Anda di halaman 1dari 16

KELAS XI

BAHAN AJAR
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah

AMIR
MUHAMMAD
AMIR MUHAMMAD
3
BAHAN AJAR

Sekolah : SMA Negeri 2 Kendari


Mata Pelajaran : Ekonomi
Kelas/Semester : XI / 2
Materi Pokok : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran (1 kali pertemuan)
Pertemuan Ke - :3

A. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi kelompok, tanya jawab, dan kajian pustaka siswa diharapkan dapat
mendeskripsikan pengertian APBD, mengidentifikasi fungsi dan tujuan APBD, dan
menganalisis sumber-sumber penerimaan daerah, menunjukkan sikap disiplin serta
keterampilan dalam hasil analisis fungsi APBD dalam pembangunan ekonomi.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


3.1 Menganalisis APBN dan APBD dalam pembangunan ekonomi.
3.4.1 Mendeskripsikan pengertian APBD
3.4.2 Mengidentifikasi fungsi dan tujuan APBD
3.4.3 Menganalisis Sumber-sumber penerimaan daerah
4.1 Menyajikan hasil analisis fungsi dan peran APBN dan APBD dalam pembangunan
ekonomi.
4.1.1 Menyajikan hasil diskusi tentang analisis fungsi dan tujuan APBD dalam
pembangunan ekonomi melalui artikel.

C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian APBD
2. Fungsi dan tujuan APBD
3. Sumber-sumber penerimaan daerah

PENGETAHUA MATERI
N
Faktual APBD DKI Jakarta 2017
Konseptual 1. Pengertian APBD
2. Fungsi dan tujuan APBD
Prinsipal 1. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
2. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah
Prosedural 1. Sumber-sumber penerimaan daerah
2. RAPBD
Metakognitif Analisis fungsi dan tujuan APBD dalam
pembangunan ekonomi melalui artikel.
Petunjuk Belajar:
1. Siswa mencermati tujuan pembelajaran
2. Siswa dapat mencari bahan (materi belajar) pada menu bahan ajar
3. Siswa mengikuti tugas belajar secara berurutan
4. Siswa mengerjakan evaluasi yang ada di dalam bahan ajar

PETA KONSEP

OTORISASI

PERENCANAAN

PENGERTIAN

PENGAWASAN

FUNGSI DAN TUJUAN

ALOKASI

DISTRIBUSI
APBD

STABILISASI

PENDAPATAN ASLI DAERAH

SUMBER SUMBER
DANA PERIMBANGAN
PENERIMAAN DAERAH

PENDAPATAN LAIN-LAIN
FAKTUAL
TABEL 1 APBD DKI JAKARTA TAHUN 2017

Kode Uraian Jumlah (Rp)

4 PENDAPATAN DAERAH  

4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 41.448.879.754.554

4.1.1 Pajak Daerah 34.700.000.000.000

4.1.2 Retribusi Daerah 850.000.000.000

4.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 771.910.000.000

4.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 5.126.969.754.554

4.2 DANA PERIMBANGAN 18.490.939.718.000

4.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 14.857.016.888.000

4.2.3 Dana Alokasi Khusus 3.633.922.830.000

4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 774.401.600.000

4.3.1 Pendapatan Hibah 774.401.600.000

Jumlah Pendapatan 60.714.221.072.554


5 BELANJA DAERAH  
5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 27.943.621.682.288
5.1.1 BELANJA PEGAWAI 20.307.230.952.000
5.1.2 BELANJA BUNGA 49.226.437.819
5.1.3 BELANJA SUBSIDI 3.564.116.847.884
5.1.4 BELANJA HIBAH 1.117.644.127.550
5.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 2.554.788.619.000
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI /
5.1.7 278.804.149.960
KABUPATEN / KOTA DAN PEMERINTAH DESA
5.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 71.810.548.075
5.2 BELANJA LANGSUNG 34.271.164.554.556
5.2.1 BELANJA PEGAWAI 1.899.250.686.576
5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 17.923.833.231.718
5.2.3 BELANJA MODAL 14.448.080.636.262
Jumlah Belanja 62.214.786.236.844
Total Surplus/(Defisit) (1.500.565.164.290)
6.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 8.089.776.000.000
6.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 4.400.000.000.000
6.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 3.689.776.000.000
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 8.089.776.000.000
6.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 6.589.210.835.710
6.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 6.572.011.937.752
6.2.3 Pembayaran Pokok Utang 17.198.897.958
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 6.589.210.835.710
Pembiayaan Netto 1.500.565.164.290

