M DENGAN
HALAMAN JUDUL
Disusun Oleh :
Baun 2004074
YOGYAKARTA 2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Mengetahui,
Perseptor Akademik
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Perseptor Akademik
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan kasih
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan
pada An. M dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan laporan ini kami telah dibantu oleh berbagai pihak,
untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns. MAN., selaku Ketua STIKES
Bethesda Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Ethic Palupi, S. Kep., Ns., MNS., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Ners STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Ibu Ignasia Yunita Sari S. Kep., Ns., M. Kep., selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan
lain.
4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Tuhan memberkati.
Kelompok 2
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
B. Rumusan masalah......................................................................................... 3
3. Etiologi ..................................................................................................... 7
4. Klasifikasi ................................................................................................. 8
5. Patofisiologi.............................................................................................. 9
7. Penatalaksanaan ...................................................................................... 14
8. Komplikasi ............................................................................................. 21
1. Pengkajian .............................................................................................. 23
v
3. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 26
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 46
D. Tindakan Keperawatan............................................................................... 48
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair, dengan kandungan a
ir pada tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200
ml/24 jam. Buang air besar encer tersebut dapat berisi atau tanpa desertai
lendir dan darah. Diare bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Kemenkes RI 2017).
1
2
Pada diare akut dengan dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga
dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan anak–anak antara lain syok
hipovolemik (dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat,
denyut nadi cepat, kecil, tekanan darah menurun, pasien lemah, kesadaran
menurun, dan diuresis berkurang), gangguan elektrolit, gangguan
keseimbangan asam basa, gagal ginjal akut, dan proses tumbuh kembang
anak 8 terhambat yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak
di masa depan.
3
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah “Bagaimana pemberian asuhan
keperawatan anak dengan Gastroenteritis Akut?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada kasus anak
dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun
2021.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan penkajian keperawatan secara tepat
pada pasien dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Tahun 2021.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Tahun 2021.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien
dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Tahun 2021.
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien
dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Tahun 2021.
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien
dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Tahun 2021.
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan terdiri dari saluran panjang yang dimulai dari mulut
hingga rectum. Struktur dinding saluran cerna secara umum tersusun
atas empat lapisan, yaitu: mukosa, lapisan submukosa, tunika
muskularis, dan lapisan serosa.
4
5
a. Mulut
Merupakan saluran cerna bagian pertama. Mulut bagian atas dibatasi
oleh palatum, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh mandibular,lidah,
dan struktur bawah mulut lainnya. Mulut bagian samping dibatasi oleh
pipi, sedangka bagian depan dibatasi oleh bibir.
Kelenjar yang terdapat pada mulut ada tiga, yaitu kelenjar parotis,
submandibular, dan sublingual. Kleenjar ii bertanggungjawab dalam
proses mekanis seperti membantu bicara, mastikasi, dan menelan.
Kleenjar liur menyekresi saliva yang berfungsi melumas makanan dan
ptyalin untuk mencerna karbohidrat.
b. Lidah
Lidah tersusun oleh otot yang dilapisi oleh mambran mukosa. Lidah
melekat pada epiglotis dalam faring dan diinervasi oleh berbagai saraf.
Sesnsorik lidah diinnervasi oleh saraf lingualis (trigeminal) dan fasialis
yang berfungsi untuk pengecapan, serta saraf glasofariengeal dan saraf
hipoglosus
c. Gigi
Manusia memiliki dua set gigi selama masa hidupnya. Set pertama
merupkan gigi susu yang berjumlah 20, muncul pada bulan 6 sampai
tahun kedua lalu berangsur tanggal pada usia 6-12 tahun. Set kedua
berjumlah 32 gigi yang ditemukan dengan jumlah sempurna saat
berusia 25 tahun. Bagian dalam gigi adalah ruang pulpa yang
mengandung saraf dan pembuluh darah.
d. Esopaghus
Merupakan saluran otot yang membentang dari kartiloago krikoid
sampai kardia lambung. Esophagus dimulai dari leher sebagai
sambungan faring, lalu kebawah leher dan toraks, melalui crus sinistra
diafragma memasuki lambung.
e. Lambung
Terletak di kuadran kiri atas abdomen, lebar, dan merupakan saluran
cerna yang dilatasi. Bentuk lambung beragam tergantung jumlah
6
3. Etiologi
Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh bebrapa factor, yaitu:
a. Factor infeksi
Infeksi merupakan factor utama penyebab diare, infeksi internal
meliputi:
1) Infeksi Bakteri : Escherichia coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
2) Infeksi Virus: Rotavirus, Enterovirus echoviruses,
Adenovirus, dan Human retrovirus
3) Infeksi Parasit: Cacing, Protozoa, dan jamur.
b. Factor Malabsorbsi
Malaborbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan
anak, malabosrbsi lemak, malasorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan mengandung racun atau alergi makanan
d. Factor Kebersihan
Penggunaan air minum tercemar, tidak mencuci makanan dan
alat makaan dengan bersih.
8
e. Faktor Psikologi
Rasa cemas dapate meningkatkan frekuensi peistaltik usus yang
menyebabkan diare.
