Anda di halaman 1dari 11

INTEGRASI PjBL DALAM STEM EDUCATION

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan ketrampilan
proses sains siswa materi usaha dan energi serta mengetahui ada tidaknya
signifikan peningkatan ketrampilan proses sains dengan pembelajaran PjBL
berbasis STEM.
Penelitian ini dilakukan melalui metode pra-eksperimen dengan desain one
group pre-test dan post test. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Cluster
Random Sampling (sampel acak kelompok). Responden yang terlibat dalam
penelitian ini adalah 32 peserta didik kelas X-MIPA 6 di SMA N 1 Yogyakarta.
Proses pengidentifikasi perkembangan kemampuan ketrampilan proses sains siswa
dianalisis berdasarkan analisis keuntungan yang dinormalitaskan dan ada tidaknya
signifikan peningkatan ketrampilan proses sains dianalis uji-T one group pre-test
dan post test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketrampilan proses sains siswa
meningkat 17,35% pada ketrampilan mengajukan pertanyaan, 17,15% pada
ketrampilan merumuskan hipotesis, 16,74% pada ketrampilan merencanakan
percobaan, 16,84% pada ketrampilan menafsirkan dan 17,52% pada ketrampilan
mengkomunikasikan. Berdasarkan hasil analisis uji-T one group pre-test dan post-
test diperoleh nilai rata-rata ketrampilan proses sains siswa meningkat dari 66,80
menjadi 78,40 dengan N-gain 0.60 dan sig* 0.00 < 0.05. Dari hasil angket
tanggapan siswa terhadap penerapan PjBL berbasis STEM secara keseluruhan
adalah sebesar 78,21%. Siswa menunjukkan respon positif dan senang terhadap
penerapan PjBL berbasis STEM dalam pembelajaran Usaha dan energi. Hasil ini
menunjukkan bahwa penerapan PjBL berbasis STEM dalam pembelajaran fisika
materi usaha dan energi dapat meningkatkan ketrampilan proses sains dengan
kategori sedang.

Kata kunci: Ketrampilan Proses Sains, PjBl, STEM EDUCATION

PENDAHULUAN
Salah satu model pembelajaran sains pada kurikulum 2013 adalah Project
Based Learning (PjBL). Pembelajaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar siswa maupun perolehan konsep
dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis
proyek. Pembelajaran berbasis proyek lebih sesuai dalam pembelajaran
interdisipliner karena secara alami melibatkan banyak keterampilan akademik yang
berbeda, seperti membaca, menulis, dan matematika serta sesuai dalam
membangun pemahaman konseptual melalui asimilasi mata pelajaran yang berbeda
(Capraro, Capraro, Morgan, & Slough, 2013, p. 52), sehingga PjBL diharapkan
dapat membangun literasi sains dan ketrampilan proses sains pada siswa.
Pembelajaran saat ini perlu mengikuti perkembangan zaman di era
globalisasi salah satunya dengan mengintegrasikan Science, Technology,
Engineering, dan Mathematics (STEM). Keterkaitan antara sains dan teknologi
maupun ilmu lain tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran sains. STEM
merupakan displin ilmu yang berkaitan erat satu sama lain.Sains memerlukan
matematika sebagai alat dalam mengolah data, sedangkan teknologi dan
teknikmerupakan aplikasi dari sains. Pendekatan STEM dalam pembelajaran
diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa melalui
integrasi pengetahuan, konsep, dan keterampilan secara sistematis. Beberapa
manfaat dari pendekatan STEM membuat siswa mampu memecahkan masalah
menjadi lebih baik, inovator, inventors, mandiri, pemikir logis, dan literasi
teknologi (Morrison dalam Stohlmann, Moore, & Roehrig, 2012, p. 29).
Pembelajaran sains dengan pendekatan STEM melatih peserta didik dalam
berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi dan berkomunikasi dalam upaya menanamkan
pendidikan karakter serta peduli lingkungan. Oleh karena itu pembelajaran dengan
pendekatan STEM berbasis lingkungan mendukung tuntutan pendidikan dalam
menghadapi abad 21 yang juga merupakan target kompetensi di dalam kurikulum
2013. Pembelajaran Abad 21 merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan
kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta
penguasaan terhadap teknologi. Kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21 juga
merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills
(HOTS) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam
menghadapi tantangan global.

