Anda di halaman 1dari 9

Mulianya Masa Kecil Sang Nabi 

SAW.

Nabi Muhammad saw. dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama Aminah dan ayah bernama Abdullah.
Beliau telah menjadi seorang yatim ketika masih berada dalam kandungan ibunya. Saat berumur enam
tahun, ibunya wafat. Sehingga, ia menjadi seorang yatim piatu. Kemudian ia diasuh oleh kakeknya yang
bernama Abdul Muthalib. Kakeknya inilah yang selalu memanggil beliau dengan sebutan nama Ahmad.
Sebuah nama yang sangat jarang ada pada masa itu. Saat beliau berumur delapan tahun, kakeknya
meninggal dunia. Pamannyalah, Abu Thalib, yang merawat dan membesarkannya setelah meninggalnya
kakeknya hingga ia dewasa, bahkan dialah yang menjadi pembela utamanya dalam menyebarkan ajaran
Allah SWT. kelak walaupun ia tidak pernah mengucapkan kalimat tauhid hingga akhir hayatnya.

َ ‫ك ال َت ْهدِي َمنْ أَحْ َببْتَ َولَكِنَّ هَّللا َ َي ْهدِي َمنْ َي َشا ُء َوه َُو أَعْ لَ ُم ِب ْال ُم ْه َتد‬
‫ِين‬ َ ‫إِ َّن‬

Artinya:

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah
memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash [28] : 56)

Sebagai seorang anak kecil, Muhammad saw. telah menunjukkan perbedaan yang sangat besar dengan
anak-anak kecil lainnya. Dikisahkan dalam sejarah bahwa ketika beliau masih berumur dua tahun, saat
itu beliau masih berada dalam asuhan ibu susunya yaitu Halimah Asy-sya’diyah, beliau keluar dari
kemahnya menatap kelangit, berpikir tentang bintang-bintang, berpikir tentang malam. Saat Halimah
mengetahui bahwa beliau berada di luar, maka ia pun lantas membawanya masuk kembali ke dalam
kemah. Namun, beliau kembali keluar dari kemahnya dan melakukan hal yang sama. Subhanallah,
seorang anak kecil telah berpikir tentang malam, tentang bintang, tentang langit. Siapa yang
menciptakannya? Siapa yang mengaturnya? Siapa yang menjadikan alam semesta iin begitu
sempurnanya?

Ketika Rasulullah saw. masih kecil, pada dirinya telah nampak tanda-tanda kenabian. Suatu ketika, saat
ia berumur dua belas tahun, pamannya, Abu Thalib membawanya berdagang ke negeri Syam. Di tengah
perjalanan mereka bertemu dengan seorang Rahib yang bernama Bukhaira. Rahib itu memneritahukan
bahwa pada diri Muhammad saw. telah ada tanda-tanda kenabian, maka ia pun memperingatkan
kepada Abu Thalib agar menjaga beliau dari gangguan yang mengancamnya.

Dari kecilnya Rasulullah saw. selalu hidup dalam kesucian dan kemuliaan. Tak pernah beliau sujud
kepada berhala, tak pernah meminum khamar, tak pernah berdusta, tak pernah berbuat curang dan tak
pernah menyakiti orang lain. Semua orang menyayangi Muhammad saw. pada masa kecilnya.

Muliakanlah kami, ya Allah

Semulia akhlak Nabi-Mu

Pantaskanlah kami untuk menatap wajah Beliau di akhirat kelak

Amin. Ya Rabb. Ya Mujibas saa’ilin.

https://izzalislam.wordpress.com/2010/04/10/mulianya-masa-kecil-sang-nabi-saw/
3 Anak Kecil Penghafal Al Qur'an

Kebesaran Allah tetang kitab suci Al Qur'an ini adalah sebagai bukti dan sekaligus tanda bahwa Al Qur'an
adalah kitab suci yang di turankan Allah SWT untuk kita manusia dan sekaligus membuktikan bahwa
ajaran agama islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah Swt.

1. Muhammad Hussein Tabtaba'i

Muhammad Hussein Tabtaba'i sang penghafal Al Qur'an, secara teratur setiap harinya mengulang-ulang
pelajaran al-Qur'an yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Bahkan setelah berhasil menghafal al-
Qur'an pun dia secara teratur membaca satu halaman buku tafsir al-Qur'an setiap harinya seingga dia
menjadi salah satu Anak Kecil Penghafal Al Qur'an.