4. Klasifikasi
Jenis gastroenteritis menurut Sodikin, 2011, adalah:
a. Gastroenteritis akut, serangannya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari. Gastroenteritis akut diklasifikasikan:
1) Gastroenteritis non inflamasi, disebabkan oleh enterotoksin
dan menyebabkan gastroenteritis cair tanpa lender dan darah.
2) Gastroenteritis Inflamasi, disebabkan invlasi bakteri dan
pengeluaran sitotoksin dalam kolon. Lender dan darah
terlihat secara makroskopis , sel leukosit dan
polimorfonuklear terlihat secara mikroskopis.
b. Gastroenteritis Kronik, yaitu gastroenteritis yang berlangsung
lebih dari 14 hari. Gastroenteritis kronik dibagi dalam beberpa
bagian, yaitu:
1) Gastroenteritis sekresi, yaitu gastroenteritis dengan volume
feses yang banyak disertai gangguan elektrolit.
2) Gastroenteritis osmotic, terjadi bila ada partikel yang tidak
dapat diaborbsi sehingga osmolaritas meningkat dan air
tertarik ke plsma.
3) Gastroenteritis eksudatif, inflamasi akan menyebabkan
kerusakan mukosa.
.
9
5. Patofisiologi
Infeksi Kegagalan Makanan (basi, Psikologis
absorpsi usus beracun, alergi) (cemas, takut)
(virus, bakteri,
parasit Masuk ke saluran Stimulus saraf
Gg. osmotik Gg. sekresi Gg. Motilitas pencernaan simpatis
Masuk saluran
usus
pencernaan dan
berkembang Cairan makanan Rangsangan Toksin tidak Merangsang
tidak dapat toksin Usus tidak peristaltik usus
sapat di absobsi
diserap usus dapat menyerap
Toksin dalam Menjadi invasif makanan
Sekresi di Hiperperistaltik Proses penyerapan
dinding usus halus menyerbu ke usus makanan terganggu
Tekanan osmotik dinding usus Hiperperistaltik
dalam mukosa
usus
Terjadi iritasi
Membentuk toksin Air & elektrolit BAB encer > Distensi
mukosa usus Hiperperistaltik
masuk ke 4x/hari abdomen kram
usus BAB encer >
rongga usus
Usus mengalami Menghasilkan 4x/hari
enterotoksin BAB encer > Nyeri abdomen
atrofi
4x/hari isi rongga usus
Gastroenteriti
s Akut
6. Manifestasi Klinik
Menurut Widoyono (2008) ada beberapa gejala dan tanda gastroenteritis
diantaranya adalah:
a. Gejala Umum:
1) Anak cengeng dan gelisah.
2) Nafsu makan berkurang atau hilang.
3) Mengeluarkan kotoran lembek dan sering merupakan gejala khas
diare.
4) Muntah, biasanya menyerai diare pada gastroenteritis akut. Pada
pasien gastroenteritis akut muntah biasanya terjadi bersamaan
dengan diare dan rasa sakit pada perut, pada umumnya
disebabkan oleh virus dan bakteri pathogen, seperti Salmonella,
Shigella, dan Escherichia coli.
5) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
Respon ini utama muncul ketika bakteri invasif beredar di dalam
sirkulasi lalu difagosit oleh makrofag dan netrofil. Pirogen
endogen selanjutnya merangsang pengeluaran prostaglandin dari
hipotamlamus sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Suhu yang
lebih tinggi ini meningkatkan proses fagositosis dan kecepatan
enzim yang diperantarai enzim.
6) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,
apatis bahkan gelisah. Diare berat yang disertai mual dan muntah
sehingga asupan oral bekurang dapat menyebabkan dehidrasi
terutama pada anak dan lanjut usia, tergantung dari presentase
cairan tubuh yang hilang dahidrasi dapat terjadi ringan, sedang
dan berat. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang
meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna
urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik.
Hal ini disebabkan oleh tubuh yang senantiasa menjaga
homeostatis. Rasa haus dan pengeluaran urin yang sedikit saat
12
Dehidrasi
Dehidrasi
minimal/tanpa Dehidrasi berat
Tanda dan ringan-sedang
dehidrasi (penurunan
gejala (penurunan BB
(penurunan BB BB>9%)
3-9%)
<3%)
Status Baik, waspada Normal, Apatis, letargi,
mental kelelahan atau lemas
gelisah, rewel
Diare 2x sehari 3-5x sehari 6-8x sehari atau
lebih
Ubun-ubun Normal Agak cekung Cekung
besar
Rasa haus Minum seperti Haus, sangat Minum sangat
biasa ingin minum sedikit, tidak
mampu minum
Membrane Lembab Kering Pecah-pecah
mukosa
Air mata Ada Menurun Tidak ada
Kecekungan Normal Agak cekung Sangat cekung
mata
Frekuensi Normal Normal- Takikardi
denyut meningkat bradikardi pada
jantung kasus berat
Tekanan Normal Normal, Menurun
darah perubahan
ortostastik
Suhu Normal 33.5oC- Normal, sedikit Demam/panas
37.3oC demam (hiperpireksia)
(pireksia) >38oC
37.3oC-38oC
Pernafasan Normal, 25- Normal,agak Takipnea,
31x/menit cepat 33- hiperpnea
35x/menit >36x/menit
Nadi Normal, 100- Normal Lemah, 80-
140x/ berkurang, 90- 90x/menit atau
menit 100x/menit lebih
Pengisian Normal Memanjang >2 Memanjang
kembali detik >4detik
kapiler
Turgor kulit Segera kembali Kembali <2 Kembali >2
13
detik detik
Ekstremitas Hangat Agak dingin Dingin,
berbercak,
sianosis
Keluaran Normal hingga Menurun Minimal
urine menurun
Fungsi Baik, sadar Gelisah, rewel Mengigau,
kognisi koma/syok/
tidak sadar
b. Gejala Spesifik:
1) Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cairan beras dan
berbau amis.
2) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Padila, 2013) pemeriksaan penunjang pada Gastroenteritis Akut
adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan tinja
Diperiksan dalam hal volume, warna, dan konsistensinya serta diteliti
adanya mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak
dapat ditemukan jika gastroenteritis berhubungan dengan penyakit
usus halus, tetapi ditemukan pada penderita salmonella, E. colli,
enterovirus dan shigelosis. Mukus yang berlebihan dalam tinja
menunjukkan kemungkinan adanya peradangan kolon. pH tinja yang
rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa
tinja rendah/ pH kurang dari 5.5 maka penyebab diare bersifat tidak
menular.
b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat
jenis plasma. Penurunan pH darah disebabkan karena terjadi
penurunan bikarbonat sehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit
14
c. Duodenal Intubation
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitaif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Ngastiyah, 2014) penatalaksaan medis pada Gastroenteritis
Akut adalah:
a) Jenis cairan
(1) Oral : pedialyte atau oralit, ricelyte
(2) Parenteral : NaCl, Isotonic, infus
b) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
2) Dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan
yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
d) Setelah 3 jam:
(1) Ulangi penelian dan klasifikasikan kembali derajat
dehidrasinya.
(2) Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjukkan
pengobatan.
(3) Mulailah memberi makan anak.
e) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:
(1) Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
(2) Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan
dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan
(3) Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan
menambahkan 6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan
dalam rencana terapi A.
(4) Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah:
(a) Beri cairan tambahan.
(b) Beri tablet zinc selama 10 hari.
(c) Lanjukkan pemberian makan.
(d) Kapan harus kembali.
3) Rencana Terapi C: Penanganan dehidrasi berat dengan cepat.
Dapatkan saudara segera memberi cairan intravena? Jika Ya:
Catatan:
9. Komplikasi
Menurut (Ngatiyah, 2014) komplikasi yang terjadi akibat gastroenteritis
akut adalah sebagai berikut:
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Fokus pengkajian pada anak dengan gastroenteritis menurut (Nursalam,
2013) meliputi:
a. Identitas
Nama, umur, nama orang tua, pekerjaan orang tua, agama, pendidikan
orang tua, suku, alamat, tanggal masuk, ruangan atau kamar, nomor
rekam medis dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan saat dikaji
Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian biasanya pasien
mengeluh nyeri pada perut.
2) Keluhan tambahan
Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB dengan
konsistensi cair. Mual, muntah dan demam.
3) Riwayat penyakit sekarang
Perjalanan penyakit klien sebelum, selama perjalanan, sampai
dirumah sakit, hingga saat dilakukan pengkajian tindakan yang
dilakukan sebelumnya dan pengobatan yang didapat setelah masuk
RS.
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Prenatal, natal dan post natal.
d. Riwayat Kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah dialami, pernah operasi atau tidak, obat yang
digunakan, alergi dan imunisasi.
e. Riwayat tumbuh kembang
Lahir kehamilan, motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal
sosial.
f. Riwayat keluarga
Kaji anak keberapa, ada saudara kandung atau tidak, tinggal serumah
dengan orang tua atau tidak dan riwayat kehamilan ibu.
24
g. Riwayat sosial
Kaji siapa yang mengasuh anak, hubungan dengan orang tua, hubungan
dengan teman sebaya, tingkah laku anak, kebiasaan bermain, keinginan
bermain dan lingkungan rumah.
h. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar manusia
Pola nutrisi, pola tidur, pola eliminasi, pola kebersihan diri dan aktivitas.
i. Keadaan saat ini
Status nutrisi, status cairan, eliminasi, kebutuhan tidur, pola kebersihan
diri, aktivitas, data psikologis, spiritual dan intelektual. Bayi atau anak
tidak nafsu makan, BAB lebih dari 3 kali sehari, perasaan haus dan sulit
tidur.
j. Pemeriksaan fisik
Pengukuran pertumbuhan, tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, kulit,
kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, anus,
punggung, extremitas dan reflek. Bayi atau anak mengalami demam,
gelisah, rewel, lesu, dan penurunan kesadaran pada dehidrasi berat,
kelopak mata cekung, tugor kulit kembali lambat pada dehidrasi berat,
mulut kering, bising usus meningkat, BAB lebih dari 3 kali sehari
konsistensi cair dan iritasi pada anus.
k. Tingkat perkembangan
Kemandirian dan bergaul, motor atau gerak halus, bicara bahasa dan
kognitif lalu motor atau gerak kasar.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare
menurut NANDA Internasional (2018), adalah sebagai berikut:
a. Diare berhubungan dengan infeksi, inflamasi gastrointestinal.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan makan.
