Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

M DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG GALILEA III

DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

HALAMAN JUDUL

Disusun Oleh :

Anita Ayu Sulistyowati 2004070

Ayunda Padmasari Wibowo 2004072

Baun 2004074

Iluh Sekar Ayu Dea Munararsi 2004079

Katarina Oktaviana Dongoran 2004081

Kenny Chaiyono 2004082

Kristin Dwi Ratnasari 2004083

Nonie Mega Dini 2004091

Ruth Widya Pinashti 2004094

Yulia Friska Ardhiani 2004096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan


Gastroenteritis Akut Di Ruang Galilea Iii
Di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

Telah Diperiksa Dan Disetujui Perseptor Akademik.

Yogyakarta, Februari 2021

Mengetahui,

Perseptor Akademik

(Ignasia Yunita Sari, S. Kep., Ns., M.Kep)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan pada An. M dengan Gastroenteritis Akut Di


Ruang Galilea III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Telah Diperiksa Dan Disetujui Perseptor Akademik.

HALAMAN PENGESAHAN

Yogyakarta, 8 Februari 2021

Mengetahui,

Perseptor Akademik

(Ignasia Yunita Sari S. Kep., Ns., M. Kep)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan kasih
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan
pada An. M dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan laporan ini kami telah dibantu oleh berbagai pihak,
untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns. MAN., selaku Ketua STIKES
Bethesda Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Ethic Palupi, S. Kep., Ns., MNS., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Ners STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Ibu Ignasia Yunita Sari S. Kep., Ns., M. Kep., selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan
lain.
4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Tuhan memberkati.

Yogyakarta, 8 Februari 2021

Kelompok 2

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan masalah......................................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3

BAB II: LANDASAN TEORI ................................................................................ 4

A. KONSEP TEORI ........................................ Error! Bookmark not defined.

1. Definisi .................................................... Error! Bookmark not defined.

2. Anatomi Fisiologi .................................... Error! Bookmark not defined.

3. Etiologi ..................................................................................................... 7

4. Klasifikasi ................................................................................................. 8

5. Patofisiologi.............................................................................................. 9

6. Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................... 13

7. Penatalaksanaan ...................................................................................... 14

8. Komplikasi ............................................................................................. 21

B. KONSEP KEPERAWATAN ..................................................................... 23

1. Pengkajian .............................................................................................. 23

2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 24

v
3. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 26

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan ............................................................................ 29

B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 46

C. Rencana Keperawatan ................................................................................ 48

D. Tindakan Keperawatan............................................................................... 48

E. Catatan Perkembangan ............................................................................... 52

BAB IV: PEMBAHASAN.................................................................................... 58

BAB V : PENUTUP ............................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair, dengan kandungan a
ir pada tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200
ml/24 jam. Buang air besar encer tersebut dapat berisi atau tanpa desertai
lendir dan darah. Diare bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Kemenkes RI 2017).

Menurut Suharyono (2008) gastroenteritis akut didefinisikan sebagai buang 6


air besar dengan tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari
normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedangkan menurut Priyanto (2008)
gastroenteritis kronik yaitu yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Gastroenteritis atau diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi.
Gastroenteritis atau diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari
penyebab gastroenteritis yang terbanyak adalah gastroenteritis infeksi.
Gastroenteritis atau diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara


berkembang, termasuk Indonesia. Survei morbiditas oleh Depkes Indonesia
terlihat kecenderungan insiden diare meningkat dari tahun 2000 sebesar
301/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Penyakit
diare merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian
anak diberbagai negara. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2
juta kematian per tahun pada balita disebabkan karena balita terkena penyakit
diare. Setiap anak biasanya mengalami serangan penyakit diare rata-rata 3,3
kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia
kurang dari dua tahun (Arimbawa, 2016).

1
2

Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan


tingginya angka kematian anak balita di Indonesia. Berdasarkan hasil survei 2
demografi kesehatan Indonesia angka kematian anak lima tahun terakhir
didapatkan sebagai berikut: angka kematian neonatum sebesar 15 per seribu
kelahiran hidup, angka kematian bayi sebesar 24 per seribu kelahiran hidup,
dan angka kematian balita sebesar 32 per seribu kelahiran hidup. Berdasarkan
hasil suvei, tingginya angka kematian anak balita rata-rata disebabkan
sejumlah penyakit, seperti ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), panas
tinggi hingga diare. Penanganan diare bagi balita jadi yang terparah. Sebab,
dari 2.328 balita penderita diare, hanya 74 persen di antaranya yang telah
mendapatkan pengobatan (Kemenkes RI, 2017).

Menurut Brandt et al (2015), penyebab diare yaitu faktor Infeksi (Bakteri,


virus, parasit), gangguan penyerapan makanan dan minuman di usus seperti
penyerapan karbohidrat, lemak dan protein, faktor makanan seperti makanan
basi, beracun, alergi terhadap makanan, faktor psikologis seperti cemas, takut
dan terkejut. Penyebab lain dari diare adalah rotavirus, kualitas air minum,
kebersihan dan sanitasi (Gul R, Hussain, Ali W,et al, 2017). Diare berdampak
buruk jika tidak diatasi. Apabila diare tidak teratasi, maka dapat
menimbulkan kejang, gangguan irama jantung sampai pendarahan di otak,
apabila dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) berat bisa menyebabkan
kematian (Barr & Smith, 2014).

Pada diare akut dengan dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga
dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan anak–anak antara lain syok
hipovolemik (dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat,
denyut nadi cepat, kecil, tekanan darah menurun, pasien lemah, kesadaran
menurun, dan diuresis berkurang), gangguan elektrolit, gangguan
keseimbangan asam basa, gagal ginjal akut, dan proses tumbuh kembang
anak 8 terhambat yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak
di masa depan.
3

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah “Bagaimana pemberian asuhan
keperawatan anak dengan Gastroenteritis Akut?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada kasus anak
dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun
2021.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan penkajian keperawatan secara tepat
pada pasien dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Tahun 2021.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Tahun 2021.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien
dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Tahun 2021.
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien
dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Tahun 2021.
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien
dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Tahun 2021.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Gastroenteritis adalah penyakit akibat peradangan saluran cerna oleh
infeksi Escherichia coli dan Salmonella, ditandai dengan peningkatan
cairan pada feses, kram perut, deam, muntah, peningkatan bising usus.
(Chow, 2010)
Diare merupakan peningkatan kandungan feses lebih dari 200ml/24
jam, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu 7-14 hari.
(Simadibrata, 2009)

2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan terdiri dari saluran panjang yang dimulai dari mulut
hingga rectum. Struktur dinding saluran cerna secara umum tersusun
atas empat lapisan, yaitu: mukosa, lapisan submukosa, tunika
muskularis, dan lapisan serosa.

Gambar 1 Lapisan Saluran Pencernaan


(Sumber: https://www.slideshare.net/CahyaZTC64/anfis-sistem-pencernaan)

4
5

a. Mulut
Merupakan saluran cerna bagian pertama. Mulut bagian atas dibatasi
oleh palatum, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh mandibular,lidah,
dan struktur bawah mulut lainnya. Mulut bagian samping dibatasi oleh
pipi, sedangka bagian depan dibatasi oleh bibir.
Kelenjar yang terdapat pada mulut ada tiga, yaitu kelenjar parotis,
submandibular, dan sublingual. Kleenjar ii bertanggungjawab dalam
proses mekanis seperti membantu bicara, mastikasi, dan menelan.
Kleenjar liur menyekresi saliva yang berfungsi melumas makanan dan
ptyalin untuk mencerna karbohidrat.
b. Lidah
Lidah tersusun oleh otot yang dilapisi oleh mambran mukosa. Lidah
melekat pada epiglotis dalam faring dan diinervasi oleh berbagai saraf.
Sesnsorik lidah diinnervasi oleh saraf lingualis (trigeminal) dan fasialis
yang berfungsi untuk pengecapan, serta saraf glasofariengeal dan saraf
hipoglosus
c. Gigi
Manusia memiliki dua set gigi selama masa hidupnya. Set pertama
merupkan gigi susu yang berjumlah 20, muncul pada bulan 6 sampai
tahun kedua lalu berangsur tanggal pada usia 6-12 tahun. Set kedua
berjumlah 32 gigi yang ditemukan dengan jumlah sempurna saat
berusia 25 tahun. Bagian dalam gigi adalah ruang pulpa yang
mengandung saraf dan pembuluh darah.
d. Esopaghus
Merupakan saluran otot yang membentang dari kartiloago krikoid
sampai kardia lambung. Esophagus dimulai dari leher sebagai
sambungan faring, lalu kebawah leher dan toraks, melalui crus sinistra
diafragma memasuki lambung.
e. Lambung
Terletak di kuadran kiri atas abdomen, lebar, dan merupakan saluran
cerna yang dilatasi. Bentuk lambung beragam tergantung jumlah
6

makanan didalamya, gerakan peristaltic, tekanan dari organ lainnya,


dan postur tubuh. Fungsi utama lambung adalah menyimpan makanan
yang kemudian akan dicerna.
f. Usus Halus
Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Panjang usus
halus bayi 300-350cm, memanjang 50% tahun pertama kehidupan, dan
mencapai 6meter saat dewasa.
g. Usus Besar
Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat tak diserap, seperti
zatbesi, kalium, fosfat, dan mensekresi mucus. Panjang usus besar
beragam sekitar 180cm. Didalam usus besar terdapat gerakan yang
tidak mendorong isi maju, namun mencampur sehingga membantu
absorbs air.
h. Hati
Kelenjar paling besar tubuh dengan erat 1300gr-1550gr. Fungsi hati
diantaranya memodifikasi dan mengubah zat kimia menjadii materi
tidak berbahaya dan mencegah efek racun dalam tubuh, mensitesis
glikogen, mensekresi empedu, membentuk dan merusak eritrosit,
penyimpanan an pelepasan karbohidrat, pembuatan protein plasma,
serta pembentukan urea.
i. Pankreas
Pancreas terdiri dari kaput, leher pancreas, dan kauda.
j. Peritoneum
Merupakan membrane serosa tipis, licin, dan lemab Melapisi organ
perut.
7

Gambar 2. Saluran Cerna Manusia


(Sumber: https://pahamify.com/blog/artikel/biologi-sistem-pencernaan-
manusia/)

3. Etiologi
Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh bebrapa factor, yaitu:
a. Factor infeksi
Infeksi merupakan factor utama penyebab diare, infeksi internal
meliputi:
1) Infeksi Bakteri : Escherichia coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
2) Infeksi Virus: Rotavirus, Enterovirus echoviruses,
Adenovirus, dan Human retrovirus
3) Infeksi Parasit: Cacing, Protozoa, dan jamur.
b. Factor Malabsorbsi
Malaborbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan
anak, malabosrbsi lemak, malasorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan mengandung racun atau alergi makanan
d. Factor Kebersihan
Penggunaan air minum tercemar, tidak mencuci makanan dan
alat makaan dengan bersih.
8

e. Faktor Psikologi
Rasa cemas dapate meningkatkan frekuensi peistaltik usus yang
menyebabkan diare.

