Anda di halaman 1dari 21

PENGENALAN PABRIK

Pendataan Peralatan Distilasi, Absorpsi, dan Evaporasi di Industri Pabrik

Disusun Oleh :

Nama : Nabila Eka Putri


Kelas : 3 EGD
NIM : 062040410412
Dosen Pembimbing : Ir. Sahrul Effendy. A, M.T.

Jurusan Teknik Kimia Program Studi D-IV Teknik Energi


Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Tahun Akademik 2021/2022
A. Pendataan Peralatan Distilasi, Absorpsi, dan Evaporasi di Industri Pabrik

Peralatan
No. Jenis Industri
Distilasi Absorpsi Evaporasi
1. Industri Pupuk Urea ✓ ✓ ✓
2. Industri Pengolahan ✓ ✓ ✓
Minyak Bumi
3. Industri Pengolahan ✓ ✓ ✓
Gas Alam
4. Industri Pulp and - - -
Paper
5. Industri Semen - -
6. Industri Listrik - - ✓
Tenaga Uap
7. Industri Gula - - ✓
8. Industri Minyak ✓ - ✓
Sawit
9. Industri Asam Sulfat ✓ ✓ ✓
10. Industri Etanol ✓ ✓ ✓
B. Proses Distilasi
1. Pengertian Distilasi
Distilasi atau penyulingan adalah salah satu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan ataupun kemudahan menguap (volatilitas)
petunjuk. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, serta
uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam ukuran cairan. Zat yang
mempunyai titik didih lebih rendah akan menguap lebih dahulu.
Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian destilasi adalah sebagai
berikut :

a. Menurut Mc.Cabe (1999), destilasi adalah suatu proses pemisahan dua atau
lebih komponen dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih dari
masing-masing komponen dengan menggunakan panas sebagai tenaga pemisah.

b. Menurut GG.Brown (1987), destilasi adalah suatu metode operasi yang


digunakan pada proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan
menggunakan panas sebagai tenaga pemisah berdasarkan perbedaa titik didih
masing-masing komponennya. Proses pemisahan secara distilasi terdiri dari tiga
langkah dasar, yaitu:

• Proses penguapan atau penambahan panas dalam larutan yang dipisahkan


• Proses pembentukan fase seimbang
• Proses pemisahan kedua fase seimbang

c. Menurut Herry Santoso (1997), proses pemisahan secara destilasi dapat


dilakukan terhadap campuran yang terdiri dari komponen sebagai berikut:

• Mempunyai perbedaan titik didih yang cukup


• Mempunyai sifat penguapan yang relatif tinggi
• Tidak membentuk campuran azeotrope.

2. Prinsip Kerja Distilasi


Destilasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses pemurnian untuk senyawa
padat yaitu suatu proses yang didahului dengan penguapan senyawa cair dengan
memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang terbentuk yang akan
ditampung dalam wadah yang terpisah untuk mendapat destilat atau senyawa
cair yang murni. Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih
cairan pada tekanan tertentu. Pemisahan dengan destilasi melibatkan penguapan
differensial dari suatu campuran cairan diikuti dengan penampungan material
yang menguap dengan cara pendinginan dan pengembunan.

Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut
didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi destilasi merupakan metode
yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponennya yang terdapat
dalam salah satu larutan atau campuran dan bergantung pada distribusi
komponen-komponen tersebu antara fasa uap dan fasa air. Syarat utama dalam
operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara destilasi adalah
komposisi uap harus berbeda dengan komposisi cairan dengan terjadi
keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-komponennya cukup dapat
menguap.

Ada beberapa tahapan proses destilasi adalah sebagai berikut :


1. Evaporasi atau memindahkan pelarut sebagai uap dari cairan
2. Pemisahan uap-cairan didalam kolom dan untuk memisahkan komponen
dengan titik didih lebih rendah yang lebih mudah menguap komponen lain
yang kurang volatil.
3. Kondensasi dari uap, serta untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih
volatil.

