Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dalam penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Dalam
penyusunan Makalah ini, penulis mengalami berbagai kendala dan kesulitan, namun berkat
Rahmat Allah SWT yang disertai kesabaran, ketekunan, dan usaha serta bantuan dari
berbagai pihak yang telah tulus ikhlas baik fasilitas tenaga dan pikiran sehingga makalah
yang berjudul “PROSES KEPERAWATAN” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif diharapkan, demi terciptanya tujuanyang
ingin dicapai. Atas bantuan dan kritikan seta saran dari semua pihak, maka penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama
dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan.
Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan
harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada
kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggung-
jawabkan.

Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk menurunkan biaya


pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien sebagai konsumen masih tetap
menjadi tolak ukur utama keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan.

Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan


keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan keperawatan
yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan
dan harapan klien.

Asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan
keperawatan dipersepsikan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh para perawat dalam
memperlihatkan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh perawat dalam memperlihatkan
haknya untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan
etika profesi keperawatan yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian,
perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu proses keperawatan?


2. Bagaimana tahap pengkajian proses keperawatan itu?
3. Bagaimana tahap diagnose proses keperawatan itu?
4. Bagaimana tahap perencanaan proses keperawatan itu?
5. Bagaimana tahap impelmentasi proses keperawatan itu?
6. Bagaiman tahap evaluasi proses keperawatan itu?
7. Bagaimana tahap pendokumentasian proses keperawatan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas didapatkan tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui apa itu proses keperawatan


2. Mengetahui bagaimana tahap pengkajian dalam proses keperawatan
3. Mengetahui bagaimana tahap diagnose dalam proses keperawatan
4. Mengetahui bagaimana tahap perencanaan dalam proses keperawatan
5. Mengetahui bagaimana tahap implementasi dalam proses keperawatan
6. Mengetahui bagaimana tahap evaluasi dalam proses keperawatan
7. Mengetahui bagaimana tahap pendokumentasian dalam prose keperawatan

 
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Proses Keperawatan


Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan
salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya,
penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan kepada
klien.

Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat
bersama dengan klien dalam menentukan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian,
merumuskan diagnose, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan
serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien. Lalu
kelima proses tersebut didokumentasikan oleh perawat pada sebuah catatan keperawatan.

B. Tahap Pengkajian Keperawatan


Tahap pengkajian merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Aktifitas
Pengkajian keperawatan meliputi :

a) Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses mendapatkan informasi tentang status kesehatan klien.
Bersifat signifikan, sistematis, dan merefleksikan perubahan status kesehatan klien.

1. Tipe Data

Tipe pada saat pengumpulan data berupa Data Subjektif (data yang didapatkan dari pasien
berupa keluhan yang dinyatakan dari pasien pada saat itu), dan Data Objektif (data yang
didapatkan oleh perawat secara langsung dan bisa diukur / dilihat).
2. Karakteristik Data

Data yang dikumpulkan untuk menunjang diagnosis keperawatan harus mempunyai


karakteristik yang lengkap, akurat, nyata dan relevan.

3. Sumber Data

Sumber data dapat berupa primer atau sekunder. Data primer berasal dari klien sendiri,
sedangkan data sekunder bapat didapatkan dari orang terdekat klien, catatan klien, riwayat
penyakit, konsultasi, hasil pemeriksaan diagnostic, catatan medis dan anggota tim kesehatan
lainnya, dari perawat lain dan dari kepustakaan.

4. Metode Pengumpulan Data

Data dapat dikumpulkan dengan mewawancarai klien, dengan observasi atau melakukan
pemeriksaan fisik.
Disamping itu, masalah-masalah yang mungkin terjadi pada saat mengumpulkan data yang
juga harus dihindari perawat yaitu :
1. Ketidakmampuan perawat dalam mengorganisasi data.
2. Kehilangan data yang telah diperoleh.
3. Data yang diperoleh tidak relevan.
4. Adanya duplikasi data.
5. Salah mempersepsikan data.
6. Data yang tidak lengkap.
7. Adanya interpretasi data dalam mengobservasi perilaku.
8. Kegagalan dalam mengambil data dasar terbaru.

b.) Validasi Data

Validasi data adalah upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang telah dikumpulkan
dengan melakukan perbandingan data subyek dan data obyek yang didapat dari berbagai
sumber dengan berdasarkan standar nilai normal.
Data yang perlu di validasi adalah data yang abnormal / di ragukan keabsahannya.

c.) Organisasi Data


Organisasi data yaitu mengelompokkan data berdasarkan kerangka kerja yang dapat
membantu mengidentifikasi masalah.
Cara mengelompokkan data :
1. Berdasarkan sistem tubuh.
2. Berdasarkan kebutuhan dasar (Maslow)
3. Berdasarkan teori keperawatan.
4. Berdasarkan pola kesehatan fungsional.

d.) Identifikasi Pola / Masalah

Identifikasi masalah merupakan langkah terakhir dari tahap pengkajian dengan jalan
melakukan prosesing data / analisa data, yang merupakan proses intelektual yang meliputi :
mentabulasi, menyeleksi, mengklarifikasi, menginterpretasi serta membuat kesimpulan.
Hasil dari Analisa data akan mendapatkan pernyataan “Diagnosa Keperawatan”.