4. Klasifikasi
Jenis gastroenteritis menurut Sodikin, 2011, adalah:
a. Gastroenteritis akut, serangannya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari. Gastroenteritis akut diklasifikasikan:
1) Gastroenteritis non inflamasi, disebabkan oleh enterotoksin
dan menyebabkan gastroenteritis cair tanpa lender dan darah.
2) Gastroenteritis Inflamasi, disebabkan invlasi bakteri dan
pengeluaran sitotoksin dalam kolon. Lender dan darah
terlihat secara makroskopis , sel leukosit dan
polimorfonuklear terlihat secara mikroskopis.
b. Gastroenteritis Kronik, yaitu gastroenteritis yang berlangsung
lebih dari 14 hari. Gastroenteritis kronik dibagi dalam beberpa
bagian, yaitu:
1) Gastroenteritis sekresi, yaitu gastroenteritis dengan volume
feses yang banyak disertai gangguan elektrolit.
2) Gastroenteritis osmotic, terjadi bila ada partikel yang tidak
dapat diaborbsi sehingga osmolaritas meningkat dan air
tertarik ke plsma.
3) Gastroenteritis eksudatif, inflamasi akan menyebabkan
kerusakan mukosa.
.
9

5. Patofisiologi
Infeksi Kegagalan Makanan (basi, Psikologis
absorpsi usus beracun, alergi) (cemas, takut)
(virus, bakteri,
parasit Masuk ke saluran Stimulus saraf
Gg. osmotik Gg. sekresi Gg. Motilitas pencernaan simpatis
Masuk saluran
usus
pencernaan dan
berkembang Cairan makanan Rangsangan Toksin tidak Merangsang
tidak dapat toksin Usus tidak peristaltik usus
sapat di absobsi
diserap usus dapat menyerap
Toksin dalam Menjadi invasif makanan
Sekresi di Hiperperistaltik Proses penyerapan
dinding usus halus menyerbu ke usus makanan terganggu
Tekanan osmotik dinding usus Hiperperistaltik
dalam mukosa
usus
Terjadi iritasi
Membentuk toksin Air & elektrolit BAB encer > Distensi
mukosa usus Hiperperistaltik
masuk ke 4x/hari abdomen kram
usus BAB encer >
rongga usus
Usus mengalami Menghasilkan 4x/hari
enterotoksin BAB encer > Nyeri abdomen
atrofi
4x/hari isi rongga usus

Perubahan Enterotoksin Nyeri akut


kapasitas usus direabsobsi ke dalam BAB encer >
darah 4x/hari Intervensi:
Fungsi usus - Monitor skala nyeri & tanda
Demam
terganggu Intervensi: nonverbal
Hipertemi - Monitor ttv dan - Ajarkan teknik non
Sekresi cairan
tanda infeksi Gastroenteritis farmakologis: distraksi
Akut relaksasi, nafas dalam, guided
BAB encer > imagery
4x/hari
10

Gastroenteriti
s Akut

Kehilangan cairan & Nadi lemah, pucat, Malnutrisi energi Kehilangan


elektrolit (BAB berlebih dan dan akral dingin dan protein cairan
muntah
Asidosis
Mukosa bibir Resiko syok Defisiensi metabolik
kering, turgor Dehidrasi hipovolemik enzim
kulit kembali Renjatan Syok
Malabsorbsi
sangat lambat Kekurangan Intervensi: hipovolemik hipovolemik
volume cairan
- Monitor nilai Enteropati Penurunan
Kerusakan pH darah kesadaran
laboratorium dengan
integritas kulit Intervensi:
(kadar asam laktat,
menurun
kehilangan
- Monitor status hidrasi pH) Albumin & Rangsangan pusat
Intervensi: pernafasan Kematian
- Berikan cairan imunoglobulin
- Monitor balance cairan
- Berikan cairan dan kristaloid sesuai hilang
nutrisi yang adekuat - Berikan cairan Nafas cepat dan dalam
kebutuhan Ansietas
parenteral Ketidakseimbangan
- Identifikasi respon
alergi - Kolaborasi pemberian
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Gangguan pola Intervensi:
cairan intravena, nafas
pemasangan NGT, - Ajarkan teknik
Intervensi: Intervensi:
distraksi &
- Jaga kepatenan relaksasi
- Monitor asupan
jalan nafas
nutrisi, intake- - Beri rasa empati,
output - Pemberian O2 rasa aman &
sesuai kebutuhan nyaman
- Pemberian nutrisi
parenteral - Ajarkan teknik
relaksasi nafas
11

6. Manifestasi Klinik
Menurut Widoyono (2008) ada beberapa gejala dan tanda gastroenteritis
diantaranya adalah:

a. Gejala Umum:
1) Anak cengeng dan gelisah.
2) Nafsu makan berkurang atau hilang.
3) Mengeluarkan kotoran lembek dan sering merupakan gejala khas
diare.
4) Muntah, biasanya menyerai diare pada gastroenteritis akut. Pada
pasien gastroenteritis akut muntah biasanya terjadi bersamaan
dengan diare dan rasa sakit pada perut, pada umumnya
disebabkan oleh virus dan bakteri pathogen, seperti Salmonella,
Shigella, dan Escherichia coli.
5) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
Respon ini utama muncul ketika bakteri invasif beredar di dalam
sirkulasi lalu difagosit oleh makrofag dan netrofil. Pirogen
endogen selanjutnya merangsang pengeluaran prostaglandin dari
hipotamlamus sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Suhu yang
lebih tinggi ini meningkatkan proses fagositosis dan kecepatan
enzim yang diperantarai enzim.
6) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,
apatis bahkan gelisah. Diare berat yang disertai mual dan muntah
sehingga asupan oral bekurang dapat menyebabkan dehidrasi
terutama pada anak dan lanjut usia, tergantung dari presentase
cairan tubuh yang hilang dahidrasi dapat terjadi ringan, sedang
dan berat. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang
meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna
urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik.
Hal ini disebabkan oleh tubuh yang senantiasa menjaga
homeostatis. Rasa haus dan pengeluaran urin yang sedikit saat
12

tubuh kekurangan cairan bertujuan mengatur osmolaritas cairan


ekstraseluler.
Tabel tanda dan gejala dehidrasi menurut (Lalani & Schneeweiss,
2011):

Dehidrasi
Dehidrasi
minimal/tanpa Dehidrasi berat
Tanda dan ringan-sedang
dehidrasi (penurunan
gejala (penurunan BB
(penurunan BB BB>9%)
3-9%)
<3%)
Status Baik, waspada Normal, Apatis, letargi,
mental kelelahan atau lemas
gelisah, rewel
Diare 2x sehari 3-5x sehari 6-8x sehari atau
lebih
Ubun-ubun Normal Agak cekung Cekung
besar
Rasa haus Minum seperti Haus, sangat Minum sangat
biasa ingin minum sedikit, tidak
mampu minum
Membrane Lembab Kering Pecah-pecah
mukosa
Air mata Ada Menurun Tidak ada
Kecekungan Normal Agak cekung Sangat cekung
mata
Frekuensi Normal Normal- Takikardi
denyut meningkat bradikardi pada
jantung kasus berat
Tekanan Normal Normal, Menurun
darah perubahan
ortostastik
Suhu Normal 33.5oC- Normal, sedikit Demam/panas
37.3oC demam (hiperpireksia)
(pireksia) >38oC
37.3oC-38oC
Pernafasan Normal, 25- Normal,agak Takipnea,
31x/menit cepat 33- hiperpnea
35x/menit >36x/menit
Nadi Normal, 100- Normal Lemah, 80-
140x/ berkurang, 90- 90x/menit atau
menit 100x/menit lebih
Pengisian Normal Memanjang >2 Memanjang
kembali detik >4detik
kapiler
Turgor kulit Segera kembali Kembali <2 Kembali >2
13

detik detik
Ekstremitas Hangat Agak dingin Dingin,
berbercak,
sianosis
Keluaran Normal hingga Menurun Minimal
urine menurun
Fungsi Baik, sadar Gelisah, rewel Mengigau,
kognisi koma/syok/
tidak sadar

b. Gejala Spesifik:
1) Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cairan beras dan
berbau amis.
2) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Padila, 2013) pemeriksaan penunjang pada Gastroenteritis Akut
adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan tinja
Diperiksan dalam hal volume, warna, dan konsistensinya serta diteliti
adanya mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak
dapat ditemukan jika gastroenteritis berhubungan dengan penyakit
usus halus, tetapi ditemukan pada penderita salmonella, E. colli,
enterovirus dan shigelosis. Mukus yang berlebihan dalam tinja
menunjukkan kemungkinan adanya peradangan kolon. pH tinja yang
rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa
tinja rendah/ pH kurang dari 5.5 maka penyebab diare bersifat tidak
menular.

b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat
jenis plasma. Penurunan pH darah disebabkan karena terjadi
penurunan bikarbonat sehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit
14

terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor untuk


menentukan keseimbangan asam dan basa.

c. Duodenal Intubation
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitaif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

d. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Ngastiyah, 2014) penatalaksaan medis pada Gastroenteritis
Akut adalah:

1) Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.


Empat hal penting yang perlu diperhatikan

a) Jenis cairan
(1) Oral : pedialyte atau oralit, ricelyte
(2) Parenteral : NaCl, Isotonic, infus
b) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.

c) Jalan masuk atau cara pemberian


(1) Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan
dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan
yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL dan glukosa.
(2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat
(RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja.
Mengenai seberapa banyak cairan yang diberikan
tergantung dari berat ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
15

d) Jadwal pemberian cairan


Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian
kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan.

(1) Identifikasi penyebab diare.


(2) Terpi sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat
anti mortilitas dan sekresi usus, antiemetik.
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :

a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa


rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron
atau sejenis lainnya).
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi
tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak
biasa.
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa
atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
b. Penatalaksaan Keperawatan
Menurut (Ngastiyah, 2014) penatalaksaan keperawatan pada
Gastroenteritis Akut adalah:

1) Dehidrasi masih ringan


Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah
pasien defekasi. Cairan harus mengandung eletrolit, seperti oralit.
Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan gula garam dengan 1
gelas air matang yang agak dingin dilarutkan dalam 1 sendok teh
gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah atau
tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila
pemberian cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infus
dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas
16

persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah


tetesan berjalan lancar terutama pada jam-jam pertama karena
diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi.

2) Dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan
yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:

a) Kebutuhan total cairan perhari seorang anak dihitung dengan


formula berikut: 100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama, lalu 50
ml/kgBB untuk 10 kg berikutnya, selanjutnya 25 ml/kgBB
untuk setiap tambahan kg BB-nya.
b) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai
set infus yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol
infus waktu memantaunya.
c) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
d) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih
sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.
e) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk
mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering.
f) Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi
makan lunak atau secara realimentasi.
c. Penanganan diare menggunakan Rencana Terapi A, B, dan C
menurut (MTBS, 2015):
1) Rencana Terapi A: Penanganan diare di rumah
Jelaskan pada ibu tentang aturan perawatan dirumah:

a) Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau), jelaskan pada


ibu:
(1) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian.
17

(2) Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit


atau air matang sebagai tambahan.
(3) Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1
atau lebih cairan berikut: oralit, cairan makanan (kuah
sayur, air tajin) atau air matang.
Anak harus diberikan larutan oralit dirumah jika:

(1) Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C


dalam kunjungan ini.
(2) Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya
bertambah parah.
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit, beri ibu
6 bungkus oralit untuk diberikan dirumah.

Tunjukkan kepada ibu berapa banyak harus memberikan


oralit/cairan lain yang harus diberikan setiap kali anak
BAB

(1) Sampai umur 1 tahun : 50-100 ml setiap kali BAB.


(2) Umur 1 sampai 5 tahun : 100-200 ml setiap kali BAB.
Katakan kepada ibu:

(1) Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari


mangkuk/cangkir/gelas.
(2) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan
lebih lambat.
(3) Lanjukkan pemberian cairan tambahkan sampai diare
berhenti.
b) Beri tablet zinc selama 10 hari.
c) Lanjukkan pemberian makan.
d) Kapan harus kembali.
18

2) Rencana Terapi B: Penangan dehidrasi ringan/sedang dengan


oralit.
Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3
jam.

4 - < 12 1-<2 2-<5


Umur < 4 bulan
bulan tahun tahun
Berat
< 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 - 19 kg
Badan
Jumlah
200-400 400-700 700-900 900-1400
(ml)

a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama:


Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75
ml. Digunakan umur hanya bila berat badan anak tidak
diketahui.

