Materi 1. Konsep Sifokes.
Materi 1. Konsep Sifokes.
1.Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang biasanya diterapkan dalam
suatu organisasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan informasi yang
dihasilkan dibutuhkan olehsemua tingkatan manajemen
(Kristianto,2003).
2.SIM adalah sebuah system manusia atau mesin yang terpadu (integrated) untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002).
3.SIM adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama
dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara satu bagian
dengan lainnya menggunakan cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data,
menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing) dan
menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar pengambilan keputusan
yang berguna danmempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat
itu juga maupun dimasa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan
strategis organisasi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dantersedia
bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta,2004)
Peranan Manajemen Sistem Informasi Kesehatan
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building
block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen
(building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
System pelaporan informasi kesehatan rutin dari fasilitas kesehatan pun tidak berjalan dengan
baik. Teknologi informasi memberi berbagai kemudahan dalam proses manajemen di
segala bidang.
Dengan teknologi Informasi, data dan informasi dapat diolah dan didistribusikan secara
lebih mudah, cepat, akurat, dan fleksibel. Hal ini mendorong semakin dibutuhkannya
pemanfaatan teknologi informasi dalam berbagai kegiatan.
World Health Organization menilai bahwa investasi system informasi menuai
beberapa keuntungan, antara lain :
a.Membantu pegambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah
kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
b.Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif, evaluasi, dan
inovasi melalui penelitian.
c.Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru dan akuntabilitas, cara yang
digunakan Data yang diperlukan dalam system informasi kesehatan yang
komprehensif berkisar dari data kelahiran, morbiditas, dan mortalitas untuk jenis
dan lokasitenaga kesehatan, dengan jenis dan kualitas pelayanan klinis yang
diberikan di tingkat nasional dan sub-nasional dan akhirnya dengan indokator
penduduk, seperti sebaai demografi dan status social ekonomi.
Informasi kesehatan dapat dibagi menjadi lima domain yang berbeda, yaitu :
1.Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh pemerintah daerah.
2.Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat
interoperable dengan jaringan lain.
3.Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong
pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan
kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan.
4.Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam
teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area
Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem
informasi pemerintah daerah.
5.Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan
memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi
teknologi informasi yang komprehensif.
6.Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menganalisis,
memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis data/informasi
bagi seluruh stakeholders.
7.Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access
point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara
luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan
sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya.
early detection ang prompt treatment, disability limitation, rehabilitation adalah upaya-
upaya pada masa “pathogenesis”.
Upaya kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self care), oleh
keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat (misalnya, perkumpulan jantung
sehat).
UKP kedua lebih menekankan pada pelayanan periode “pathogenesis” (disability limitation,
rehabilitation).
Upaya ini dilaksanakan di institusi pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit.
a.Pelayanan medic mandiri (self care and family medical care) Yang dilaksanakan oleh
pribadi kelompok masyarakat; aktifitas ini bisa dilaksanakan oleh masing-masing individu,
bisa secara berkelompok; aktifitas ini bisa dilaksanakan sebelum orang menderita sakit
(misalnya, dalam klub jantung sehat), bisa juga setelah orang menderita penyakit atau
kecacatan (misalnya, klub stroke).
b.Pelayanan medic dasar/primer (essential medical care and basic speciality care Ada yang
menyebutnya preventife medical care atau primary medical care)
Pelayanan ini diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta/kelompok masyarakat.
Idealnya pelayanan ini dilaksanakan oleh dokter keluarga yang merupakan gate keeper dari
pelayanan rujukan.
Pelayanan medic dasar ini dilaksanakan di puskesmas pemerintah, balkesmas swasta
serta dokter praktek perorangan swasta.
c.Pelayanan medic skunder/rujukan awal
Pelayanan ini dilaksanakan dirumah sakit dengan kemampuan nonspesialistik/spesialiatik
dasar (dulu dikenal dengan sebutan rumah sakit tipe D), sampai kerumah sakit dengan
kemampuan pelayanan spesialistik empat dasar( dikenal dengan nama rumah sakit tipe
C) ataupun dirumah sakit dengan kemampuan pelayanan lebih dari empat spesialisme
plus beberapa spesialisme dasar (dikenal dengan nama rumah sakit tipe B- awal).
