukan pemeriksaan turgor kulit dengan cara mencubit dan
mengangkat kulit secara pelan lalu lepaskan. Lihat kerutan kulit
kembali dengan cepat?
4) Menimbang berat badan
Timbang berat badan untuk mengetahui retensi atau kehilangan
cairan dari tubuh: stabil, naik, atau turun dengan tiba-tiba
5) Edema
Periksa edema dengan melihat pitting edema pada pre tibia,
maleolus medialis, atau di atas ostium sacrum
6) Ukur tanda-tanda vital
Kehilangan cairan digambarkan dengan suhu tinggi, takhikardi,
hipotensi
7) Ukur nilai centra venus pressure (CVP) yang abnormal
c. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah merah, Hb,
hematokrit)
Jika Ht naik :adanya dehidrasi berat dan syok
Jika Ht turun :adanya pendarahan akut, masif dan
reaksi hemolitik
Jika Hb turun :adanya pendarahan hebat dan reaksi
hemolitik
2) Pemeriksaan serum elektrolit
Sodium, potasium, clorida, ion bicarbonat
3) pH dan berat jenis urine
berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine
4) analisa gas darah
untuk mengetahui keadekuatan oksigensi ventilasi san asam basa
biasanya diperiksa pH, PO₂ HCO₃-, PCO₂ dan saturasi O₂
a. PCO₂ normal 35-40 mmHg
b. PO₂ normal 80-100 mmHg
c. HCO₃ normal 25-29 meq/lt
d. Saturasi O₂ : perbandingan oksigen di dalam darah
dengan jumlah oksigen yang dapat dibawah darah.
Normal : Arteri (95-98%), vena (60-85%)

2. DIAGNOSA
Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan dibuktikan dengan
1. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen
berhubungan keperawatan selama 2x24 jam hipervolemia
dengan maka keseimbangan cairan 1.monitor
kelebihan meningkat dengan kriteria hasil: intake output
asupan cairan 1. Asupan cairan dari cairan
cukup menurun 2
ke cukup
meningkat 4
2. Edema dari cukup
meningkat 2 ke
menurun 5
3. Tekanan darah dari
cukup memburuk 2
ke cukup membaik.

JURNAL:
1. PEMANTAUAN INTAKE OUTPUT CAIRAN PADA PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK DAPAT MENCEGAH OVERLOAD CAIRAN
Fany Angraini1*, Arcellia Farosyah Putri1
“Masalah keperawatan kelebihan volume cairan mulai teratasi pada hari
rawat ke-2, ditandai dengan penurunan derajat edema (edema grade 2),
ascites berkurang, tidak ada penambahan BB dari hari sebelumnya, JVP
tidak meningkat, balance cairan negatif, TD stabil (130/90 mmHg) dan
status mental CM. Masalah teratasi penuh pada hari terakhir klien dirawat
ditunjukkan dengan penurunan derajat edema (derajat 1), ascites
berkurang, tidak ada penambahan BB dari hari sebelumnya, JVP tidak
meningkat, balance cairan negatif, suaran nafas vesikuler, status mental
CM, dan TD stabil (130/90 mmHg). Hal tersebut diperlukan untuk
memfasilitasi perawat dalam memberikan intervensi keperawatan berupa
pemantauan intake output yang akurat, sehingga komplikasi overload
cairan pada pasien GGK dapat diminimalisasi (US)”