25
3. Intervensi Keperawatan
DIANGOSA NOC /
NO NIC RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN
1 Tanggal: Tanggal: Tanggal: Tanggal:
Jam: Jam: Jam: Jam:
DIANGOSA NOC /
NO NIC RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN
2 Tanggal: Tanggal: Tanggal: Tanggal:
Jam: Jam: Jam: Jam:
Kekurangan Setelah
1. Monitor 1. Kekurangan
volume cairan dilakukan
tanda-tanda volume
berhubungan tindakan
dehidrasi cairan
dengan kehilangan keperawatan
2. Anjurkan menyebabka
cairan aktif ditandai selama … x 24
pasien n mukosa
dengan: jam diharapkan
untuk mulut kering
Ds : kekurangan
banyak dan
volume cairan
Do : minum pemekatan
dapat teratasi
3. Berikan urin. Deteksi
dengan kriteria
informasi dini
hasil:
kepada memungkin
1. Tugor kulit orang tua kan terapi
baik cara penggantian
2. Membran memasang cairan dapat
mukosa terapi IV segera
lembab 4. Kolaborasi diberikan
3. Tanda- dengan untuk
tanda vital dokter memperbaiki
dalam dalam kekurangan
rentang: pemberiaan volume
TD: sistolik cairan IV cairan.
114-127 2. Asupan
dan cairan sangat
diastolic diperlukan
77-83 ,S: untuk
360c-370c, menambah
N: 70- volume
120x/menit, cairan tubuh.
RR: 15- 3. Pemberian
20x/menit informasi
cara
memasang
terapi IV
untuk
perawatan di
rumah.
4. Sebagai
upaya untuk
28
mengganti
cairan yang
keluar
bersama
feces.
DIANGOSA NOC /
NO NIC RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN
3 Tanggal: Tanggal: Tanggal: Tanggal:
Jam: Jam: Jam: Jam:
Kerusakan Setelah
1. kaji kulit 1. Pengkajian
dilakukan
integritas kulit pasien pada kulit
tindakan
2. Anjurkan untuk
berhubungan keperawatan
pasien mengetahui
dengan ekskresi selama … x 24
menggunak seberapa jauh
jam diharapkan
ditandai dengan: an pakaian kerusakan
kerusakan
yang longar pada kulit.
Ds : integritas kulit
3. Berikan 2. Pakaian yang
Do : dapat teratasi
informasi longgar dapat
dengan kriteria
kepada mengurangi
hasil:
orang tua iritasi pada
1. Tidak ada untuk tetap anus.
iritasi menjaga 3. Badan yang
2. Tidak tubuh basah dan
infeksi pasien lembab
3. Tidak ada untuk tidak terutama pada
luka basah dan daerah bokong
lembab. dapat
4. Kolaborasi mempercepat
pemberian iritasi pada
obat salep anus.
sesuai 4. Pemberian
program obat dapat
mengurangi
iritasi pada
anus.
BAB III
PENGELOLAAN KASUS
Bab ini akan membahas tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
Februari 2021.
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Nama (inisial) : An. M
Umur : 9 tahun 7 bulan 28 hari
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Katholik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat (kabupaten) : Gunung Kidul
No. RM : 0203xxx
Tanggal masuk : 08 Februari 2021
Diagnosa kerja / medis : Gastroenteritis Akut
b. Ibu / Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 30 Tahun
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Katholik
Pendidikan : S1
29
30
c. Kesehatan pasien
S : nyeri skala 5
Anak dibawa ke IGD tanggal 8 Februari 2021 pukul 09.00 WIB, pada
saat pengkajian didapatkan hasil anak mengeluh nyeri perut sejak dua
adalah mie pedas, anak juga mengatakan pusing, demam, dan diare.
95x/menit; RR: 25 x/menit; TD: 100/60 mmHg. BB: 30 kg; TB: 130
makanan.
5) Riwayat Imunisasi
2. Pengkajian Biologis
20kg x 50 = 1000
300 : 4 = 75 gr/hari
33
c) Kebutuhan lemak
= 384 cc/24jam
10 x 100 = 1000
10 x 50 = 500
10 x 25 = 250 +
1700 cc/24jam
384 + 1700
= 2084 cc/24jam
b. Pola Eliminasi
lembek, posisi saat BAB duduk, penghantar untuk BAB tidak ada,
b) BAK: Buang air kecil frekuensi 6-8 x/hari, jumlah 200 ml tiap kali
BAK, warna :kuning jernih, bau khas urine, tidak ada keluhan.
a) BAB: frekuensi 3x, konsistensi cair, BAB mulai dari jam 05.00
34
Anak tidak pernah tidur siang, tidur malam pukul 21.00 WIB.