Format Pengumpulan Data :

1. Identitas Klien

Meliputi nomer regristasi, nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, status perkawinan,
agama, Pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit (MRS), tanggal pengkajian, jaminan
kesehatan dan penanggung jawab.

2. Riwayat Keperawatan / Kesehatan

Meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga (genogram), riwayat kesehatan lingkungan, riwayat psikososial, riwayat
tumbuh kembang, riwayat imunisasi dan riwayat persalinan.

3. Pola Fungsi Kesehatan

Meliputi pola persepsi-pemeliharaan kesehatan, pola aktivitas-latihan, pola nutrisi-


metabolisme, pola eliminasi, pola istirahat-tidur, pola kognitif-perceptual, pola toleransi-
koping stress, persepsi diri-konsep diri, pola seksual-reproduksi, pola hubungan-peran, pola
nilai keyakinan.

4. Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

5. Tanda tangan perawat yang mengkaji dan tanggal.

C. Tahap Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai respons individu (klien
dan masyarakat) tentang kesehatan aktual atau potensial sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.

a.) Tujuan Diagnosa Keperawatan


1. Memberikan bahasa yang umum bagi perawat sehingga dapat terbentuk jalinan informasi
dalam persamaan persepsi.
2. Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan intervensi lebih aktual dan
menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi.
3. Menciptakan standar praktek keperawatan.
4. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
b.) Komponen Diagnosa Keperawatan
1. Problem (P) atau Label Diagnostik : menggambarkan problem kesehatan klien atau respon
untuk dilakukan terapi oleh perawat.
2. Etiologi (E) atau Faktor-Faktor yang Berhubungan. Mengidentifikasi satu atau lebih
kemungkinan penyebab, memberikan arah kepada terapi keperawatan yang diperlukan dan
memampukan perawat memberikan asuhan secara individual.
3. Defining Characteristics (Batasan Karakteristik) adalah sekelompok tanda dan gejala /
sygn & symtomp (S) yang mengindikasikan hadirnya label diagnostic.
c.) Tipe-Tipe Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Aktual :
adalah masalah klien yang hadir saat pengkajian keperawatan. Berdasarkan adanya tanda
dan gejala. Komponen : P + E + S
Contoh : Nyeri Akut berhubungan dengan Proses Inflamasi sendi ditandai Pasien
mengatakan ” Lutut saya nyeri sekali sejak kemarin sore”
2. Diagnosa Keperawatan Risiko :
adalah penilaian klinis bahwa masalah tidak eksis, tetapi hadirnya faktor-faktor risiko
mengindikasikan bahwa sebuah masalah sepertinya berkembang kecuali jika perawat
melakukan intervensi. Komponen : P + E
Contoh : Risiko Infeksi berhubungan dengan pemasangan infuse
3. Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness)
menggambarkan respon-respon individu, keluarga atau komunitas kepada tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi yang memiliki suatu kesiapan untuk ditingkatkan.
Komponen : P (label diagnostik)
Contoh : Potensi Peningkatan Kesejahteraan Spiritual
4. Diagnosa Keperawatan Kemungkinan
Kemungkinan adalah suatu yang mana hadirnya masalah kesehatan tidak lengkap atau
tidak jelas, memrlukan data lebih untuk mendukungnya. Komponen : P + E
Contoh : Kemungkinan terjadi gangguan mobilitas berhubungan dengan pemasangan
infuse.
5. Diagnosa Keperawatan Sindrom
adalah diagnosa yang terdiri atas sekelompok diagnosa keperawatan yang lain.
Komponen :P
Contoh : Sindrom disuse. (Diagnosa ini terdiri atas : risiko infeksi, risiko kerusakan
jaringan kulit, risiko intolerans aktivitas, risiko perlukaan, risiko konstipasi, dll.)
d.) Masalah Kolaboratif
Semua masalah kolaboratif (multidisiplin) dimulai dengan label ” Potensial Komplikasi
(PK). Perawat sebaiknya menulis baik komplikasi yang akan terjadi dengan penyakit atau
tindakan yang akan menimbulkannya.
Contoh : Potensial Komplikasi Trauma Kepala : Peningkatan tekanan Intrakranial
Saat memonitor sekelompok komplikasi, perawat menyatakan penyakit dengan diikuti
daftar komplikasinya
Contoh : Potensial Komplikasi Kehamilan-dengan Hipertensi : kejang, fetal distress,
edema pulmonal, gagal liver / ginjal, kelahiran prematur, perdarahan intrakranial
D. Tahap Intervensi Keperawatan
a. Komponen
1. Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tingkat kegawatan
a) Prioritas Tinggi = keadaan yang mengancam jiwa
b) Prioritas Sedang= keadaan yang mengancam kesehatan
c) Prioritas Rendah = sesuatu yang meningkat dari kebutuhan perkembangan
normal, atau sedikit memerlukan pertolongan perawat.
Dapat memakai teori Maslow
Dll.
2. Menentukan Tujuan dan Hasil yang Diharapkan
Syarat tujuan = dapat diobservasi.
Komponen tujuan = subjek, kata kerja yang dapat diukur, hasil, kriteria, target
waktu.
Beberapa literatur membedakan antara Tujuan dan Kriteria Hasil (Outcome).