Dalam konteks pendidikan dasar dan menengah, Pendidikan STEM


bertujuan mengembangkan peserta didik yang melek STEM (Bybee, 2013:5), yang
mempunyai: (1) pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mengidentifikasi
pertanyaan dan masalah dalam situasi kehidupannya, menjelaskan fenomena alam,
mendesain, serta menarik kesimpulan berdasar bukti mengenai isu-isu terkait
STEM; (2) memahami karakteristik fitur-fitur disiplin STEM sebagai bentuk-
bentuk pengetahuan, penyelidikan, serta desain yang digagas manusia; (3.)
kesadaran bagaimana disiplin-disiplin STEM membentuk lingkungan material,
intelektual dan kultural, (4) mau terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM
(misalnya efisiensi energi, kualitas lingkungan, keterbatasan sumberdaya alam)
sebagai warga negara yang konstruktif, peduli, serta reflektif dengan menggunakan
gagasan-gagasan sains, teknologi, enjiniring dan matematika.
Hasil penelitian Tseng et al., (2013, p. 87) mengungkapkan bahwa PjBL
terintegrasi STEM dapat meningkatkan minat belajar siswa, pembelajaran menjadi
lebih bermakna, membantu siswa dalam memecahkan masalah dalam kehidupan
nyata, dan menunjang karir masa depan. Melalui pembelajaran STEM, siswa
memiliki literasi sains dan teknologi yang nampak dari membaca, menulis,
mengamati, serta melakukan sains sehingga dapat dijadikan bekal untuk hidup
bermasyarakat dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari yang terkait dengan bidang ilmu STEM (Mayasari et al., 2014, p.376).
Hasil penelitian Reeve, (2015, p.12) mengungkapkan bahwa pendidikan STEM
menjadi prioritas utama dalam memecahkan isu-isu global dan masalah yang
dihadapi dunia saat ini.
Usaha dan Energi merupakan cakupan materi Fisika kelas X pada
kompetensi dasar 3.9 menganalisis konsep energi, usaha (kerja), hubungan usaha
(kerja) dan perubahan energi, hukum kekekalan energi, serta penerapannya dalam
peristiwa sehari-hari dan 4.9 mengajukan gagasan penyelesaian masalah gerak
dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkan metode ilmiah, konsep energi,
usaha (kerja), dan hukum kekekalan energi. Masalah energi tentu tidak dapat
dianggap remeh. Prinsipnya masalah energi akan mencuat pada sektor-sektor lain.
Sektor Industri, kegiatan pendidikan, sosial dan lain sebagainya akan akan
terancam laju pergerakannya. Hari-hari ini dampaknya telah begitu nyata dirasakan
oleh masyarakat. Mulai dari naiknya bahan bakar minyak dan pemadaman bergilir
yang dilakukan PLN guna menghemat daya dan bahan bakar untuk menyalakan
listrik. Dengan adanya pemadaman bergilir akan mengurangi pendapatan kerja
khususnya para pekerja industri kecil. Sehingga perlu dicari energi alternatif yang
dapat di gunakan sebagai solusi atas krisis energi di Indonesia.
Melihat dampak krisis energi yang bisa semakin mempengaruhi seluruh
sektor kehidupan, pemerintah melakukan upaya penanggulangan krisis tersebut.
Salah satu diantaranya adalah melakukan diversifikasi dan konversi pemakaian
sumber energi. Diversifikasi dilakukan dengan memanfaatkan energi fosil, lalu
diperluas dengan memanfaatkan energi berbahan baku nabati sebagai sumber
energi alternatif, sedangkan konversi dilakukan dengan mengubah bentuk energi.
Salah satu perubahan bentuk energi yang dapat dimanfaatkan yaitu mengubah
energi gerak menjadi energi listrik.
Energi gerak adalah energi yang dihasilkan dari suatu gerak benda atau
dalam istilah lain disebut dengan energi kinetik. Contoh sumber energi gerak alami
adalah angin dan air. Pengaplikasian energi gerak tenaga angin dan air dapat dilihat
pada pembangkit listrik tenaga angin dan air. Pembangkit listrik tenaga angin dan
air merupakan salah satu bentuk sumber energi alternatif yang ramah lingkungan
dan berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia sebagai salah satu upaya
untuk mengatasi krisis energi.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas penulis merasakan pentingnya
menciptakan pembelajaran yang variatif yang dapat meningkatkan keterampilan
proses sains peserta didik dalam upaya menanamkan pendidikan karakter peduli
lingkungan. Oleh karena itu penulis melakukan sebuah penelitian yang berjudul
“Integrasi PjBL Dalam STEM EDUCATION Untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Dalam Upaya Menanamkan Pendidikan Karakter (Peduli
Lingkungan) Peserta Didik SMA Negeri 1 Yogyakarta”

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pra-
eksperimental. Desain penelitian adalah satu kelompok dengan pre-test dan post-
test. Dalam penelitian ini, pertemuan awal siswa diberi soal pre-test berupa tes
uraian yang telah dikembangkan dari setiap aspek indikator ketrampilan proses
sains. Setelah itu, peserta didik memperoleh pembelajaran dengan PjBL berbasis
STEM. Kemudian, aktivitas terakhir adalah peserta didik diberikan soal post-test.
Prosedur penelitian meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan
tahap akhir. Tahap perencanaan yaitu pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) PjBL STEM, soal
ketrampilan proses sains. Tahap pelaksanaan dengan memberikan perlakuan
pembelajaran PjBL berbasis STEM. Sedangkan tahap akhir dengan melakukan
analisis data, pembahasan dan menarik kesimpulan penelitian.
Data dalam penelitian ini berupa data tes ketrampilan proses sains, dan
data tanggapan siswa terhadap pembelajaran PjBL berbasis STEM. Instrumen
penelitian berupa tes tertulis ketrampilan proses sains yang memuat aspek
pengetahuan dan kompetensi, lembar angket Skala sikap sains, dan lembar
tanggapan siswa terhadap PjBL STEM.
Instrumen yang digunakan adalah soal uraian yang dikaitkan dengan aspek
STEM dan angket Skala sikap untuk mengetahui tanggapan siswa . Instrumen
penelitian divalidasi oleh dua guru Fisika SMA Negeri 1 Yogyakarta dengan hasil
validasi bahwa instrumen yang digunakan valid. Soal bentuk uraian berjumlah 5
soal untuk ketrampilan proses sains. Sedangkan untuk aspek sikap sains
menggunakan Skala Likert berjumlah 15 pernyataan. Tes ketrampilan proses sains
tidak hanya mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap pengetahuan sains, tetapi
juga pemahaman terhadap aspek kompetensi sains, kemampuan untuk
mengaplikasikan pengetahuan, dan sikap sains, serta kompetensi sains dalam
situasi nyata yang dihadapi siswa. Sedangkan angket tanggapan siswa berupa
pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek tanggapan yang dapat diberikan
dalam bentuk Skala rating atau daftar cek. Adapun teknik pengumpulan data
berupa tes tertulis dan angket.
Pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dengan menghitung nilai pre-
test dan post-test. Selanjutnya, nilai pre-test dan post-test dianalisis juga
menggunakan uji- T one group pre-test dan post-test menggunakan software SPSS-
21. Analisis data untuk ketrampilan proses sains dengan Hipotesis Ho: jika tidak
ada peningkatan ketrampilan proses sains dan Ha: terdapat peningkatan
ketrampilan proses sains. Dengan kriteria pengambilan keputusan jika sig* > 0,05
maka Ho diterima sedangkan jika sig* < 0,05 maka Ho ditolak. Kemudian,
pengaruh penerapan pembelajaran PjBL berbasis STEM yang diajarkan terhadap
ketrampilan proses sains peserta didik yang ditentukan dengan menggunakan
analisis keuntungan yang dinormalisasi. Perkembangan sebelum dan sesudah
pembelajaran pembelajaran PjBL berbasis STEM pada materi usaha dan
energi dihitung dengan menggunakan persamaan gain normal < g> sebagai
berikut:

Nilai Posttest−Nilai Pretest


N−Gain ( N ) =
Nilai Maksimal−Nilai Pretest

Tabel. 1. Kriteria gain Normalisasi

Gain normal (g) Kriteria


(<g>) ≥ 0.7 Tinggi
0.3 < (<g>) < 0.7 Sedang
(<g>) < 0.3 Rendah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Peningkatan Ketrampilan Sains Siswa

Data hasil test ketrampilan proses sains peserta didik pada materi
usaha dan energi yang telah diperoleh dianalisis menggunakan gain untuk
melihat selisih nilai post-test dan pre-test. Kemudian untuk mengetahui
peningkatannya KPS digunakan rumus N-gain dan nilai signifikan
digunakan uji-T one group pre-test dan post-test dengan menggunakan
SPSS 21. Rata-rata nilai pretest, posttest, dan nilai sig*, gain, dan N-gain
dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel.2. Rata-rata Nilai Pretest, Postest, Rata-rata Sig*, Gain, N-gain


Kategori
SUMBER
RATA-RATA
DATA
N Pre-Test Pos-Test Sig* Gain N-gain Kategori
KPM
32 66,8 78,4 0,00 11,6 0,60 Sedang
*Level signifikan 0,05
Berdasarkan Tabel 2, jika diperhatikan terlihat hasil tes ketrampilan
proses sains peserta didik pada materi usaha dan energi memiliki rata-rata
post-test sebesar 78,4 dengan nilai sig* 0,00. Dikarenakan angka sig* yaitu
0,00<0,05, maka hipotesis Ho secara otomatis ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai rata-rata post-test ketrampilan proses sains meningkat secara
signifikan diatas nilai pre-test sebesar 66,8 dengan skor gain 11,50 dan skor
gain ternormalisasi sebesar 0,49 dengan kategori sedang.
Ketrampilan proses sains peserta didik ditinjau dari setiap indikator
ketrampilan proses sains dapat dilihat dalam pada Tabel 3.
Tabel.3. Perkembangan normalisasi gain pada setiap aspek ketrampilan
proses sains
Rata-rata skor
Aspek KPS Pre-Test Pos-Test N-Gain Kategori
Mengajukan pertanyaan 68,18 80,01 0,60 Sedang
Merumuskan hipotesis 66,87 78,34 0,58 Sedang
Merencanakan percobaan 66,46 77,59 0,59 Sedang
Menafsirkan 66,62 77,84 0,64 Sedang
Mengkomunikasi 66,53 78,19 0,59 Sedang

Hasil perkembangan rata-rata pre-test dan pos-test pada setiap aspek


ketrampilan proses sains dapat dilihat pada gambar.2 di bawah ini.
Gambar.2 Grafik perkembangan rata-rata pre-test dan post-test pada setiap
aspek ketrampilan proses sains.
Gambar .3. Grafik perkembangan N-gain pada setiap aspek ketrampilan
proses sains

Keterangan:
KPS 1 : Keterampilan Mengajukan Pertanyaan
KPS 2 : Keterampilan Merumuskan Hipotesis
KPS 3 : Keterampilan Merencanakan Percobaan
KPS 4 : Keterampilan Menafsirkan
KPS 5 : Keterampilan Mengkomunikasikan
Perkembangan keterampilan proses sains peserta didik untuk setiap
aspek indikator KPS, keterampilan menafsirkan memiliki skor nilai
kenaikan paling signifikan dengan skor N-Gain (<g>) pada 0,64. Tetapi di
sisi lain, peningkatan terendah terjadi pada keterampilan merumuskan
hipotesis (0,58) meskipun semua pertanyaan yang dikembangkan untuk
kedua aspek ini berada dalam tingkat kesulitan yang sama yaitu kategori
sedang. Pada aspek keterampilan komunikasi (0,59) pada aspek
keterampilan ini sering dilatih oleh peserta didik dalam proses
pembelajaran. Namun, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
selama pembelajaran, peserta didik tidak sepenuhnya memahami bagaimana
merencanakan suatu percobaan, merencanakan cara memproses dan
menginterpretasikan data, baik dari tabel ke grafik, serta cara mengamati
suatu hubungan antara hasil percobaan dengan kesimpulan. Pada
keterampilan memprediksi, peserta didik menguasai keterampilan dalam
memecahkan suatu masalah dengan baik. Hal ini karena pendekatan
pembelajaran yang diterapkan menggunakan model pembelajaran PjBL
berbasis STEM. Jadi, hasil perkembangan keterampilan memprediksi lebih
tinggi daripada keterampilan lain karena peserta didik diawali dengan
orientasi pada masalah dan bagaimana mencari solusi dari permasalahan
tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa
pembelajaran PjBL berbasis STEM dapat meningkatkan keterampilan proses
sains peserta didik

Tanggapan Siswa Terhadap PjBL Berbasis STEM

Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran PjBL


berbasis STEM pada materi usaha dan energi digunakan angket skala sikap.
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran diberikan setelah tahapan PjBL berbasis
STEM selesai seluruhnya. Distribusi pernyataan angket tanggapan siswa terhadap
pembelajaran terbagi ke dalam empat indikator yaitu senang dan memberi
motivasi lebih dengan penerapan model; membantu memahami, membentuk sikap
kreatif, dan semakin menyadari pentingnya dalam hemat energi; merasa senang
dalam berkelompok; serta mempunyai keinginan untuk menggunakan kembali
model pembelajaran tersebut. Pemberian angket tentang penerapan PjBL berbasis
STEM bertujuan untuk mengumpulkan data tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran tersebut, sehingga diperoleh kecenderuangan atau arah sikap siswa
setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Skala sikap yang digunakan terdiri atas
15 butir pernyataan positif.
Persentase rata-rata tanggapan siswa pada tiap indikator pernyataannya.
Rincian persentase tanggapan siswa tersebut yaitu sebesar 78,46 % siswa merasa
senang, dan termotivasi belajar dengan PjBLberbasis STEM; sebesar 76,85%
berpendapat bahwa penerapan PjBL berbasis STEM dapat membantu memahami
materi pembelajaran, membentuk sikap kreatif, dan semakin menyadari
pentingnya hemat energi; sebesar 80,48 0/0 siswa merasa senang dengan kegiatan
dalam kelompoknya, serta 77,65% siswa mempunyai keinginan untuk mengikuti
kembali pembelajaran PjBL berbasis STEM pada materi lain. Sehingga rata-rata
skor tanggapan siswa terhadap penerapan PjBL berbasis STEM secara keseluruhan
adalah sebesar 78,21% siswa . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa
hampir seluruh siswa merasa senang terhadap penerapan PjBL berbasis STEM
pada materi usaha dan energi selama kegiatan penelitian.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa penerapan PjBL berbasis STEM pada pembelajaran Fisika materi
usaha dan energi untuk peserta didik SMA mampu meningkatkan
kstrampilan proses sains peserta didik secara signifikan dengan skor gain
normal yang dinormalisasi pada materi yang dipelajari. Peningkatan
ketrampilan proses sains peserta didik dapat ditemukan di setiap aspek
dengan peningkatan tertinggi pada aspek ketrampilan menafsirkan,
sedangkan peningkatan terendah terdapat pada aspek ketrampilan
mmenyusun hipotesa. Rata-rata skor tanggapan siswa terhadap penerapan PjBL
berbasis STEM secara keseluruhan adalah sebesar 78,21%. Siswa menunjukkan
respon positif dan senang terhadap penerapan PjBL berbasis STEM dalam
pembelajaran Usaha dan energi. Menurut siswa, pembelajaran menarik dan
memotivasi serta dapat membantu memahami materi ajar, membentuk sikap
kreatif, dan siswa semakin menyadari pentingnya hemat energi. Siswa merasa
senang bekerja dalam kelompok sehingga mereka berkeinginan pembelajaran
PjBL STEM dapat diterapkan kembali pada materi lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa hampir seluruh siswa
merasa senang terhadap penerapan PjBL berbasis STEM pada materi usaha dan
energi selama kegiatan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. (2012). Learning to teach (9th Editio). New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Becker, K. & Park, K. 2011. Effects of integrative approaches among
science, technology, engineering, and mathematics (STEM) subjects
on students’ learning: A preliminary meta-analysis. Journal of STEM
Education: Innovations and Research, 12, 23-36.

