Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL

Pengaruh Kadar Abu Terhadap Nilai Kalor Batubara

Oleh Kelompok 6 :

Nama : 1. Neisya Enjelina


(062040412312)
2. Rara wiladhatika
(062040412315)

Dosen Pembimbing : Doni Samaya,S.Pd.,M.Pd.

Kelas : 3EGD

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kita ketahui bahwa batubara merupakan salah satu sumber bahan bakar yang
sangat dibutuhkan dari dulu hingga sekarang. Batubara banyak sekali manfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya batubara dapat tersusun atas bahan-bahan organik,
yang bahan utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar,
struktur kayu, spora,damar dan lain-lain. yang selanjutnya akan mengalami berbagai
tingkat pembusukan ( dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik
maupun kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya.Kandungan
bahan organik mencapai kurang lebih 75%.
Harga batubara sangat bergantung pada kualitas batubara, semakin baik kualitas
batubara maka semakin tinggi pula harganya. Kehadiran mineral dalam jumlah tertentu
akan mempengaruhi kualitas batubara terutama parameter kadar abu yang dapat
mempengaruhi kualitas batubara. Kadar abu juga berhubungan dengan nilai kalor
batubara yang dapat menentukan peringkat batubara menurut jenisnya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah yang akan dibahas adalah:

1. Apakah kandungan kadar abu batubara dari nilai kalor mempengaruhi kondisi
kualitas dari batubara?
2. Bagaimana Peringkat jenis batubara berdasarkan kualitas
Dari batubara?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui kondisi kualitas batubara terhadap pengaruh kadar abu dari
nilai kalor
2. Untuk mengetahui peringkat jenis batubara berdasarkan dari kualitas batubara

1.3.2 Manfaat Penulisan

1. Memberikan pemahaman dalam proses menentukan kondisi kualitas batubara


jika kandungan abu terhadap nilai kalor tinggi ataupun rendah
2. Memberikan informasi secara detail tentang peringkat jenis batubara
berdasarkan kualitas batubara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Batubara

Menurut Spackman (1958), Batubara adalah suatu benda padat karbonan


berkomposisi material tertentu.
Menurut The International Hand Book Of Coal Petrography (1963 ), Batubara adalah
Batuan sedimen yang mudah terbakar,terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat
pengawetan, diikat oleh proses kompaksi dan terkubur dalam cekungan-cekungan pada
kedalaman yang bervariasi, dari dangkal sampai dalam.
Menurut Thiessen (1974), Batubara adalah suatu benda padat yang kompleks, terdiri
dari bermacam-macam unsur kimia atau merupakan benda padat organik yang sangat rumit.
Menurut Achmad Prijono, dkk. (1992), Batubara adalah bahan bakar hydro-karbon
padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalamlingkungan bebas oksigen dan terkena
pengaruh temperatur serta tekanan yang berlangsung sangat lama.
Menurut Pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa batubara
adalah bahan bakar hidrokarbon padat yang berasal dari tumbuhan yang telah mengalami
pembusukan dengan kondisi bebas oksigen pada tekanan dan temperatur tertentu dengan
waktu yang lama.

2.2.1. Kadar Abu

Abu atau bisa disebut mineral matter terjadinya di dalam batubara dapat sebagai
inherent mineral matter atau extraneous mineral matter. Inherent mineral matter adalah
berhubungan Dengan tumbuhan asal pembentukan batubara, mineral matter sampini tidak
dapat dihilangkan atau dicuci dari batubara. Extraneous mineral matter berasal dari tanah
penutup atau lapisan-lapisan yang terdapat diantara lapisan batubara, biasanya terdiri dari
Slate, Shale, Sandstone, Clay atau limestone. Mineral matter ini dapat dikurangi pada saat
pencucian batubara Mineral matter atau abu dalam batubara terutama terdiri dari senyawa Si,
Al, Fe, dan sedikit Ti, Mn, Na, dalam bentuk silikat, oksida, sulfida, sulfat dan fosfat,
sedangkan unsur seperti As, Ca, Pb, Ni, Zn dan uranium terdapat sangat sedikit sela;i yang
disebut Trace element.
Batubara sebenarnya tidak mengandung abu,melainkan mengandung mineral matter.
Namun mineral matter dapat dianalisa dan dinyatakan sebagai kadar abu atau Ash Content.
Mineral matter atau ash dalam batubara terdiri dari inherent dan extraneous. Inherent ash ada
dalam batubara sejak pada masa pembentukan batubara dan keberadaan dalam
batubaraterikat secara kimia dalam stuktur molekul batubara. Sedangkan extraneous ash
berasal dari dilusi atau sumber abu lainnya yang berasal dari luar batubara.
Sifat-sifat Ash content: Kadar abu dalam batubara tergantung pada banyaknya dan
jenis mineral matter yang dikandung oleh batubara baik yang berasal dari inherent atu dari
extraneous.Kadar abu relative lebih stabil pada batubara yang sama. Oleh karena itu ash
sering dijadikan parameter penentudalam beberapa kalibrasi alat preparasi maupun alat
sampling.Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara yang sama, semakin rendah nilai
kalorinya.Kadar abu juga sering mempengaruhi nilai HGI batubara.
Ash adalah istilah parameter dimana setelah pembakaran batubara dengan sempurna,
material yang tersisa dan tidak terbakar adalah ash atau abu sebagai sisa pembakaran.jadi ash
atau abu merupakan istilah umum sebagai sisa pembakaran. Pada material lain mugkin ash ini
dapat mencerminkan langsung mineral matter yang terkandung dalam mineral yang dibakar
tersebut. Akan tetapi, di dalam batubara, hal tersebut tidak selamanya terjadi karena
terjadinya reaksi-reaksi kimia selama pembakaran atau insincrasi batubara tersebut, sehingga
nilai ash yang didapat akan relative lebih kecil disbanding dengan mineral matter yang
sebenarnya. Adapula yang menggolongkan mineral dalam batubara ke dalam tiga kategori,
yaitu :Mineral matter,Inherent ash,Extraneous ash
Mineral matter adalah unsure-unsur yang terikat secara organic dalam rantai karbon
sebagai kation pengganti hydrogen. Unsure ini biasanya ada dalam batubara pada saat
pembentukan batubara yang berasal dari tumbuhan atau pohon pembentuk batubara tersebut.
Unsure yang biasanya ditemukan sebagai mineral matter ini adalah kalsium, sodium dan juga
ditemukan besi dan alumina pada low rank coal.
Inherent ash adlah superfine discrete mineral yang masih dapat tertinggal dalam
partikel batubara setelah dipulverize. Dan yang ketiga adalah extraneous ash, yang termasuk
ke dalam kategori ini adalah tanah atau pasir yang terbawa pada saat penambangan batubara
dan mineral yang keluar dari partikel batubara pada saat dipulverize. Ketiga jenis ash tersebut
sangat tergantung pada lingkungan pada saat pembentukan batubara serta bahan pembentuk
batubara sehingga memiliki sifat-sifat termal masing-masing, akibatnya juga setiap tipe ash
tersebut memiliki kontribusi yang berbeda terhadap slagging dan fouling. Penentuan di
laboratorium yaitu dengan membakar batubara pada temperature 750 atau 800°C sampai
dianggap pembakaran telah sempurna. Dalam prosedur tergantung kepada standar masing-
masing. Penentuan secara prosedur diatas untuk batubara tertentu yang mengandung banyak
pyrite dan carbonat, menjadi tidak begitu teliti karena selama pembakaran terjadi beberapa
reaksi. Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi selama pembakaran :

• Dekomposisi Pyrite 4FeS₂ + 150, 2Fe₂O3 +8SO,

. Dekomposisi Karbonat CaCO,+CaO-CO.