 Tujuan --> merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah
diagnose keperawatan.
 Kriteria Hasil (outcome) --> merupakan standar evaluasi yang merupakan
gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa
tujuan telah tercapai / tidak (lebih spesifik).
Contoh :
Tujuan : Klien Mampu mengeluarkan Sekresi paru Tanpa bantuan pd tgl
9-7-2018
Kriteria Hasil : k/u baik, pernafasan ireguler, teratur, tidak ada suara nafas
tambahan, tidak batu/sesak, tidak sianosis, suhu : 36-37 derajat Celsius,
RR : 16-20 x/menit, LabRo membaik.
3. Menentukan Rencana Tindakan
Persyaratan dalam penulisan intervensi :
a) Tanggal
b) Kata kerja yang dapat diukur, dilihat, didengar, dirasakan.
c) Hasil
d) Subjek.
e) Target tanggal.
f) Nama dan tanda tangan perawat.

b. Tipe Instruksi yang Digunakan dalam Intervensi


1.Instruksi Diagnostik, mengkaji kemajuan klien kearah pencapaian kriteria hasil dengan
pemantauan aktivitas klien secara langsung. Instruksi diagnostic dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi dalam upaya untuk mengisi informasi yang kurang.
2.Instruksi Terapeutik, menunjukkan tidakan oleh perawat yang secara langsung mengurangi,
memperbaiki, mencegah eksaserbasi masalah.
3.Instruksi Penyuluhan, meningkatkan perawatan diri klien dengan membantu individu
memperoleh tingkahlaku baru yang mempermudah resolusi masalah klien.
4.Instruksi Rujukan, menekankan peran perawat sebagai coordinator dan manajer dalam
perawatan klien dalam anggota perawatan kesehatan.

2.5.       Tahap Implementasi Keperawatan


2.5.1.      Komponen
1.    Tindakan Keperawatan Mandiri : tindakan yang dapat diimplementasikan oleh perawat
tanpa pesanan dokter dan masih dalam batas wewenang keperawatan.
2.    Tindakan Keperawatan Kolaboratif, tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan
bila perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat
keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

Contoh implementasi :

1.    Mengkaji TTV, batuk, frekuensi, irama, suara nafas klien pd tgl 9-7-2018, Anggun Saandia
(tanda tangan)
2.    Melakukan fisio terapi dada pada klien 2 kali sehari, Anggun Sandia (tanda tangan).
3.    Mengajarkan klien nafas dalam dan batuk efektif pd tgl 9-7-2018, Anggun Sandia (tanda
tangan)

2.6.       Tahap Evaluasi Keperawatan


Adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah
dicapai, dank lien akan masuk kembali dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.

Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen 1986, evaluasi terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu:

1.             Evaluasi Struktur.


Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio
perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf
keperawatan dalam area yang diinginkan.

2.             Evaluasi Proses.


Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang.
Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat
pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan,
dan kemampuan tehnikal perawat.

3.             Evaluasi Hasil.


Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan
pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria
hasil.

Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:

1.             Masalah Teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
2.             Masalah Sebagian Teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
3.             Masalah Tidak Teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan
timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan
cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Subjective (S) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan
diberikan. Objective (O) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. Assesment (A) adalah
membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil,
kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
Planning (P) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa.

