Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Kebutuhan Perioperative dan Perawatan Jenazah


Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar II

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-
Nyalah Saya akhirnya bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul “KEBUTUHAN
PERIOPERATIVE DAN KEPERAWATAN JENAZAH” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tidak lupa Saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak Saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang
telah memberikan konstribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung hingga makalah
ini bisa selsai pada waktunya yang telah ditentukan.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, Saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hingga Saya sangat
mengharapkan segala kritik dan saran yang menyempurnakan

Sukabumi, 10 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.........................................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................iii
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................iv
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................v
BAB II.............................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.............................................................................................................................1
2.1 Definisi...................................................................................................................................1
2.2 Etiologi...................................................................................................................................2
2.3 Patofisiologi...........................................................................................................................3
2.4 Menifestasi.............................................................................................................................4
2.5 Pemeriksaan Fisik..................................................................................................................5
2.6 Data Penjunjang.....................................................................................................................8
BAB III.........................................................................................................................................10
PENUTUP....................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................10
3.2 Saran.....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi
pasien. Dan tidak jarang keluarga pasien mengalami kecemasan. Kecemasan yang mereka
alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan
juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan
tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap
tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi
keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun
psikis Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar.
Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling
mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah
pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan
perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh
terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien
Kehilangan merupakan suatu peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik
secara individual. Kehilangan dalam suatu situasi aktual maupun potensial dapat dialami
oleh individu ketika berpisah dari suatu yang sebelumnya ada, baik sebagian ataupun
keseluruhan atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.
Dalam kehidupan setiap individu hanya ada satu hal yang pasti, yaitu individu
tersebut akan meninggal dunia . Kematian merupakan suatu hal yang alami. Saat terjadinya
kematian merupakan saat-saat yang tidak diketahui waktunya. Kematian dapat terjadi
singkat dan tidak terduga seperti seorang anak yang meninggal akibat kecelakaan,
kematiaan dapat berlangsung mendadak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
misalnya seseorang yang pingsan dan dalam waktu 24 jam sudah meninggal, kematian
dapat diperkirakan sebelumnya melalui diagnosis medis tetapi saat kematian itu sendiri

i
biasa terjadi mendadak,atau pasien dapat mengalami dahulu stadium terminal penyakit
dalam waktu yang bervariasi mulai dari berapa hari hingga berbulan-bulan.
Kematian dari masa lampau sampai saat ini selalu dikhaskan dengan kondisi
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus
eksternal, ditandai dengan terhentinya kerja otak secara menetap. Namun demikian,
kemajuan dalam teknologi kedokteran berlangsung sedemikian cepat sehingga kalau satu
atau lebih sistem tubuh tidak berfungsi, pasien mungkin masih dapat dipertahankan
“hidupnya” dengan bantuan mesin, tindakan ini dapat dilakukan sehubungan dengan
pengangkatan organ tubuh untuk bedah transplantasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?
2. Apa etiologi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?
3. Patofisiologi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah ?
4. Menifestasi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?
5. Bagaimana pemeriksaan fisik untuk kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?
6. Data penunjang dari kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?

1.3 Tujuan
Tujuan umum :
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan parioperative
2. Untuk membantu mahasiswa dalam melakukan keperawatan jenazah
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Definisi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?
2. Untuk mengetahui etiologi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?
3. Untuk mengetahui Patofisiologi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah ?
4. Untuk mengetahui Menifestasi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?
5. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik untuk kebutuhan perioperative dan perawatan
jenazah?
6. Untuk mengetahui Data penunjang dari kebutuhan perioperative dan perawatan
jenazah?

