Anda di halaman 1dari 13

Indikator Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan Yang Berkaitan

Dengan Pemanfaatan Dan Efisiensi Tempat Tidur

OLEH :

1. Ni Putu Eka Novianti (P07120018118)


2. Putu Dewi Suyastini (P07120018120)
3. Ni Wayan Astini (P07120018133)
4. Ni Putu Diah Purnamaningsih (P07120018140)
5. Kadek Dewi Suandari (P07120018141)
6. Ni Putu Diah Rastini Pande (P07120018143)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN PRODI D-III KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2020


KATA PENGANTAR

 Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Indikator Mutu Pelayanan
Asuhan Keperawatan Yang Berkaitan Dengan Pemanfaatan Dan Efisiensi
Tempat Tidur” dengan baik. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami
perlukan dalam perbaikan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa berguna bagi
kami dan pembaca.

                                                                                        Denpasar, 29 Maret 2020

                                                                                                            Tim Penyusun


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….……….. i

KATA PENGANTAR……………….……………………………………...…...…. ii

DAFTAR ISI…………………..……………………………………………...….… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang………………….……………………………………… 1


1.2 Rumusan Masalah………………………...……………….……………. 3
1.3 Tujuan...………………………………………………………................ 3

BAB II PEMBAHASAN..…………………………………………………….......... 4
2.1 Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan Yang Berkaitan Dengan
Pemanfaatan Dan Efisiensi Tempat
Tidur……………………………………………………………………... 4

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………… 9

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 9

3.2 Saran…………………………………………………………..……........ 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Efisiensi perawatan rawat inap merupakan kemampuan menjeral dalam
mengelola sumber dana, tenaga, peralatan, dan teknologi dalam rangja
memberikan pelayanan pada pasien. Efisiensi pelayanan kesehatan dapat
mempengaruhi hasil atau kualitas dari pelayanan kesehatan, apalagi sumber daya
pelayanan kesehatan pada umumnya terbatas. Secara garis besar efisiensi dapat
dilihat dari dua segi, yaitu segi medis yang meninjau efisiensi dari sudut mutu
pelayanan medis dan dari segi ekonomi yang meninjau efisiensi dari sudut
pendayagunaan sarana yang ada.
Salah satu efisiensi yang harus diperhatikan oleh rumah sakit adalah efisiensi
pelayanan rawat inap, terutama dalam pemanfaatan tempat tidur. Tingginya
jumlah kunjungan pasien yang tidak diiringi dengan penambahan jumlah tempat
tidur menyebabkan rumah sakit merujuk pasien ke rumah sakit lain atau
menawarkan pasien untuk dirawat yang lebih tinggi dengan penambahan biaya
oleh pasien. Selain itu hal ini juga akan meningkatkan beban kerja tenaga
kesehatan dan mendorong tenaga kesehatan untuk , mempercepat pelayanan pada
setiap pasien agar dapat menrima pasien baru sehingga dapat menurunkan
kualitas pelayanan.
Pelayanan yang berkualitas harus memenuhi beberapa standar yaitu standar
input, standar proses dan standar output. Standar input terdiri dari elemen-elemen
sarana, prasaranan, metoda, dan anggaran. Standar proses merupakan kegiatan-
kegiatan dalam penanganan pasien seperti proses pemberian pelayanan, proses
asuhankeperawatan, waktu pelayanan, kesinambungan pelayanan. Sedangkan
yang termasuk kedalam standar output adalah indikator-indikator yang digunakan
dalam penilaian kinerja rumah sakit seperti BOR (Bed Occupancy Ratio), LOS
(Length of Stay), TOI ( Turn Over Internal), dan BTO (Bed Turn Over).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam Sistem Informasi Rumah Sakit
2011 (SIRS 6) telah menetapkan beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
menilai efisiensi pelayanan rawat inap, yaitu : BOR, LOS, TOI dan BTO, NDR
(Net Death Rate) dan GDR ( Gross Death Rate).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja indikator mutu pelayanan asuhan keperawatan yang berkaitan
dengan pemanfaatan dan efisiensi tempat tidur rawat inap : BOR, ALOS dll?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui indikator pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan efesiensi tempat tidur rawat inap : BOR , ALOS dll.
BAB II

PEMBAHASAN

INDIKATOR PENILAIAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome sistem pelayanan RS tersebut. Mutu asuhan pelayanan
RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat,
mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS. Secara umum aspek penilaian meliputi
evaluasi, dokumen, instrumen, dan audit (EDIA) (Nursalam, 2014).