(1) Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak


dari pedoman diatas.
(2) Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak
menyusu, berikan juga 100-200 ml air matang selama
periode ini.
b) Tunjukkan cara memberikan larutan oralit:
(1) Minumlah sedikit-sedikit tapi sering dari
cangkir/mangkuk/gelas.
(2) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan
lagi lebih lambat.
(3) Lanjukkan ASI selama anak mau.
(4) Bila kelopak mata bengkak, hentikan pemberian oralit
dan berikan air masak atau ASI.
c) Berikan tablet zinc selama 10 hari.
19

d) Setelah 3 jam:
(1) Ulangi penelian dan klasifikasikan kembali derajat
dehidrasinya.
(2) Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjukkan
pengobatan.
(3) Mulailah memberi makan anak.
e) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:
(1) Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
(2) Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan
dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan
(3) Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan
menambahkan 6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan
dalam rencana terapi A.
(4) Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah:
(a) Beri cairan tambahan.
(b) Beri tablet zinc selama 10 hari.
(c) Lanjukkan pemberian makan.
(d) Kapan harus kembali.
3) Rencana Terapi C: Penanganan dehidrasi berat dengan cepat.
Dapatkan saudara segera memberi cairan intravena? Jika Ya:

a) Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri


oralit melalui mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100
ml/kg cairan Ringer Laktat (atau jika tak tersedia, gunakan
cairan NaCl) yang dibagi sebagai berikut:
Pemberian
Pemberian pertama
Umur selanjutnya 70
30 ml/kg selama:
ml/kg selama:
Bayi (dibawah
1 jam* 5 jam
umur 12 bulan)
Anak (12 bulan
30 menit* 2 ½ jam
sampai 5 tahun)
20

b) Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum


teraba, beri tetesan lebih cepat.
c) Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau
minum. Biasanya sesudah 3-4 jam (pada bayi) atau sesudah
1-2 jam (pada anak) dan beri juga tablet zinc.
Keterangan: 1 ml = 20 tetes/menit (infus makro) dan 60
tetes/menit (infus mikro)

d) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.


Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai
untuk melanjutkan pengobatan.
Jika tidak bisa segera memberi cairan intravena, adakah fasilitas
pemberi cairan intravena terdekat (dalam 30 menit)? jika Ya:

a) Rujuk segera untuk pengobatan intravena.


b) Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan
cara meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama
dalam perjalanan.
Jika tidak ada fasilitas pemberi cairan intravena terrdekat, apakah
saudara terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk rehidrasi?
Jika Ya:

a) Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa


orogastrik atau mulut. Beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total
120 ml/kg).
b) Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:
(1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri
cairan lebih lambat.
(2) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik,
rujuk anak untuk pengobatan intravena.
c) Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan
dehidrasi. Kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai (A,
B, atau C).
21

Jika tidak terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk rehidrasi,


apakah anak masih bisa minum, jika tidak rujuk segera untuk
pengobatan IV/OGT.

Catatan:

Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah


rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan
hidrasi dengan pemberian larutan ralit per oral.

4) Pemberian tablet zinc untuk semua penderita diare:


a) Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat tablet
zinc sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan.
b) Dosis tablet zinc (1 tablet = 20 mg).
Berikan dosis tunggal selama 10 hari.

(1) Umur <6 bulan : ½ teblet/hari.


(2) Umur > 6 bulan : 1 tablet/hari.
c) Cara pemberian tablet zinc:
(1) Larutan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam
sendok teh (tablet akan larut + 30 detik), segera
berikan kepada anak.
(2) Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah
pemberian tablet zinc, ulangi pemberian dengan cara
memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa
kali hingga satu dosis penuh.
(3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet zinc setiap hari
selama 10 hari penuh, meskipun diare sudah berhenti.
(4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan
cairan infus, tetap berikan tablet zinc segera setelah
anak bisa minum atau makan.
22

9. Komplikasi
Menurut (Ngatiyah, 2014) komplikasi yang terjadi akibat gastroenteritis
akut adalah sebagai berikut:

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)


b. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila
penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan
menyebabkan penurunan tekanan darah.
c. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan elektrodiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktase.
f. Kejang, terjaddi pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan gastroenteritis jika lama
atau kronik).
23

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Fokus pengkajian pada anak dengan gastroenteritis menurut (Nursalam,
2013) meliputi:
a. Identitas
Nama, umur, nama orang tua, pekerjaan orang tua, agama, pendidikan
orang tua, suku, alamat, tanggal masuk, ruangan atau kamar, nomor
rekam medis dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan saat dikaji
Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian biasanya pasien
mengeluh nyeri pada perut.
2) Keluhan tambahan
Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB dengan
konsistensi cair. Mual, muntah dan demam.
3) Riwayat penyakit sekarang
Perjalanan penyakit klien sebelum, selama perjalanan, sampai
dirumah sakit, hingga saat dilakukan pengkajian tindakan yang
dilakukan sebelumnya dan pengobatan yang didapat setelah masuk
RS.
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Prenatal, natal dan post natal.
d. Riwayat Kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah dialami, pernah operasi atau tidak, obat yang
digunakan, alergi dan imunisasi.
e. Riwayat tumbuh kembang
Lahir kehamilan, motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal
sosial.
f. Riwayat keluarga
Kaji anak keberapa, ada saudara kandung atau tidak, tinggal serumah
dengan orang tua atau tidak dan riwayat kehamilan ibu.
24

g. Riwayat sosial
Kaji siapa yang mengasuh anak, hubungan dengan orang tua, hubungan
dengan teman sebaya, tingkah laku anak, kebiasaan bermain, keinginan
bermain dan lingkungan rumah.
h. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar manusia
Pola nutrisi, pola tidur, pola eliminasi, pola kebersihan diri dan aktivitas.
i. Keadaan saat ini
Status nutrisi, status cairan, eliminasi, kebutuhan tidur, pola kebersihan
diri, aktivitas, data psikologis, spiritual dan intelektual. Bayi atau anak
tidak nafsu makan, BAB lebih dari 3 kali sehari, perasaan haus dan sulit
tidur.
j. Pemeriksaan fisik
Pengukuran pertumbuhan, tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, kulit,
kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, anus,
punggung, extremitas dan reflek. Bayi atau anak mengalami demam,
gelisah, rewel, lesu, dan penurunan kesadaran pada dehidrasi berat,
kelopak mata cekung, tugor kulit kembali lambat pada dehidrasi berat,
mulut kering, bising usus meningkat, BAB lebih dari 3 kali sehari
konsistensi cair dan iritasi pada anus.
k. Tingkat perkembangan
Kemandirian dan bergaul, motor atau gerak halus, bicara bahasa dan
kognitif lalu motor atau gerak kasar.

2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare
menurut NANDA Internasional (2018), adalah sebagai berikut:
a. Diare berhubungan dengan infeksi, inflamasi gastrointestinal.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan makan.
25

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi.


e. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan penurunan volume
cairan.
f. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju
metabolisme, penyakit.
g. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
h. Ganguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit,
kurang kontrol situasi.
i. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala
terkait penyakit.
26

3. Intervensi Keperawatan

DIANGOSA NOC /
NO NIC RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN
1 Tanggal: Tanggal: Tanggal: Tanggal:
Jam: Jam: Jam: Jam:

Diare berhubungan Setelah


1. Monitor 1. Untuk
dengan infeksi, dilakukan
bising usus mengetahui
inflamasi tindakan
2. Anjurkan normal atau
gastrointestinal keperawatan
pasien tidaknya
ditandai dengan: selama … x 24
makan pergerakan
jam diharapkan
Ds : makanan usus.
diare dapat
Do : tinggi serat 2. Makanan
teratasi dengan
3. Berikan berserat tinggi
kriteria hasil:
informasi bermanfaat
1. Tidak kepada untuk proses
mengalami orang tua metabolisme
diare obat dan tubuh dengan
2. Frekuensi makanan cara
BAB 3 kali yang dapat menormalkan
sehari menyebabk gerakan usus,
3. Konsistensi an diare menjaga
feces padat 4. Kolaborasi kesehatan
4. Peristaltik dengan usus dan
usus 5-30 dokter jika kualitas tinja.
kali/menit tanda dan 3. Informasi obat
gejala diare dan makanan
menetap penyebab
diare dapat
mengurangi
gejala.
4. Tanda dan
gejala yang
semakin
meningkat
dapat merubah
tindakan
keperawatan
dan program
terapi.
27

DIANGOSA NOC /
NO NIC RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN
2 Tanggal: Tanggal: Tanggal: Tanggal:
Jam: Jam: Jam: Jam:

Kekurangan Setelah
1. Monitor 1. Kekurangan
volume cairan dilakukan
tanda-tanda volume
berhubungan tindakan
dehidrasi cairan
dengan kehilangan keperawatan
2. Anjurkan menyebabka
cairan aktif ditandai selama … x 24
pasien n mukosa
dengan: jam diharapkan
untuk mulut kering
Ds : kekurangan
banyak dan
volume cairan
Do : minum pemekatan
dapat teratasi
3. Berikan urin. Deteksi
dengan kriteria
informasi dini
hasil:
kepada memungkin
1. Tugor kulit orang tua kan terapi
baik cara penggantian
2. Membran memasang cairan dapat
mukosa terapi IV segera
lembab 4. Kolaborasi diberikan
3. Tanda- dengan untuk
tanda vital dokter memperbaiki
dalam dalam kekurangan
rentang: pemberiaan volume
TD: sistolik cairan IV cairan.
114-127 2. Asupan
dan cairan sangat
diastolic diperlukan
77-83 ,S: untuk
360c-370c, menambah
N: 70- volume
120x/menit, cairan tubuh.
RR: 15- 3. Pemberian
20x/menit informasi
cara
memasang
terapi IV
untuk
perawatan di
rumah.
4. Sebagai
upaya untuk
28

mengganti
cairan yang
keluar
bersama
feces.

DIANGOSA NOC /
NO NIC RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN
3 Tanggal: Tanggal: Tanggal: Tanggal:
Jam: Jam: Jam: Jam:

Kerusakan Setelah
1. kaji kulit 1. Pengkajian
dilakukan
integritas kulit pasien pada kulit
tindakan
2. Anjurkan untuk
berhubungan keperawatan
pasien mengetahui
dengan ekskresi selama … x 24
menggunak seberapa jauh
jam diharapkan
ditandai dengan: an pakaian kerusakan
kerusakan
yang longar pada kulit.
Ds : integritas kulit
3. Berikan 2. Pakaian yang
Do : dapat teratasi
informasi longgar dapat
dengan kriteria
kepada mengurangi
hasil:
orang tua iritasi pada
1. Tidak ada untuk tetap anus.
iritasi menjaga 3. Badan yang
2. Tidak tubuh basah dan
infeksi pasien lembab
3. Tidak ada untuk tidak terutama pada
luka basah dan daerah bokong
lembab. dapat
4. Kolaborasi mempercepat
pemberian iritasi pada
obat salep anus.
sesuai 4. Pemberian
program obat dapat
mengurangi
iritasi pada
anus.
BAB III

PENGELOLAAN KASUS

Bab ini akan membahas tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan, implementasi, dan catatan perkembangan asuhan

keperawatan pada kasus An. M dengan Gastroenteritis Akut pada tanggal 08

Februari 2021.

A. Pengkajian

Tanggal: 08 Februari 2021 Jam: 09.00 Oleh: Ruth

1. Identitas
a. Pasien
Nama (inisial) : An. M
Umur : 9 tahun 7 bulan 28 hari
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Katholik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat (kabupaten) : Gunung Kidul
No. RM : 0203xxx
Tanggal masuk : 08 Februari 2021
Diagnosa kerja / medis : Gastroenteritis Akut
b. Ibu / Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 30 Tahun
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Katholik
Pendidikan : S1

29
30

Pekerjaan : Pegawai Swasta


Status Perkawinan : Menikah
Alamat (kabupaten) : Gunung Kidul

c. Kesehatan pasien

1) Keluhan utama saat dikaji: anak mengeluh nyeri perut

O: nyeri sejak 2 hari yang lalu

P: nyeri dirasakan saat setelah makan mie pedas

Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk

R: nyeri pada bagian perut, tidak menjalar

S : nyeri skala 5

T : mengoleskan minyak kayu putih pada bagian perut

U : pasien belum memahami penyebab nyeri

V: pasien berharap segera sembuh dan pulang

2) Alasan utama datang ke Rumah Sakit

Anak mengalami sakit perut tak tertahankan

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Anak dibawa ke IGD tanggal 8 Februari 2021 pukul 09.00 WIB, pada

saat pengkajian didapatkan hasil anak mengeluh nyeri perut sejak dua

hari yang lalu, anak mengatakan makanan yang terakhir dimakan

adalah mie pedas, anak juga mengatakan pusing, demam, dan diare.

