Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN HASIL EBP

(EVIDENCE BASED PRACTICE) PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM HEMATOLIGI PENYAKIT ANEMIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Remedial Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pengampu: Rosliana Dewi, S.Kep.,M.H.Kes.,M.Kep

Disusun Oleh:

Rhadika Wangsa Nugraha (C1AA20094)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT. atas limpahan segala nikmat sehat-nya, bsehingga saya
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas remedial dari mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I yang berjudul “Asuhan Keperawatan Berdasarkan Hasil EBP (Evidence Based Practice) Pada
Pasien Dengan Gangguan Sistem Hematologi Penyakit Anemia”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sukabumi, 25 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Definisi...................................................................................................................................3
2.2 Etiologi...................................................................................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala....................................................................................................................4
2.5 Klasifikasi...............................................................................................................................5
2.6 Patofsiologi.............................................................................................................................7
2.7 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................................8
2.8 Komplikasi..............................................................................................................................9
2.9 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anemia..........................................................................10
3.0 EBP Pada Pasien Anemia....................................................................................................13
BAB III PENUTUP......................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................21
3.2 Saran................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah yang
mengakibatkan penurunan jumlah hemoglobin dan hematokrit di bawah 12 g/dL. Asupan
protein dalam tubuh sangat membantu penyerapan zat besi, maka dari itu protein bekerja
sama dengan rantai protein mengangkut elektron yang berperan dalam metabolisme energi.
Selain itu vitamin C dalam tubuh harus tercukupi karena vitamin C merupakan reduktor,
maka di dalam usus zat besi (Fe) akan dipertahankan tetap dalam bentuk ferro sehingga lebih
mudah diserap. Selain itu vitamin C membantu transfer zat besi dari darah ke hati serta
mengaktifkan enzim-enzim yang mengandung zat besi. (Brunner & Suddarth, 2000:22)

Anemia merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi jutaan orang di negara-


negara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan manusia. Prevalensi
anemia di perkirakan 9% di negara maju sedangkan di negara berkembang prevalensinya
43%. Anak-anak dan wanita usia subur merupakan kelompok yang paling beresiko.
Prevalensi terutama tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau
kehilangan darah akibat infeksi parasit yang dapat membawa dampak yang besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik. Sementara WHO dalam
Worldwide Prevalence of Anemia melaporkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia
yang menderita anemia adalah 1,62 miliar orang dengan prevalensi pada anak sekolah
dasar 25,4% dan 305 juta anak sekolah diseluruh dunia menderita anemia (WHO,2013)

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah
daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Penyebab
anemia pada negara dengan prevalensi anemia di atas 20% adalah anemia defisiensi Fe atau
kombinasi defisiensi Fe. Anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi sehingga
pembentukan sel - sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu adalah anemia gizi
besi. Di Indonesia Prevalensi anemia pada kelompok umur 5 –14 tahun adalah 26,4% dan
pada kelompok umur 15 – 24 tahun adalah 18,4%.

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan tentang definisi Anemia?


2. Bagaimana Etiologi/Penyebab Anemia?
3. Apa saja Tanda dan Gejala Anemia?

i
4. Bagaimana Manifastasi Klinis Anemia?
5. Bagaimana Kalisifikasi Anemia?
6. Bagaimana Patofisiologi Anemia?
7. Bagaimana Pemeriksa Penunjang Anemia?
8. Bagaimana Komplikasi Anemia?
9. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit SNH?
10. Bagaimana EBP pada pasien Anemia?