3. Komponen Alat Distilasi


Keterangan :
1. wadah air
2. labu distilasi
3. Sambungan
4. Termometer
5. kondensor
6. aliran masuk air dingin
7. aliran keluar air dingin
8. labu distilat
9. lubang udara
10.tempat keluarnya distilat
11.air pemanas
12.larutan zat
13.Pemanas

Secara garis besar, komponen alat destilasi adalah sebagai berikut :


• Tabung reaktor
Tabung reaktor berfungsi sebagai wadah atau tempat pamanasan bahan baku
(oli bekas). Tabung reaktor berbentuk silinder yang mempunyai tutup yang
direkatkan dengan menggunakan baut sehingga dapat dibuka dan ditutup.
• Kondensor (Pendingin)
Kondensor berfungsi untuk mengubah seluruh gas menjadi fase cair. Air
disirkulasikan kedalam tabung condensor sebagai media pendingin.
• Pipa penyalur
Pipa penyalur yang dibuat berbentuk spiral ini berfungsi untuk menghubungkan
dan menyalurkan gas dari tabung reaktor ke condenser.
• Burner
Burner ini berfungsi sebagai media pemasan untuk mengasapkan bahan baku
didalam tangki pemanas yang bisa berupa kompor gas atau kompor minyak
ataupun juga tungku menggunakan batu bara, tetapi untuk lebih efisien dan mudah
mendapatkan bahan bakar maka digunakan kompor gas yang menggunakan bahan
bakar LPG.

4. Macam- Macam Destilasi


Pada dasarnya distilasi menurut penggunaan uapnya dibagi menjadi dua
cara, yaitu:
• Destilasi menggunakan uap
Destilasi uap menggunakan panas sebagai sumber energi untuk proses distilasi
dengan cara open steam, dimana uap tersebut mengadakan kontak lansung di
dalam sistem distilasi baik pada proses batch maupun kontinyu. Pada umumnya
distilasi dilakukan dengan penambahan komponen inert seperti nitrogen,
karbondioksida, flue, dan sebagainya.
Destilasi uap inert digunakan untuk proses-proses sebagai berikut:
1. Untuk memisahkan sejumlah kecil dari impuritas yang mudah menguap dari
sejumlah bahan masukan.
2. Untuk memisahkan dalam jumlah yang cukup besar pada bahan yang
mempunyai titik didih tinggi.
3. Untuk mendapatkan titik didih dari suatu bahan dari sejumlah kecil impuritas
yang mempunyai titik didih lebih tinggi.
• Destilasi menggunakan reboiler
Destilasi dengan menggunakan reboiler disebut dengan closed steam, dimana
alat penukar panas (reboiler) digunakan untuk memaksa kembalinya panas dan uap
pada hasil bawah fraksinator. Reboiler diletakkan pada bagian menara, hal ini
membuat luas permukaan menjadi besar. Namun, untuk membersihkannya harus
menghentikan operasi distilasi. Reboiler dipanaskan oleh steam pemanas.

Selanjutnya, ada beberapa macam destilasi diantaranya yaitu :


• Distilasi Sederhana
Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang
jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Destilasi sederhana juga
merupakan Teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen
yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Jika campuran dipanaskan maka
komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan,yaitu kecenderungan
sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer.
Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan
Alkohol. Pada prakteknya, kebanyakan campuran sukar untuk dimurnikan melalui
satu distilasi sederhana.
• Destilasi Fraksionisasi
Fungsi destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua
atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini
juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari
20°C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah.
Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah,untuk
memisahkan komponen- komponen dalam minyak mentah. Perbedaan distilasi
fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Dikolom ini
terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap
platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang
lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
Saat uap mencapai kolom, uap tersebut akan mengalami kondensasi dan
membentuk cairan. Cairan tersebut memiliki komposisi sama dengan uap darimana
dia berasal dan diperkaya dengan cairan dengan titik didih rendah. Cairan
terkondensasi tersebut akan ditahan pada kolom dan menetes secara pelahan-lahan.
Uap campuran akan terus terbentuk dan bergerak ke arah bagian atas kolom.
Ketika uap tersebut bertemu dengan tetesan cairan, maka uap akan terkondensasi
dan mentransfer energi panasnya pada cairan. Energi panas ini dapat menyebabkan
tetesan cairan mendidih, membentuk uap baru.
Uap yang baru terbentuk ini akan makin banyak pada cairan bertitik didih
rendah dibanding uap pada bagian awal. Uap baru ini akan bergerak ke atas dan
berkondensasi lagi. Proses ini berulang sehingga uap/cairan mengalir pada kolom
fraksi. Uap cairan yang keluar pada bagian atas kolom sebagain besar mengandung
cairan dengan titik didih rendah, kadang-kadang sampai 100%, tergantung panjang
kolom. Uap ini berkondensasi dan ditampung.
• Destilasi Vakum
Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didestilasi tidak
stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik
didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode destilasi
ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika
kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak
dapat dikondensasioleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum
atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem destilasi
ini.

