Oleh :
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai kekayaan alam dan budaya yang telah
di manfaatkan sejak dulu kala. Pelayanan kesehatan Tradisional adalah salah satu warisan
budaya yang saat ini sedang dikembangkan dan sejalankan dengan adanya trend “Gaya Hidup
Kembali ke Alam” yang semakin diminati oleh kalangan masyarakat.
Pelayanan kesehatan tradisional saat ini dapat di manfaatkan dalam pemeliharaan kesehatan
secara mandiri dalam bentuk asuhan mandiri kesehatan tradisional ramuan dengan pemanfaatan
Taman Obat Keluarga (TOGA) dan asuhan mandiri kesehatan tradisional keterampilan dengan
akupresur.
Asuhan mandiri diselenggarakan dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam rencana strategi Kementerian Kesehatan
tahun 2015 s.d 2019 tentang Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional yang salah satunya adalah puskesman yang melakukan pembinaan terhadap
kelompok asuhan mandiri.
Asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan adalah upaya yang dilakukan oleh
individu dalam keluarga, kelompok atau masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan mengatasi gangguan kesehatan ringan secara madiri dengan
memanfaatkan TOGA dan Akupresur, sehingga diperoleh keluarga yang sehat.
Berdasarkan PP Nomor 103 Tahun 2014 tentang Upaya Pengembangan Kesehatan
Tradisional melalui Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan pengembangan
asuhan mandiri diselenggarakan melalui proses Tata Laksana Asuhan Mandiri Pemanfaatan
TOGA dan Akupresur, dan sosialisasi serta fasilitasi pembentukan kelompok Asuhan mandiri
Pemanfaatan TOGA dan Akupresur.
Berdasarkan PP ini jugalah pelayanan kesehatan tradisional terbagi atas 3 jenis yaitu :
1. Pelayanan kesehatan tradisional empiris yaitu penerapan kesehatan tradisional kesehatan
tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris
2. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer yaitu penerapan kesehatan tradisional yang
memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta manfaat dan
keamannya terbukti secara ilmiah
3. Pelayanan kesehatan tradisional integrasi yaitu suatu bentuk pelayanan kesehatan tradisional
yang mengkombinasikan antarapelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan
kesehataan tradisional komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap maupun pengganti.
Maluku merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak
keberanekaragaman suku maupun golongan dengan berbagai macam kearifan lokal didalamnya
termasuk dalam penanganan masalah kesehatan dengan menggunakan teknik-teknik tradisional
baik ramuan maupun ketrampilan.
Untuk itu dalam melakukan pengawasan dan pembinaan kepada masyarakat secara terpadu
terhadap pelayanan kesehatan tradisional yang ada dimasyarakat inilah maka perlu diadakan
program pelayanan kesehatan tradisional yang harus dilakukan oleh daerah dalam membina dan
mengawasi serta menguji khasiat dan manfaat dari berbagai macam cara pelayanan yang ada.
Secara umum kesehatan tradisional di Maluku telah berjalan. Dan sudah ada tenaga-tenaga
kesehatan yang mengikuti pelatihan terkait kesehatan tradisional diantaranya : akupunktur,
akupresur maupun asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui TOGA dan Akupresur serta
selfcare ramuan (herbal)
Data Puskesmas yang telah mengikuti pelatihan kesehatan tradisional yaitu sebanyak 127
Puskesmas dan rumah sakit sebanyak 9 Rumah sakit.
Kabupaten Buru Selatan terletak antara 2o30’00” LS hingga 5o50’00” LS dan 125o00’00” BT
hingga 127o00’00” BT. Areal seluas 5.060,0km 2 , dimana penyebaran terluasnya (93,95% dari
luas kabupaten) berada pada Pulau Buru sedangkan luasan 6,05% sisanya berada pada Pulau
Ambalau dan pulau-pulau kecil.
Kabupaten Buru Selatan terdiri atas 6 kecamatan dan 91 desa dengan luas wilayah 3.780,56 km²
dan jumlah penduduk 72.993 jiwa (2017). Kode Wilayah Kabupaten Buru Selatan adalah 81.09
Kabupaten Buru Selatan mempunyai batas-batas wilayah:
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Air Buaya, Kecamatan Waeapo, dan
Kecamatan Bata Bual Kabupaten Buru;
Sebelah timur berbatasan dengan Selat Manipa;
Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Banda
Sebelah barat berbatasan dengan Laut Buru
Dari segi kesehatan, Buru Selatan memeliki 2 buah Rumah Sakit dan 13 Puskesmas. Buru
Selatan didata memiliki jumlah Penyehat tradisional sebagai berikut :
Dinkes Bursel 0 0
PKM Namrole 0 0
PKM Waelua 0 0
PKM Waepandan 0 0
PKM Perawatan
0 0
Wamsisi
PKM Biloro 0 0
PKM Leksula 0 0
IV. PESERTA
Peserta Pelayanan Kesehatan Tradisional, Akupuntur, Asuhan Mandiri dan Tradisional lainnya
berjumlah 15 orang yang merupakan penyehat tradisional yang berada di wilayah Namrole,
Buru Selatan.
V. NARASUMBER
Narasumber yang memfasilitasi kegiatan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Akupuntur, Asuhan
Mandiri dan Tradisional lainnya yaitu 1 (satu) orang dari Dinas Kesehatan Provinsi malukiu
dan 2 (dua) orang Narasumber dari Dinas Kesehatan Kab.Buru Selatan.
VI. MATERI
Waktu Materi PJ
VIII. KESIMPULAN
Dari kegiatan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Akupuntur, Asuhan Mandiri dan Tradisional
lainnya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut
1. Dari hasil pertemuan yang dilakukan maka kami dapat menyimpulkan bahwa di Kabupaten
Namrole masih kurang pengetahuan penyehat tradisional terkait perizinan.
2. Dari 15 penyehat yang mengikuti kegiatan, didapatkan infomasi bahwa ada 13 orang
penyehat yang memiliki ketrampilan pijiit urut dan 2 orang penyehat memiliki ketrampilan
meracik ramuan.
3. Semua penyehat mempunyai keinginan agar dapat memiliki Surat Terdaftar maupun Surat
Izin penyehat Tradisional agar dapat melakukan pelayanan kepada masyarakat/klien
dengan baik dan dapat selalu dipantau oleh pihak-pihak terkait.
4. Para penyehat tradisional menginginkan agar ramuan yang mereka racik dapat
dikomersilkan dan diberikan izin oleh pihak-pihak terkait
Pelaksana Tugas