Blackley, S., Rahmawati, Y., Fitriani, E., Sheffield, R., & Koul, R. 2018.
Using a makerspace approach to engage Indonesian primary students
with STEM. Issues in Educational Research, 28(1), 18-42.

Bybee, R. W. (2013). The case for STEM education: Challenges and


opportunity. Arlington, VI: National Science Teachers Association
(NSTA) Press.
Bybee, R. W., Powell, J. C., & Trowbridge, L. W. (2014). Teaching
secondary school science strategies for developing scientific literacy.
Harlow, UK: Pearson.
Capraro, R. yr., Capraro, M. M., Morgan, J. R., & Slough, S. W. (2013). STEM
ProjectBased Learning: An Integrated Science,
Technology, Engineering, and
Mathematics (STEM) Approach. STEM Project-Based Learning an
Integrated Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM)
Approach. http://d0i.org/10.1007/978-94-6209-143-6
Chin, C., & Chia, L. 2004. Implementing project work in biology through:
Problem based learning. Journal of Biological Education, 38(2), 69-
75. https://dx.doi.org/10.1080/00219266.2004.9655904
Depdikbud. 2016. Permendikbud No. 22. (2016). Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Djemari, M. 2012. Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta: Nuha Litera.
Hake R R .1999. Analyzing Change/Gain Scores (Indiana: Indiana
University)
Harry Firman.2015. Pendidikan Sains Berbasis STEM. Bogor: Seminar
Nasional Pendidikan IPA dan PKLH Program Pascasarjana
Universitas Pakuan.
Han, S., Capraro, R., & Capraro, M. M. (2015). How science, technology,
engineering, and mathematics (STEM) project-based learning (PBL) affects
high, middle, and low achievers differently: The Impact of student factors on
achievement. International Journal of Science and Mathematics Education,
13(5), 1089— 1113. http://d0i.org/10.1007/s10763-0149526-0
Kandi, 2018. Unit Pembelajaran STEM Fisika SMA Purwarupa Perahu
Layar.
Mayasari, T., Kadorahman, A., & Rusdiana, D. (2014). Penga111h pembelajaran
terintegrasi science, technology, engineering, and mathemathics (STEM)
pada hasil belajar peserta didik: Studi meta analisis, Prosiding Semnas
Pensa VI "Peran Literasi Sains" (1).371-377). Surabaya: UNESA
National STEM Education Center (2014). STEM education network manual.
Bangkok: The Institute for the Promotion of Teaching Science and
Technology (IPST).
Roberts, A. (2012). A justification for STEM education. Technology and
Engineering Teacher, 74(8), 1-5
Reeve, EM. (2015). STEM thinking! Technology and Engineering
Teacher(ÏTEEA), 74 (4), 8-16.
Reeve, E. M. (2013) Implementing science, technology, mathematics and
engineering (STEM) education in Thailand and in ASEAN. Bangkok:
Institute for the Promotion of Teaching Science and Technology
(IPST).

Anda mungkin juga menyukai