2.7.       Tahap Dokumentasi Keperawatan


Dokumentasi keperawatan merupakan pencatatan informasi yang mencakup aspek
biologis, psikologis, sosial dan spiritual pada setiap tahap proses keperawatan, serta menjadi
penegakan diagnose, perencanaan, implementasi dan evaluasi dalam proses keperawatan
yang disusun secara sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan.

Tujuannya yaitu untuk mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat
kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi
tindakan. Selain itu, dokumentasi keperawatan juga bertujuan untuk penelitian, keuangan,
hukum dan etika.

Dokumentasi keperawatan juga bermanfaat bagi beberapa aspek, diantaranya :

1.             Aspek hukum : Dokumentasi keperawatan yang dibuat merupakan aspek legal didepan
hukum. Dokumentasi merupakan bukti catatan dari tindakan yang diberikan dan sebagai
dasar untuk melindungi pasien, perawat dan institusi.
2.             Aspek Kualitas pelayanan : Melalui audit keperawatan dokumentasi keperawatan
dijadikan alat untuk mengukur dalam membandingkan antara tindakan yang diberikan dengan
standar yang dijadikan rujukan. Dengan demikian dapat diketahui apakah dalam bekerja telah
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
3.             Aspek Keuangan : Dokumentasi yang baik dan teliti akan menjadi bukti bahwa tindakah
telah dilakukan oleh perawat. Dan dengan dokumentasi ini maka besarnya jasa yang
diberikan akan diberikan sesuai dengan aturan yang ditetapkan ditempat masing-masing.
4.             Aspek Pendidikan : Dokumentasi keperawatan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi
siswa-siswa perawat.
5.             Aspek Penelitian : Penelitian keperawatan dengan menggunkan data-data sekunder akan
sangat bergantung dengan kualitas dari dokumentasi keperawatan yang dibuat. Kesalahan
dalam membuat atau pengisian dokumentasi yang tidak lengkap akan membuat informasi
tentang riwayat pasien menjadi kabur.
Terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam pembuatan dokumentasi asuhan
keperawatan yaitu:

1.             Sarana Komunikasi


Komunikasi yang baik antara perawat dengan klien atau keluarganya akan diperoleh
informasi yang akurat sehingga dokumentasi keperawatan akan dilaksanakan dengan optimal.
Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan dalam proses pengumpulan data serta
tercipta hubungan yang harmonis antara perawat dan klien sehingga akan membantu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien.
2.             Dokumentasi Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan inti dari praktik keperawatan dan juga sebagai isi pokok
dokumentasi keperawatan. Beberapa tahap proses keperawatan meliputi beberapa
pengelompokan dokumentasi keperawatan : a) dokumentasi pengkajian keperawatan, b)
dokumentasi diagnosa keperawatan, c) perencanaan keperawatan, d) dokumentasi tindakan
keperawatan, e) dokumentasi evaluasi keperawatan.
3.             Standar Keperawatan
Standar keperawatan merupakan gambaran dari kualitas, karakteristik, sifat, dan kompetensi
yang diharapkan dari beberapa aspek dalam praktik keperawatan. Standar keperawatan
diperlukan oleh perawat karena sebagai dasar menentukan arah atau petunjuk dalam
dokumentasi kegiatan serta dalam pembuatan format pencatatan yang tepat.

2.7.1. Format Dokumentasi


1.    Format naratif
Merupakan format yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari hari ke hari dalam
bentuk narasi.

2.    Format Soapier


Format inib dapat digunakan pada catatan medic yang berorientasi pada masalah (problem
oriented medical record) yang mencerminkan masalah yang di identifikasi oleh semua
anggota tim perawat. Format soapier terdiri dari:

a.    S = Data Subjektif


Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang dirasakan sendiri oleh pasien

b.   O = Data Objektif


Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan meliputi data
fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. Data info dapat diperoleh melalui wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostic laboratorium.

c.    A = Pengkajian (Assesment)


Analisis data subjektif dan objektif dalam menentukan masalah pasien.

d.   P = Perencanaan
Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan dating dari intervensi tindakan untuk
mencapai status kesehatan optimal.

e.    I = Intervensi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat

f.     E = Evaluasi
Merupakan analisis respon pasien terhadap intervensi yang diberikan

g.   R = Revisi
Data pasien yang mengalami perubahan berdasarkan adanya respon pasien terhadap tindakan
keperawatan merupakan acuan perawat dalam melakukan revisi atau modifikasi rencana
asuhan kepeawatan.