2. HUBUNGAN ANTARA MASUKAN CAIRAN DENGAN INTERDIALYTIC


WEIGHT GAINS (IDWG) PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASES
DI UNIT HEMODIALISIS RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Yuni Permatasari Istanti,dkk
“Rata-rata IDWG responden adalah 4,00% (SD=1,89), di mana data
IDWG terdistribusi normal dengan nilai p = 0,89. Nilai IDWG terendah
yaitu 0% dan tertinggi yaitu 8,25%,Penelitian ini menunjukkan bahwa
nilai Rata-rata IDWG responden cukup tinggi dan masukan cairan yang
tidak sesuai. Hal ini ditunjukkan dari masukan cairan responden yang
cukup tinggi melebihi aturan yang telah ditetapkan yaitu sebesar insensible
water loses. Terdapat hubungan yang signifikan antara masukan cairan dan
IDWG, sehingga direkomendasikan kepada perawat untuk memberikan
edukasi kepada pasien tentang pengaturan cairan untuk mencegah
tingginya IDWG”.
3. UPAYA PENURUNAN VOLUME CAIRAN PADA PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIS
Muhammad Hanif Faruq
“Hasil penelitian yang dilakukan penulis didapatkan upaya yang dilakukan
untuk penurunan kelebihan volume cairan pada pasien gagal ginjal kronik
yaitu monitor vital sign, memonitoring input dan output, batasi masukan
input dan output, membantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan
pembatasan cairan, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
dan Tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan intervensi adalah
monitor vitalsign, memonitoring input dan output, batasi masukan input
dan output, membantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan
pembatasan cairan, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Terbukti efektif untuk pasien kelebihan volume cairan.”
1. IMPLEMENTASI
Implementasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
yaitu pelaksanaan / penerapan. Sedangkan pengertian umum adalah suatu
tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci
(matang).
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana
perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung
terhadap klien.
Manajement hipervolemia adalah mengidentifikasi dan mengolah
kelebihan volume cairan intravaskuler dan ekstraseluler serta mencegah
terjadinya komplikasi.

2. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,dilakukan dengan
cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya.
Dalam evaluasi berdasarkan intervensi manajemen hipervolemia
dengan monitor intake output cairan yaitu luarannya asupan cairan,tekanan
darah meningkat dan edema menurun

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
GNA adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri
atau virus tertentu (infeksi kuman streptococcus). GNA sering ditemukan
pada anak usia 3-7 thn dan pada anak pria lebih banyak. Penyakit
sifilis,keracunan,penyakit amiloid,trombosis vena renalis,purpura
anafilaktoid, dan lupus eritematosus. Laju endap darah meninggi, HB
menurun pada pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan urin
didapatkan jumlah urin mengurang, berat jenis meninggi,hematuria
makroskopik, albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+),silinder
leukosit,ureum dan kreatinin darah meningkat. Pada penyakit ini, klien
harus istirahat selama 1-2 minggu, diberikan penicilli, pemberian makanan
rendah protein dan bila anuria, maka ureum harus dikeluarkan. Komplikasi
yang ditimbulkan adalah oliguria,ensefalopati hipertensi,gangguan
sirkulasi serta anemia.
B. SARAN
Seorang perawat haruslah mampu mengetahui pengertian dan
penyebab dari penyakit Glomerulonephritis Akut, serta mampu
meningkatkan pelayanan kesehatan terama pada penyakit GNA. Selain itu
juga, perawat haruslah memahami dan menjelaskan secara rinci mengenai
tujuan medis, tata cara yang akan di lakukan dan resiko yamg akan
mungkin terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8 Vol.2. Jakarta :

EEC

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik Edisi 1.” In Dewan Pengurus Pusat PPNI,.
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defenisi Dan Tindakan
Keperawatan. ed. dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional
Indonesia. jakar.
PPNI,T.P.S.D.(2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.In Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1,P.33). Jakarta Selatan:DPP PPNI.
FKUI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius.
Hal:151-152.

Angraini, F., & Putri, A. F. (2016). PEMANTAUAN INTAKE OUTPUT CAIRAN


PADA PASIEN GAGAL Pendahuluan Hasil Metode. 19(3), 152–160.

Antara, H., Cairan, M., Interdialytic, D., & Gains, W. (2014). PROFESI Volume
10 / September 2013 – Februari 2014. 10(September 2013).

Muhammad Hanif Faruq. (N.D.). 2017. Upaya Penurunan Volume Cairan Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronis. (N.D.). No Title.

http://pataulanursing.wordpress.com/2011/09/20/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan-glomerulonefritis/

Anda mungkin juga menyukai