ii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Keperawatan Parioterative adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Kata perioperative adalah gabungan dari tiga fase pengalaman pembedahan yairu : pre
operatif, intra operatif dan post operatif.
Sedangkan definisi dari Kematian suatu keadaan alamiah yang setiap individu pasti
akan mengalaminya. Secara umum, setiap manusia berkembang dari bayi, anak-anak,
remaja, dewasa, lansia dan akhirnya mati.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta
hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik
otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara menetap. Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian,
diantaranya :
1. Algor mortis (Penurunan suhu jenazah)
Algor mortis merupakan salah satu tanda kematian yaitu terhentinya produksi panas,
sedangkan pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat adanya perbedaan panas
antara mayat dan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi Algor mortis yaitu :
a. Faktor lingkungan
b. Suhu tubuh saat kematian ( suhu meningkat, a.m.makin lama)
c. Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinya
2. Livor mortis (Lebam mayat)
Livor mortis (lebam mayat) terjadi akibat peredaran darah terhenti mengakibatkan
stagnasi maka darah menempati daerah terbawah sehingaa tampak bintik merah
kebiruan.
3. Rigor mortis (Kaku mayat)
Rigor mortis adalah kekakuan pada otot tanpa atau disertai pemendekan serabut otot.
Tahapan tahapan rigor mortis:
a. 0-2 sampai 4 jam : kaku belum terbentuk

1
b. 6 jam : Kaku lengkap
c. 12 jam : kaku menyeluruh
d. 36 j am : relaksasi sekunder
4. Dekomposisi ( Pembusukan)
Hal ini merupakan suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh mengalami
dekomposisi baik yang disebabkan karena adanya aktifitas bakteri, maupun karena
autolisis. Skala waktu terjadinya pembusukan
Mulai terjadi setelah kematian seluler. Lebih dari 24 jam mulai tampak warna kehijauan
di perut kanan bawah (caecum).
Jenazah adalah seseorang yang meninggal karena penyakit. Perawatan jenazah adalah
perawatan pasien setelah meninggal, termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan
kepada anggota keluarga yang bersangkutan, transportasi ke kamar jenazah dan melakukan
disposisi (penyerahan barang-baran) milik pasien. Perawatan jenazah biasanya dilakukan
karena ditundanya penguburan/kremasi, misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal
jauh di luar kota atau di luar negeri.
Perawatan jenazah pada penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu menerapkan
kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang dianut
keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati keluarga
jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah
risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera dsb.
Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan
memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya mencium jenazah sebagai
bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan
berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi-
HIV meninggal, virus pun akan mati.

2.2 Etiologi
A. Etiologi perioperatif
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti :
a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi

2
b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang
inflamasi.
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
Contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap
kemampuan untuk menelan makanan
B. Etiologi perawatan jenazah
kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan jatuhnya manusia ke
dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan tidak berfungsinya organ
tertentu dari tubuh manusia.
Kematian menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat faktor:
1. berhentinya pernafasan
2. matinya jaringan otak
3. tidak berdenyutnya jantung
4.adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri
Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi pernafasan/paru-
paru dan jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian batang
otak. Dengan demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara total paru-paru
dan jantung atau otak pada suatu makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan tubuh
tidak dapat dipisahkan. Belum dapat dibuktikan bahwa tubuh dapat dipisahkan dari
jiwa dan jiwa itu baka.

2.3 Patofisiologi
A. Patofisiologi Kebutuhan Perioperative
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan
yaitu pre operatif, intra operatif, dan post operatif (Hipkabi, 2014). Keahlian seorang
perawat kamar bedah dibentuk dari pengetahuan keperawatan profesional dan
keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan kedalam tindakan keperawatan

3
yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang sifatnya resiko atau
aktual pada setiap fase perioperatif akan membantu penyusunan rencana intervensi
keperawatan (Muttaqin, 2009).
B. Patofisiologi Perawatan Jenazah
kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan jatuhnya manusia ke
dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan tidak berfungsinya organ tertentu
dari tubuh manusia.
Kematian menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat faktor:
(1) berhentinya pernafasan
(2) matinya jaringan otak
(3) tidak berdenyutnya jantung
(4) adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri
Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi pernafasan/paru-paru
dan jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian batang otak.
Dengan demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara total paru-paru dan
jantung atau otak pada suatu makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan tubuh tidak
dapat dipisahkan. Belum dapat dibuktikan bahwa tubuh dapat dipisahkan dari jiwa dan
jiwa itu baka.