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ ROM
a) Aktifitas
Keterangan:
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung total
b) Istirahat
c) Kebutuhan tidur
a) Kebersihan kulit
b) Kebersihan rambut
c) Kebersihan telinga
d) Kebersihan mata
e) Kebersihan mulut
f) Kebersihan kuku
a) Kebersihan kulit
b) Kebersihan rambut
menggunakan shampoo.
36
c) Kebersihan telinga
d) Kebersihan mata
e) Kebersihan mulut
f) Kebersihan kuku
2) Berbicara: jelas
10) Penglihatan: pasien tidak menggunakan lensa kontak dan tidak ada
gangguan penglihatan.
keluarganya.
seorang anak.
mempunyai 2 adik.
i. Pola Koping
dengan ibu.
38
1) Status pekerjaan:
2) Pasien aktif bermain dengan teman sebaya, namun saat ini jarang
karena pandemi.
baik.
tidur.
3. Pengkajian Psikologis
4. Pengkajian Sosial
5. Pengkajian Spiritual
6. Pengkajian Fisik
c. Antropometri
1) TB: 130 cm
2) BB: 30 kg
d. Tanda Vital
e. Pemeriksaan Fisik:
1) Kepala
Bulat, simetris, pertumbuhan rambut lurus dan lebat dan warna hitam,
2) Muka
3) Mata
4) Telinga
5) Hidung
Septum simetris, tidak ada kotoran tidak ada polip hidung, tidak ada
Mulut dan lidah bersih, ovula simetris, gigi rapi, tidak ada karang gigi,
7) Leher
8) Tengkuk
9) Dada
Jantung
b) Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, ictus cordis tidak
teraba.
41
c) Perkusi: bunyi pekak pada ICS ke 2 dextra, bunyi pekak pada ICS
murmur.
10) Paru-Paru
pernafasan teratur.
nafas tambahan.
11) Axilla
12) Punggung
13) Abdomen
ada lesi.
15) Genetalia
16) Ekstermitas
17) Reflek
a) Reflek patologis
- Babinski negatif
7. DIAGNOSTIK TEST
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Leukosit:
2) Trombosit:
3) Hct:
8. PROGRAM PENGOBATAN
Analisi Obat
9. Program Tindakan
klinik.
A. ANALISA DATA
DO :
- Pasien meringgis
menahan nyeri
- Pasien sering memegang
perut
- TD: 100/60 mmHg;
Nadi: 95 x/mnt; RR: 25
x/mnt
DO:
- Suhu: 39,10C
- Mukosa mulut kering
- Bibir kering
DO :
- Konsistensi BAB cair
- Konjungtiva pucat
- Turgor kulit kembali
agak cepat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan
DS:
DO:
- Suhu: 39,10C
- Bibir kering
- Mukosa mulut kering
2. Diare berhubungan dengan ditandai dengan inflamasi
gastrointestinal
DS :
- Ibu pasien mengatakan An. M BAB 3x
DO :
- Konsistensi BAB cair
- Konjungtiva pucat
- Turgor kulit kembali agak cepat
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis dibuktikan
dengan:
DO :
- Pasien meringis menahan nyeri
- Pasien sering memegang perut
- TD: 100/60 mmHg; Nadi: 95 x/mnt; RR: 25 x/mnt
Kelompok 2
48
C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. M
Ruangan : Galilea III
TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN Rasional
Tujuan dan Kriteria Tindakan
Tanggal/Jam: 08 Februari 2021 Jam: Tanggal/Jam: 08 Februari Tanggal/Jam: 08 Februari Tanggal/Jam: 08 Februari
09.00 2021 Jam: 09.10 2021 Jam: 09.30 2021 Jam: 09.50
Hipertermia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh 1. Gejala infeksi sangat
dehidrasi ditandai dengan keperawatan selama 3x24 2. Berikan kompres bervariasi, atau malah
DS: Ibu pasien mengatakan anaknya jam, diharapkan demam hangat pada lipatan tidak terjadi sama sekali.
demam dan pusing hilang dengan kriteria hasil: ketiak/selangkangan. Sebagian penderita
DO: 1. Suhu tubuh dalam batas 3. Anjurkan untuk mengalami demam,
- Suhu : 39,10C normal (36 – 370C) mengenakan pakaian menggigil, atau
- Mukosa mulut kering 2. Nadi dan RR dalam yang tipis. kelelahan.
- Bibir kering rentang normal (Nadi : 60- 2. Kompres hangat dapat
4. Pemberian Ceftriaxon
100, RR: 16-20) 3x15 mg per IV mengurangi panas
3. Tidak ada pusing, merasa 5. Kolaborasi dengan prinsip
nyaman pemberian antipiretik perpindahan panas secara
induksi. Lipatan ketiak
dan selangkangan
merupakan tempat
pembuluh darah yang
lebar sehingga lebih
mudah vasodilatasi.
3. Penggunaan pakaian
yang longgar atau tipis
49
Diare berhubungan dengan ditandai Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor warna, 1. Sebagai indikator dalam
dengan keperawatan selama 3x24 frekuensi, konsistensi, menentukan intervensi
DS : jam, pasien tidak mengalami jumlah BAB 2. Menambah nafsu makan
- Ibu pasien mengatakan An. M diare dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan pemberian dan dapat meningkatkan
BAB cair 3x 1. Konsistensi feses makanan kecil dan intake nutrisi.