. Penetapan dari Sulfur CaO+SO, → CaSO. Na₂O + SO, Na₂SO4

Dalam basis dry mineral matter free basis (dmmf) untuk penentuan rank batubara di
ASTM, ash yang digunakan adalah hasil kalkulasi dimana ash dinyatakan sebagai ash bebas
sulfat. Dalam utilitasnya, batubara yang digunakan sebagai fuel murni ash tinggi tidak
diharapkan karena selain ash merukan material yang incombustible, juga akan menambah
beban dalam pengolahan limbahnya. Namun untuk keperluan tertentu, ash tinggi justru
dibutuhkan asalkan kalori yang dibutuhkan juga terpenuhi. Dari tipe batubara ang sama
semakin nggi nilai ash, maka semakin kecil nilai kalorinya dalam basis adb, dan ash received
karena antara ash cv memiliki korelasi yang jelas. Inherent ash yang tinggi akan sulit sekali
dipisahkan. dari batubara, akan tetapi extraneous ash masih bisa dikurangi dengan
memperkecil dilusi yang terjadi pada saat penambangan atau suatu proses pencucian.
2.2.2 Definisi Nilai Kalor

Nilai kalor adalah ukuran dari energi panas dalam batubara yangdigunakan sebagai
faktor utama dalam penentuan harga batubara. Nilaikalor adalah banyaknya panas yang dapat
dilepaskan oleh setiap kilogram batubara jika dibakar sempurna. Dalam SI, nilai kalor
dinyatakan dalamsatuan KJ/Kg.Terdapat 4 macam nilai kalor yang berbeda, yaitu :
1.Nilai kalor kotor volume konstan (GCV V)
2.Nilai kalor bersih pada volume konstan (NCP V)
3 Nilai kalor kotor pad tekanan konstan (GCU GP)
4.Nilai kalor kotor pada tekanan konstan (NCP V)
Bomb calorimeter adalah salah satu alat yang pakai untukmengukur nilai kalor kotor
pada volume konstan, sedangkan nilai kalorkotor yang lain selanjutnya akan dapat dihitung
jika komposisi bahan bakar telah diketahui.Metode penentuan nilai kalor batubara
menggunakan bombcalorimeter dengan membakar sejumlah kecil sampel batubara
dalamoksigen didalam sebuah cawan yang ditempatkan dalam bejana kalorimeter.
Selanjutnya bejanan beserta isinya ditempatkan didalam bejana berongga yang lebih besar
dimana didalam rongga dinding bejanadiisi dengan air untuk membentuk jacket, ini bertujuan
untuk memperkeciltransfer panas antara bejana kalorimeter dengan lingkungan. Kemudians
ampel batubara tersebut dibakar dengan bantuan pematik listrik, dan panas yang dilepaskan
dari proses pembakaran tersebut kemudian diukurdengan cara mengukur temperatur air
dalam kalorimeter sebelum dannaiknya suhu dikalikan dengan panas jenis air.Kata gross
(kotor) pada penilaian kalor batubara mengandung pengertian bahwa panas laten penguapan
dari air yang terdapat dalam batubara ditambah panas laten penguapan dari air yang terbentuk
selama pembakaran boiler.Kata net (bersih) menandakan bahwa panas laten untukmembentuk
uap air tidak diperhitungkan dalam harga nilai kalor karena panas laten ini terbuang dalam
bentuk uap air. Secara aktual panas latendan uap air ini tidak bisa diperoleh kembali dalam
kondisi operasi boiler,sehingga pabrik-pabrik pembuatan boiler harus menyatakan harga
efisiensi boiler. Berdasarkan nilai kalor bersih (net calorific net) dan efisiensi inisekitar 4%
lebih tinggi harga efisiensi yang dihitung berdasarkan nilaikalor kotor (gross calorific value).
Hal ini harus diperhitungkan bila akanmembandingkan harga efisiensi boiler yang satu
dengan boiler yang lain.Proses pembakaran batubara dalam sebuah calorific berbedadengan
proses pembakaran batubara dalam boiler. Proses pembakarandalam bombcalorimeter
berlangsung pada volume konstan sedangkan proses pembakaran pada boiler berlangsung
tekanan konstan. Bila proses pembakaran berlangsung pada tekanan konstan, maka gas hasil
pembakaran harus bebas memuai sehingga melakukan kerja, dengandemikian nilai kalor
kotor pada tekanan konstan akan lebih tinggi daripadanilai kalor yang diperoleh dari
bomkalorimeter bila panas ekivalen dengankerja yang diperhitungkan. Selain itu ada
beberapa rumus yang dipakaiuntuk menghitung nilai kalor bahan bakar, tetapi hal ini perlu
dilakukananalisa dengan metode ultimate.
2.2.3. Penetapan Peringkat Batubara

Anda mungkin juga menyukai