Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Angkatan : XLVIII
Mata Pelatihan/Agenda : Kedudukan Dan Peran PNS Dalam NKRI / Agenda III
c. Etika birokrasi penting sebagai panduan norma bagi aparat birokrasi dalam
menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat dan menempatkan
kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, kelompok dan organisasi.
Sistem merit adalah sebuah konsep kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar
dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal
usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan. Sistem
merit bertujuan untuk pengambilan keputusan dalam tata Kelola SDM yang sesuai
kemampuan dan kualifikasi sehingga organisasi dapat mempertanggungjawabkan
SDM-nya secara efektif dan efisien dan pegawai memiliki peluang yang terbuka
dalam melakukan perkembangan karirnya. Konsekuensi dalam melaksanakan
konsep sistem merit diperlukan standar kompetensi yang sesuai tugas dan
tanggung jawab pegawai.
Manajemen ASN adalah kebijakan dan praktek dalam aspek manusia atau
sumber daya manusia dalam organisasi termasuk dalam hal pengadaaan,
penempatan, mutasi, promosi, pengembangan, penilaian dan penghargaan. Dalam
UU No.5 tahun 2014 menyebutkan bahwa manajemen ASN ini terbagi kedalam
dua bagian yaitu PNS dan PPPK dimana terdapat perbedaan dalam PPPK tidak
meliputi pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,
dan jaminan pensiun dan hari tua.
B. Praktek Penerapan
Sebagai Refraksionis Optisien harus melaksanakn tugas sesuai standar
kompetensi Refraksionis Optisien yang diatur dengan undang-undang yang
berlaku, melakukan pekerjaan dengan baik dan menerapkan kode etik prilaku
ASN, selain itu pengembangan kompetensi juga perlu dilakukan seperti mengikuti
pelatihan, seminar, workshop, dan melanjutkan pendidika di bidang keilmuan
yang sesuai dengan profesi.
2. Pelayanan publik
A. Pokok Pikiran
Menurut undang-undang no 25 tahun 2009 pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan , dalam rangka kebutuhan pemenuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik yaitu:
a. Organisasi penyelenggara pelayanan publik
b. Penerima layanan (pelanggan), yaitu orang, masyarakat, atau
organisasi yang berkepentingan
c. Kepuasan yang diberikan atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan)
Untuk melihat barang dan jasa yang dikonsumsi para ahli melakukan
pendekatan rivalitas dan eksudabilitas dimana rivalitas dan eksudabilitas barang/
jasa milik pemerintah lebih rendah dibandingakan milik swasta. rivalitas yang
rendah adalah barang/jasa tertentu yang telah dikonsumsi (digunakan) oleh
seorang individu tidak akan habis dan masih akan dapat digunakan oleh individu
yang lain, tanpa mengurangi manfaat dari barang/jasa tersebut serta kepuasan
individu yang menggunakannya kemudian. Sedangkan ekskludabilitas yang
rendah adalah produsen atau “pemilik” barang/jasa tersebut sulit untuk melakukan
upaya guna mencegah banyak orang untuk dapat menikmati barang/ jasa yang
dimilikinya.
Di masa lalu pelayanan publik disebutkan sebagai pelayanan yang
diselenggarakan pemerintah atau sering disebut old publik administration, namun
seiring berjalannya waktu pelayanan publik sudah memunculkan peran swasta
dalam menyelenggarakan pelayanan publik atau memasuki era new publik
management dengan menjalankan pelayanan publik berorientasi kepada
keuntungan. Namun karena terjadinya kesenjangan pelayanan yang semula
berorientasi pada kebutuhan masyarakat yang diman pelayanan cenderung murah
menjadi berorientasi kepada profit dan untuk mendapat pelayanan harus
memerlukan biaya yang cukup mahal, maka terjadi beberapa perubahan dan
muncul era new publik service,dimana pentingnya keberadaan negara dalam
menyiapkan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Budaya pelayanan yang baik akan terbangun apabila terdapat kerja tim di
dalam internal organisasi, selain itu perlu adanya pemahaman tentang pelayanan
yang prima yaitu memenuhi kebutuhan dasar penerima, memenuhi harapan dasar
pengguna, dan mengerjakan dari apa yang diharapkan. Prilaku pelayanan prima
harus dilakukan seperti melakukan pelayanan dengan cepat, efektif dan efisien
serta melakukan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun). Selain itu terdapat
prinsip pelayanan publik yang prima yaitu :
1. memiliki kode etik untuk mengatur hal-hal apa saja yang secara etis
boleh dan tidak boleh dilakukan
2. menjadikan prinsip melayani sebagai suatu kebanggaan
3. memiliki code of conduct atau SOP yang jelas dalam memberikan
pelayanan,
4. memiliki etika profesionalisme sebagai seorang birokrat.
B. Praktek Penerapan
Dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang baik di linkungan rumah
sakit , seorang Refraksionis Optisien harus memberikan pelayanan yang efektif
dan efisien kepada seluruh pasien dengan memberikan pelayanan sesuai SOP
yang berlaku dan memberikan pelayanan dilandasi prilaku prima yaitu senyum,
sapa, salam, sopan santun. Selain itu dalam memberikan pelayanan juga harus
memiliki prinsip berkeadilan dengan tidak membeda-bedakan status sosial dan
latar belakang pasien..
3. Whole Of Government (WOG)
1. Pokok pikiran
Menurut United States Institute of Peace (USIP) WOG adalah sebuah
pendekatan yang mengintegrasikan upaya kolaboratif dari instansi pemerintah untuk
menjadi kesatuan menuju tujuan bersama, juga dikenal sebagai kolaborasi, kerjasama
antar instansi, aktor pelayanan dalam menyelesaikan suatu masalah pelayanan.
Pendekatan WOG merupakan respon dari New Public Manajemen (NPM) yang
mendorong aspek efisiensi dan cenderung mendorong ego sektoral dibanding
persfektif indikasi sektor. Sehingga dengan adanya WOG diharapkan adanya aspek
kebersamaan dengan menyelaraskan perbedaan tugas melalui komunikasi,