Selama masa kehamilan dan proses menyusui, ibunda Muhammad Hussein Tabtaba'i dalam sehari
membaca minimal satu juz al-Qur'an."

Menurut para ahli psikologi, mereka menyatakan bahwa jika pada kehamilan seorang ibu
memperdengarkan musik atau membaca buku saja itu akan memberikan pengaruh positif pada anak.
Bagaimanakah halnya apabila seorang anak, selama masa kehamilannya senantiasa diperdengarkan
ayat-ayat suci al-Qur'an. Tentu saja, membaca al-Qur'an kepada bayi pasti akan memberikan pengaruh
positif yang lebih besar lagi, mengingat bahwa Al-Qur'an adalah kalam ilahi dan petunjuk hidup yang
paling sempurna.

2. Syarifuddin Khalifah

Tidak ada yang pernah mengajari dia bagaimana membaca Al Quran tetapi dengan sendirinya dia bisa
membaca dan hafal semua isi Al Quran. Jujur saya saja 1 juz Al Quran ga hafal tetapi anak ini bisa hafal
30 juz Al Quran dengan sendirinya dan pada umur tersebut dia sudah shalat 5 waktu bahkan menurut
kabar yang beredar dia sudah fasih membaca Al Quran sejak berusia 1.5 tahun.Itu adalah sebagai bukti
dan sekaligus tanda bahwa Al Qur'an adalah kitab suci yang di turankan Allah SWT untuk kita manusia
dan sekaligus membuktikan bahwa ajaran agama islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah Swt.

3. Bara’ah Abu Lail

Tidak ada yang pernah mengajari dia bagaimana membaca Al Quran tetapi dengan sendirinya dia bisa
membaca dan hafal semua isi Al Quran. .

Bara’ah Abu Lail , hafal Al Qur’an di usia 10 tahun. Namun Allah lebih Menghendakinya bahagia di
jannah-Nya. Anak kecil ini divonis terkena kanker ganas. Setelah ibunya lebih dulu meninggal dunia
karena penyakit yang sama.

Saat ibunya mengetahui umur nya tidak lagi panjang, sang ibu berkata kepada anaknya yang tidak tahu
apa yang terjadi pada dirinya :

"Anakku.... aku sebentar lagi ibu akan mendahului kamu menuju jannah allah. dan ibu ingin engkau
setiap hari membacakan al qur’an yang telah engkau hafalkan di telinga ibu. kelak al qur’an itulah yang
akan menjagamu di dunia (sepeninggal ibu …)

Demikianlah setiap sore gadis kecil ini membacakan Al Qur’an di telinga ibu yang terbaring lemah di
rumah sakit.

http://fakta-terkini.blogspot.com/2013/07/3-anak-keacil-penghafal-al-quran.html

Mengajarkan Anak Menghafal Alquran

Membaca biografi orang-orang hebat dalam sejarah Islam, dari kalangan ulama dan khalifah, kita akan
menemukan masa kecil mereka yang begitu dekat dengan Alquran. Para khalifah, mereka memiliki guru
khusus yang membimbing mereka tentang Alquran sedangkan para ulama, mereka telah menghafalnya
sebelum usia baligh. Bersama Alquran mereka terdidik dan bersama Alquran karakter mereka terbentuk.
Tentu saja hal ini tidak terlepas dari peranan orang tua yang mendorong, membimbing, dan
mengarahkan anak-anak mereka untuk bersemangat menghafal Alquran.

Begitu pula kisah berikut ini, seorang anak kecil berhasil menghafal Alquran karena peranan dan
perhatian kedua orang tuanya, khususnya ibunya. Anak tersebut bernama Jihad al-Malki tinggal di Kota
Madinah, Arab Saudi. Jihad berhasil menghafalkan 30 juz Alquran saat berusia tujuh tahun. Sang ibu
sering membacakan Alquran kepada Jihad saat ia berada di dalam kandungan hingga ia menginjak usia 5
tahun.

Istimewanya hafalan Alquran Jihad, ia memiliki sanad bacaan yang sampai kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, hafal nomor ayat-ayatnya, serta sinonim-sinonim kata di surat yang satu dengan surat
lainnya, padahal ia terlahir dalam keadaan buta.