Kesadaran compos mentis, pemeriksaan TTV; Suhu: 39,10C; Nadi:

95x/menit; RR: 25 x/menit; TD: 100/60 mmHg. BB: 30 kg; TB: 130

cm. Pasien terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri. Kemudian pasien

dipindah ke ruang Galilea III.


31

4) Riwayat Penyakit yang Lalu

a) Penyakit yang pernah dialami: tidak ada

b) Alergi: pasien mengatakan tidak mempunyai alergi obat dan

makanan.

5) Riwayat Imunisasi

Anak mendapat imunisasi dasar lengkap dan imunisasi BIAS.

6) Riwayat Tumbuh Kembang

Ibu An mengatakan bahwa anaknya tidak ada penyimpangan dalam

riwayat tumbuh kembangnya.

7) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak memiliki keluarga yang memiliki riwayat

Diabetes, Jantung ataupun penyakit menular.

2. Pengkajian Biologis

a. Pola Nutrisi Metabolik

1) Sebelum masuk rumah sakit

a) Frekuensi makan: 3x sehari

b) Jenis makanan/diet: nasi, sayur, lauk

c) Porsi yang dihabisakan: 1 porsi

d) Makanan yang disukai: buah

e) Makanan yang tidak disukai: tidak ada

f) Kebiasaan makan: makan di rumah dan kadang beli di warung


32

g) Nafsu makan: baik

h) Banyaknya minum: ± 8 gelas / hari

i) Jenis minuman: air putih

j) Minuman yang disukai: es jeruk

k) Minuman pantangan: tidak ada

2) Selama di rumah sakit

a) Jenis makanan: rendah serat

b) Frekeunsi makan dalam sehari: 3x sehari

c) Porsi yang dihabiskan: ½ porsi

d) Banyaknya minum dalam 1 hari: saat dikaji 2 gelas

e) Keluhan mual dan muntah: tidak ada

f) Penurunan BB: tidak ada

3) Kebutuhan kalori (Rumus Holliday Zegar)

10kg x 100 kkal/kgBB = 1000

20kg x 50 = 1000

1000 + 1000 = 2000 kkal/kgBB

4) Kebutuhan Makronutrien berdasarkan kalori harian

a) Kebutuhan karbohidrat (1 gr karbo = 4 kkal):

50% x 2000 = 1000 kkal

1000 : 4 = 250 gr/hari

b) Kebutuhan protein (1 gr protein = 4 kkal):

15% x 2000 = 300

300 : 4 = 75 gr/hari
33

c) Kebutuhan lemak

35% x 2000 = 700

700 kkal/g = 77,78 gr/hari

5) Kebutuhan cairan berdasarkan kenaikan suhu

(39,1 - 37,5) x 12% x 2000/24jam

= 384 cc/24jam

6) Kebutuhan cairan berdasarkan BB (BB: 30kg)

10 x 100 = 1000

10 x 50 = 500

10 x 25 = 250 +

1700 cc/24jam

7) Kebutuhan cairan total

384 + 1700

= 2084 cc/24jam

b. Pola Eliminasi

1) Sebelum masuk rumah sakit

a) BAB: frekuensi 1x/hari, pada pagi hari, warna kuning, konsistensi

lembek, posisi saat BAB duduk, penghantar untuk BAB tidak ada,

tidak konsumsi obat pencahar.

b) BAK: Buang air kecil frekuensi 6-8 x/hari, jumlah 200 ml tiap kali

BAK, warna :kuning jernih, bau khas urine, tidak ada keluhan.

2) Selama di rumah sakit

a) BAB: frekuensi 3x, konsistensi cair, BAB mulai dari jam 05.00
34

b) BAK: frekuensi 3x, lancer, warna kuning, bau khas urine.

c. Pola Aktivitas Istirahat Tidur

1) Sebelum masuk rumah sakit

a) Aktivitas sehari - hari

Pasien jarang berolahraga, aktivitas sehari - hari dilakukan sendiri.

b) Kebutuhan istirahat dan tidur

Anak tidak pernah tidur siang, tidur malam pukul 21.00 WIB.

2) Selama di rumah sakit

Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas di tempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi/ ROM 
a) Aktifitas

Keterangan:
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung total
b) Istirahat

Pasien istirahat di tempat tidur, Ibu An mengatakan anaknya

kurang nyaman dengan suasana rumah sakit


35

c) Kebutuhan tidur

Ibu An mengatakan anaknya tidur selama 6 jam.

d. Pola Kebersihan Diri

1) Sebelum masuk rumah sakit

a) Kebersihan kulit

Anak mandi 2x sehari, menggunakan sabun mandi.

b) Kebersihan rambut

Anak keramas setiap hari, menggunakan shampo.

c) Kebersihan telinga

Pasien mengatakan membersihan telinga setiap tiga hari sekali.

d) Kebersihan mata

Mata dibersihkan setiap mandi.

e) Kebersihan mulut

Menggosok gigi 3x sehari, menggunakan pasta gigi.

f) Kebersihan kuku

Saat kuku kotor dan panjang baru dibersihkan.

2) Selama di rumah sakit

a) Kebersihan kulit

Pasien mandi 2 kali sehari dibantu ibunya.

b) Kebersihan rambut

Pasien mencuci rambut terakhir sebelum masuk rumah sakit

menggunakan shampoo.
36

c) Kebersihan telinga

Pasien membersihkan telinga terakhir sebelum masuk rumah sakit.

d) Kebersihan mata

Pasien membersihkan mata saat mandi.

e) Kebersihan mulut

Pasien menggosok gigi 2x sehari saat mandi.

f) Kebersihan kuku

Pasien membersihkan kuku pada saat cuci tangan dan memotong

kuku terakhir sebelum masuk rumah sakit.

e. Pola Pemeliharaan Kesehatan

1) Penggunaan tembakau: tidak merokok

2) NAPZA: tidak mengkonsumsi

3) Alkohol: tidak mengkonsumsi alkohol

4) Intelektual: Pasien belum mengerti penyebab nyeri

f. Pola reproduksi – seksualitas

Pasien tidak ada keluhan tentang organ reproduksinya.

g. Pola kognitif – persepsi / sensori

1) Keadaan mental: sadar

2) Berbicara: jelas

3) Bahasa yang dikuasai: Indonesia, Jawa

4) Kemampuan membaca: berkomunikasi dan memahami dengan baik

5) Kemampuan berkomunikasi: memadai


37

6) Kemampuan memahami informasi: kurang

7) Ketrampilan berinteraksi: memadai

8) Tingkat ansietas: pasien gelisah karna nyeri perut dan takut

ditinggal oleh ibunya

9) Pendengaran: tidak ada gangguan pendengaran

10) Penglihatan: pasien tidak menggunakan lensa kontak dan tidak ada

gangguan penglihatan.

11) Vertigo: pasien tidak mempunyai riwayat vertigo

h. Pola Konsep Diri

1) Identitas diri: Pasien mampu mengungkapkan identitas diri dengan

baik seperti nama, usia, alamat, dan kelas.

2) Ideal diri: Pasien mengatakan ingin menjadi anak yang baik.

3) Harga diri: Pasien mengungkapkan dirinya sangat dicintai

keluarganya.

4) Gambaran diri : Pasien mampu menggambarkan dirinya sebagai

seorang anak.

5) Peran diri: Pasien sadar berperan sebagai anak pertama yang

mempunyai 2 adik.

i. Pola Koping

1) Pengambilan keputusan: dibantu oleh ibunya

2) Hal – hal yang dilakukan jika mempunyai masalah: bercerita

dengan ibu.
38

j. Pola peran – berhubungan

1) Status pekerjaan:

2) Pasien aktif bermain dengan teman sebaya, namun saat ini jarang

karena pandemi.

3) Sistem pendukung: ada. Dukungan keluarga selama masuk rumah

sakit, orang tua.

4) Kesulitan dalam keluarga: tidak ada, hubungan dengan keluarga

baik.

5) Selama sakit: hubungan pasien dengan keluarga maupun dengan

petugas kesehatan baik.

k. Pola Nilai dan Keyakinan

1) Sebelum masuk rumah sakit: Pasien mengikuti kegiataan

keagamaan ke gereja tiap hari minggu.

2) Selama masuk rumah sakit: pasien hanya bisa berdoa di tempat

tidur.

3. Pengkajian Psikologis

a. Perasaan anak bersyukur dengan keadaan saat ini.

b. Perasaan ibu anak bersyukur dengan keadaan saat ini.

c. Orang yang sangat bermakna dalam kehidupan pasien adalah keluarga

d. Orang yang diharapkan menemani saat seperti ini adalah ibu.

4. Pengkajian Sosial

Keluarga menerima keadaan anak dengan penuh rasa syukur. Keluarga

menemani anak di RS sebagai bentuk dukungan kepada anak


39

5. Pengkajian Spiritual

a. Hubungan yang paling bermakna dengan: Tuhan.

b. Sumber pengharapan dalam menghadapi keadaan ini: Tuhan, diri sendiri.

6. Pengkajian Fisik

a. Keadaan umum: pasien sakit sedang, pasien meringis menahan nyeri

b. Tingkat kesadaran kualitatif: composmentis, kuantitatif: GCS: E4 V5 M6

c. Antropometri

1) TB: 130 cm

2) BB: 30 kg

d. Tanda Vital

1) TD: 100/60 mmHg, diukur di lengan kanan dengan posisi supinasi.

2) Nadi: 95x/menit, denyutan kuat, reguler, diukur di arteri radialis.

3) Suhu: 39,1° C, diukur di aksila menggunakan thermometer digital

4) Respirasi: 25x/menit, tipe pernafasan dada, teratur.

e. Pemeriksaan Fisik:

1) Kepala

Bulat, simetris, pertumbuhan rambut lurus dan lebat dan warna hitam,

tidak rontok, tidak ada ketombe, kulit kepala bersih.

2) Muka

Simetris, tidak pucat, tidak edema.


40

3) Mata

Mata simetris, konjungtiva tampak pucat, sklera mata putih, daerah

sekitar matak agak hitam, namun tidak cekung.

4) Telinga

Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada pengeluaran cairan,

fungsi pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

5) Hidung

Septum simetris, tidak ada kotoran tidak ada polip hidung, tidak ada

secret dan tidak ada lesi.

6) Mulut dan gigi

Mulut dan lidah bersih, ovula simetris, gigi rapi, tidak ada karang gigi,

mukosa mulut sedikit kering, bibir terlihat kering.

7) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

8) Tengkuk

Kaku kuduk negatif.

9) Dada

Jantung

a) Inspeksi: simetris dan tidak ada kelainan untuk dada.

b) Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, ictus cordis tidak

teraba.
41

c) Perkusi: bunyi pekak pada ICS ke 2 dextra, bunyi pekak pada ICS

ke 2 sinistra. Batas bawah jantung ditemukan bunyi pekak sampai

ICS ke 6 clavicula sinistra.

d) Auskultasi: terdengar “lub dup” pada area aorta, pulmonal,

trikuspidalis dan mitral. Tidak terdengar suara tambahan seperti

murmur.

10) Paru-Paru

a) Inspeksi: tidak ada retraksi dada, ekspansi paru simetris, irama

pernafasan teratur.

b) Palpasi: saat bernafas teraba gerakan dada simetris, tidak nyeri

tekan, RR 25x/mnt, tidak ada krepitasi, vokal fremitus paru kanan

dan kiri sama.

c) Perkusi: sonor di semua lapang paru, pekak di dada kanan ICS 4.

d) Auskultasi: terdengar suara nafas vesikuler, tidak terdengar suara

nafas tambahan.