Penilaian terhadap mutu dilakukan dengan menggunakan pendekatan-


pendekatan yang dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu :

1. Aspek Struktur (Input)


Masukan (input) yang meliputi sarana fisik perlengkapan/peralatan,
organisasi, manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya dalam fasilitas keperawatan (Wijono, 2000).
Input (masukan) adalah segala sesuatu yg dibutuhkan untuk dapat
melaksanakan sistem playanan struktur rumah sakit yang tertata dengan baik
akan menjamin mutu playanan kualitas struktur rumah sakit termasuk
komitmen, dan prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dari
masing-masing komponen struktur.
2. Proses
Proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil
(outcome). Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh
tenaga kesehatan (perawat) dan interaksinya dengan pasien (Wijono, 2000).
Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen.
Pada umumnya, proses ataupun fungsi manajemen merupakan tanggung
jawab pimpinan. Pendekatan proses adalah semua metode dengan
caramenginteraksi secara professional dengan pasien. Interaksi ini diukur
antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakkan
diagnosis, rencana tindakan pengobatan, oenanganan penyakit , dan prosedur
pengobatan.
3. Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat
terhadap pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan
kepuasan baik positif maupun negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat
diukur dari derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien terhadap pelayanan
perawatan yang telah diberikan (Wijono, 2000).
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen yang di capai
dalam jangka pendek . Untuk manajemen kesehatan,misalnya akhir
darikegiatan pemasangan infus, output dikenal dengan nama pelayanan
kesehatan (health services),Macam pelayanan kesehatan adalah Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
Sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan
kegiatan jangka pendek misalnya plebitis setelah 3x24jam pemasangan infus
(Nursalam 2015) .
Indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Indikator yang mengacu pada aspek medis
2. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS.
3. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien.
4. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasaan pasien.

 Standart Nasional Indikator Mutu Pelayanan


Standar Nasional
Ʃ BOR 75-80%
Ʃ ALOS 1-10 hari
Ʃ TOI 1-3 hari
Ʃ BTO 5-45 hari
Ʃ NDR < 2,5%
Ʃ GDR < 3%
Ʃ ADR 1,15.000
Ʃ PODR < 1%
Ʃ POIR < 1%

Tabel Ʃ NTRR < 10%

1. Ʃ MDR < 0,25%


Ʃ IDR < 0,2%
Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan

 Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui


tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit (Tjiptono,
2004). Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :

1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)


BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85%.
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut.Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari.

Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati)

3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan) 
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)

5. NDR (Net Death Rate)


NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam     × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

6. GDR (Gross Death Rate)


GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya   × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait
dengan struktur, proses, dan outcome sistem pelayanan RS
tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat
pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat. Penilaian terhadap
mutu dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan
yang dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu :
1. Input
Masukan (input) yang meliputi sarana fisik
perlengkapan/peralatan, organisasi, manajemen, keuangan,
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam fasilitas
keperawatan
2. Proses
Proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil
(outcome). Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
profesional oleh tenaga kesehatan (perawat) dan interaksinya
dengan pasien.
3. Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan
perawat terhadap pasien.

3.2 Saran
Penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, sehingga
masih diperlukan perbaikan-perbaikan untuk menghasilkan
makalah yang lebih baik lagi dan lengkap. Adapun saran dari
penyusun adalah perlu adanya perbaikan perbaikan tambahan
dari pembaca untuk kesempurnaan dalam pembuatan maklah
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Tjiptono, F. 2004. Prinsip-prinsip total quality service (TQS). Yogyakarta : Andi


Press

Wijono,  D.  2000.  Manajemen  Mutu  Pelayanan  Kesehatan.  Teori,  Strategi  dan 
Aplikasi. Volume.1. Cetakan Kedua.Surabaya : Airlangga University

Anda mungkin juga menyukai