Jihad mulai menghafal Alquran saat berusia 5 tahun dengan cara mendengarkan tilawah Alquran lewat
siaran radio. Tujuh juz pertama ia hafalkan di Riyadh bersama gurunya Syaikh Mizan, lalu pindah ke
Madinah dan menghafalkan 23 juz tersisa di bawah bimbingan kedua orang tuanya. Jihad membiasakan
diri mengulang-ulang ayat dan surat yang hendak ia hafal, lalu membacakannya dengan koreksi kedua
orang tuanya. Hal itu ia lakukan setiap hari. Awalnya, ia menghafal setengah halaman setiap harinya,
setelah mulai terbiasa ia bisa menghafal satu sampai dua halaman setiap hari. Dua tahun menghafal
Alquran, akhirnya Jihad mendapat taufik dari Allah menghafalkan Alquran secara sempurna.

Setelah berhasil menaruh 30 juz Alquran di dalam dadanya, Jihad tetap bersungguh-sungguh menjaga
hafalannya agar semakin kokoh dan kuat. Setiap hari ia mengulang-ulang 3-5 juz hafalannya. Ia juga
belajar di Dar al-Furqon, sekolah penghafal Alquran dan mempelajari kandungannya.

Saat ini, di usia 11 tahun Jihad sudah mendapatkan sanad (pengakuan riwayat bacaan Alquran) Hafs,
sanad matan ilmu tajwid al-Jazariyah dan Tuhfatu al-Athfal. Jihad sangat berbahagia dengan
pencapaiannya ini dan orang tuanya pun merasa bangga kepadanya.

Ketika ditanya, apakah ia merasa bersedih karena tidak bisa melihat (buta). Jihad menjawab, “Aku tidak
merasa sedih. Memang aku tidak mendapatkan kenikmatan melihat, tapi Allah memberiku kenikmatan
pandangan hati (ilmu). Kenikmatan ini harus disyukuri. Aku mensyukuri nikmat ini dengan menghafalkan
Alquran dan juga berusaha mengamalkannya.”

Saat sudah dewasa kelak, Jihad bercita-cita menjadi Imam al-Haramain, menjadi Imam Masjid Nabawi
atau Masjid al-Haram dan juga menjadi seorang ulama yang mengetahui keagungan Allah. Semoga Allah
member taufik kepadamu wahai Jihad…

Mudah-mudahan kisah Jihad al-Malki ini menginspirasi kita untuk membimbing anak-anak kita menjadi
penghafal Alquran, membiasakan mereka mendengar tilawah kalamullah bukan lagu-lagu yang
membuat hati terlena, lalai dari mengingat Allah. Semoga Allah member taufik kepada kita semua..

Pelajaran:

– Hendaknya orang tua memiliki perhatian yang besar terhadap anaknya dalam menghafalkan Alquran.

– Orang tua membiasakan anak mendengar murottal Alquran bukan mendengarkan lagu-lagu.

– Memilih wanita shalehah sebagai calon ibu untuk anak-anak, karena seorang ibu memiliki waktu yang
lebih banyak bersama anaknya. Istri yang shalehah akan mendidik anaknya dengan Alquran. Ingat!!,
wanita shalehah adalah untuk laki-laki yang shaleh.
– Seseorang mengatakan, “Yang lebih penting itu mengamalkan Alquran, bukan hanya menghafalnya.”
Kita jawab, Alquran itu penyuci jiwa, semakin banyak seseorang berinteraksi dengan Alquran, insya Allah
semakin baik keadaannya. Alquran adalah cahaya Allah, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada
ahli maksiat. Buktinya para ulama Islam, mereka menghafalkan Alquran dan mereka juga orang yang
mengamalkan dan mendakwahkannya.

– Banyak orang yang diberikan nikmat bashar (pandangan) tetapi tidak diberikan nikmat bashirah (ilmu).

http://kisahmuslim.com/mengajarkan-anak-menghafal-alquran/

        KISAH TELADAN ANAK SHOLEH

Nabi Musa adalah satu-satunya Nabi yang dapat berdialog dengan Allah SWT. Setiap kali ia hendak
bermunajat, Nabi Musa akan naik ke puncak bukit Tursina dan di atas bukit inilah ia akan bertanya
kepada Allah SWT tentang segala sesuatu yang belum diketahuinya. Konon, Allah SWT akan menjawab
pertanyaannya pada waktu itu juga. Inilah kelebihannya yang tidak ada pada Nabi-Nabi lain.