11) Axilla

Tidak ada tumor dan tidak nyeri tekan

12) Punggung

Tidak ada luka, tidak ada kelainan bentuk punggung

13) Abdomen

a) Inspeksi: warna kulit perut sawo matang, bentuk cembung, tidak

ada lesi.

b) Auskultasi: bising usus 50x/menit.


42

c) Palpasi: nyeri tekan abdomen, terdapat kembung

14) Anus dan rectum

Tidak ada hemorroid, tidak ada tumor dan massa

15) Genetalia

Tidak ada kelainan

16) Ekstermitas

a) Atas: anggota gerak lengkap, tidak ada syndactili/polidactili,

bentuk simetris, kuku bersih, tidak tampak clubbing finger, CRT 2

detik, tidak edema, terpasang infus RL di tangan kiri.

b) Bawah: anggota gerak lengkap, tidak ada syndactili/polidactili,

bentuk simetris, kuku bersih, tidak tampak clubbing finger, CRT 2

detik, tidak ada varises, tidak ada edema.

17) Reflek

a) Reflek patologis

- Babinski negatif

7. DIAGNOSTIK TEST
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Leukosit:
2) Trombosit:
3) Hct:

8. PROGRAM PENGOBATAN

a. Ketorolac 2x10 mg diberikan secara intravena.

b. Omeprazole 1x3,75 mg diberikan secara intravena


43

c. Ceftriaxone 3x15 mg diberikan secara intravena

d. Sirup zink 1x1

e. Lacto B 1x1 bungkus

Analisi Obat

No Nama Kontra Indikasi Implikasi


Indikasi Efek Samping
Obat Keperawatan
1. Ketorol Terapi jangka Alergi OAINS, Berat badan naik Observasi tanda
ac 2x10 pendek nyeri tukak peptic akut, drastis, sakit perut, vital, observasi
mg sedang setelah diastesis mual dan muntah, reaksi alergi
dioperasi hemoragik, hamil peningkatan
dan menyusui, tekanan darah,
anak <16 tahun mulut kering,
sariawan
2. Omepr Tukak lambung, Hipersensitif, Nyeri perut, buang Observasi
azole tukak duodenum, angin, sakit kepala, reaksi alergi
1x3,75 refluks esofagitis mual, muntah
mg
3. Ceftria Mengatasi infeksi Hipersensitif Nyeri perut, mual, Observasi
xon bakteri gram negatif muntah, diare, reaksi alergi
3x15 maupun gram pusing, mengantuk,
mg positif. sakit kepala,
bengkak dan iritasi
pada area suntikan,
muncul keringat
berlebihan
4. Zink 1 Terapi pelengkap Hipersensitif, Pusing, mual, Observasi
diare pada anak- pasien yang muntah, nyeri reaksi alergi
anak mengalami perut,
kekurangan zat
besi.
5. Lacto Mengatasi diare dan Hipersensitif Perut kembung dan Observasi
B 1x1 mencegah rasa tidak nyaman reaksi alergi
bungku intoleransi laktosa pada perut.
s pada masalah
pencernaan lainnya.

9. Program Tindakan

a. Minum sedikit tapi sering

b. Observasi frekuensi BAB


44

10. Rencana Pulang

a. Berikan informasi terhadap keluarga pasien tentang cara pengendalian

infeksi serta cara pencegahan.

b. Anjurkan pasien menjaga kebersihan diri terutama tangan.

c. Diet:rendah serat dan makan- makanan halus

d. Anjurkan ibu memberikan oralit pada anak.

e. Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan setelah pulang: rumah sakit dan

klinik.

f. Antisipasi masalah perawatan diri di rumah: ibu

g. Pasien rencana pulang dengan mobil.

h. Antisipasi terhadap masalah keluarga: ibu


45

A. ANALISA DATA

No DATA MASALAH PENYEBAB


1. DS : An. M mengeluh nyeri Nyeri akut Agen Cedera
perut Fisiologis
O: nyeri sejak 2 hari
yang lalu
P: Nyeri dirasakan saat
setelah makan mie
pedas
Q: nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R: nyeri pada bagian
perut, tidak menjalar
S : nyeri skala 5
T : mengoleskan
minyak kayu putih pada
bagian perut
U : pasien belum
memahami penyebab
nyeri
V: pasien berharap
segera sembuh dan
pulang

DO :
- Pasien meringgis
menahan nyeri
- Pasien sering memegang
perut
- TD: 100/60 mmHg;
Nadi: 95 x/mnt; RR: 25
x/mnt

2. DS: Ibu pasien mengatakan Hipertermia Dehidrasi


anaknya demam

DO:
- Suhu: 39,10C
- Mukosa mulut kering
- Bibir kering

3. DS : ibu pasien mengatakan Diare Inflamasi


BAB cair 3x gastrointestinal
46

DO :
- Konsistensi BAB cair
- Konjungtiva pucat
- Turgor kulit kembali
agak cepat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. M

Ruangan : Galilea III

Tanggal/ pukul : 08 Februari 2021/ 09.00 WIB

No DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan
DS:

DO:
- Suhu: 39,10C
- Bibir kering
- Mukosa mulut kering
2. Diare berhubungan dengan ditandai dengan inflamasi
gastrointestinal
DS :
- Ibu pasien mengatakan An. M BAB 3x

DO :
- Konsistensi BAB cair
- Konjungtiva pucat
- Turgor kulit kembali agak cepat
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis dibuktikan
dengan:

DS : An. M mengeluh nyeri perut


O: nyeri sejak 2 hari yang lalu
P: Nyeri dirasakan saat setelah makan mie pedas
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri pada bagian perut, tidak menjalar
S : nyeri skala 5
T : mengoleskan minyak kayu putih pada bagian perut
U : pasien belum memahami penyebab nyeri
V: pasien berharap segera sembuh dan pulang
47

DO :
- Pasien meringis menahan nyeri
- Pasien sering memegang perut
- TD: 100/60 mmHg; Nadi: 95 x/mnt; RR: 25 x/mnt

Yogyakarta, 08 Februari 2021

Kelompok 2
48

C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. M
Ruangan : Galilea III

TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN Rasional
Tujuan dan Kriteria Tindakan
Tanggal/Jam: 08 Februari 2021 Jam: Tanggal/Jam: 08 Februari Tanggal/Jam: 08 Februari Tanggal/Jam: 08 Februari
09.00 2021 Jam: 09.10 2021 Jam: 09.30 2021 Jam: 09.50

Hipertermia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh 1. Gejala infeksi sangat
dehidrasi ditandai dengan keperawatan selama 3x24 2. Berikan kompres bervariasi, atau malah
DS: Ibu pasien mengatakan anaknya jam, diharapkan demam hangat pada lipatan tidak terjadi sama sekali.
demam dan pusing hilang dengan kriteria hasil: ketiak/selangkangan. Sebagian penderita
DO: 1. Suhu tubuh dalam batas 3. Anjurkan untuk mengalami demam,
- Suhu : 39,10C normal (36 – 370C) mengenakan pakaian menggigil, atau
- Mukosa mulut kering 2. Nadi dan RR dalam yang tipis. kelelahan.
- Bibir kering rentang normal (Nadi : 60- 2. Kompres hangat dapat
4. Pemberian Ceftriaxon
100, RR: 16-20) 3x15 mg per IV mengurangi panas
3. Tidak ada pusing, merasa 5. Kolaborasi dengan prinsip
nyaman pemberian antipiretik perpindahan panas secara
induksi. Lipatan ketiak
dan selangkangan
merupakan tempat
pembuluh darah yang
lebar sehingga lebih
mudah vasodilatasi.
3. Penggunaan pakaian
yang longgar atau tipis
49

dapat mengurangi panas


dengan prinsip
perpindahan panas secara
evaporasi.
4. Antibiotik berkerja
dengan menghambat
biosintesis dinding sel
mukopeptida dan
menekan bakteri untuk
mencegah bakteri
5. Antipiretik bekerja
menghambat sintesa
prostaglandin dan
menyebabkan
hipotalamus bekerja
menurunkan suhu tubuh
dengan vasodilatasi
perifer.

(Ruth) (Ruth) (Ruth) (Ruth)


50

Tanggal/Jam: 08 Februari 2021 Tanggal/Jam: 08 Februari Tanggal/Jam: 08 Februari Tanggal/Jam: 08 Februari


Jam: 10.00 2021 2021 2021
Jam: 10.10 Jam: 10.30 Jam: 10.50

Diare berhubungan dengan ditandai Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor warna, 1. Sebagai indikator dalam
dengan keperawatan selama 3x24 frekuensi, konsistensi, menentukan intervensi
DS : jam, pasien tidak mengalami jumlah BAB 2. Menambah nafsu makan
- Ibu pasien mengatakan An. M diare dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan pemberian dan dapat meningkatkan
BAB cair 3x 1. Konsistensi feses makanan kecil dan intake nutrisi.
DO : membaik (menjadi bertahap 3. Selama diare,
- Konsistensi BAB cair lembek) 3. Edukasi orang tua penyerapan garam
- Konjungtiva pucat 2. Frekuensi BAB membaik untuk pembuatan dan natrium akan terganggu.
- Turgor kulit (1x24 jam) pemberian oralit Oralit mengandung
3. Diare menurun 4. Pemberian Zink 1x1 glukosa dan natrium,
dan Lacto B secara dengan adanya glukosa
oral dengan konsentrasi
cukup, penyerapan
garam akan mampu
menghidrasi tubuh
meskipun diare sedang
berlangsung.
4. Zink berguna untuk
perbaikan mukosa usus
dan menambah imunitas.

(Ruth) (Ruth) (Ruth) (Ruth)


51

Tanggal/Jam: 08 Februari 2021 Tanggal/Jam: 08 Februari Tanggal/Jam: 08 Februari Tanggal/Jam: 08 Februari


Jam: 11.00 2021 2021 2021
Jam: 11.10 Jam: 11.30 Jam: 11.50

Nyeri akut berhubungan dengan agen Standar luaran: Kontrol Nyeri Standar Intervensi : 1. Sebagai indikator dalam
cedera fisik, dibuktikan dengan : Managemen Nyeri menentukan intervensi
2. Teknik distraksi
DS:Pasien mengatakan nyeri setelah Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi vital sign mengurangi nyeri dengan
operasi SC” keperawatan selama 3x 24 dan skala nyeri setiap mengalihkan fokus nyeri
O : Nyeri terasa sejak setelah operasi jam diharapkan pasien dapat 4 jam seseorang pada hal-hal
P : Nyeri bertambah saat bergerak mengontrol nyeri dengan 2. Berikan teknik yang disukainya.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk kriteria hasil: managemen nyeri 3. Kehadiran orang yang
R : Area perut bawah 1. Mampu mengontrol nyeri distraksi seperti disayangi dapat
S : Nyeri skala 8 2. Mampu mengenali bermain, membaca memberikan rasa aman
T : Beristirahat untuk mengurangi penyebab nyeri majalah, dll. dan nyaman bagi anak.
nyeri 3. Skala nyeri 1-3 3. Motivasi ibu atau 4. Kandungan pada
U : Pasien memahami penyebab 4. Penggunaan analgetik keluarga agar selalu ketolorolac mampu
nyeri karena operasi SC berada di dekat anak. menghambat
V : Pasien berharap segera sembuh
4. Pemberian analgetik prostaglandin yang
DO :
sesuai program: berkerja menurunkan
- Pasien meringgis menahan nyeri
Ketorolac 2x10 mg nyeri.
- Pasien sering memegang perut
secara IV
- TD: 100/60 mmHg; Nadi: 95
x/mnt; RR: 25 x/mnt

(Iluh Sekar) (Iluh Sekar) (Iluh Sekar) (Iluh Sekar)