5. Keuntungan dan kerugian Metode Destilasi


• Keuntungan
1. Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang tinggi.
2. Produk yang dihasilkan benar-benar murni.

• Kekurangan
1. Berlaku hanya untuk zat dengan fase cair dan gas.
2. Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik didih yang besar.
3. Biaya penggunaan alat ini relatif mahal.
C. Proses Absorpsi

1. Pengertian Absorpsi

Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari satuan campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti
dengan pelarutan.
Bila dua fasa yang berkontak adalah gas dan liquid, satuan operasi ini disebut
dengan absorobsi, solute A atau beberapa solute diabsobs dari fasa gas ke dalam
fasa liquid. Proses ini menyangkut difusi molekular dan turbulen atau
perpindahan massa dari soluteA melalui gas B (stagan, non difussing) ke dalam
liquid C yang stagnan atau proses penyerapan suatu zat oleh zat lain. Dalam
proses ini, zat yang diserap masuk ke bagian dalam zat penyerap. Misalnya
peristiwa pelarutan (gas ke dalam zat cair atau zat padat), difusi (zat cair ke dalam
zat padat), warna yang diserap oleh suatu benda (warna absorpsi), penyerapan
sinar bias oleh suatu zat pada peristiwa bias kembar (absorpsi selektif) dan
penyerapan energy oleh electron di dalam satuan atom (spectrum absorpsi).
Sedangkan pengertian absorpsimetri adalah metode analisis untuk menentukan
komposisi suatu zat dengan mengukur cahaya yang diserap bahan itu. Misalnya,
dengan mengetahui frekuensi warna cahaya yang diserap, dapat ditentukan jenis
zat penyerap.

Contoh:
- Absorbsi gas amoniak A dari udara B dengan air C. Biasanya larutan
Ammonia-Air yang dihasilkan didistilasi untuk mendapatkan ammonia murni.
- Absorbsi SO2 dari flue gases dengan larutan alkaline
- Dalam industri makanan (hidrogenasi minyak), gas hidrogen digelembungkan
ke dalam minyak dan absorb. Hidrogen dalam larutan kemudian bereaksi
dengan minyak dengan suatu katalis, proses yang menggunakan gas hidrogen
untuk mengubah minyak nabati cair menjadi olesan/margarin. Proses ini
menstabilkan minyak dan mencegah basi akibat oksidasi.
2. Prinsip Kerja Absorpsi
Kolom absorbsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut. Diantara jenis-jenis absorben
ini antara lain, arang aktif, bentonit, dan zeolit.
Campuran gas yang merpakan keluaran dari reactor diumpankan
kebawah menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak Antara dua fasa
yaitu fasa gas dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam
umpan gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan
dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom yang
berisi packing dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I
mengandung larutan dari gas yang dimasukkan tadi.

3. Jenis Adsorpsi
Berdasarkan kekuatan dalam berinteraksi, adsorpsi dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia.
a. Adsorpsi fisika terjadi bila gaya intermolekular lebih besar dari gaya
tarik antar molekul atau gaya tarik menarik yang relatif lemah antara adsorbat
dengan permukaan adsorben. Gaya ini disebut gaya Van der Waals sehingga
adsorbat dapat bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian permukaan lain
dari adsorben. Gaya antar molekul adalah gaya tarik antara molekul-molekul
fluida dengan permukaan padat, sedangkan gaya intermolekular adalah gaya tarik
antar molekul-molekul fluida itu sendiri.
b. Adsorpsi kimia terjadi karena adanya pertukaran atau pemakaian
bersama elektron antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben sehingga
terjadi reaksi kimia. Ikatan yang terbentuk antara adsorbat dengan adsorben
adalah ikatan kimia dan ikatan itu lebih kuat daripada adsorpsi fisika. Adsorpsi
fisika dan adsorpsi kimia dibedakan berdasarkan kriteria antara lain.