Dikisahkan, karena rasa ingin tahunya, suatu hari Nabi Musa bertanya kepada Allah SWT. "Ya Allah,
siapakah gerangan tetanggaku nanti di surga?"

Atas kemurahan-Nya Allah pun menyebutkan nama, desa serta tempat tinggal orang yang ditanyakan
Nabi Musa itu. Mendapat jawaban ini, Nabi Musa pun turun dari bukit Tursina lalu berjalan mengikuti
petunjuk yang didapatnya. Setelah melakukan perjalanan selama berhari-hari akhirnya sampailah Nabi
Musa di sebuah desa kecil yang amat sederhana.

Atas pertolongan beberapa orang penduduk setempat, ia pun berhasil menemukan rumah yang
ternyata hanya dihuni oleh seorang anak lelaki remaja. Setelah saling mengucap salam, Nabi Musa
dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu.

Tapi nampaknya tuan rumah ini tidak melayani Nabi Musa sebagaimana lazimnya seseorang yang
sedang menerima tamu. Sebab ia segera meninggalkan Nabi Musa, masuk ke dalam sebuah kamar dan
beberapa saat kemudian keluar lagi sambil menggendong seekor babi betina yang besar. Tampak jelas
bagaimana ia memperlakukan makhluk itu dengan sangat hati-hati dan penuh rasa kasih sayang.
Menyaksikan ini diam-diam Nabi Musa merasa terkejut. "Ya, Allah. Inikah tetanggaku di surga nanti?"
tanyanya dalam hati penuh keheranan.

Seolah tak menghiraukan tamunya, sang pemuda pun mulai memandikan dan membersihkan babi
betina itu dengan khidmat. Kemudian ia mengeringkan dan menaburkan sedikit wewangian ke tubuh
sang babi, memeluk dan menciumnya, lalu menggendongnya kembali ke dalam kamar. Tidak lama
kemudian ia keluar lagi dan kali ini menggendong seekor babi jantan yang lebih besar. Babi jantan ini
pun dimandikan dan diperlakukan dengan sangat baik persis seperti kejadian sebelumnya, lalu dengan
hati-hati digendongnya kembali ke dalam kamar. Setelah itu barulah ia menghampiri dan melayani
tamunya tanpa sedikitpun menyadari bahwa yang ada di hadapannya adalah seorang Nabi.

"Wahai orang muda, apa agamamu?" Tanya Nabi Musa.

"Saya beragama Tauhid." Jawab pemuda itu singkat.

"Lalu, mengapa engkau memperlakukan babi sedemikian rupa? Tidakkah engkau mengetahui bahwa
agama Tauhid melarangnya?" Tanya Nabi Musa.

"Wahai tuan hamba," kata pemuda itu. "Kedua babi itu sesungguhnya adalah ibu-bapa kandung saya.
Karena dosa besar yang mereka lakukan, Allah menghukum mereka dengan menjadikan keduanya babi
yang buruk rupa. Tentang dosa mereka terhadap Allah, saya tidak tahu. Sebab itu sepenuhnya adalah
urusan mereka dengan Allah. Yang saya ketahui, hal itu tidak sedikitpun merubah kewajiban saya
sebagai anak, yakni melaksanakan amal bhakti terhadap kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Oleh
karenanya setiap hari saya lakukan semua hal baik yang dapat saya lakukan bagi keduanya, seperti di
antaranya telah tuan saksikan tadi."

Kemudian ia melanjutkan. "Walau rupa mereka telah berubah menjadi babi, mereka tetap orang tua
saya. Karenanya setiap hari saya berdoa kepada Allah agar dosa-dosa mereka diampuni. Saya terus
memohon agar Allah mengembalikan wujud mereka kembali sebagai manusia, namun Allah masih
belum mengabulkan permohonan saya." Katanya sambil menunduk sedih.

Sahdan, maka saat itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa a.s; "Wahai Musa, inilah orang
yang akan bertetangga denganmu nanti di Surga. Bhaktinya sangat tinggi kepada kedua ibu-bapanya.
Oleh karena itu Kami naikkan maqamnya sebagai anak soleh di sisi Kami."