52

E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : An. M
Ruangan : Galilea III
Diagnosis Medis : Gastroenteritis Akut
NO TANDA
NO Hari/Tgl/Jam PERKEMBANGAN (SOAPIE)
DK/MK TANGAN
1. DX 1 Senin, 08-02- I:
2021  Mengobservasi suhu tubuh
12.00 - Suhu tubuh 39,10 C
 Menberikan Cefriaxon 3x15
mg diberikan secara intra vena
12.30 - Obat masuk melalui selang
infus
 memberikan kompres hangat
Ruth Widya
E:
13..00 S: Ibu pasien mengatakan
anaknya demam, pusing
O:
- Suhu: 38,70 C
13.30 - Mukosa mulut kering Ruth Widya
- Bibir kering
A: Masalah hipertermia belum
teratasi
14.00 P: Lanjutkan intervensi 1-4

Ruth Widya

2. DX 2 Senin, 08-02- I:
2021 Mengobservasi diare
12.00 - BAB 3 kali sehari
- Konsistenai BAB cair
- Konjungtiva agak pucat Iluh Sekar
Menganjurkan pemberian
makanan kecil dan bertahap
- Pasien mau makan tetapi
sedikit
13.40  Memberikan obat Zink syrup
1x1dan Lacto B 1x1 bungkus
secara oral
- Obat diminum setelah makan
Iluh Sekar
E:
13.50 S: Ibu Pasien mengatakan An. M
bab 3 kali
O: konsistensi BAB cair,
konjungtiva agak pucat
A: Masalah diare belum teratasi Iluh Sekar
P: Lanjutkan intervensi 1-4
53

3. DX 3 Senin, 08-02- I:
2021  Mengidentifikasi respon nyeri
12.50 non verbal
- Pasien tampak meringis jika
bergerak
- Pasien mengeluh nyeri, skala Kenny Caiyono
5
12.40  Memonitor TTV
- TD: 100/60 mmHg; RR: 25
X/Menit; Nadi: 95 X/Menit
 Memberikan obat injeksi Kenny Caiyono
13.30 ketorolac 2x10 mg diberikan
secara IV
- Obat masuk melalui selang
Kenny Caiyono
infus
 mengajarkan pasien teknik
distraksi bermain atau membaca
majalah
- Pasien menolak bermain
dengan perawat, pasien hanya Kenny Caiyono
ingin bermain dengan ibu nya.
E:
S: Pasien mengatakan nyeri
berkurang skala nyeri 4
O:
- pasien memegangi perutnya
- TD: 100/80 mmHg
- RR: 22 x/menit
- Nadi: 95 x/menit
A: Masalah nyeri akut belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4
54

Nama pasien : An. M


Ruangan : Galilea III
Diagnosis Medis : Gastroenteritis Akut
NO PERKEMBANGAN
NO Hari/Tgl/Jam TANDA TANGAN
DK/MK (SOAPIE)
1 DX 1 Selasa, 9-02- S: An. M mengatakan masih
2021 demam
07.30 O:
- Suhu: 380C
- Mukosa mulut kering
- Bibir kering
A: Masalah hipertermia belum AyundaPadma
07.40 teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4
I:
 Mengobservasi suhu tubuh
- Suhu tubuh 37,80 C
07.50  Menberikan Cefriaxon 3x15
mg diberikan secara intra vena
AyundaPadma
- Obat masuk melalui selang
infus
 memberikan kompres
08.00 hangat
E:
S: -
O:
- Suhu: 37,80 C
- Mukosa mulut sedikit kering AyundaPadma
10.10 - Bibir masih kering
A: Masalah Hipertermi belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4

AyundaPadma
2. DX 2 Selasa, 09-02- S: An. M mengatakan BAB 3x
2021 O:
08.10 - Konsistensi BAB cair
- Konjungtiva pucat
- Turgor kulit kembali cepat
A: Masalah teratasi
sebagian Chika
P: Lanjutkan intervensi 1-4
I:
08.20 Mengobservasi diare
- BAB 2x
- Konsistenai BAB cair
55

- Turgor kulit kembali cepat


- Konjungtiva pucat
- Bibir lembab
 Menganjurkan pemberian
08.30 makanan kecil dan bertahap
- Pasien mau makan
 Memberikan obat injeksi
08.40 Zink syrup 1x1dan Lacto B 1x1 Chika
bungkus secara oral
- Obat diminum setelah makan
E:
S: An. M mengatakan BAB 2x
11.00 sehari
O:
- Konsistensi BAB masih cair
- Konjungtiva an-anemis
- Turgor kulit kembali cepat (< Chika
2 detik)
A: Masalah diare belum
11.30 teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4

Chika
3. DX 3 Selasa, 09-02- S: pasien mengatakan nyeri
2021 berkurang
07.30 O: pasien meringis, skala
nyeri 3
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4
I:
 Mengidentifikasi respon
nyeri non verbal
08.10 - Pasien meringis
- Pasien mengeluh nyeri, skala
3
 Memonitor TTV
- TD: 100/ 80 mmHg; RR: 22
x/menit; Nadi: 94 x/menit
08.20  Memberikan obat injeksi
ketorolac 2x10 mg diberikan
08.30 secara IV
- Obat masuk melalui selang
infus
 mengajarkan pasien teknik
10.40 distraksi bermain atau
membaca majalah
- Pasien mau bermain dengan
perawat
56

E:
S: Pasien mengatakan nyeri
berkurang skala nyeri 3
O:
- pasien tampak tenang
- TD: 100/ 80
- RR: 22 x/menit
- Nadi: 94 x/menit
A: Masalah nyeri akut belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4
57

Nama pasien : An. M


Ruangan : Galilea III
Diagnosis Medis : Gastroenteritis Akut
NO NO Hari/Tgl/Jam PERKEMBANGAN (SOAPIE) TANDATANGAN
DK/MK
1 DX 1 , Rabu, 10-02- I:
2021  Mengobservasi suhu tubuh
- Suhu tubuh 36,80 C
07.30  Menberikan Cefriaxon 3x15 mg
diberikan secara intra vena
07.50 - Obat masuk melalui selang infus Nonie
 Memonitor TTV
- TD: 100/ 60 RR: 25 X/ Menit Nadi:
08.00 95 X/Menit
E:
S: An. M mengatakan sudah tidak
08.30 demam Nonie
O: Suhu:36,80 C TD: 110/ 80 RR:
22 X/ Menit Nadi: 90 X/Menit
A: Masalah Hipertermit eratasi
P: Hentikan intervensi
Nonie
2. DX 2 Rabu, 10-02- S: An. M mengatakan BAB 1x
2021 O:
08.00 - Konsistensi BAB lembek
- Konjungtiva an-anemis
- Turgor kulit kembali cepat (< 2
detik)
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Baun

3. DX 3 Rabu, 10-02- S: pasien mengatakan sudah tidak


2021 mengeluh nyeri
08.40 O: skala nyeri 2
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Katarina Oktaviana
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan tentang perbandingan antara teori dan kasus kelolaan dari

setiap proses keperawatan yang dilakukan dalam kegiatan pendalaman

pendokumentasian asuhan keperawatan maternitas.

Pasien yang dikelola oleh penulis adalah An. M dengan gastroenteritis akut. Asuhan

keperawatan yang telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan,

perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN

Menurut Herdman (2015) Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses

keperawatan. Proses ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut: pengumpulan

data secara sistematis, verifikasi data, organisasi data, interpretasi data,

pendokumentasian data. Tujuan dilakukan pengkajian adalah untuk mendapatkan

data dasar tentang kesehatan klien baik fisik, psikologis, maupun emosional.

Data dasar ini digunakan untuk menetakan status kesehatan klien, menemukan

masalah aktual ataupun potensial, serta sebagai acuan dalam memberi edukasi

pada klien. Hal yang dikaji bukan hanya kondisi fisik klien, tetapi juga kegiatan

fisik dan gaya hidup klien setiap hari. Cara mengumpulkan data dapat dilakukan

58
59

dengan empat cara, yaitu: observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan studi

dokumentasi.

Pada tahap pengkajian kasus kelolaan, penulis memperoleh data dengan cara

studi dokumentasi untuk mengetahui perjalanan penyakit pasien, termasuk

pencarian data-data yang mendukung proses keperawatan selanjutnya. Hasil


60

pengkajian yang diperoleh penulis pada tanggal 08 Februari 2021 terhadap An. M

sebagai kelolaan didapatkan:

1. Data senjang:

a. Data subjektif: Ibu pasien mengatakan anaknya demam dan pusing.

Data objektif: Mukosa mulut kering, bibir kering, tanda-tanda vital:

TD: 110/60 mmHg. N: 95 x/menit. S: 39,1oC. RR: 25x/menit.

b. Data subjektif: Ibu pasien mengatakan An. M BAB cair 3x Data

objektif: konsistensi BAB cair, konjungtiva pucat, turgor kulit

kembali agak cepat, tanda-tanda vital: TD: 110/60 mmHg. N: 95

x/menit. S: 39,1oC. RR: 25x/menit.

c. Data subjektif: Ibu pasien mengatakan pasien An. M mengeluh nyeri

perut, O: nyeri sejak 2 hari yang lalu, P: nyeri dirasakan saat setelah

makan mie pedas, Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri pada

bagian perut, tidak menjalar, S : Nyeri skala 5, T : mengoleskan

minyak kayu putih pada bagian perut, U : pasien belum memahami

penyebab nyeri, V: pasien berharap segera sembuh dan pulang. Data

objektif: pasien meringis menahan nyeri, pasien sering memegang

perut, tanda-tanda vital: TD: 110/60 mmHg. Nadi: 95 x/menit. S:

39,1oC. RR: 25x/menit.

Pada tahap pengkajian Gastroenteritis akut tidak terdapat kesenjangan antara

teori, pada pengkajian penulis didapat beberapa data subjektif dan objektif

yang dapat merujuk beberapa masalah keperawatan pada pasien

gastroenteritis akut hari ke 0 yaitu yang pertama nyeri akut, hipertemia, dan
61

diare. Sesuai dengan teori dari (Puspitasari, 2020) mengungkapkan bahwa

Gastroenteritis Akut atau diare akut merupakan diare yang berlangsung dalam

waktu kurang dari 14 hari yang mana ditandai dengan peningkatan volume,

frekuensi, dan kandungan air pada feses yang paling sering menjadi

penyebabnya adalah infeksi dari virus, bakteri dan parasit, dimana sertai

gejala mules, mual/ muntah dan rasa sakit dibagian abdomen dimana dapat

menyebabkan nyeri dibagian perut akibat infeksi virus, bakteri dan parasit,

sehingga dapat menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan imun

turun akibat diserang bakteri, virus dan parasit yang menyebabkan infeksi

pada saluran pencernaan, mengakibatkan peningkatan suhu sehingga

sakit/demam tinggi akibat infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan.

Gangguan pada sistem perncernaan pada usus, membuat bakteri,virus atau

parasit rotavirus, escherichia coli, shigella, campylobactor jejuni dan

cryptosporidium menyebabkan diare dan semua itu dapat ditularkan melalui

fekal-oral dari makanan dan minuman yang tercemar, peluang untuk

mengalami diare diantara kalangan anak laki-laki atau perempuan hampir

sama, yang dapat menyebabkan dehidrasi jika masukan makanan berkurang

sehingga mengakibatkan anak dehidrasi/syok, mengakibatkan kegagalan

sistem organ, akibatnya jika tidak ditangani maka bisa menyebabkan

kematian (Sevira, 2019).


62

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tahapan kedua proses keperawatan adalah merumuskan diagnosis

keperawatan. Penyusunan diagnosis disesuaikan dengan masalah yang

muncul dalam pengkajian, baik masalah yang aktual maupun resiko.

Rumusan diagnosis disusun sesuai teori yang meliputi tiga komponen untuk

diagnosis aktual yaitu masalah, penyebab dan tanda gejala, sedangkan

diagnosis keperawatan resiko terdiri dari dua komponen yaitu masalah dan

penyebab.

Diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien dengan Gastroenteritis Akut

menurut teori adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

2. Hipertemi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme,

dan penyakit

3. Diare berhubungan dengan infeksi, inflamasi gastrointestinal

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan makan.