DO : membaik (menjadi bertahap 3. Selama diare,
- Konsistensi BAB cair lembek) 3. Edukasi orang tua penyerapan garam
- Konjungtiva pucat 2. Frekuensi BAB membaik untuk pembuatan dan natrium akan terganggu.
- Turgor kulit (1x24 jam) pemberian oralit Oralit mengandung
3. Diare menurun 4. Pemberian Zink 1x1 glukosa dan natrium,
dan Lacto B secara dengan adanya glukosa
oral dengan konsentrasi
cukup, penyerapan
garam akan mampu
menghidrasi tubuh
meskipun diare sedang
berlangsung.
4. Zink berguna untuk
perbaikan mukosa usus
dan menambah imunitas.
Nyeri akut berhubungan dengan agen Standar luaran: Kontrol Nyeri Standar Intervensi : 1. Sebagai indikator dalam
cedera fisik, dibuktikan dengan : Managemen Nyeri menentukan intervensi
2. Teknik distraksi
DS:Pasien mengatakan nyeri setelah Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi vital sign mengurangi nyeri dengan
operasi SC” keperawatan selama 3x 24 dan skala nyeri setiap mengalihkan fokus nyeri
O : Nyeri terasa sejak setelah operasi jam diharapkan pasien dapat 4 jam seseorang pada hal-hal
P : Nyeri bertambah saat bergerak mengontrol nyeri dengan 2. Berikan teknik yang disukainya.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk kriteria hasil: managemen nyeri 3. Kehadiran orang yang
R : Area perut bawah 1. Mampu mengontrol nyeri distraksi seperti disayangi dapat
S : Nyeri skala 8 2. Mampu mengenali bermain, membaca memberikan rasa aman
T : Beristirahat untuk mengurangi penyebab nyeri majalah, dll. dan nyaman bagi anak.
nyeri 3. Skala nyeri 1-3 3. Motivasi ibu atau 4. Kandungan pada
U : Pasien memahami penyebab 4. Penggunaan analgetik keluarga agar selalu ketolorolac mampu
nyeri karena operasi SC berada di dekat anak. menghambat
V : Pasien berharap segera sembuh
4. Pemberian analgetik prostaglandin yang
DO :
sesuai program: berkerja menurunkan
- Pasien meringgis menahan nyeri
Ketorolac 2x10 mg nyeri.
- Pasien sering memegang perut
secara IV
- TD: 100/60 mmHg; Nadi: 95
x/mnt; RR: 25 x/mnt
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : An. M
Ruangan : Galilea III
Diagnosis Medis : Gastroenteritis Akut
NO TANDA
NO Hari/Tgl/Jam PERKEMBANGAN (SOAPIE)
DK/MK TANGAN
1. DX 1 Senin, 08-02- I:
2021 Mengobservasi suhu tubuh
12.00 - Suhu tubuh 39,10 C
Menberikan Cefriaxon 3x15
mg diberikan secara intra vena
12.30 - Obat masuk melalui selang
infus
memberikan kompres hangat
Ruth Widya
E:
13..00 S: Ibu pasien mengatakan
anaknya demam, pusing
O:
- Suhu: 38,70 C
13.30 - Mukosa mulut kering Ruth Widya
- Bibir kering
A: Masalah hipertermia belum
teratasi
14.00 P: Lanjutkan intervensi 1-4
Ruth Widya
2. DX 2 Senin, 08-02- I:
2021 Mengobservasi diare
12.00 - BAB 3 kali sehari
- Konsistenai BAB cair
- Konjungtiva agak pucat Iluh Sekar
Menganjurkan pemberian
makanan kecil dan bertahap
- Pasien mau makan tetapi
sedikit
13.40 Memberikan obat Zink syrup
1x1dan Lacto B 1x1 bungkus
secara oral
- Obat diminum setelah makan
Iluh Sekar
E:
13.50 S: Ibu Pasien mengatakan An. M
bab 3 kali
O: konsistensi BAB cair,
konjungtiva agak pucat
A: Masalah diare belum teratasi Iluh Sekar
P: Lanjutkan intervensi 1-4
53
3. DX 3 Senin, 08-02- I:
2021 Mengidentifikasi respon nyeri
12.50 non verbal
- Pasien tampak meringis jika
bergerak
- Pasien mengeluh nyeri, skala Kenny Caiyono
5
12.40 Memonitor TTV
- TD: 100/60 mmHg; RR: 25
X/Menit; Nadi: 95 X/Menit
Memberikan obat injeksi Kenny Caiyono
13.30 ketorolac 2x10 mg diberikan
secara IV
- Obat masuk melalui selang
Kenny Caiyono
infus
mengajarkan pasien teknik
distraksi bermain atau membaca
majalah
- Pasien menolak bermain
dengan perawat, pasien hanya Kenny Caiyono
ingin bermain dengan ibu nya.