Gambar 1 RAPBD DKI Jakarta 2017

KONSEPTUAL DAN PRINSIPAL

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Pengertian APBD
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Anggaran
pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD terdiri dari anggaran
pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. APBD adalah daftar terperinci mengenai
pendapatan dan pengeluaran daerah dalam waktu satu tahun yang telah disyahkan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Fungsi APBD
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara Ayat (4) APBD yang disusun oleh setiap pemerintah daerah memiliki fungsi sebagai
berikut:

1) Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2) Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3) Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
4) Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi
dan efektivitas perekonomian.
5) Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6) Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Tujuan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)


1. Membantu pemerintah daerah dalam mencapai tujuan fiskalnya (implementasi kebijakan
anggaran).
2. Meingkatkan koordinasi antarbagian dalam lingkungan pemerintah daerah.
3. Menciptakan efisiensi dan keadilan dalam penyediaan barang dan jasa publik melalui
otoritasnya.
4. Membantu pemerintah aerah untuk memenuhi prioritasnya.
5. Meingkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan masyarakat.
http://www.ppid.inhukab.go.id/content/transparansi-anggaran-pemerintah-daerah

Gambar 2 Tujuan APBD

PROSEDURAL

Sumber-Sumber Pendapatan Daerah:

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan


Daerah Pasal 157-162 Sumber pendapatan daerah terdiri atas:

A. Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu:


1) Hasil pajak daerah yang terdiri dari pajak yang dipungut oleh provinsi: pajak
kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, bea balik nama kendaraan bermotor
dan kendaraan diatas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak pengambilan
dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Sedangkan pajak yang dipungut
oleh kabupaten/kota meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C dan
pajak parker.

http://serba-serbikehidupan2.blogspot.co.id/2014/11/cara-menghitung-denda-pajak-kendaraan.html

Gambar 3 contoh pajak daerah (provinsi)


https://www.tobasatu.com/2015/10/12/pansus-bidik-mafia-pajak-reklame/

Gambar 4 contoh pajak daerah (provinsi)

2) hasil retribusi daerah; Retribusi daerah merupakan pembayaran yang dipungut oleh
pemerintah daerah sebagai penyeleggara perusahaan atau usaha bagi yang
berkepentingan atau karena jasa yang telah diberikan oleh pemerintah daerah. Jenis-
jenis Retribusi Daerah : Retribusi daerah menurut UU No 28 Tahun 2009 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
Jenis-jenis Retribusi jasa umum adalah :

1) Retribusi Pelayanan Kesehatan;


2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan
Sipil;
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
6) Retribusi Pelayanan Pasar;
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
10) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
13) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
2. Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
1) Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
2) pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai
oleh pihak swasta.

http://wartakota.tribunnews.com/2015/05/25/kebocoran-retribusi-parkir-masih-banyak

Gambar 5 Retribusi Parkir


3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
4) lain-lain PAD yang sah;