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi.

7. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit,

kurang kontrol situasi

8. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan ekskresi


63

9. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala

terkait penyakit.

Adapun Diagnosis yang kelompok tegakkan dalam kasus asuhan keperawatan

adalah sebagai berikut :

1. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi

2. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis

Berdasarkan asuhan keperawatan pengelolaan kasus kelompok tidak

merumuskan 6 diagnosa yang terdapat di teori dikarenakan tidak ada kriteria

data yang dapat dan sesuai dengan kasus asuhan keperawatan yang dikelola,

yaitu :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler,

interstisial, dan intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi,kehilangan

cairan saja tanpa perubahan kadar natrium. Batasan karakteristik yang

muncul adalah perubahan status mental, penurunan turgor kulit,

penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi, penurunan volume

nadi, peurunan turgor lidah, penurunan haluran urine, penurunan

pengisian vena, membran mukosa kering, kulit kering, peningkatan suhu

tubuh peningkatan frekuensi nadi, peningkatan hematokrit, peningkatan

konsentrasi urine, penurunan berat badan tiba-tiba, haus, dan kelemahan.

Kondisi terkait yang dapat mempengaruhi adalah kehilangan cairan aktif,

gangguan mekanisme pengaturan, gangguan yang memengaruhi absorpsi


64

cairan, gangguan yang mempengaruhi asupan cairan, kehilangan cairan

hebat melalui rute normal, kehilangan cairan melalui rute abnormal, dan

agens farmaseutika (NANDA,2018). diagnosa ini tidak muncul

dikarenakan tidak ditemukan data yang terkait dengan kasus asuhan

keperawatan dikarenakan data yang didapatkan adalah : TTV : compas

mentis, Suhu 39.10C, TD : 100/60 mmhg, Nadi : 95x/menit, denyut kuat,

regular, RR : 25x/menit, pernafasan dada teratur, BB : 30 kg, TB : 130

cm, terpasang infus RL 20 tpm ditangan kiri, frekuensi makan dalam

sehari 3x sehari, porsi yang dihabiskan ½ porsi, banyak minum dalam 1

hari saat di kaji 2 gelas, keluhan mual dan muntah tidak ada, penurunan

BB tidak ada, BAB frekuensi 3x konsistensi cair, BAK frekuensi 3x,

lancar, warna kuning, bau khas urine, muka tidak pucat, mata tidak

cekung, mukosa mulut sedikit kering, bibir kering. Berdasarkan data

tersebut penulis menyimpulkan bahwa diagnosis kekurangan volume

cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif tidak dapat

ditegakan.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan makan.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan

nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan

karakteristik yang muncul yaitu : kram abdomen, nyeri abdomen,

gangguan sensasi rasa, berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat

badan ideal, kerapuhan kapiler, diare, kehilangan rambut berlebihan,


65

enggan maka, asupan makanan kurang dari RDA, bising usus hiperaktif,

kurang informasi, kurang minat pada makanan, tonus otot menurun

kesalahan informasi, kesalahan persepsi, membran mukosa pucat

ketidakmampuan memakan makanan, cepat kenyang setelah makan,

sariawan rongga mulut, kelemahan otot pengunyah, kelemahan otot

untuk menelan, penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat.

Kondisi yang terkait adalah ketidakmampuan mengabsopsi nutrisi,

ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan makan, dan

gangguan psikososial (NANDA, 2018). Diagnosa ini tidak muncul

dikarenakan tidak ditemukan data yang terkait dengan kasus asuhan

keperawatan dikarenakan data yang didapatkan adalah : jenis makanan

rendah serat, frekuensi makan dalam sehari 3x sehari, porsi yang

dihabiskan ½ porsi, keluhan mual dan munta tidak ada, penurunan BB

tidak ada, BB tetap 30 kg, BAB frekuensi 3x, konsistensi cair, BAK

frekuensi 3x, lancar, warna kuning, bau khas urine, muka tidak pucat,

mata tidak cekung, simetris. Berdasarkan data tersebut penulis

menyimpulkan bahwa diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan tidak

dapat ditegakan.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi.

Kerusakan integritas kulit adalah kerusakan pada epidermis atau dermis.

Batasan karakteristik yang muncul yaitu : nyeri akut, gangguan integritas

kulit, perdarahan, benda asing menusuk permukaan kulit, hematoma, area


66

panas lokal, kemerahan. Kondisi terkait adalah gangguan metabolisme,

gangguan pigmentasi, gangguan sensasi, gangguan turgor kulit, pungsi

arteri, perubahan hormonal, imunodefisiensi, gangguan sirkulasi, agens

farmaseutika, terapi radiasi, trauma vaskuler (NANDA, 2018). Diagnosa

ini tidak muncul dikarenakan tidak ditemukan data yang terkait dengan

kasus asuhan keperawatan dikarenakan data yang didapatkan adalah :

makan 3x sehari, banyak minum dalam 1 hari 2 gelas, keluhan mual dan

muntah tidak ada, BAB : frekuensi 3x, konsistensi cair, BAK frekuensi

3x, lancar, pasien mandi 2x sehari dibantu ibunya, kulit kepala bersih,

muka simetris, tidak edema, mata simetris, daerah sekitar mata agak

hitam, namun mata tidak cekung, telinga bersih, leher bersih, tidak ada

kelenjar tiroid, punggung tidak ada luka, abdomen tidak ada lesi,

genetalia tidak ada kelainan, bersih, ektremitas atas tidak ada

syndactili/polidactili, CRT 2 detik, tidak edema, terpasang infus RL di

tangan kiri, ektremitas bawah tidak ada syndactili/polidactili, tidak

tampak clubbing finger, CRT 2 detik, tidak ada varises, tidak ada edema.

Berdasarkan data tersebut penulis menyimpulkan bahwa diagnosis

kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi tidak dapat

ditegakan.

4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit,

kurang kontrol situasi

Gangguan rasa nyaman adalah merasa kurang nyaman, lega, dan

sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya, dan


67

sosial. Batasan karakteristik yang muncul yaitu : perubahan pola tidur

yang susah, ansietas, menangis, merasa kurang senang dengan situasi,

gejala distres, ketakutan, merasa dingin, merasa tidak nyaman, merasa

lapar, merasa hangat, ketidakmampuan untuk rileks, iritabilitas, gatal,

merintih, gelisah, berkeluh kesah, kurang puas dengan keadaan. Kondisi

terkait yang dapat muncul gejala terkait penyakit, program pengobatan,

stimuli lingkungan yang menganggu, dan kurang privasi (NANDA,

2018). Diagnosa ini tidak muncul dikarenakan tidak ditemukan data yang

terkait dengan kasus asuhan keperawatan dikarenakan data yang

didapatkan adalah : TTV : compas mentis, Suhu : 39,10 C, TD : 100/60

mmhg, Nadi : 95x/menit, RR : 25x/menit, BB 30 kg, TB : 130 cm, pasien

terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri, makan dan minum dilakukan

secara mandiri, mandi dibantu sebagian, toileting dibantu sebagian,

berpakaian dibantu sebagian, dapat mobilitas di tempat diri sendiri, dapat

berpindah, ambulasi/ROM secara mandiri/baik, pasien kurang nyaman

dengan suasana dengan rumah sakit, tetapi anak dapat tidur selama 6 jam,

pasien dapat mandi 2x dibantu oleh ibunya sebagian. Berdasarkan data

tersebut penulis menyimpulkan bahwa diagnosis gangguan rasa nyaman

berhubungan dengan gejala terkait penyakit, kurang kontrol situasi tidak

dapat ditegakan.

5. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan ekskresi

Resiko syok hipovolemik adalah beresiko mengalami ketidakcukupan

aliran darah ke jantung tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi


68

seluler yang mengancam jiwa, dengan faktor resiko hipoksemia,

hipoksia, hipotensi, kekurangan volume cairan, sepsis, sindrom respon

inflamasi sistemik (SIRS) dan dengan kondisi terkait resiko syok

hipovolemik adalah perdarahan, trauma multiple, pneumothoraks, infrak

miokard, kardiomiopati, cedera medulla spinalis, anafilaksis, sepsis,

koagulan intravaskuler diseminata, sindrom respon inflamasi sistemik

(SIRS) (PPNI, 2018). Berdasarkan hasil, tanda-tanda vital: compas

mentis, TD: 100/60 mmHg. N: 95 x/menit, denyut kuat, reguler, S:

39,1oC. RR: 25x/menit, tipe banyaknya minum dalam 1 hari saat dikaji 2

gelas, keluhan mual dan muntah tidak ada, BAB frekuensi 3x, konsistensi

cair, BAK 3x, lancar, warna kuning, bau khas urine, Berdasarkan data

tersebut, penulis menyimpulkan bahwa diagnosis resiko syok

hipovolemik berhubungan dengan penurunan volume cairan tidak dapat

ditegakan.

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala

terkait penyakit.

Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu

terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman. Penyebab ansietas adalah krisis situasional, kebutuhan tidak

terpenuhi, krisis maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman

terhadap kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi sistem

keluarga, hubungan orang tua-anak tidak memuaskan, faktor keturunan


69

(temperamen mudah teragitasi sejak lahir), penyalahgunaan zat, terpapar

bahaya lingkungan (misalnya toksin, polutan, dan lain-lain), dan kurang

terpapar informasi. Gejala dan tanda mayor: subjektif yaitu merasa

bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, dan

sulit berkonsentrasi. Gejala dan tanda mayor: objektif yaitu tampak

gelisah, tampak tegang, dan sulit tidur. Gejala dan tanda minor: subjektif

yaitu mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, dan merasa tidak berdaya.

Gejala dan tanda minor: objektif yaitu frekuensi nafas meningkat,

frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis, tremor,

muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih,

dan berorientasi pada masa lalu (SDKI, 2016). Berdasarkan hasil

pengkajian mental didapatkan pasien sadar penuh, berbicara jelas

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, pasien mampu

berkomunikasi dan memhami dengan baik. Ketrampilan berinteraksi

memadai, kemampuan memahami informasi kurang, tingkat ansietas :

pasien gelisah karna nyeri perut dan takut ditinggal oleh ibunya, dapat

mengungkapkan identitas diri dengan baik, pasien mengungkapkan

dirinya sangat dicintai keluarganya, pasien mengatakan ingin menjadi

anak baik, mampu menggambarkan dirinya sendiri, sadar dengan peran

sebagai anak pertama yang mempunyai 2 adik, pasien bersyukur dengan

keaddan saat ini, pengambilan keputusan dibantu sama orang tua, orang

yang diharapkan untuk menemani selama rumah sakit adalah ibu pasien.

Pengkajian tanda-tanda vital: TD: 100/60 mmHg. N: 95 x/menit. S:


70

39,1oC. RR: 25x/menit. Berdasarkan hasil pengkajian tersebut penulis

menyimpulkan bahwa diagnosa ansietas berhubungan dengan perubahan

dalam status kesehatan, gejala terkait penyakit tidak dapat ditegakkan.

C. PERENCANAAN

Rencana keperawatan disusun berdasarkan teori rencana keperawatan yang


meliputi: observation, nursing, education, dan colaboration.