Allah juga berfirman: "Oleh karena dia telah berada di maqam anak yang soleh di sisi Kami, maka Kami
angkat doanya. Tempat kedua ibu-bapanya yang Kami sediakan di dalam neraka pun telah Kami
pindahkan ke dalam surga." (1)

Inilah berkat anak yang soleh. Doa anak yang soleh dapat menebus dosa kedua ibu-bapanya.
Memungkinkan kedua orangtuanya "dipindahkan" dari neraka ke surga. Anak yang soleh tidak
mencampur-adukkan segala urusan dan kewajiban orangtuanya kepada Allah SWT dengan
kewajibannya sendiri selaku anak kepada kedua orang tuanya.

Seburuk apa pun perilaku kedua orang tua kita, sesungguhnya itu bukan urusan kita. Urusan kita adalah
menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana mereka menjaga, membesarkan dan
menyayangi kita sejak dilahirkan hingga dewasa.

Sebesar apa pun dosa yang (mungkin) pernah mereka lakukan kepada Allah SWT, itu juga bukan urusan
kita. Urusan kita adalah tidak berhenti memohonkan ampun bagi keduanya. Sebab doa anak yang soleh
akan menolong kedua orang tuanya mendapatkan tempat yang baik di akhirat. Ingatlah selalu, doa
anak-anak soleh adalah sesuatu yang selalu dinantikan oleh setiap orang tua di alam kubur.

Ukuran kasih sayang seorang anak kepada kedua ibu-bapanya tidak dapat digantikan dengan materi dan
kebendaan lainnya, akan tetapi dengan perhatian dan doa yang tulus agar kedua ibu-bapanya mendapat
tempat yang terbaik di sisi Allah. Baik semasa hidupnya, apalagi setelah mereka berpulang ke
Rakhmatullah.

Janganlah sekalipun kita coba menghakimi mereka (walau di dalam hati) dengan ilmu yang
sesungguhnya amat sedikit, sebab perkara penghakiman ini sepenuhnya merupakan urusan Allah Yang
Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang.

Allah SWT telah memperingatkan:

(2) "Dan janganlah engkau ikuti apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentangnya, sesungguhnya
pendengaran, pengelihatan dan hati, semuanya itu akan ditanya."

(QS.Al-Isra[17]: 36)

Oleh karena itu, maka selain untuk selalu diingat dan (tentunya) dilaksanakan oleh diri sendiri,
hendaklah perintah Allah SWT berikut ini juga kita ajarkan kepada anak-cucu kita sebagai sebaik-baik
ajaran:

(3) "Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Al Ankabut[29]:8)

(4) "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia."

(QS.Al-Isra[17]:23)

(5) "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."

(QS.Luqman[31]:14)

(6) "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya
sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai
empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'matMu yang telah
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri".

(QS. Al Ahqaaf[46]:15)

Shadaqa Allah 'Ul Azim

(7) Di mana pun keduanya berada, semoga ibu-bapa kita selalu mendapat tempat yang baik di sisi Allah
SWT.

Amin, Ya, Arhamar Rokhimiin.

CATATAN:

(1) Disadur bebas dari Kisah-Kisah Teladan oleh Fajar Ibrahim - HEKSA online.

(2) Berhati-hatilah dalam menentukan apa pun yang kita sendiri tidak memiliki pengetahuan yang cukup
atasnya. Sebab setiap detil yang berhubungan dengan itu kelak akan dimintai pertanggungjawabannya.

(3) Bagi setiap anak, berperilaku santun kepada kedua orang tua adalah wajib hukumnya. Satu-satunya
alasan yang memperbolehkan seorang anak untuk tidak mematuhi perintah dari kedua orang tuanya
adalah JIKA (itu pun JIKA) ia diminta untuk menyekutukan Allah SWT (dan hal-hal yang bersifat melawan
hukum Allah SWT serupa itu). Selebihnya, tidak ada satu alasan pun bagi seorang anak untuk tidak
mematuhi perintah kedua orang tuanya. [Tentang ini ada beberapa pengecualian setelah seorang anak
(perempuan) menjadi dewasa dan menikah].

(4) Perintah Allah SWT untuk berbuat baik kepada kedua ibu-bapa bukan hanya sebatas berbuat baik,
akan tetapi berbuat sebaik-baik perbuatan DAN (bukan TERMASUK) bertutur dengan semulia-mulia
ucapan.