2.4 Menifestasi
A. Menifstasi Parioperative
Perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke meja
pembedahan, tanpa memandang riwayat atau  klasifikasi pembedahan.
Keahlian seorang perawat perioperatif dibentuk dari pengetahuan keperawatan
professional dan keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan ke dalam
tindakan keperawatan yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien
yang sifatnya risiko atau actual pada setiap fase perioperatif yang didasarkan atas
pengetahuan dan pengalaman keperawatan perioperatif akan membantu penyusunan
rencana intervensi keperawatan. Staf keperawatan yang merawat pasien bertanggung
jawab untuk mengelola aspek-aspek penting perawatan pasien dengan cara
mengimplementasikan rencana perawatan  yang berdasarakan pada tujuan yang

4
diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim perioperatif, dan melibatkan tindakan
mandiri dan kolaboratif.
Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif dibagian rawat inap,
poliklinik, bagian bedah sehari (one day care) atau di unit gawat darurat yang kemudian
dilanjutkan kamar operasi oleh perawat praoperatif. Asuhan keperawatan praoperatif
yang terintegrasi secara berkesinambungan terjadi saat beberapa masalah pasien yang
belum teratasi di ruang rawat inap, poliklinik, bedah sehari, atau unit gawat darurat akan
tetap dilanjutkan oleh perawat perioperatif di kamara operasi. Dokumentasi yang
optimal dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik antara perawat ruangan
dengan perawat kamar operasi.

B. Manifestasi Perawatan Jenazah


Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, termasuk menyiapkan
jenazah untuk diperlihatkan kepada anggota keluarga yang bersangkutan, transportasi ke
kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan barang-baran) milik pasien.
Perawatan jenazah biasanya dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi,
misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh di luar kota atau di luar negeri.
Perawatan jenazah pada penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu
menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama
yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat
menasehati keluarga jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan
jenazah tidak menambah risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS,
kolera dsb.
Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan
dengan memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya mencium
jenazah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya
dapat hidup dan berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka beberapa waktu setelah
penderita infeksi-HIV meninggal, virus pun akan mati.

2.5 Pemeriksaan Fisik

5
A. Pemeriksaaan Fisik Perioperative
1. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan keadaan umum pasien praoperatif meliputi penampilan umum dan
prilaku, pangkajian tingkat kesadaran dan pengkajian status nutrisi.
2. Penampilan Umum
Pada pengkajian keadaan umum, secara ringkas perawat melakukan survei keadaan
umum untuk mengobservasi panampilan umum pasien. Bentuk dan pergerakan tubuh
dapat menggambarkan kelemahan yang disebabkan oleh penyakit yang berhubungan
dengan adanya intervensi pembedahan. secara ringkas, pengkajian yang berhubungan
dengan praoperatif meliputi elemen-elemen berikut ini:
a. Usia
Usia akan memengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk
berpartisipasi dalam beberapa bagian pemeriksaan fisik praoperatif juga
dipengaruhi oleh usia.
b. Tanda distress
Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang mengindikasikan nyeri, kesulitan
bernapas, atau kecemasan. Tanda tersebut dapat membantu perawat dalam
membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan diperiksa terlebih
dahulu.
c. Jenis tubuh
Perawat mengobservasi jika pasien tanpak ramping, berotot, obesitas, atau
sangat kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia, dan gaya
hidup.
d. Postur
Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah pasien memiliki postur tubuh
yang merosot, tegak, dan bungkuk. Postur dapat mencerminkan alam perasaan
atau adanya nyeri.
e. Gerakan tubuh
Observasi gerakan tersebut bertujuan untuk memperhatikan apakah terdapat
tremor di ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh yang tidak
bergerak.