1.3 Tujuan Pembahasan

11. Mengetahui tentang Pengertian Anemia


12. Mengetahui Etiologi/Penyebab Anemia
13. Mengetahui Tanda dan Gejala Anemia

ii
14. Mengetahui Manifastasi Klinis Anemia
15. Mengetahui Klasifikasi Anemia
16. Mengetahui Patofisiologi Anemia
17. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anemia
18. Mengetahui Komplikasi Anemia
19. Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia
20. Mengetahui EBP pada pasien Anemia

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Istilah anemia mendeskripsikan keadaan penurunan jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin dibawah nilai normal. Sebagai akibat dari penurunan ini, kemampuan
darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang sehingga ketersediaan oksigen untuk
jaringan mengalami penurunan. Anemia merupakan kelainan patologik yang paling sering
dijumpai pada masa bayi dan kanak-kanak(Wong,2009:1115)
Menurut Ngastiyah (2012:328), anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta
jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan
(packed red cells volume) dalam 100 ml darah. Hal ini terjadi bila terdapat gangguan terhadap
keseimbangan antara pembentukan darah pada masa embrio setelah beberapa minggu dari
pada masa anak atau dewasa.

2.2 Etiologi

Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara
signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner
dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :

a) Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
b) Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang
berlebihan.
c) Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d) Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit
kronis dan kekurangan zat besi.

Penyebab dari anemia antara lain :

a. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena:


 Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
 Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient
 Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
 Inflitrasi sum-sum tulang
b. Kehilangan darah
 Akut karena perdarahan
5
 Kronis karena perdarahan
 Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)

6
c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi karena
 Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
 Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit
d. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada
Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.

2.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta perkembangan
kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan
fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L,
yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. (Price , 2000:256-
264).

2.4 Manifestasi Klinis

AREA MANIFESTASI KLINIS


Keadaan Umum Pucat, penurunan kesadaran, keletihan berat , kelemahan, nyeri
kepala, demam, dipsnea, vertigo, sensitive terhadap dingin, BB
turun.
Kulit Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit pucat, sianosis, kulit kering,
kuku rapuh, koylonychia, clubbing finger, CRT > 2 detik, elastisitas kulit
munurun, perdarahan kulit atau mukosa (anemia aplastik)
Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera, konjungtiva pucat.
Telinga Vertigo, tinnitus
Mulut Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis, perdarahan gusi, atrofi papil
lidah, glossitis, lidah merah (anemia deficiency asam folat)
Paru - paru Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Kardiovaskuler Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak waktu kerja, angina
pectoris dan bunyi jantung murmur, hipotensi, kardiomegali, gagal
jantung
Gastointestinal Anoreksia, mual-muntah, hepatospleenomegali (pada anemia
hemolitik)
Muskuloskeletal Nyeri pinggang, sendi
System persarafan Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata berkunang-kunang, kelemahan
otot, irritable, lesu perasaan dingin pada ekstremitas.
(Bakta, 2003:15)

7
2.5 Klasifikasi

Anemia Aplastik

1. Penyebab
 Obat-obatan (kloramphenikol, insektisida, anti kejang).
 Penyinaran yang berlebihan.
 Sumsum tulang yang tidak mampu memproduksi sel darah merah.
2. Gejala Klinis
 Pucat
 Cepat lelah
 Lemah
 Gejala Icokopenia / trombositopeni
3. Pemeriksaan penunjang
Terdapat pensitopenia sumsum tulang kosong diganti lemak, neotrofil kurang dari 300
ml, trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit kurang dari 1% dan kepadatan seluler
sumsum tulang kurang dari 20%.
4. Pengobatan
 Berikan transfusi darah “Packed cell”, bila diberikan trombosit berikan darah segar/
platelet concentrate.
 Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic, hygiene yang baik perlu untuk mencegah
timbulnya infeksi.
 Untuk anemia yang disebabkan logam berat dapat diberikan BAC (Britis Antilewisite
Dimercaprol)
 Transplantasi sumsum tulang
 Prednison dan testoteron (Prednison dosis 2-5 mg/kg BB/hari per oral, Testoteron
dosis 1-2 mg/kg BB/hari secara parenteral, Hemopocitik sebagai ganti testoteron
dosis 1-2 mg/kg BB/hari per oral)

Anemia Defisiensi Zat Besi

1. Penyebab
 Masukan zat besi dalam makanan yang tidak adekuat
 Masukan makanan dari susu sapi secara tidak langsung
 Penyebab Hb yang tepat tidak terjadi
 Janin yang lahir dengan gangguan structural pada system pencernaan
 Kehilangan darah kronis akibat adanya lesi pada saluran pencernaan