B. Dana Perimbangan terdiri atas:


1) Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.Dana Bagi Hasil yang
bersumber dari pajak terdiri dari:
a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor perdesaan, perkotaan, perkebunan,
pertambangan serta kehutanan;
i. Penerimaan kehutanan yang berasal dari iuran hak pengusahaan hutan (IHPH),
provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi yang dihasilkan dari
wilayah daerah yang bersangkutan;
ii. Penerimaan pertambangan umum yang berasal dari penerimaan iuran tetap
(landrent) dan penerimaan iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi (royalty) yang
dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan;
iii. Penerimaan perikanan yang diterima secara nasional yang dihasilkan dari
penerimaan pungutan pengusahaan perikanan dan penerimaan pungutan hasil
perikanan;
iv. Penerimaan pertambangan minyak yang dihasilkan dari wilayah daerah yang
bersangkutan;
v. Penerimaan pertambangan gas alam yang dihasilkan dari wilayah daerah yang
bersangkutan
vi. Penerimaan pertambangan panas bumi yang berasal dari penerimaan setoran
bagian Pemerintah, iuran tetap dan iuran produksi yang dihasilkan dari wilayah
daerah yang bersangkutan.
b) Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) sektor perdesaan,
perkotaan, perkebunan, pertambangan serta kehutanan;
c) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pasal 25, dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi
dalam negeri.

https://haristepanus.wordpress.com/tag/unsur-pajak-bumi-dan-bangunan/

Gambar 6 Pajak Bumi dan Bangunan


2) Dana Alokasi Umum
DAU dialokasikan berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan dalam
negeri neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu daerah ditetapkan
berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan
yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang formula dan
penghitungan DAU-nya ditetapkan sesuai UndangUndang.
3) Dana Alokasi Khusus.
Dana Alokasi Khusus (DAK) dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu
dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi untuk mendanai kegiatan khusus
yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional dan mendanai kegiatan
khusus yang diusulkan daerah tertentu.
C. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Lain-lain pendapatan bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh
pendapatan selainpendapatan dari PAD, dana perimbangan, dan pinjaman daerah. Lain-
lain pendapatan terdiri dari dana hibah dan dana darurat.

https://www.papuakini.co/2017/10/25/dana-hibah-diharapkan-bisa-topang-usaha-masyarakat-bintuni/

Gambar 7 Dana hibah

Proses Penyusunan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)

1. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penyusunan

terhadap program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktu yang

bersangkutan. Jika dilihat dari waktunya, maka rencana kerja ini terbagi menjadi

Tiga :

a) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), merupakan perencanaan

pemerintah untuk jangka waktu 20 tahun.

b) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), merupakan

perencanaan pemerintah unutk jangka waktu 5 tahun.

c) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), merupakan rencana kerja tahunan

pemerintah daerah.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ini memuat tentang kerangka ekonomi daerah,

prioritas, pembangunan, rencana program yang terukur dengan pendanaannya, dan


kewajiban daerah. Dalam penyusunannya RKPD akan memacu pada hasil evaluasi

pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya.

2. Penyusunan Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) adalah dokumen yang

memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang

mendasarinya untuk masa satu tahun. Penyusunan Rancangan Kebijakan Umum

APBD (RKUA) ini berpedoman pada penyusunan APBD yang ditetapkan oleh

Menteri Dalam Negeri Setiap Tahunnya.

3. Penetapan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) adalah rancangan

program prioritas dan batas maksimal anggaran yang diberikan terhadap Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) yang menjalankan setiap program tersebut. Berdasarkan

Pasal 87 ayat (2) Permendagri No.13 Tahun 2006, Kepala daerah menyampaikan

rancangan PPAS kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang kemudian

akan dibahas oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan Panitia Anggaran

DPRD paling lambat minggu kedua bulan juli dari tahun anggaran berjalan. Lalu

PPAS tersebut akan ditetapkan menjadi Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) paling

lambat akhir bulan juli tahun anggaran berjalan.

4. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-

SKPD) Penyusunan RKA-SPKD harus dapat menyajikan informasi yang jelas tentang

tujuan, targen, beban kerja, satuan harga, serta manfaat dan hasil yang ingin dicapai

untuk sebuah program. Anggaran berbasis kinerja ini disusun berdasarkan kepada :

Indikator Kerja, Capaian atau Target Kinerja, Analisis Standar Belanja, Standar

Satuan Kerja, Standar Pelayanan Minimal

5. Penyusunan Rancangan Perda APBD Setelah RKA-SKPD selesai disusun, dibahas,

dan disepakati oleh Kepala Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dan Tim

Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) digunakan sebagai dasar untuk penyiapan


Rancangan Perda (Raperda) APBD. Raperda ini disusun oleh pejabat yang mengelola

keuangan daerah untuk selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah. Raperda berisi

ringkasan APBD, rincian APBD, rekapitulasi belanja, dll. Sebelum dibahas dengan

DPRD, raperda tersebut harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat.