3.    Format fokus/DAR


Semua masalah pasien diidentifikasi dalam catatan keperawatan dan terlihat pada rencana
keperawatan. Kolom focus dapat berisi : masalah pasien (data), tindakan (action) dan respon
(R)

4.    Format DAE


Merupakan system dokumentasi dengan konstruksi data tindakan dan evaluasi dimana setiap
diagnose keperawatan diidentifikasi dalam catatan perawatan, terkait pada rencana
keprawatan atau setiap daftar masalah dari setiap catatan perawat dengan suau diagnose
keperawatan.

5.    Catatan Perkembangan Ringkas


Dalam menuliskan catatan perkembangan diperlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain :

a.    Adanya perubahan kondisi pasien


b.   Berkembangnya masalah baru
c.    Pemecahan masalah lama
d.   Respon pasien terhadap tindakan
e.    Kesediaan pasien terhadap tindakan
f.     Kesediaan pasien untuk belajar
g.   Perubahan rencana keperawatan
h.   Adanya abnormalitas atau kejadian ayng tidak diharapkan.

2.7.2. Enam model pendokumentasian tersebut adalah sebagai berikut :


1.    SOR (Source Oriented Record)
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. Catatan berorientasi pada sumber yang terdiri dari 5 komponen:

a.       Lembar penerimaan berisi biodata


b.      Lembar order dokter
c.       Lembar riwayat medic
d.      Catatan perawat
e.       Laporan khusus
2.    POR (Problem Oriented Record)
Model ini memusatkan data tentang klien disusun menurut masalah klien. System ini
mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh perawat, dokter dan
tim kesehatan lainnya terdiri dari 4 komponen:

a.    Data dasar


b.   Daftar masalah
c.    Perencanaan awal
d.   Catatan perkembangan (progress note
3.    Progress Oriented Record (Catatan Berorientasi pada perkembangan kemajuan)
Tiga jenis catatan perkembangan: Catatan perawata (nursing note) Lembar alur (floe sheet),
Catatan pemulangan dan Ringkasan Rujukan (Discharge Summary)

4.    CBE (Charting by Exception)


CBE (Charting by Exception) Adalah system dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif
dan hasil penemuan yang menyimpang dari keadaan normal (standar dari praktik
keperawatan).

5.    PIE (Problem Intervention and Evaluation)


PIE (Problem Intervention and Evaluation)Adalah pencatatan dengan pendekatan orientasi
proses dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnose keperawatan.

6.    FOCUS (Biasa juga disebut dengan format DAR (Data, Action, Respons))
Suatu proses pencatan terfokus pada klien. Digunakan untuk mengorganisir dikumentasi
asuhan keperawatan dimana: Data berisi data subjektif dan objektif serta data focus Action :
tindakan yang akan dikaukan Respons : keadaan respon yang akan dilakukan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses keperawatan merupakan suatu kegiatan yang terorganisir dengan


menggunakan metode yang sistematis dalam memberikan Auhan Keperawatan kepada
individu,kelompok,keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang
dialami.

Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: Pengkajian, Diognasa, Perencanaan,


Pelaksanaan dan Evaluasi. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling
berkesinambungan dan tidak dapat di pisahkan satu sama lain.

B. Saran

1.  Perawat harus memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan


pengkajian,karena pengkajian data merupakan dasar utama dari pelaksanaan proses
keperawatan.
2. Pengkajian keperawatan harus dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data
akurat.
3. Dalam menentukan diagnose harus disesuaikan dengan kebutuhan klien.
4.  Data yang diperoleh harus akurat dan bukan kesimpulan peraat.
5. Perawat tidak boleh langsung membuat keputusan tentang kondisi klien. 

DAFTAR PUSTAKA
Anas. (2010, July 20). Standar Asuhan Keperawatan. Retrieved from Berbagi Pengetahuan
dan Informasi: http://anasmuiliquelya.blogspot.com/2010/07/standar-asuhan-
keperawatan.html .(accessed July 07, 2018)

Indonesian Web Nurses Team. (2011, Novemver 8). Proses Keperawatan Review dari
Pengkajian s.d. Evaluasi. Retrieved from Wordpress:
https://idwebnurse.wordpress.com/2011/11/08/proses-keperawatan-review-dari-pengkajian-s-
d-evaluasi/ .(accessed July 07, 2018)

Kesmas. (2013, January 23). Aplikasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Retrieved from
Public Health: http://www.indonesian-publichealth.com/aplikasi-dokumentasi-keperawatan/ .
(accessed July 07, 2018)

Wantika, R. (2015, September 26). Proses Keperawatan. Retrieved from Wordpress:


https://ruryuswantika.wordpress.com/ .(accessed July 07, 2018)

Anda mungkin juga menyukai