4. Komposisi Alat Absorpsi

Berikut ini adalah bagian-bagian dari kolom absorpsi :


a. Input gas biasanya berupa spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.
b. Output gas
c. Input pelarut
d. Output pelarut dan gas terserap keluar
e.. Tempat pencampuran pelarut dan umpan
f. Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga mudah untuk
diabsorbsi.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses Absorpsi

1) Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses
adsorpsi. Waktu kontak memungkinkan proses difusi dan penempelan
molekul adsorbat berlangsung lebih baik.

2) Karakteristik Adsorben
Ukuran partikel merupakan syarat yang penting dari suatu arang aktif untuk
digunakan sebagai adsorben. Ukuran partikel arang mempengaruhi
kecepatan dimana adsorpsi terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan
menurunnya ukuran partikel.

3) Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap,
sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran
diameter adsorben maka semakin luas permukaannya. Kapasitas adsorpsi
total dari suatu adsorbat tergantung pada luas permukaan total adsorbennya.

4) Kelarutan Adsorbat
Agar adsorpsi dapat terjadi, suatu molekul harus terpisah dari larutan.
Senyawa yang mudah larut mempunyai afinitas yang kuat untuk larutannya
dan karenanya lebih sukar untuk teradsorpsi dibandingkan senyawa yang
sukar larut. Akan tetapi ada perkeculian karena banyak senyawa yang
dengan kelarutan rendah sukar diadsorpsi, sedangkan beberapa senyawa
yang sangat mudah larut diadsorpsi dengan mudah. Usaha-usaha untuk
menemukan hubungan kuantitatif antara kemampuan adsorpsi dengan
kelarutan hanya sedikit yang berhasil.

5) Ukuran Molekul Adsorbat


Ukuran molekul adsorbat benar-benar penting dalam proses adsorpsi ketika
molekul masuk ke dalam mikropori suatu partikel arang untuk diserap.
Adsorpsi paling kuat ketika ukuran pori-pori adsorben cukup besar sehingga
memungkinkan molekul adsorbat untuk masuk.

6) pH
pH di mana proses adsorpsi terjadi menunjukkan pengaruh yang besar
terhadap adsorpsi itu sendiri. Hal ini dikarenakan ion hidrogen sendiri
diadsorpsi dengan kuat, sebagian karena pH mempengaruhi ionisasi dan
karenanya juga mempengaruhi adsorpsi dari beberapa senyawa. Asam
organik lebih mudah diadsorpsi pada pH rendah, sedangkan adsorpsi basa
organik terjadi dengan mudah pada pH tinggi. pH optimum untuk
kebanyakan proses adsorpsi harus ditentukan dengan uji laboratorium.

7) Temperatur
Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi kecepatan
dan jumlah adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan
meningkatnya temperatur, dan menurun dengan menurunnya temperatur.
Namun demikian, ketika adsorpsi merupakan proses eksoterm, derajad
adsorpsi meningkat pada suhu rendah dan akan menurun pada suhu yang
lebih tinggi .

D. Proses Evaporasi
1. Pengertian Evaporasi
Evaporasi adalah proses penguapan yang mengubah bentuk cair
menjadi gas setelah menerima panas. Dalam hal ini terjadi transfer energi
yang melibatkan perubahan suhu. Ketika air dipanaskan dan kemudian
mendidih, air akan mengandung gelembung gas.

Evaporator adalah alat untuk mengevaporasi larutan. Evaporasi merupakan


suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair
pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan evaporasi yaitu untuk memekatkan
larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang
mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi , pelarutnya adalah air.
Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah
zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat viskos, dan bukan zat padat. Begitu
pula, evaporasi berbeda dengan distilasi, karena disini uapnya biasanya komponen
tunggal, dan walaupun uap itu merupakan campuran, dalam proses evaporasi ini
tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Biasanya dalam
evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan produk yang berharga dan uapnya
biasanya dikondensasikan dan dibuang.

Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :


1. Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di permukaan
tanah. Nilai ini tergantung dari tenaga yang tersimpan.
2. Vertical vapour transfers, yaitu perpindahan lapisan yang kenyang dengan
uap air dari interface ke uap (atmosfer bebas).

2. Fungsi Evaporator
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, yaitu untuk menukar panas dan
untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya
terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di
mana cairan mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap
dari cairan lalu dimasukkan ke dalam kondensor (untuk
diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya. Hasil dari evaporator
(produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau larutan
berkonsentrasi.
Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa
komponen volatile (mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam
industri kimia dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam
diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam
evaporator. Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral
di dalam evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan
garamnya. Pada sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari
penyerapan panas oleh cairan pendingin yang menguap dengan cepat
(penguapan membutuhkan energi panas). Evaporator juga digunakan untuk
memproduksi air minum, memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi
lain.

3. Prinsip Kerja Evaporasi

Evaporator adalah alat untuk mengevaporasi larutan. Prinsip kerjanya


dengan penambahan kalor atau panas untuk memekatkan suatu larutan yang
terdiri dari zat terlarut yang memiliki titik didih tinggi dan zat pelarut yang
memiliki titik didih lebih rendah sehingga dihasilkan larutan yang lebih pekat
serta memiliki konsentrasi yang tinggi.
Proses evaporasi dengan skala komersial di dalam industri kimia
dilakukan dengan peralatan yang namanya evaporator. Ada empat komponen
dasar yang dibutuhkan dalam evaporasi yaitu : Evaporator, kondensor , injeksi
uap, dan perangkap uap.
1. Evaporator.
2. Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger) yang
berfungsi untuk mengkondensasikan fluida
3. Injeksi uap.
4. Perangkap uap
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut pada
titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih
tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu
komponen, dan jika uapnya berupa campuran umumnya tidak diadakan usaha
untuk memisahkan komponen-komponennya.

4. Komponen Alat Evaporasi

Keterangan:
1. Hot plate berfungsi untuk mengatur suhu pada waterbath dengan
temperatur yang diinginkan (tergantung titik didih dari pelarut).
2. Waterbathsebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot plate untuk
labu alas yang berisi “sampel”.
3. Ujung rotor “sampel” berfungsi sebagai tempat labu alas bulat sampel
bergantung.
4. Lubang kondensorberfungsi pintu masuk bagi air kedalam kondensor
yang airnya disedot oleh pompa vakum.
5. Kondensor berfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses
perubahan fasa, dari fasa gas ke fasa cair.
6. Lubang kondensor berfungsi pintu keluar bagi air dari dalam
kondensor.
7. Labu alas bulat penampung berfungsi sebagai wadah bagi penampung
pelarut.
8. Ujung rotor “penampung” berfungsi sebagai tempat labu alas bulat
penampung bergantung.

5. Jenis-Jenis Alat Penguap (Evaporator)

1. Horizontal Tube Evaporator


Jenis ini merupakan evaporator yang paling klasik dan banyak
diaplikasikan pada berbagai bidang industri. Umumnya, jenis ini digunakan
untuk keperluan-keperluan skala kecil dengan penggunaan teknologi
sederhana.

2. Standard Vertical-Tube Evaporator


Prinsip kerja pada standard vertical-tube evaporator yakni, cairan akan
mengalir di dalam pipa sementara uap (steam) mengalir di dalam shell. Di
dalam tabung, cairan akan mendidih dan uap yang timbul bergerak membawa
cairan ke atas. Pada tahap ini, akan terjadi sirkulasi cairan yang disebabkan
oleh perbedaan fasa antara fluida yang terdiri dari campuran uap-cair dengan
cairan yang berada di bagian luar pipa. Pada bagian atas pipa terdapat ruang
(bejana uap) yang berperan memisahkan cairan dengan uap. Proses pemisahan
antar uap dengan cairan dalam ruang uap dimana uap akan keluar melalui
saluran atas sementara cairan akan keluar melalui saluran di bagian bawah
bejana, selanjutnya akan bersirkulasi kembali melalui pipa-pipa.
3. Basket Evaporator
Sirkulasi cairan berlangsung natural (natural circulation) dan terjadi
dengan baik sehingga transfer panas secara konveksi akan berlangsung secara
efektif dalam jumlah besar. Natural circulation disebabkan oleh adanya
perbedaan rapat massa karena pebedaan fasa antara cairan yang terdapat di
dalam pipa dengan cairan yang berada di luar pipa. Selain itu, kerak yang
terbentuk di bagian luar pipa mempersulit proses pembersihan, jenis ini
hampir mirip dengan horizontal tube evaporator.

4. Vertical Tube Evaporator With Forced Circulation


Evaporator jenis ini menggunakan pompa untuk membantu proses
sirkulasi sehingga memperbesar koefisien perpindahan panas. Perpindahan
panas dilakukan secara paksa atau konveksi paksa, tujuannya untuk
mempercepat laju perpindahan panas antar fluida. Selain itu, penggunaan
pompa juga bertujuan untuk mencegah terjadinya penyumbatan di dalam
pipa, mengapa demikian? karena dengan menggunakan pompa maka tentu
arus aliran akan tinggi sehingga meminimalkan timbulnya endapan
penyebab kerak. Selain itu, aliran yang cepat akan membuat larutan lerutan
menjadi/lebih homogen. Jenis evaporator ini masih digolongkan dalam dua
jenis sesuai dengan jenis tube yang digunakan, yakni submerged tube type
dan boiling tube type. Cara kerja dari submerged tube tipe yaitu, keseluruhan
pipa pemanas berada di bawah cairan (tercelub), cairan akan masuk melalui
suatu saluran ke dalam bejana pemisah uap-cair.

5. Long Tube Vertical Evaporator


Long tube vertical evaporator memiliki ukuran tube transfer panas
yang lebih panjang bila dibandingkan dengan ukuran tube pada jenis
evaporator lainnya. Tujuannya yakni untuk memperbesar serta mempercepat
sirkulasi cairan agar proses perpindahan panas lebih besar. Setelah aliran
memasuki ruang uap untuk dipisahkan dari uap yang telah terbentuk,
selanjutnya akan mengalir ke bawah melalui pipa luar evaporator.

6. Forced Circulation Evaporator With External Heater


Jenis evaporator ini merupakan hasil rangkaian untuk keperluan
tertentu, dimana heat exchanger, pompa dan unit pemisah cairan-uap
merupakan unit yang terpisah.
7. Falling Film Evaporator
Cara kerja falling film evaporator yakni cairan akan mengalir ke
bawah kemudian membentuk film pada sekeliling dinding dalam pipa.
Aliran yang terjadi disebabkan oleh adanya gaya berat serta gesekan uap.
Uap yang telah terbentuk akan turun ke bawah, walaupun ΔT kecil tapi
siklus aliran tetap berjalan baik karena adanya gaya gravitasi. Luas
permanasan jauh lebih besar dari volume cairan di dalamnya.

8. Climbing Film, Long Tube Vertical Evaporator With External Heater


Prinsip kerja jenis evaporator ini sebenarnya hampir mirip dengan Long
Tube Vertical Evaporator. hanya dibedakan dari alat pemanas dan pemisah uap
yang letaknya terpisah.

9. Agitated Film Evaporator


Jenis evaporator ini berbentuk tabung vertikal dan ada juga yang
berbentuk horizontal, dengan sistem pemanas berada di luar tabung. Pada
sumbu tabung terdapat suatu alat berbentuk batangan yang dapat diputar serta
dilengkapi sirip-sirip. Fungsi dari batangan tadi yaitu untuk mengalirkan
cairan, dimana saat batangan tersebut berputar maka cairan akan bergerak ke
bawah dan kemudian terlempar ke bagian tepi tabung yang panas.
10. Direct Contact Evaporator
Pada jenis evaporator ini akan terjadi kontak langsung antara cairan
dengan gas pemanas sehingga koefisien perpindahan panas sangat besar. Di
dalam bagian tengah tabung terdapat ruang yang berfumgsi sebagai ruang
pembakaran (lihat gambar di atas). Secara umum, penggunaan evaporator ini
ditujukan untuk larutan kental, atau bahkan sluriy.

11. Stirred, Discontinuous Evaporator


Jenis dari evaporator ini digunakan memadatkan larutan atau dengan kata
lain yakni untuk memperoleh produk bersifat padat. pemanasannya terdiri dari
dua jenis, yakni internal heating dan external heating. Untuk pemanasan
internal, pemanas akan dialirkan melalui koil, sementara untuk pemanasan
extenal, pemanas akan melalui jaket pada shell.

Anda mungkin juga menyukai