Penyebarluasan Raperda ini dilakukan oleh Sekretaris Daerah selaku koordinator

keuangan daerah.

6. Penetapan APBD

a. Penyampaian dan Pembahasan Raperda tentang APBD Pengambilan keputusan

bersama terkait APBD ini harus sudah tercapai paling lambat satu bulan sebelum

tahun anggaran yang bersangkutan. Dengan adanya persetujuan ini, kemudian

kepala daerah menyiapkan peraturan tentang APBD yang disertai dengan nota

keuangan.

b. Evaluasi tentang Raperda APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah

Evaluasi bertujuan untuk tercapainya kecocokan antara kebijakan daerah dengan

kebijakan nasional, kepentingan publik serta kepentingan aparatur. Hasil evaluasi

harus sudah dituangkan dalam keputusan gubernur dan disampaikan keada

bupati/walikota paling lama 15 hari kerja sejak diterimanya Raperda APBD

tersebut.

c. Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran

APBD Merupakan tahap akhir sebelum dimulainya tahun anggaran yang

bersangkutan dan paling lambat sudah harus terlaksana sebelum tanggal 31

Desember tahun anggaran sebelumnya.  


METAKOGNITIF
LINTAS KALTENG
Jumat, 01 Desember 2017 08:39

4.6.1 Analisis fungsi dan tujuan APBD dalam pembangunan ekonomi.


1. Siswa membuat laporan hasil kerja berupa paper dari artikel yang telah diberikan
2. Siswa menganalisis artikel dan menghubungkan fungsi dan tujuan APBD dalam
pembangunan ekonomi.

Prioritaskan APBD 2018 untuk Pembangunan dan Pengembangan

Ketua DPRD Sukamara menandatangai BA APBD Sukamara 2018 yang disakasikan Wakil Bupati (Kiri) dan Wakil-wakil Ketua
DPRD Sukamara (kanan). //ENNY/KALTENG POS

PROKAL.CO, SUKAMARA-Raperda Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Sukamara 2018 telah disetujui untuk menjadi Perda. Hal itu ditandai dengan ditandatangainya
berita acara persetujuan bersama antara Pemerintah Kabupaten Sukamara dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sukamara pada Kamis (30/11).Wakil Bupati
Sukamara, Windu Subagio mengatakan, banyak manfaat yang bisa diperoleh daerah apabila
penetapan APBD dilaksanakan tepat waktu.

Prestasi yang telah  diraih berupa Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK-RI
terkait audit laporan keuangan daerah dan penetapan APBD tepat waktu juga menjadi point
penting penilaian dari pemerintah pusat untuk mendapatkan penghargaan berupa Dana
Insentif Daerah (DID).“Yang lebih penting adalah proses pembangunan dapat kita
laksanakan lebih awal. Sehingga, manfaat dari pembangunan dapat cepat dirasakan oleh
masyarakat,” ujar Windu usai menandatangani berita acara persetujuan bersama APBD
Sukamara 2018 di Aula DPRD Sukamara, Kamis (30/11).

Dalam kesempatan itu, Windu meminta seluruh SKPD dalam pelaksanaan dan pengelolaan
APBD 2018 lebih optimal dan bisa belajar dari pengalaman pelaksanaan APBD tahun
sebelumnya.  Pasalnya berbagai persoalan yang menyebabkan kinerja pelaksanaan anggaran
kurang optimal, diantaranya masih rendahnya penyerapan anggaran pada awal tahun dan
menumpuk pada akhir  tahun anggaran, serta rendahnya penyerapan anggaran secara
keseluruhan. “Hal ini juga akan menjadi point penilaian dari pemerintah pusat terkait
penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU),” ucap Windu.