Rumah sakit rujukan awal ini biasanya ada di ibu kota kabupaten dan kota madya.
d.Pelayanan medic tersier/rujukan lanjut. Pelayanan ini dilaksanakan dirumah sakit dengan
kemampuan pelayanan semua spesialisme plus beberapa subspesialisme(dikenal dengan
nama rumah sakit tipe-B lanjut atau dirumah sakit dengan kemampuan semua spesialisme
dengan seluruh subspesialismenya(rumahsakit tipe A).
diindonesia rumah sakit rujukan lanjut ini semuanya berfungsi sebagai rumah
sakit pendidikan.
Upaya keseluruhan pada butir-butir diatas yang saling berhubungan (saling berkaitan,
saling berpengaruh, saling bergantung) satu sama lain, diselengarakan dalam satu
daerah/ kabupaten/kota dalam satu system kesehatan daerah.
Rumah Sakit Sebagai Satu Sistem System adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
bagian - bagian (yang dinamakan subsistem), bagian tersebut saling berkaitan (interelasi)
saling berpengaruh (interaksi), serta saling bergantung (interdependensi) satu sama lain.
“system” yang sempurna adalah tubuh kita.
Dari sudut operasional rumah sakit sebagai satu system, dikenal subsistem pelayanan
(instalasi rawat jalan, rawat inap, bedah pusat, dan lain-lain), dan subsistem manajemen/
administrasi pelayanan. Dari sudut kewenangan (power), dikenal sub system pemilik, subsistem
professional kesehatan dan subsistem manajemen.
Kewenangan yang dimiliki pemilik adalah merupakan kewenangan yang diberikan olegh
kekuasaan birokrasi. Kewenangan tersebut dinamakan kewenangan birokrasi dan ditandai
oleh adanya SK (surat keputusan) dari birokrasi diatasnya.
Kewenangan birokrasi yang dimiliki pemilik dilaksanakan secara operasional oleh satu
intitas birokrasi yang dibentuk oleh pemilik melalui satu surat keoutusan (SK).
Kewenangan yang dimiliki profesi didapat melalui pendidikan yang terstruktur,
berjenjang (sarjana kedokteran, dokter umum, dokter spesialis, dokter subspesialis,
dan seterusnya) dan kewenangan tersebut ditandai dengan sertifikasi kopetensi oleh
asosiasi profesi/kolegium kedokteran bidang ilmu terkait.
Sebagai contoh, dalam pengelolaan profesi dirumah sakit, maka sebagai satu system,
ketergantungan dan saling berpengaruh antara satu subsistem dengan subsistem lain
dalam system rumah sakit pasti terjadi.
Contoh lain, diluar negeri yang gencar tuntunan hukum terdapat profesi dokter, maka tindakan
profesi yang tidak benar akan berdampak pada keuangan ruumah sakit. Itulah sebabnya resiko
kesakitan ataupun resiko kematian perlu dikaitkan juga dengan resiko keuangan rumah sakit.
Keseluruhan tata cara pengelolaan yang berlaku dirumah sakit ini ditetapkan bersama-
sama oleh unsure profesi dengan unsure birokrasi, yang dibanyak rumah sakit ketentuan
dinamakan hospital by law.
Secara keseluruhan, system informasi pelayanan profesi dirumah sakit dengan system
informasi administrasi pelayanan profesi harus dikuasai secara terpadu oleh profesi yang
bekerja dibidang manajemen informasi kesehatan (di indonesia bernaung dibawah organisasi
PORMIKI).
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional dan
Tantangan Masa Depan System informasi manajemen rumah sakit merupakan salah satu
bagian dari system informasi upaya pelyanan kesehatan perorangan dan SIUKP ini
merupakan bagian dari system informasi pelayanan kesehatan, yang kemudian merupakan
bagian dari system informasi kesehatan (SIK), (Sudarmono,2001).
Dengan berlakunya UU praktek kedokteran 2004, maka tindakan para dokter harus bias
dipertanggung jawabkan secara hukum disamping dipertanggung jawabkan secara profesi
(hal terakhir ini sudah dilaksanakan para dokter sebelum UU tersebut).
Pertanggungjawaban penyelengaraan profesi secara hukummemeerlukan bukti- buki hukum
tertulis, dan bagian yang sangat inti dari penyelenggaraan profesi ini ada dalam Remkam
Medik. Menghadapi tiga hal tersebut (globalisasi, otonomi daerah dan perkembangan teknologi
informasi), disamping diperlukan kesatuan Visi dan Misi (Sudarmono,2000)
REFERNSI
Kapita, selekta. 2006. Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Unioversitas
Gadja
Mada Wulandari, R. 2009. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Berbasis Komputer. Semarang: Universitas