(5) Selain perintah agar selalu bersyukur kepada Allah SWT, Allah SWT sendiri memerintahkan kepada
setiap anak agar juga selalu bersyukur kepada kedua orang tuanya.
(6) Perhatikanlah doa pendek yang diajarkan langsung oleh Allah SWT kepada setiap anak muslim. Kita
adalah bagian dari doa-doa yang secara turun temurun telah dipanjatkan oleh para leluhur untuk orang
tua kita, untuk kita sendiri, untuk anak anak kita, serta untuk cucu-cicit kita. Subhanallah!

(7) Lalu, mengapa kita harus menunggu datangnya hari raya Idul Fitri dulu untuk meminta ampun
kepada kedua orang tua? Apakah karena kita merasa tidak pernah berbuat sesuatu (dalam sikap,
ucapan, dan pikiran) yang sangat mungkin selama ini diam-diam telah melukai perasaan mereka? Atau
jika mereka telah lebih dulu berpulang ke Rakhmatullah; apa lagi yang menghalangi kita untuk mulai
memohonkan ampun bagi keduanya di setiap doa-doa yang kita panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha
Rakhman lagi Maha Rakhim?

http://danianiwan.blogspot.com/2013/02/kisah-anak-sholeh.html

Ciri - ciri Anak Sholeh Dalam Surah Luqman ayat 15 - 19

A. Berlaku baik kepada ibu bapaknya walaupun ibu bapaknya musyrik.

B. Menjauhi perbuatan tidak baik, sekalipun pada saat tidak ada orang lain.

C. Mendirikan sholat, mengajak manusia kepada kebajikan, menjauhi kemungkaran dan bersabar
menghadapi cobaan hidup.

D. Tidak bersikap sombong dan tidak melakukan hal-hal yang tidak baik ditengah masyarakat.

E. Selalu bertutur kata sopan dan menghormati orang lain.

Ciri-ciri anak yang sholeh & sholehah:

1. Cinta kepada Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun dan tidak beribadah
kepada selainNya seperti beribadah, berdoa, atau meminta pertolongan kepada Sapi, Kerbau, Matahari,
Nyi Roro Kidul, Dewa-Dewi, Batu, Pohon-pohon besar, Kuburan orang sholeh, patung dan lain
sebagainya.

2. Cinta kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam dan meyakininya sebagai Nabi
utusan Allah. Mematuhi perintahnya dan menjauhi apa yang dilarangnya, serta percaya dengan risalah
yang dibawanya yaitu hadits atau As-Sunnah.

3. Cinta kepada Al-Qur’an, yaitu dengan selalu membacanya, senantiasa berusaha menghafalnya karena
orang yang menjaganya akan mendapatkan syafa’at atau pertolongan kelak di hari kiamat di akhirat.
Dan tidak lupa untuk mengamalkan isnya dan menjalankan hukum-hukumnya.

4. Cinta kepada shahabat-shahabat Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam yang turut membela dan
memperjuangkan Islam disisi Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dengan tidak membenci mereka
ataupun mencaci mereka. Di antara sahabat-sahabat Rasul yang utama adalah Abu Bakar Ash Shiddiq,
‘Umar bin Al Khattab, ‘Utsman bin ‘Affan, dan ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum ajma’in.

5. Cinta kepada Keluarga Rasulullah yang turut berjuang bersama Rasulullah menyebarkan Islam ke
seluruh negeri dan cinta kepada orang-orang yang selalu mengikuti jalan atau sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam.

6. Cinta Sholat lima waktu dengan tidak sekalipun meninggalkannya serta mengerjakan sholat-sholat
sunnah, bagi anak laki-laki berjama’ah di Masjid dan anak perempuan sholat di rumah mereka tepat
pada waktunya.
7. Cinta masjid, karena masjid adalah rumah Allah dengan tidak membuat keributan atau bermain
berlebihan di dalamnya serta tidak bercanda atau tertawa ketika sholat karena menghargai rumah Allah.

8. Cinta kepada kedua orang tua, dengan mematuhi perintahnya, tidak menyakiti hati mereka, selalu
berbuat baik kepada mereka, berusaha menyenangkan hati orang tua dan tidak menyusahkan atau
membandel terhadap keduanya.

9. Cinta kepada saudara, adik-kakak, kakek-nenek, paman-bibi, tetangga dan seluruh kaum muslimin di
seluruh dunia.

10. Cinta dan sayang kepada fakir miskin, anak terlantar, anak yatim, dengan memberikan bantuan
sesuai dengan keperluan mereka dan perduli serta tidak mencemooh atau mengolok-olok mereka sebab
mereka adalah juga hamba Allah.

Semoga adik-adik bisa menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah yang senantiasa mendoakan kedua
orangtuanya dan berbuat baik selalu… Aamiin…

https://bekalakhirat.wordpress.com/2011/08/08/ciri-anak-sholeh/

http://azzam-abqory.blogspot.com/2011/10/ciri-ciri-anak-sholeh-sholehah.html

Anak Sholeh Penolong Orang Tua Di Akhirat

Rasulullah saw. pernah bersabda, sebagaimana penuturan Anas bin Malik ra., “Pada Hari Kiamat kelak
diserulah anak-anak kaum Muslim, ‘Keluarlah kalian dari kubur kalian.’ Merekapun keluar dari kuburnya.
Lalu, mereka diseru, ‘Masuklah ke dalam surga bersama-sama.’ Mereka berkata, ‘Duhai, Tuhan kami,
apakah orangtua kami turut bersama kami?’ Hingga pertanyaan keempat kalinya menjawablah Dia,
‘Kedua orangtua kalian bersama kalian.’ Berloncatanlah setiap anak menuju ayah-ibunya, memeluk dan
menggandeng mereka; mereka memasukkan orangtuanya ke dalam surga. Mereka lebih mengenal ayah
dan ibu mereka pada hari itu melebihi pengenalan kalian terhadap anak-anak kalian di rumah kalian.” 

(Kitab Nuzhah al-Majalis wa Muntakhib an-Nafais, ash-Shufuri, dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dari jalan
ath-Thabrani).

Ciri-ciri Anak Soleh dan Solehah Kepada Orang Tua

Anak Soleh dan Soleha adalah dambaan bagi semua orang terutama buat orang tua. Anak Soleh dan
Soleha tak sembarang anak sekarang bisa mempunyai sifat siafat seperti itu malah kebanyakan anak
jaman sekarang banyak sekali kasus -kasus tentang kedurhakaan Seorang anak kepada orang tua
ataupun Sebaliknya. Jadi kita sebagai seorang muslim yang patut menjunjung tinggi dan menghormati
kedua orang tua kita ... setidaknya janganlah mengecewakan mereka. Saya sendiripun sedang berlatih
untuk itu setidaknya dapat 2 dari 12 Ciri-ciri Anak Soleh dan Solehah di bawah sini. 

Berikut adalah Ciri-ciri Anak Soleh dan Solehah Kepada Orang Tua : 

Anak Sholeh Itu Sangat Taat Kepada ALLAH & Orang Tuannya. 

Selalu Berdoa Untuknya.

Bicara Dengan Baik Tidak Menatapnya (QS 17:23-24).

Tidak Mengeluhkannya Kekurangaanya.


Tidak Berhitung (Kebaikan/Harta).

Selalu Mudah Memaafkan Kesalahannya "Inggat ! Kesalahannya tidak menutupi jasa besarnya dalam
hidup kita".

Sampai Berbeda Agama Sekalipun Tetap Berbhakti Padanya Tanpa Harus Mengikuti Agamanya (QS
31:15).

Merawatnya Diusia Senja,

Kalau Ada Nasehat Untuk Orang Tuanya, Ia Sampaikan Dengan Pelan-pelan Lemah-lembut.

Kalau Ternyata Orang Tua Selalu Menyakiti, Ia Balas Dengan Sabar, Doa, Tetap Sayang, Baik sangka &
Tawakkal.

Senang Memberi Hadiah Untuknya.

Selalu Membuatnya Senyum. 

"Ya Rabbana ampunilah semua dosa kami, dosa kedua orang tua kami, rahmatilah/sayangilah kedua
orang tua kami sebagaimana keduanya menyayangi kami sewaktu kecil, wafatkan keduanya husnul
khotimah & jadikan kuburan keduanya Taman diantara Taman taman SyurgaMu ya Allah...aamiin".  

Semoga kita sebagai anak bisa menjadi anak yang sholeh dan berbakti kepada kedua orang tua, dan
ketika mempunyai keturunan, kita berdoa agar diberikan keturunan yang sholeh . Demikian apa yang
bisa saya sampaikan bila ada tutur kata yang kurang pas saya Mohon Maaf yang sebesar besarnya.
Semoga bermamfaat.

http://aguspurnomosite.blogspot.com/2013/01/ciri-ciri-anak-soleh-dan-solehah-kepada.html

Anda mungkin juga menyukai