Windu menerangkan, bahwa pemerintah daerah memprioritaskan alokasi belanja modal pada
APBD tahun anggaran 2018 untuk pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana
yang terkait langsung dengan peningkatan pelayanan dasar kepada masyarakat, seperti
pendidikan dan kesehatan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan memperluas
jangkauan pemerataan.

Selain itu, prioritas alokasi anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
difokuskan pada pembangunan infrastruktur yang berkualitas, terutama untuk mengurangi
hambatan dibidang infrastruktur yang tujuannya sebagai upaya untuk meningkatkan
percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi.“Kita ingin ketiga bidang ini lebih prioritas
karena semua berdampak langsung pada pelayanan terhadap masyarakat,” tukas Windu.
(enn/art/dar) http://kalteng.prokal.co/read/news/45184-prioritaskan-apbd-2018-untuk-
pembangunan-dan-pengembangan.html

Kulon Progo Percepat Perealisasian Agrowisata Kebun Teh


ANTARA, CNN Indonesia | Jumat, 27/04/2018 12:50 WIB

Ilustrasi kebun teh. (Foto: ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna)

Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
merevitalisasi rumah produk pengolahan teh di kawasan kebun teh Nglinggo. Hal ini dilakukan dalam
rangka percepatan merealisasikan agrowisata kebun teh.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, Widi Astuti, mengatakan rumah
produksi tersebut harus direvitalisasi karena sudah tidak layak untuk menghasilkan produk yang
higienes. Anggaran yang disiapkan untuk merevitalisi rumah produksi itu sebesar Rp424 juta.

"Pada 2018 ini melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kabupaten, kami
rehabilitasi. Saat ini masih tahap lelang," kata widi, seperti yang dikutip dari Antara, Jumat
(27/4).
Rencananya, Widi menambahkan, rumah produksi teh Nglinggo akan menjadi wisata edukasi
bagi wisatawan yang ingin mengetahui pembuatan teh secara sederhana atau ala petani.
Selain itu, di tempat itu akan difungsikan sebagai kedai teh.

Ia juga berharap rehabilitasi rumah produksi teh Nglinggo mampu membangkitkan ekonomi
petani teh serta mendukung agrowisata teh.

Saat ini, produk teh Samigaluh dipasarkan di objek-objek wisata di kawasan Bukit Menoreh,
seperti Kebun Teh Ngliggo-Tritis dan Puncak Suroloyo.

"Cara ini sangat ampuh untuk menjual teh mereka, supaya dikenal masyarakat umum,
khususnya pecinta teh," kata dia.

Perkebunan teh Nglinggo terletak di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut, tepatnya di
Bukit Menoreh. Dari tempat ini terlihat delapan puncak gunung yaitu Merapi, Merbabu,
Slamet, Prau, Sumbing, Sindoro, dan Telomoyo.

Selain menikmati pemandangan ala kebun teh, di tempat ini para pengunjung juga bisa
menikmati matahari terbit dan tenggelam. Jika ingin melihat mathari terbit, sebaiknya
menginap di darah Desa Nglinggo. (agr)
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180427111355-269-294047/kulon-progo-
percepat-perealisasian-agrowisata-kebun-teh

Dari artikel tersebut, bagaimana tujuan dan fungsi APBD dalam pembangunan ekonomi?

Sumber Belajar :
1. Republik Indonesia. 2004. Undang-undang republik indonesia nomor 32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah
2. Republik Indonesia, 2004, Undang-undang republik indonesia nomor 33 tahun 2004
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
3. Mulyani, Endang, 2017, Ilmu Ekonomi kelas XI, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri
3. Pemda DKI Jakarta, 2018, APBD, [online].tersedia: http://Apbd.jakarta.go.id 29
April 2018

Tugas :

1.carilah APBD salah satu pemda tk 1 yang terbaru dari berbagai sumber kirim via email.

Anda mungkin juga menyukai