E:
S: Pasien mengatakan nyeri
berkurang skala nyeri 4
O:
- pasien memegangi perutnya
- TD: 100/80 mmHg
- RR: 22 x/menit
- Nadi: 95 x/menit
A: Masalah nyeri akut belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4
54
AyundaPadma
2. DX 2 Selasa, 09-02- S: An. M mengatakan BAB 3x
2021 O:
08.10 - Konsistensi BAB cair
- Konjungtiva pucat
- Turgor kulit kembali cepat
A: Masalah teratasi
sebagian Chika
P: Lanjutkan intervensi 1-4
I:
08.20 Mengobservasi diare
- BAB 2x
- Konsistenai BAB cair
55
Chika
3. DX 3 Selasa, 09-02- S: pasien mengatakan nyeri
2021 berkurang
07.30 O: pasien meringis, skala
nyeri 3
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4
I:
Mengidentifikasi respon
nyeri non verbal
08.10 - Pasien meringis
- Pasien mengeluh nyeri, skala
3
Memonitor TTV
- TD: 100/ 80 mmHg; RR: 22
x/menit; Nadi: 94 x/menit
08.20 Memberikan obat injeksi
ketorolac 2x10 mg diberikan
08.30 secara IV
- Obat masuk melalui selang
infus
mengajarkan pasien teknik
10.40 distraksi bermain atau
membaca majalah
- Pasien mau bermain dengan
perawat
56
E:
S: Pasien mengatakan nyeri
berkurang skala nyeri 3
O:
- pasien tampak tenang
- TD: 100/ 80
- RR: 22 x/menit
- Nadi: 94 x/menit
A: Masalah nyeri akut belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-4
57
PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan tentang perbandingan antara teori dan kasus kelolaan dari
Pasien yang dikelola oleh penulis adalah An. M dengan gastroenteritis akut. Asuhan
A. PENGKAJIAN
data dasar tentang kesehatan klien baik fisik, psikologis, maupun emosional.
Data dasar ini digunakan untuk menetakan status kesehatan klien, menemukan
masalah aktual ataupun potensial, serta sebagai acuan dalam memberi edukasi
pada klien. Hal yang dikaji bukan hanya kondisi fisik klien, tetapi juga kegiatan
fisik dan gaya hidup klien setiap hari. Cara mengumpulkan data dapat dilakukan
58
59
dengan empat cara, yaitu: observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan studi
dokumentasi.
Pada tahap pengkajian kasus kelolaan, penulis memperoleh data dengan cara
pengkajian yang diperoleh penulis pada tanggal 08 Februari 2021 terhadap An. M
1. Data senjang:
perut, O: nyeri sejak 2 hari yang lalu, P: nyeri dirasakan saat setelah
teori, pada pengkajian penulis didapat beberapa data subjektif dan objektif
gastroenteritis akut hari ke 0 yaitu yang pertama nyeri akut, hipertemia, dan
61
Gastroenteritis Akut atau diare akut merupakan diare yang berlangsung dalam
waktu kurang dari 14 hari yang mana ditandai dengan peningkatan volume,
frekuensi, dan kandungan air pada feses yang paling sering menjadi
penyebabnya adalah infeksi dari virus, bakteri dan parasit, dimana sertai
gejala mules, mual/ muntah dan rasa sakit dibagian abdomen dimana dapat
menyebabkan nyeri dibagian perut akibat infeksi virus, bakteri dan parasit,
turun akibat diserang bakteri, virus dan parasit yang menyebabkan infeksi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Rumusan diagnosis disusun sesuai teori yang meliputi tiga komponen untuk
diagnosis keperawatan resiko terdiri dari dua komponen yaitu masalah dan
penyebab.
dan penyakit
terkait penyakit.
data yang dapat dan sesuai dengan kasus asuhan keperawatan yang dikelola,
yaitu :
hebat melalui rute normal, kehilangan cairan melalui rute abnormal, dan
hari saat di kaji 2 gelas, keluhan mual dan muntah tidak ada, penurunan
lancar, warna kuning, bau khas urine, muka tidak pucat, mata tidak
ditegakan.
gangguan sensasi rasa, berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat
enggan maka, asupan makanan kurang dari RDA, bising usus hiperaktif,
tidak ada, BB tetap 30 kg, BAB frekuensi 3x, konsistensi cair, BAK
frekuensi 3x, lancar, warna kuning, bau khas urine, muka tidak pucat,
dapat ditegakan.
ini tidak muncul dikarenakan tidak ditemukan data yang terkait dengan
makan 3x sehari, banyak minum dalam 1 hari 2 gelas, keluhan mual dan
muntah tidak ada, BAB : frekuensi 3x, konsistensi cair, BAK frekuensi
3x, lancar, pasien mandi 2x sehari dibantu ibunya, kulit kepala bersih,
muka simetris, tidak edema, mata simetris, daerah sekitar mata agak
hitam, namun mata tidak cekung, telinga bersih, leher bersih, tidak ada
kelenjar tiroid, punggung tidak ada luka, abdomen tidak ada lesi,
tampak clubbing finger, CRT 2 detik, tidak ada varises, tidak ada edema.
ditegakan.
2018). Diagnosa ini tidak muncul dikarenakan tidak ditemukan data yang
dengan suasana dengan rumah sakit, tetapi anak dapat tidur selama 6 jam,
dapat ditegakan.
39,1oC. RR: 25x/menit, tipe banyaknya minum dalam 1 hari saat dikaji 2
gelas, keluhan mual dan muntah tidak ada, BAB frekuensi 3x, konsistensi
cair, BAK 3x, lancar, warna kuning, bau khas urine, Berdasarkan data
ditegakan.
terkait penyakit.
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, dan
gelisah, tampak tegang, dan sulit tidur. Gejala dan tanda minor: subjektif
muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih,
pasien gelisah karna nyeri perut dan takut ditinggal oleh ibunya, dapat
keaddan saat ini, pengambilan keputusan dibantu sama orang tua, orang
yang diharapkan untuk menemani selama rumah sakit adalah ibu pasien.
C. PERENCANAAN
1. Observasi:
a. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
b. Monitor warna kulit dan suhu
c. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan
yang tak dirasakan
d. Monitor urin output
2. Terapeutik:
a. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada
fase demam.
b. Hentikan aktivitas pendinginan jika suhu tubuh mencapai 390C
c. Longgarkan atau lepaskan pakaian
d. Tempatkan pasien pada air dingin yang dapat ditoleransi pasien
untuk menghindari menggigil
3. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala Hipertermia.
b. Anjurkan dorongan konsumsi cairan.
c. Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan.
d. Anjurkan menghindari aspirin untuk anak-anak
71
1. Observasi:
a. Monitor tanda dan gejala diare
b. Identifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare
c. Amati turgor kulit secara berkala
d. Timbang pasien secara berkala
e. Ukur diare/ ouput pencernaan
2. Terapeutik:
a. Berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan
porsi secara bertahap
b. Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan perut misalnya : (nutrisi
oral, diet cair).
c. Evaluasi profil pengobatan terhadap adanya efek samping pada
gatrointestinal
72
3. Edukasi
a. Anjurkan pasien menghindari makanan pedas dan yang menimbulkan
gas dalam perut
b. Anjurkan pasien untuk mencoba menghindari makanan yang
mengandung laktosa
c. Anjurkan diet rendah serat, tinggi protein, tinggi kalori, sesuai
kebutuhan
d. Anjurkan pasien cara menuliskan diari makanan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat antidiare secara tepat
b. Kolaborasi pemberian cairan melalui IV
c. Beritahu dokter jika terjadi peningkatan frekuensi atau suara perut
d. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala diare menetap
Intervensi diagnosis Diare berhubungan dengan ditandai inflamasi
gastrointestinal yang dibuat penulis:
1. Observasi
a. Kaji tingkat nyeri yang komprehensif : lokasi, durasi, karakteristik,
frekuensi, intensitas, faktor pencetus, sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangan.
b. Observasi vital sign dan skala nyeri.
c. Observasi tanda nonverbal dari ketidaknyamanan.
d. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
73
2. Terapeutik:
a. Berikan tehnik non farmakologis kepada klien dan keluarga :
relaksasi, distraksi, terapi musik, terapi bermain,terapi aktivitas,
akupresur, kompres panas/ dingin, masase. imajinasi terbimbing
(guided imagery),hipnosis (hipnoterapy) dan pengaturan posisi.
b. Kontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan : suhu ruangan, cahaya, kegaduhan.
c. Fasilitasi istirahat dan tidur.
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
3. Edukasi
a. Informasikan kepada klien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri : misal klien cemas, kurang tidur, posisi tidak
rileks.
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri .
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi medis untuk pemberian analgetik, fisioterapis.
Intervensi diagnosis nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis
yang dibuat oleh penulis:
D. IMPLEMENTASI
majalah, dll.
keperawatan.
75
E. EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi hasil dan proses. Evaluasi hasil
berfokus pada perubahan perilaku atau status kesehatan pada akhir tindakan
tujuan hasil yaitu suhu tubuh dalam batas normal (36 – 370C) dan Nadi
mengatakan sudah tidak mengeluh nyeri, nyeri yang dirasakan dalam skala
nyeri, mampu mengenali penyebab nyeri dan penurunan skala nyeri 1-3.
F. DOKUMENTASI
keperawatan merupakan catatan penting yang dibuat oleh perawat baik dalam
kasus ini sudah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip dan legal etik
perawat di ruangan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
perutnya sakit 2 hari yang lalu, tetapi An.M masih bisa menahan sakit
juga sempat periksa ke klinik dekat rumah, tetapi belum sembuh juga.
mual, muntah dan BAB cair tak terhitung. Akhirnya orang tua
tergantung pada kondisi pasien, tanda dan gejala yang muncul, serta
B. Saran
1. Untuk mahasiswa
78
79
2. Untuk perawat
Chow C, dan Rice S. 2010. “Qualified Audit and Auditor Changes” The
Accounting Review, Vol.LVII,No.2,pp, 326-335.
https://www.slideshare.net/CahyaZTC64/anfis-sistem-pencernaan
http://pahamify.com/blog/artikel/biologi-sistem-pencernaan-manusia/
Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S. Kp, M. App. Sc, dkk. (2018). NANDA-I Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018 – 2020. Jakarta : EGC.
Simadibrata. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.
80
81