Intervensi diagnosis Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi adalah (NIC,


2016):

1. Observasi:
a. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
b. Monitor warna kulit dan suhu
c. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan
yang tak dirasakan
d. Monitor urin output
2. Terapeutik:
a. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada
fase demam.
b. Hentikan aktivitas pendinginan jika suhu tubuh mencapai 390C
c. Longgarkan atau lepaskan pakaian
d. Tempatkan pasien pada air dingin yang dapat ditoleransi pasien
untuk menghindari menggigil
3. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala Hipertermia.
b. Anjurkan dorongan konsumsi cairan.
c. Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan.
d. Anjurkan menghindari aspirin untuk anak-anak
71

e. Anjurkan untuk selalu melembabkan bibir dan mukosa hidung yang


kering
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat atau cairan IV, misalnya : antipiretik,
agen antibakteri dan anti menggigil.
b. Berikan cairan IV, gunakan cairan yang sudah didinginkan, sesuai
kebutuhan
c. Berikan cairan rehidrasi oral atau cairan dingin lain.
Intervensi diagnosis Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi yang dibuat
oleh penulis:

1. Monitor suhu tubuh


2. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak/selangkangan
3. Anjurkan untuk mengenakan pakaian tipis
4. Pemberian ceftriaxon 3x15 mg per IV
5. Kolaborasi pemberian antipiretik
Intervensi diagnosis Diare berhubungan dengan ditandai inflamasi
gastrointestinal adalah (NIC 2016):

1. Observasi:
a. Monitor tanda dan gejala diare
b. Identifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare
c. Amati turgor kulit secara berkala
d. Timbang pasien secara berkala
e. Ukur diare/ ouput pencernaan
2. Terapeutik:
a. Berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan
porsi secara bertahap
b. Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan perut misalnya : (nutrisi
oral, diet cair).
c. Evaluasi profil pengobatan terhadap adanya efek samping pada
gatrointestinal
72

3. Edukasi
a. Anjurkan pasien menghindari makanan pedas dan yang menimbulkan
gas dalam perut
b. Anjurkan pasien untuk mencoba menghindari makanan yang
mengandung laktosa
c. Anjurkan diet rendah serat, tinggi protein, tinggi kalori, sesuai
kebutuhan
d. Anjurkan pasien cara menuliskan diari makanan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat antidiare secara tepat
b. Kolaborasi pemberian cairan melalui IV
c. Beritahu dokter jika terjadi peningkatan frekuensi atau suara perut
d. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala diare menetap
Intervensi diagnosis Diare berhubungan dengan ditandai inflamasi
gastrointestinal yang dibuat penulis:

1. Monitor warna, frekuensi, konsistensi, jumlah BAB


2. Anjurkan pemberian makanan kecil dan bertahap
3. Edukasi orang tua untuk pembuatan dan pemberian oralit
4. Pemberian zink 1x1 dan lacto B secara oral
Intervensi diagnosis nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis
adalah (PPNI, 2018):

1. Observasi
a. Kaji tingkat nyeri yang komprehensif : lokasi, durasi, karakteristik,
frekuensi, intensitas, faktor pencetus, sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangan.
b. Observasi vital sign dan skala nyeri.
c. Observasi tanda nonverbal dari ketidaknyamanan.
d. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
73

2. Terapeutik:
a. Berikan tehnik non farmakologis kepada klien dan keluarga :
relaksasi, distraksi, terapi musik, terapi bermain,terapi aktivitas,
akupresur, kompres panas/ dingin, masase. imajinasi terbimbing
(guided imagery),hipnosis (hipnoterapy) dan pengaturan posisi.
b. Kontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan : suhu ruangan, cahaya, kegaduhan.
c. Fasilitasi istirahat dan tidur.
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
3. Edukasi
a. Informasikan kepada klien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri : misal klien cemas, kurang tidur, posisi tidak
rileks.
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri .
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi medis untuk pemberian analgetik, fisioterapis.
Intervensi diagnosis nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis
yang dibuat oleh penulis:

1. Observasi vital sign dan skala nyeri setiap 4 jam


2. Berikan terapi teknik managemen nyeri distraksi seperti bermain,
membaca majalah,dll.
3. Motivasi ibu atau keluarga agar selalu berada di dekat anak.
4. Pemberian analgetik sesuai program : ketorolac 2x10 mg secara IV

D. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan dilaksanakan selama 3 hari yaitu dari tanggal 8

Februari 2021 - 10 Februari 2021. Adapun implementasi yang dilaksanakan


74

sesuai dengan rencana asuhan keperawatan sebelumnya. Pada langakah ini,

penulis melakukan tindakan-tindakan keperawatan dan melakukan semua

tindakan keperawatan dari 3 diagnosa yang diangkat yaitu:

1. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi

a. Monitor suhu tubuh

b. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak/selangkangan.

c. Anjurkan untuk mengenakan pakaian yang tipis.

d. Pemberian Ceftriaxon 3x15 mg per IV

e. Kolaborasi pemberian antipiretik

2. Diare berhubungan dengan ditandai dengan inflamasi gastrointestinal

a. Monitor warna, frekuensi, konsistensi, jumlah BAB

b. Anjurkan pemberian makanan kecil dan bertahap

c. Edukasi orang tua untuk pembuatan dan pemberian oralit

d. Pemberian Zink 1x1 dan Lacto B secara oral

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis

a. Observasi vital sign dan skala nyeri setiap 4 jam

b. Berikan teknik managemen nyeri distraksi seperti bermain, membaca

majalah, dll.

c. Motivasi ibu atau keluarga agar selalu berada di dekat anak.

d. Pemberian analgetik sesuai program: Ketorolac 2x10 mg secara IV

Implementasi untuk masalah keperawatan nyeri, hipertermia, dan diare sudah

dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan dan sesuai dengan teori

keperawatan.
75

E. EVALUASI

Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi hasil dan proses. Evaluasi hasil

berfokus pada perubahan perilaku atau status kesehatan pada akhir tindakan

perawatan klien. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilaksanakan secara

terus menerus sampai tujuan tercapai. Evaluasi dilakukan dengan

mengumpulkan data perkembangan pasien atau perubahan kondisi dengan

membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan

menggunakan kriteria evaluasi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam

rencana keperawatan (Dermawan, 2012). Penjabaran dalam masing-masing

diagnosis sebagi berikut:

1. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi

Dalam asuhan keperawatan yang sudah dilakukan selama tiga hari

menunjukkan masalah hipertermi teratasi dengan data subjektif pasien

mengatakan sudah demam, dan data objektif menunjukkan suhu:36,80,

TD: 100/ 60 RR: 25 X/ Menit Nadi: 95 X/Menit dimana dikatakan teratasi

karena telah sesuai dengan rencana keperawatan nyeri di kriteria dan

tujuan hasil yaitu suhu tubuh dalam batas normal (36 – 370C) dan Nadi

dan RR dalam rentang normal (Nadi : 60-100, RR: 16-20)

2. Diare berhubungan dengan ditandai dengan inflamasi gastrointestinal

Dalam asuhan keperawatan yang sudah dilakukan selama tiga hari

menunjukkan masalah diare teratasi dengan data subjektif pasien

mengatakan BAB 1x, dan data objektif konsistensi BAB lembek,

konjungtiva an-anemis, turgor kulit kembali cepat (< 2 detik) dimana


76

dikatakan teratasi karena telah sesuai dengan rencana keperawatan nyeri di

kriteria dan tujuan hasil yaitu konsistensi feses membaik (menjadi

lembek), Frekuensi BAB membaik (1x24 jam) dan diare menurun.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis

Dalam asuhan keperawatan yang sudah dilakukan selama tiga hari

menunjukkan masalah nyeri teratasi dengan data subjektif pada pasien

mengatakan sudah tidak mengeluh nyeri, nyeri yang dirasakan dalam skala

2 dimana dikatakan teratasi karena telah sesuai dengan rencana

keperawatan nyeri di kriteria dan tujuan hasil yaitu mampu mengontrol

nyeri, mampu mengenali penyebab nyeri dan penurunan skala nyeri 1-3.

F. DOKUMENTASI

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian dari proses asuhan

keperawatan yang dilakukan secara sistematis dengan cara mencatat tahap-

tahap proses perawatan yang diberikan kepada pasien. Dokumentasi asuhan

keperawatan merupakan catatan penting yang dibuat oleh perawat baik dalam

bentuk elektronik maupun manual berupa rangkaian kegiatan yang dikerjakan

oleh perawat meliputi lima tahap yaitu: pengkajian, penentuan diagnosis

keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan/implementasi

keperawatan, dan evaluasi perawatan, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh

perawat (Dermawan, 2012). Pendokumentasian asuhan keperawatan pada

kasus ini sudah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip dan legal etik

keperawatan (Dermawan, 2012). Selain memiliki format pendokumentasian


77

pasien sendiri, penulis juga melakukan pendokumentasian pada catatan

perawat di ruangan.

Dokumentasi keperawatan yang digunakan dalam melakukan asuhan

keperawatan pada An. M yang dilakukan seklama tiga hari menggunakan

Problem Oriented record (POR) dengan menggunakan catatan perkembangan

Subyektif, Obyektif, Analisa, Planning, Implementasi dan Evaluasi

(SOAPIE). Pendokumentasian asuhan keperawatan yang sesuai dengan teori

adalah adanya tanda tangan, nama terang, waktu dan tanggal.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Selama melakukan Asuhan Keperawatan pada An.M Dengan diagnosis

medis GEA di Rumah Sakit Betheda Yogyakarta. An.M lahir tanggal 10

Jun 2011. Kami mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan pada

pasien dengan GEA , Yang dimulai dari pengkajian, perencanaan,

implementasi, evaluasi, dan pendokumentasian keperawatan. Pengkajian

pada An.M dengan GEA didapatkan Ibu mengatakan An.M merasa

perutnya sakit 2 hari yang lalu, tetapi An.M masih bisa menahan sakit

tersebut. Setelah dibiarkan semakin lama sakitnya tambah parah, An.M

juga sempat periksa ke klinik dekat rumah, tetapi belum sembuh juga.

Tanggal 7 Februari 2020 An.M mengalami sakit perut tidak tertahankan,

mual, muntah dan BAB cair tak terhitung. Akhirnya orang tua

memutuskan untuk ke RS bethesda. Tahap penegakan diagnosa

keperawatan dapat kelompok simpulkan bahwa diagnosa sangat

tergantung pada kondisi pasien, tanda dan gejala yang muncul, serta

komplikasi yang terjadi pada pasien

B. Saran

1. Untuk mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah

diberikan dengan efektif dan efisien untuk melakukan Asuhan

78
79

Keperawatan. Mahasiwa juga diharapkan secara aktif untuk

membaca, mencari referensi terbaru dan meningkatakan

keterampilan serta menguasai kasus yang diambil untuk

mendapatkan hasil Asuhan Keperawatan yang komprehensif.

2. Untuk perawat

Perawat diharapkan lebih sering mengunjungi pasien. Mencuci

tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien serta memakai

alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya resiko infeksi dan

infeksi nosokomial di rumah sakit Betheda Yogyakarta. Perawat

diharapkan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

SOP yang telah ditetapkan dan bekerja secara professional.


DAFTAR PUSTAKA

Chow C, dan Rice S. 2010. “Qualified Audit and Auditor Changes” The
Accounting Review, Vol.LVII,No.2,pp, 326-335.

Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman, Cherryl M.


Wagner. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore :
Elsevier Inc

Herdman, T, Heather. 2018. NANDA Intenasional Inc. Diagnosa Keperawatan:


Defenisi & Klasifikasi 2018-2020 edisi 11. Jakarta: EGC.

https://www.slideshare.net/CahyaZTC64/anfis-sistem-pencernaan

http://pahamify.com/blog/artikel/biologi-sistem-pencernaan-manusia/

Kementerian Kesehatan RI. 2015. MTBS. Jakarta: Bhakti Husada.

Ngastiyah.2014. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Nursalam, Susilaningrum, R & Utami, S. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan


Anak : Untuk Perawatan dan Bidan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Normawati D, Y. P & Ratih Dwilestari P, Utami & Dewi, S. (2020). Asuhan


Keperawatan Pasien Gastroenteritis Akut Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Defisit Pengetahuan. Surakarta.

Padila. 2019. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha


Medika(2013).

Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S. Kp, M. App. Sc, dkk. (2018). NANDA-I Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018 – 2020. Jakarta : EGC.

Ridha Wahyu Sevira, Siti Haryani. (2019). Pengelolaan Kekurangan Volume


Cairan Pada An. R Dengan Gastroenteritis Akut Di Ruang Melati RSUD
Ungaran.

Simadibrata. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.

80
81

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem. Jakarta: EGC.

Sodikin. 2011. Keperawatan Anak: Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai