Anda di halaman 1dari 8

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Manajemen Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah


integrasi antara perangkat, prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus
informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan
informasi kesehatan di semua tingkt pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi
untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program
kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi,
pengembangan

program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi terhadap pelaksanaan


program-program kesehatan. Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan
informasi di seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam
rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat.

Peraturan perundang- undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan


adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002
tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana
keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen
kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan
dengan sistem informasi nasional.
Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang
disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu.

Berikut adalah beberapa definisi dari system informasi manajemen, yaitu :

1.Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang biasanya diterapkan dalam
suatu organisasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan informasi yang
dihasilkan dibutuhkan olehsemua tingkatan manajemen
(Kristianto,2003).
2.SIM adalah sebuah system manusia atau mesin yang terpadu (integrated) untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002).
3.SIM adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama
dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara satu bagian
dengan lainnya menggunakan cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data,
menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing) dan
menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar pengambilan keputusan
yang berguna danmempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat
itu juga maupun dimasa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan
strategis organisasi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dantersedia
bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta,2004)
Peranan Manajemen Sistem Informasi Kesehatan

Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building
block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen
(building block) sistem kesehatan tersebut adalah:

1.Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan).


2.Medical product,vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi
kesehatan).
3.Health worksforce (tenaga medis).
4.Health system financing (system pembiayaan kesehatan).
5.Health information system (sistem informasi kesehatan).
6.Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah) Informasi kesehatan
selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi,
penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program,
pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi.

Subsistem dalam system informasi kesehatan secara umum meliputi :

a.Survailans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi


lingkungan dan factor resiko)
b.Pelaporan rutin dari puskemas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah, gudang
farmasi, praktek swasta.
c.Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi, HIV/AIDS, yang
biasanya bersifat vertical
d. System administrative, meliputi system pembiayaan, keuangan, system kepegawaian,
obat dan logistic, program pelatihan, penelitian dan lain- lain
e.Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun imigrasi Jika dicermati, komponen
tersebut tidak hanya tanggung jawab sector kesehatan semata, tetapi juga lintas sector
lainnya seperti statistic vital kependudukan, data kelahiran, data kematian.

System pelaporan informasi kesehatan rutin dari fasilitas kesehatan pun tidak berjalan dengan
baik. Teknologi informasi memberi berbagai kemudahan dalam proses manajemen di
segala bidang.
Dengan teknologi Informasi, data dan informasi dapat diolah dan didistribusikan secara
lebih mudah, cepat, akurat, dan fleksibel. Hal ini mendorong semakin dibutuhkannya
pemanfaatan teknologi informasi dalam berbagai kegiatan.
World Health Organization menilai bahwa investasi system informasi menuai
beberapa keuntungan, antara lain :
a.Membantu pegambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah
kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
b.Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif, evaluasi, dan
inovasi melalui penelitian.
c.Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru dan akuntabilitas, cara yang
digunakan Data yang diperlukan dalam system informasi kesehatan yang
komprehensif berkisar dari data kelahiran, morbiditas, dan mortalitas untuk jenis
dan lokasitenaga kesehatan, dengan jenis dan kualitas pelayanan klinis yang
diberikan di tingkat nasional dan sub-nasional dan akhirnya dengan indokator
penduduk, seperti sebaai demografi dan status social ekonomi.

Informasi kesehatan dapat dibagi menjadi lima domain yang berbeda, yaitu :

1.Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku, keturunan, lingkungan,


social ekonomi dan demografi.
2.Input system kesehatan, yang meliputi kebijakan, pembiayaan, sumber daya,
dan organisasi.
3.Output system kesehatan meliputi, informasi kemampuan pelayanan dan
kualitas.
4.Hasil system kesehatan meliputi, pemanfaatan pelayanan.
5.Status kesehatan meliputi, angka kematian, kesakitan atau ketidakmampuan,
dan kesejahteraasn. Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional,
SIK merupakan bagian dari sub sistem
6 yaitu pada sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan.
Sub sistem manajemen dan informasi kesehatan merupakan subsistem yang
mengelola fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi kesehatan
dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya
kesehatan nasional agar berhasil guna, berdaya guna, dan mendukung penyelenggaraan
ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai satu kesatuan yang terpadu.

Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia, yaitu:


1.Upaya kesehatan
2.Penelitian dan pengembangan kesehatan
3.Pembiayaan kesehatan
4.Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
5.Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6.Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7.Pemberdayaan masyarakat.

Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun komitmen


setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem Informasi kesehatan
berjalan dengan baik dan yang lebih terpenting menggunakan teknologi komputer dalam
mengimplementasikan Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information
System).
Melalui hasil pengembangan sistem informasi ini maka diharapkan dapa
menghasilkan hal-hal sebagai berikut :

1.Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh pemerintah daerah.
2.Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat
interoperable dengan jaringan lain.
3.Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong
pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan
kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan.
4.Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam
teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area
Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem
informasi pemerintah daerah.
5.Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan
memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi
teknologi informasi yang komprehensif.
6.Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menganalisis,
memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis data/informasi
bagi seluruh stakeholders.
7.Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access
point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara
luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan
sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya.

early detection ang prompt treatment, disability limitation, rehabilitation adalah upaya-
upaya pada masa “pathogenesis”.

Dalam system pendanaanya, produk pelayanan kesehatan masyarakt umumnya


merupakan public goods sehingga didanai oleh pemerintah.
Produk pelayanan kesehatan
perorangan bisa didanai oleh pemerintah (kalau dianggap public goods misalnya,
pengobatan penderita ppenyakit TBC sebagai bagian dari upaya pemberantasan penyakit
TBC), bisa didanai oleh perorangan sendiri (murni merupakan privat goods yang bisa
langsung out of pocket ataupun melalui asuransi pribadi/privat insurance). Pembiayaan
pelayanan juga bisa campur antara pemerintah dan masyarakat (public-privat mix).

SISTEM KESEHATAN DAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


UPAYA PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN (UKP)

Dalam subsistem pelayanan kesehatan perorangan dalam kerangka keseluruhan system


kesehatan, terdapat berbagai upaya kesehatan perorangan (UKP) terdapat UKP
yang diselenggarakan dengan objek utama adalah penanganan pada periode “pre
pathogenesis” dan UKP dengan objek utama penanganan pada periode “pathogenesis”.
UKP pertama lebih menekankan upaya promosi kesehatan perorangan /health
promotion(misalnya mengajarkan pola hidup sehat pada pasien dan keluarga pasien
stroke/pasien penyakit jantung.

Upaya kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self care), oleh
keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat (misalnya, perkumpulan jantung
sehat).

UKP kedua lebih menekankan pada pelayanan periode “pathogenesis” (disability limitation,
rehabilitation).

Upaya ini dilaksanakan di institusi pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit.

Untuk penyakit yang banyak terjadi di masyarakat (common diseases) pelayanan


dilaksanakan di rumah sakit rujukan awal (primary hospital system) dimana penanganan secara
satu disiplin ilmu dapt dilaksanakan dengan baik.

Untuk penyakit yang penanganannya membutuhkan penanganan yang multidisiplin sederhana,


pelayanan dilaksanakan dirumah sakit rujukan lanjutan (secondary hospital system).

Untuk penyakit yang penanganannya membutuhkan penanganan multidisiplin kompleks,


pelayanan dilaksanakan dilaksanakan dirumah sakit rujukan lanjut (tertiary hospital system).
Untuk Negara yang sangat maju ada pelayanan yang diutamakan dalam rangka
pengembangan ilmu (dengan pelayanan yang tetap berbasis pada kebutuhan pasien,
bukan berbasis pada pengembangan ilmu), pelayanan dilaksanakan dirumah sakit
untuk pengembangan ilmu (quaternary hospital).

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Perorangan di Indonesia dan Lingkungannya


seperti telah diutarakan diatas, pelayanan kesehatan perorangan (medical service,
pelayanan medic) dapat dikategorikan dalam 4 kategori :

a.Pelayanan medic mandiri (self care and family medical care) Yang dilaksanakan oleh
pribadi kelompok masyarakat; aktifitas ini bisa dilaksanakan oleh masing-masing individu,
bisa secara berkelompok; aktifitas ini bisa dilaksanakan sebelum orang menderita sakit
(misalnya, dalam klub jantung sehat), bisa juga setelah orang menderita penyakit atau
kecacatan (misalnya, klub stroke).

b.Pelayanan medic dasar/primer (essential medical care and basic speciality care Ada yang
menyebutnya preventife medical care atau primary medical care)
Pelayanan ini diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta/kelompok masyarakat.
Idealnya pelayanan ini dilaksanakan oleh dokter keluarga yang merupakan gate keeper dari
pelayanan rujukan.
Pelayanan medic dasar ini dilaksanakan di puskesmas pemerintah, balkesmas swasta
serta dokter praktek perorangan swasta.
c.Pelayanan medic skunder/rujukan awal
Pelayanan ini dilaksanakan dirumah sakit dengan kemampuan nonspesialistik/spesialiatik
dasar (dulu dikenal dengan sebutan rumah sakit tipe D), sampai kerumah sakit dengan
kemampuan pelayanan spesialistik empat dasar( dikenal dengan nama rumah sakit tipe
C) ataupun dirumah sakit dengan kemampuan pelayanan lebih dari empat spesialisme
plus beberapa spesialisme dasar (dikenal dengan nama rumah sakit tipe B- awal).
Rumah sakit rujukan awal ini biasanya ada di ibu kota kabupaten dan kota madya.

d.Pelayanan medic tersier/rujukan lanjut. Pelayanan ini dilaksanakan dirumah sakit dengan
kemampuan pelayanan semua spesialisme plus beberapa subspesialisme(dikenal dengan
nama rumah sakit tipe-B lanjut atau dirumah sakit dengan kemampuan semua spesialisme
dengan seluruh subspesialismenya(rumahsakit tipe A).
diindonesia rumah sakit rujukan lanjut ini semuanya berfungsi sebagai rumah
sakit pendidikan.

Upaya keseluruhan pada butir-butir diatas yang saling berhubungan (saling berkaitan,
saling berpengaruh, saling bergantung) satu sama lain, diselengarakan dalam satu
daerah/ kabupaten/kota dalam satu system kesehatan daerah.

Upaya kesehatan perorangan/Rumah sakit dan Berbagai Stakeholder dan


lingkungan-Strateginya.

Rumah Sakit Sebagai Satu Sistem System adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
bagian - bagian (yang dinamakan subsistem), bagian tersebut saling berkaitan (interelasi)
saling berpengaruh (interaksi), serta saling bergantung (interdependensi) satu sama lain.
“system” yang sempurna adalah tubuh kita.

Subsistem syaraf otak mengindra sesuatu yang menakutkan mengakibatkan tubuh


bereaksi terhadapnya. Reaksi berupa “lari”, yang dilaksanakan oleh system musculoskeletal,
sambil orang tersebut lari terkencing - kencing diakibatkan oleh subsistem urogenital, dan
sebagainya.

Dari sudut operasional rumah sakit sebagai satu system, dikenal subsistem pelayanan
(instalasi rawat jalan, rawat inap, bedah pusat, dan lain-lain), dan subsistem manajemen/
administrasi pelayanan. Dari sudut kewenangan (power), dikenal sub system pemilik, subsistem
professional kesehatan dan subsistem manajemen.
Kewenangan yang dimiliki pemilik adalah merupakan kewenangan yang diberikan olegh
kekuasaan birokrasi. Kewenangan tersebut dinamakan kewenangan birokrasi dan ditandai
oleh adanya SK (surat keputusan) dari birokrasi diatasnya.

Kewenangan birokrasi yang dimiliki pemilik dilaksanakan secara operasional oleh satu
intitas birokrasi yang dibentuk oleh pemilik melalui satu surat keoutusan (SK).
Kewenangan yang dimiliki profesi didapat melalui pendidikan yang terstruktur,
berjenjang (sarjana kedokteran, dokter umum, dokter spesialis, dokter subspesialis,
dan seterusnya) dan kewenangan tersebut ditandai dengan sertifikasi kopetensi oleh
asosiasi profesi/kolegium kedokteran bidang ilmu terkait.

Secara operasional komite medic melaksanakan tugas professional


governance dalam masalah yang berkaitan dengan profesi dan profesionalisme, misalnya :

a.Pengelolaan tumpang tindih kewenangan profesi yang bekerja dirumah sakit.


b.Pengelolaan penggunaan antibiotic oleh semua spesialisasi.
c.Melakukan seleksi para professional yang akan
bekerja dirumah sakit, untuk menilai
kemampuan profesionalnya (credentialing).
d.Melaksanakan monitoring dan evaluasi mengenai kinerja profesi para professional yang
bekerja diumah sakit.
e.Dan lain-lainnya baik yang murni berkaitan hanya dengan keprofesian,
maupun yang berkaitan dengan hal-hal diluar profesi.

Sebagai contoh, dalam pengelolaan profesi dirumah sakit, maka sebagai satu system,
ketergantungan dan saling berpengaruh antara satu subsistem dengan subsistem lain
dalam system rumah sakit pasti terjadi.
Contoh lain, diluar negeri yang gencar tuntunan hukum terdapat profesi dokter, maka tindakan
profesi yang tidak benar akan berdampak pada keuangan ruumah sakit. Itulah sebabnya resiko
kesakitan ataupun resiko kematian perlu dikaitkan juga dengan resiko keuangan rumah sakit.
Keseluruhan tata cara pengelolaan yang berlaku dirumah sakit ini ditetapkan bersama-
sama oleh unsure profesi dengan unsure birokrasi, yang dibanyak rumah sakit ketentuan
dinamakan hospital by law.

Manajemen Rumah Sakit di Indonesia


dan Kebutuhan Data serta Informasinya
Manajemen rumah sakit berkembang dai waktu ke waktu. Pada sesudah perang dunia
ke-2, manajemen rumah sakit dilaksanakan dengan sangat murni sebagai lembaga social
(philanthrop). Pengambilan keputusan manajerial tidak pernah dilaksanakan dengan
memakai asas ekonomi, seperti membandingkan produksi dan biaya(efisiensi). Sitem
informasi yang berkembang dirumah sakit hanyalah berorientasi pada pelayanan mediknya
saja.

Perkembangan IPTEK kedokteran dan kesehatan berkembang pesat, biaya pelayanan


kesehatan yang dibiayai pemerintah naik dengan tajam. Ini menyebabkan pemerintah
tidak berkemampuan untuk mendanai pelayanan kesehatan secara penuh, sehingga
diharapka masyarakat ikut mendanai pelayanan kesehatan. Hal ini dimungkink
an karena pada pelayanan medic khususnya dirumah sakit, komponen privat goods
cukup besar sehingga bila dikelola menurut asas ekonomi (yang tetap bersifat social)
akan mengakibatkan masyarakat dapat ikut mendanai pelayanan rumah sakit. Manajemen
rumah sakit kemudian berkembang menjadi sifat sosio-ekonomis. Muncullah sistilah “rumah
sakit swadana” yang system informasinya mulai membandingkan produksi dengan biaya
produkasi. System informasi rumah sakit juga berkembang, tidak saja bertujuan
“membelanjakan uang untuk pelayanan”’ tetapi dihitung biaya satuan dari tiap-tiap produkasi
pelayanan.Dalam pengelolaan perusahaan, maka sisa hasil usaha atau yang dalam usaha
nonsosial disebut sebagai “profit”, menjadi salah satu tujuan dan ini juga berkaitan dengan
tujuan efisiensi rumah sakit.

Secara keseluruhan, system informasi pelayanan profesi dirumah sakit dengan system
informasi administrasi pelayanan profesi harus dikuasai secara terpadu oleh profesi yang
bekerja dibidang manajemen informasi kesehatan (di indonesia bernaung dibawah organisasi
PORMIKI).

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional dan
Tantangan Masa Depan System informasi manajemen rumah sakit merupakan salah satu
bagian dari system informasi upaya pelyanan kesehatan perorangan dan SIUKP ini
merupakan bagian dari system informasi pelayanan kesehatan, yang kemudian merupakan
bagian dari system informasi kesehatan (SIK), (Sudarmono,2001).

Dengan berlakunya UU otonomi daerah, keter paduan system informasi kesehatan


didaerah otonom dengan system informasi dipusat merupakan syarat mutlak bagi keterpaduan
Visi, Misi, strategi dibidang kesehatan didaerah dengan
visi, misi dan strategi tingkat nasional (Sudarmono, 2000).

Dengan berlakunya UU praktek kedokteran 2004, maka tindakan para dokter harus bias
dipertanggung jawabkan secara hukum disamping dipertanggung jawabkan secara profesi
(hal terakhir ini sudah dilaksanakan para dokter sebelum UU tersebut).
Pertanggungjawaban penyelengaraan profesi secara hukummemeerlukan bukti- buki hukum
tertulis, dan bagian yang sangat inti dari penyelenggaraan profesi ini ada dalam Remkam
Medik. Menghadapi tiga hal tersebut (globalisasi, otonomi daerah dan perkembangan teknologi
informasi), disamping diperlukan kesatuan Visi dan Misi (Sudarmono,2000)

REFERNSI

Kapita, selekta. 2006. Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Unioversitas
Gadja
Mada Wulandari, R. 2009. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Berbasis Komputer. Semarang: Universitas

Anda mungkin juga menyukai