8
2. Gejala klinis
Tampak lelah dan lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabe dan tidak tampak sakit karena
perjalanan penyakit menahun, tampak pucat terutama pada inukosa bibir, faring, telapak
tangan dan dasar kuku, konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau berwarna putih
mutiara dan jantung agak membesar.
3. Pemeriksaan penunjang
Ferritin serum rendah kurang dari 30 mg/l, MCV menurun ditemukan gambaran
sel mikrositik hipokrom, Hb dan eritrosit menurun.
4. Pengobatan
Dengan pemberian garam-garam sederhana peroral (sulfat, glukonat, fumarat), preparat,
besi secara parenteral besi dekstram, jika anak sangat anemis dengan Hb di bawah 4
gm/dl diberi 2-3 ml/kg packed cell, jika terjadi gagal jantung kongestif maka pemberian
modifikasi transfusi tukar packed eritrosis yang segar, dapat pula diberi furosemid.

Anemia Hemolitik

1. Penyebab
a. Faktor instrinsik
 Karena kekurangan bahan untuk membuat eritrosit
 Kelainan eritrosit yang bersifat congenital seperti hemoglobinopati
 Kelainan dinding eritrosit
 Abnormalita dari enzym dalam eritrosit
b. Faktor ekstrinsik
 Akibat reaksi non immunitas (akibat bahan kimia atau obat-obatan, bakteri)
 Akibat reaksi immunitas (karena eritrosit diselimuti anti body yang dihasilkan
oleh tubuh itu sendiri)
2. Gejala klinis
Badan panas, menggigil, lemah, mual muntah, pertumbuhan badan yang terganggu,
adanya ikhterus dan spelenomegali.
3. Pemeriksaan penunjang
Terjadi penurunan Ht; penggian bilirubin inderik dalam darah dan peningkatan bilirubin
total sampai 4 mg/dl dan peninggian urobilin.
4. Penatalaksanaan
Tergantung dari penyakit dasarnya, splenoktomi merupakan tindakan yang harus
dilakukan.
Indikasi dan splenoktomi adalah :
 Sferositosis konginital
 Hipersplenisme
 Limfa yang terlalu besar sehingga menimbulkan gangguan mekanisme
Berikan kortikosteroid pada anemia hemolisis autoimum, transfusi darah dapat diberikan
jika keadaan berat.

9
2.6 Patofsiologi

Defisiensi B12, Kegagalan produksi Destruksi SDM Perdarahan


asam folat, besi SDM oleh sumsum berlebih /hemofilia
tulang

Penurunan SDM

Mekanisme anaerob

ATP berkurang

Makanan sulit Asam lambung Kelelahan Energi untuk memberntuk


dicerna meningkat antibodi berkurang
Intoleransi
Konstipasi aktivitas Resiko infeksi
Anoreksia
Defisit
perawatan diri
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

10
2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :572)


2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan
eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Nilai normal
eritrosit (juta/mikro lt): 3,9 juta per mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter
pada pria
3. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
4. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
5. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
6. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan
sel darah merah : atau penyakit malignasi.
7. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada
tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
8. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
9. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik). Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000–10.000
permokro liter
10. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
a. Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000–400.000 per mikro liter darah.
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Nilai normal Hb
(gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
11. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
12. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
13. TBC serum : meningkat (DB)
14. Feritin serum : meningkat (DB)
15. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
16. LDH serum : menurun (DB)
17. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
19. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
20. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan
megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

11
2.7 Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat,
gagal jantung kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan cepat lelah
waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen
(Price &Wilson, 2006).

2.8 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anemia

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan yang terajadi pada tahap ini akan menentukan
diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan menentukan desain perencanaan
yang ditetapkan.(Adib, 2009).
1) Identitas klien
Pengkajian identitas klien berupa nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk RS, tanggal rencana operasi, nomor medrek,
diagnosa medis dan alamat (Rohmah, 2010)
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penangguang jawab baik ayah, ibu, suami, istri, ataupun anak yang meliputi
nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan
alamat (Rohmah, 2010).
3) Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Keluhan yang biasanya dikeluhkan oleh klien anemia aplastik adalah cepat lelah,
penurunankadar hemoglobin dalam darah, kepala terasa pusing, lesu, susah
berkonsentrasi, penglihatan berkunang-kunang, prestasi kerja fisik pikiran menurun.
2. Keluhan utama saat dikaji
Keluhan yang dikemukakan sampai dibawa ke RS dan masuk ruang perawatan,
komponen ini terdiri dari PQRST yaitu :
P : Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit, hal yang meringankan
atau memperberat gejala, klien dengan anemia aplastik mengeluhkan kepala terasa pusing
dan mudah lelah.

12
Q : Quallitative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Rasa pusing dikepala
menyebabkan susah konsentrasi dan prestasi kerja fisik pikiran menurun.
R : Region sejauh mana lokasi penyebaran yang dirasakan. Pusing dikepala bagian atas
kebelakang menyebabkan susah untuk berkonsentrasi.
S : Serverity/scale derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut.
T : Time dimana keluhan dirasakan dan juga lama serta frekuensinya. Pusing dirasakan
pada waktu yang tidak menentu dan biasanya akan terasa jika terlalu banyak beraktivitas.
B. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu ditanyakan antara lain apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya atau punya penyakit yang menular (Rohmah, 2010).
C. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama
dengan klien atau apakah ada penyakit yang sifatnya keturunan maupun menular
(Rohmah, 2010).
4) Pola Aktivitas
1) Aktivitas / istirahat
Gejala: keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda: takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik
diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan
kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala: riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif
kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda: TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia: abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung: murmur sistolik (DB). Ekstremitas
(warna): pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan).
Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera: biru
atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku: mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut: kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature
(AP).
3) Integritas ego
Gejala: keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.

13
Tanda: depresi.
4) Eleminasi
Gejala: riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda: distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya
(DB).
Tanda: lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit: buruk, kering, tampak kisut/hilang
elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir: selitis, misalnya
inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan,
keseimbangan buruk, kaki goyah; parestesia tangan/kaki (AP); klaudikasi. Sensasi
manjadi dingin.
Tanda: peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental: tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik: hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis:
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala: riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda :
takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala: riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda: demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Petikie dan
ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala: perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang
libido (pria dan wanita). Imppoten.

14
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
> Focus Diagnose Keperawatan

Merujuk kepada definisi NANDA yang digunakan pada diagnose diagnose keperawtan yang
telah ditetapkan. Ada tiga esensial suatu diagnose keperawatan yang telah dirujuk sebagai yaitu
dimana “P” diidentifikasi sebagai problem, “E” menunjukkan etiologi dari problem dan “S”
menggambarkan sekelompok tanda dan gejala. Ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu
pernyataan dengan menggunakan “berhubungan dengan”.

Menurut NANDA, NIC, NOC diagnose keperawatan yang ditemukan pada pasien Anemia
adalah:

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer oksigen keparu
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen/nutrient sel
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inake yang kurang, anoreksia
4. Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen/nutrient sel
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnose Perencanaan
Keperawatan Tujuan Interveni Rasional
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Monitor status - Memonitor status
perfusi jaringan asuhan keperawatan homeodinamik homeodinamik
perifer b.d selama 2x24 jam meliputi nadi meliputi nadi dan
penurunan perfusi jaringan dan tekanan tekanan darah
konsentrasi Hb perifer adeukat darah - Memonitor
dan darah, suplai dengan - Monitor adanya adanya tanda-
oksigen/nutrient Kriteria hasil: tanda-tanda tanda dehidrasi
sel - Tekanan dehidrasi - Memonitor
systole dan - Monitor asupan asupan makanan
diastole makanan tinggi tinggi zat besi
dalam zat besi atau Fe atau Fe
rentang yag - Monitor adanya - Memonitor
diharapkan sumber-sumber adanya sumber-
- Pengisian kehilanga cairan sumber kehilanga
kapiler (pendarahan, cairan
ektremitas muntah, diare, (pendarahan,
- Muka tidak keringat yang muntah, diare,
pucat berlebihan, dan keringat yang
- Capillary takipnea) berlebihan, dan
Refill - Kolaborasi takipnea)
Time denga dokter - Berkolaborasi
<2 detik

15
tentang denga dokter
pemberian tentang
transfusi darah pemberian
transfusi darah

3.0 EBP Pada Pasien Anemia

1. EBP dalam Keperawatan


Dalam dunia keperawatan EBP adalah proses pengumpulan data, memproses, dan
menerapkan hasil penelitian untuk meningkatkan praktik klinis, lingkungan kerja,
atau outcome pasien. Penggunaan EBP untuk praktik k;linik keperawatan sangat
membantu perawat dalam memberikan perawatan pasien dengan kualitas tertinggi
dan sefisiensi mungkin. Sehingga asuhan berbasis pendekatan EBP terbukti
mampu meningkatkan kwalitas patient safety dan peningkatan outocome asuhan
keperawatan.
2. Strategi Pengumpulan Data
Dalam menyusun makalah ini penulis mengumpulkan jurnal penelitian sebagai
data acuan pelaksaan pendidikan kesehatan yang diakses melalui media elektronik
yaitu google scholar. Jurnal yang dicari berhubungan denga intervensi
keperawatan pada pasien Anemia.
3. Diagnose Kerawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen/nutrient sel

16
4. Hasil Penelitian berdasarkan EBP
a. Summary Jurnal
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen/nutrient sel
Intervensi: Asupan makanan tinggi zat besi atau Fe

No Topik Peneliti Tahun Metode Populasi dan Hasil Kesimpulan


Sampel
1 PENGARUH Rini Hariani 2017 penelitian Sampel dalam Hasil penelitian Ada pengaruh
PEMBERIAN Ratih kuantitatif, penelitian ini didapatkan rata-rata kadar pemberian tablet zat
ZAT BESI (Fe) dengan desain adalah ibu hemoglobin ibu hamil besi (Fe) terhadap
TERHADAP penelitian hamil yang anemia yang anemia sebelum peningkatan kadar
PENINGKATAN Quasi dengan jumlah pemberian tablet zat besi hemoglobin pada ibu
HEMOGLOBIN eksperimen sampel 30 orang. (Fe) adalah 8,81 hamil yang anemia
IBU HAMIL jenis One Pengambilan gr/dl,sedangkan sesudah dengan p.value< 0,05
ANEMIA group pre-test sampel dilakukan pemberian tablet zatbesi
dan pos-test secara purposive (Fe) adalah 12,59 gr/dl.
dengan cara sampling. Pada pemeriksaan uji T
pengukuran didapatkan nilai p.value
sebelum dan 0,001.
sesudah
intervensi
2 Terapi Pemberian Sabatika R. 2021 literature dari 100% kasus hasil positif pemberian terdapat peningkatan
Besi pada Kapoh,Linda review penderita anemia terapi besi pada pasien hemoglobin pada
Penderita Anemia W. A. Rotty, berat yang anemia pasien
Defisiensi Besi Efata B. I. Polii dilaporkan, defisiensi besi. anemia defisiensi besi
diperkirakan 50% setelah diberikan
wanita hamil, terapi besi.
49% wanita tidak
hamil, dan 42%
kasus anak
penderita anemia

17
3 Validasi Kuesioner Susan Fitria 2020 pengembangan 49 pasien hamil hasil Uji validitas Berdasarkan validasi
Pengetahuan Candradewi, instrumen terhadap 15 item konten, dan
Anemia dan Ginanjar penelitian pertanyaan diperoleh 2 construct validity
Suplemen Zat Besi Zukhruf (kuesioner) item kuesioner
Pada Ibu Hamil Saputri,Adnan yang pertanyaan yang tidak pengetahuan
dilakukan valid, selanjutnya item anemia dan suplemen
validasi oleh pertanyaan dihapus dan zat besi diperoleh
tiga orang ahli dilakukan hasil kuesioner valid ,
di validasi ulang dan dan berdasarkan
bidangnya diperoleh hasil valid analisis reliabilitas
masing- dengan nilai koefisien dengan cronbach’s
masing pearson correlation ditasa alphaI diperoleh hasil
(validasi nilai r tabe reliabel
konten)

18
b) Kajian Literatur

1. Hasil Literatur

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rini Hariani Ratih (2017) dengan judul
“PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI (Fe) TERHADAP PENINGKATAN HEMOGLOBIN IBU
HAMIL ANEMIA”, Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh tubuh yang berfungsi
untuk sistem hemoglobin. Bagi janin, zat besi sangat penting untuk perkembangan otak fetos dan
kemampuan kognitif bayi lahir.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Shintiyasmani Sabatika R. Kapoh, dkk (2021)
yang berjudul “Terapi Pemberian Besi pada Penderita Anemia Defisiensi Besi”, Anemia adalah
suatu keadaan dimanam kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia bukan
suatu keadaan spesifik, melainkan dapat disebabkan oleh bermacam-macam reaksi patologik dan
fisiologik. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat
besi yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin.

Dari hsil penelitian yang dilakukan oleh Susan Fitria Candradewi, dkk (2020) yang
berjudul “Validasi Kuesioner Pengetahuan Anemia dan Suplemen Zat Besi Pada Ibu Hamil”,
mengetahui pengetahuan anemia dan suplemen zat besi pada ibu hamil yaitu aspek kondisi
kehamilan mengenai anemia, aspek obat dan aspek kebiasaan sehari-hari (life style).

2. Analisa Literatur

Dari hasil 3 kajian jurnal bahwa Asupan dan Pengeluaran pada pasien Anemia dengan
diagnose Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen/nutrient sel sangat berpengaruh untuk pembentukan hemoglobin pada pasien
Anemia.

3. Lampiran Materi
a. Asupan dan Pengeluaran
Menurut Dallman, ADB adalah anemia akibat kekurangan zat besi sehingga konsentrasi
hemoglobin menurun di bawah 95% nilai hemoglobin rerata dari usia dan jenis kelamin yang
sama. Pengaruh suplemen besi pada ibu hamil tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan ibu,
tetapi juga dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan otak dan berat badan bayi.
Pertambahan berat badan janin menunjukkan hasil yang lebih rendah pada kelompok ibu hamil.
Suplemen zat besi pada ibu hamil dapat menurunkan sebesar 73% insiden anemia pada
kehamilan aterm dan 67% insiden anemia defisiensi pada kehamilan aterm. Hal ini bisa
dijelaskan bahwa dengan suplemen zat besi dapat meningkatkan antara lain retikulosit, sel darah
merah,dan hemoglobin (Farid husin.,2014).

16
a. SummaryJurnal
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen/nutrient sel

Intervensi: Transfusi darah

No Topic Peneliti Tahun Metode Populasi dan Hasil Kesipumlan


Sampel
1 Perbandingan Kadar Febria 2021 Deskriptif dengan Populasi yaitu Nilai rata-rata kadar Transfusi darah
Hemoglobin Pasca Ariandani, membandingkan seluruh pasien hemoglobin penderita menggunakan darah
Transfusi Meida hasil kenaikan anemia yang anemia aplastic segar lebih baik
Menggunakan Nugrahalia, & kadar hemoglobin melakukan sebelum ditransfusi dibandingkan
Darah Segar dan Rahmiati pasca transfusi transfusi darah di darah donor segar dengan transfusi
Darah Simpan Pada menggunakan RSUP adalah 6,4 gr/dL, darah simpan dalam
Penderita Anemia darah segar dan Haji Adam Malik mengalami kenaikan meningkatkan
Aplastik darah simpan pada Medan. Sedangkan menjadi 8,9 gr/dL, kadar hemoglobin
penderita anemia sampel dalam sedangkan nilai rata- penderita anemia
aplastik penelitian ini rata kadar hemoglobin aplastik, dengan
adalah dengan total penderita anameia persentase
sampling selama aplastik peningkatan
bulan Juli 2019 sebelum ditransfusi darah segar rata-
sebanyak 40 darah simpan adalah rata 38,0% dan
sampel. 6,8 gr/dL mengalami darah donor simpan
kenaikan sesudah rata-rata 17,4%.
transfusi menjadi 7,9
gr/dL.
2 Hubungan Anemia M. Saiful Hadi, 2012 Penelitian kohort 60 pasien Selama 6 bulan Transfusi darah
dan Transfusi Darah T. Mirza prospektif didapatkan 60 pasien, mampu mengatasi
terhadap Respons Iskandar dilakukan di 74,19% dengan toksisitas
Kemoradiasi bangsal gambaran histologi sel hematologi selama
pada Karsinoma Obstetri skuamosa dan 75,81% terapi kemoradiasi.
Serviks Uteri Ginekologi RSUP stadium III B. Anemia tidak
Stadium IIb – IIIb Dr. Kariadi Toksisitas hematologi berhubungan
yaitu anemia terjadi dengan respon

17
pada 45,97% orang, komplet
leukopenia 32,27% kemoradiasi.
dan trombositopenia
13,70%. Transfusi
darah
diberikan pada 52
(86,67%) orang, 44
orang (73,33%)
satu macam
dan 8 orang (26,67%)
mendapatkan ≥ 2
macam transfusi
darah.
Respon komplet /
remisi terjadi pada
26 orang (43,3%).
Anemia
tidak berhubungan
dengan respon
komplet, baik anemia
sebelum
kemoradiasi (OR
2,38 ; 95% CI 0,71-
8,15; p=0,116) maupun
anemia selama
kemoradiasi (OR
2,63 ; 95% CI 0,63-
11,66;
p=0,136).
3 EFEKTIFITAS Febry Aplorina 2020 Penelitian ini Pasien Ny W.U Setelah dilakukan Transfusi darah
PEMBERIAN Lima menggunakan penelitian tentang secara umum
TRANSFUSI jenis penelitian efektifitas pemberian bertujuan
DARAH UNTUK Deskriptif dengan transfusi darah dalam mengembalikan

18
MENINGKATKAN desain meningkatkan perfusi serta
PERFUSI studi kasus jaringan perifer akibat mempertahankan
JARINGAN anemia disimpulkan volume normal
PERIFER AKIBAT hasil bahwa perfusi peredaran darah,
ANEMIA DI jaringan perifer dapat mengganti
RUANG TERATAI meningkat setelah kekurangan
RSUD PROF DR dilakukan pemberian komponen
W.Z JOHANNES transfuse darah. sel darah
KUPANG meningkatkan
oksigenasi jaringan
serta memperbaiki
fungsi homeostatis
tubuh.Peran
perawat sangat
penting dalam
pemberian transfusi
darah, karena
pasien
yang menderita
anemia terjadi
gangguan perfusi
jaringan perifer
sehingga dengan
penatalaksanaan
pemberian transfusi
darah yang tepat
dapat meningkatkan
perfusi
jaringan perifer
pada pasien dengan
Anemia.

19
b). Kajian Literatur

1. Hasil Literatur

Dari penelitian yang dilakukan oleh Febria Ariandani dkk, (2021) yang berjudul
“Perbandingan Kadar Hemoglobin Pasca Transfusi Menggunakan Darah Segar dan
Darah Simpan Pada Penderita Anemia Aplastik”, transfusi dengan menggunakan darah segar
lebih baik dari pada transfusi dengan meningkatkan kadar hemoglobin pada pasien patch
hemoragik, dengan rata-rata peningkatan 38,0% darah baru dan 17,4% donor darah.

Dari penelitian yang dilakukan oleh M. Saiful Hadi dkk, (2019) yang berjudul
“Hubungan Anemia dan Transfusi Darah terhadap Respons Kemoradiasi pada Karsinoma
Serviks Uteri Stadium IIb – IIIb”, Transfusi darah mampu mengatasi efek prognostic negatif dari
toksisitas hematologi dan kadar nadir hematologi selama terapi kemoradiasi pada pasien
karsinoma serviks uteri. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara pasien yang mengalami
anemia dan pasien yang tidak terjadi anemia sebelum dan selama pemberian kemoradiasi
dengan respon terapi.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Febry Aplorina Lima (2020) yang berjudul
“EFEKTIFITAS PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH UNTUK MENINGKATKAN
PERFUSI JARINGAN PERIFER AKIBAT ANEMIA DI RUANG TERATAI RSUD PROF
DR W.Z
JOHANNES KUPANG” transfusi darah bertujuan mengembalikan serta mempertahankan volume
normal peredaran darah, mengganti kekurangan komponen seluler darah, meningkatkan
oksigenasi jaringan, serta memperbaiki fungsi homeostasis pada tubuh.

2. Analisis Literatur
Dari hasil 3 jurnal yang didaptkan bahwa Fisioterapi Dada pada pasien Anemia dengan
diagnose Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah,
suplai oksigen/nutrient sel sangat berpengaruh peningkatan Hb pada pasien Anemia.
3. Lampiran Materi
Transfusi darah adalah Proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang ( donor )
kepada orang lain ( resipien ) . Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang akibat
perdarahan, luka bakar, mengatasi shock danmempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi
( Setyati, 2010 ). Salah satu cara untuk menyelamatkan penderita anemia adalah melalui
transfuse darah. Transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari orang sehat (donor) ke
orang sakit (recipient), yang diberikan secara intravena melalui pembuluh darah. Darah yang
ditransfer mungkin dalam bentuk sel darah merah dan komponen darah (PMI, 2007).

20
21
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah
merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Dan
mengakibatkan organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat
penderita anemia pucat dan mudah lelah.

Dan dari hasil penelitian EBP Posisi Semi Fowler atau Fowler sangat berpengaruh
pada pasien Anemia begitupun dengan Fisioterapi Dada.

B. Saran

Setelah membaca dan mengerjakan tugas ini, kami mengharapkan semoga kita
sebagai calon Tenaga Kesehatan dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan dengan
Intervensi Berdasarkan Hasil Penelitian (Evidence Base Practice) Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi Anemia, sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari tugas ini, maka
saya harap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

22
DAFTAR PUSTAKA
Ariandani Febria, Nugrahalia Meida, & Rahmiati, 2021, “Perbandingan Kadar Hemoglobin
Pasca Transfusi Menggunakan Darah Segar dan Darah Simpan Pada Penderita Anemia
Aplastik”. Jurnal Ilmiah Biologi UMA. Vol 3(1), hal 18-27.

Ratih Rini Hariani, 2017. “PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI (Fe) TERHADAP
PENINGKATAN HEMOGLOBIN IBU HAMIL ANEMIA” .Journal Of Midwifery Science. Vol
1. No 2.

Kapoh Sabatika R, Rotty Linda W. A., Polii Efata B. I., 2021 “Terapi Pemberian Besi pada
Penderita Anemia Defisiensi Besi”. Vol 9(2):311-317.

Candradewi Susan Fitria, Saputri Ginanjar Zukhruf, Adnan, 2020 “Validasi Kuesioner
Pengetahuan Anemia dan Suplemen Zat Besi Pada Ibu Hamil”. Journal Pharmascience, Vol 07,
No 01, hal 18-24.

Lima Febry Aplorina, 2020. “EFEKTIFITAS PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH UNTUK


MENINGKATKAN PERFUSI JARINGAN PERIFER AKIBAT ANEMIA DI RUANG
TERATAI RSUD PROF DR W.Z JOHANNES KUPANG”

Hadi M. Saiful, Iskandar T. Mirza, 2012. “Hubungan Anemia dan Transfusi Darah terhadap
Respons Kemoradiasi pada Karsinoma Serviks Uteri Stadium IIb – IIIb”. Vol 1(1), hal 32-36.

23
23

Anda mungkin juga menyukai