6
f. Kebersihan diri dan bau badan
Tingkat kebersihan diri pasien dicatat dengan mengobsevasi penampilan rambut,
kulit, dan kuku jari. Bau badan yang tidak sedap dapat terjadi karena kebersihan
diri yang buruk atau akibat patologi penyakit tertentu. Kondisi kebersihan
praoperatif merupakan hal yang penting diperhatikan karena dapat memengaruhi
konsep asepsis intraoperasi dan akan memberikan data dasar pada perawat untuk
memberikan intervensi praoperatif terkait kebutuhan pemenuhan kebersihan area
pembedahan.
g. Afek dan alam perasaan
Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat oleh orang lain. Alamperasaan
atau status emosi diekpresikan secara verbal dan nonverbal.
h. Bicara
Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan kecepatan
sedang dan menunjukkan hubungan dengan apa yang dipikirkan.

B. Pemeriksaan Fisik Perawatan Jenazah


1. Pemeriksaan Status Antropometri dan Ciri Fisik
Deskripsikan ciri-ciri fisik jenazah seperti: Jenis kelamin, yakni melalui inspeksi
alat kelamin dan tanda-tanda perkembangan seks sekunder Perkiraan usia, Ras,
Warna kulit, Status gizi, Rambut-rambut pada jenazah, mulai dari rambut kepala,
alis, bulu mata, kumis dan janggut, rambut di tubuh dan ekstremitas, rambut
kemaluan (catat warna, ukuran terpanjang, jenis [lurus/ikal], serta mudah/tidaknya
dicabut)
2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Asfiksia
 Buka kedua mata mayat dan periksa konjungtiva palpebra serta konjungtiva
bulbi, cari ada tidaknya petekia dan tanda-tanda anemis
 Periksa bibir, bagian dalam bibir, gusi dan palatum, cari ada tidaknya petekia,
tanda-tanda sianosis, atau tanda-tanda anemis
 Periksa ujung-ujung jari tangan dan kaki mayat, nilai apakah terdapat
tandatanda anemis atau sianosis.

7
3. Pemeriksaan Gigi Jenazah
 Buka mulut mayat dan periksa kelengkapan gigi-geligi, bedakan antara gigi
susu dan gigi dewasa
 Jika gigi dewasa, lihat apakah gigi geraham belakang (molar III) sudah erupsi
atau belum Periksa ada tidaknya karang gigi
 Amati kelainan pada gigi (gigi hilang, gigi palsu, dsb)
 Pemeriksaan gigi dapat digunakan untuk menentukan perkiraan umur, ras,
dan identitas mayat
 Interpretasi lanjut untuk kondisi gigi dapat dikonsultasikan kepada ahli
odontologi forensik.

2.6 Data Penjunjang


A. Fase Pelayanan Perioperatif Keahlian
seorang perawat kamar bedah dibentuk dari pengetahuan keperawatan professional dan
keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan kedalan tindakan keperawatan
yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang sifatnya resiko atau
actual pada setiap fase perioperative akan membantu penyusunan rencana intervensi
keperawatan (Muttaqin & Sari, 2009). 6 a. Fase Pre Operatif Fase praoperatif adalah
waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa
memandang riwayat atau klasifikasi pembedahan. Asuhan keperawatan pre operatif pada
prakteknya akan dilakukan secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre
operatif di bagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit
gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat kamar bedah
(Muttaqin & Sari, 2009). b. Fase Intra Operatif Fase intra operatif adalah suatu masa
dimana pasien sudah berada di meja pembedahan sampai ke ruang pulih sadar. Asuhan
keperawatan intraoperative merupakan salah satu fase asuhan yang dilewati pasien bedah
dan diarahkan pada peningkatan keefektifan hasil pembedahan. Pengkajian yang
dilakukan perawat intraoperative lebih kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan
ringkas agar dapat segera dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai. Kemampuan
dalam mengenali masalah pasien yang bersifat resiko atau aktual akan didapatkan
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keperawatan. Implementasi dilaksanakan

8
berdasarkan pada tujuan yang di prioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim
intraoperative, dan melibatkan tindakan independen dan dependen. Pada fase intra
operatif, pasien akan mengalami berbagai prosedur. Prosedur pemberian anestesi,
pengaturan posisi bedah, manajemen asepsis, dan prosedur tindakan invasive akan
memberikan implikasi pada masalah keperawatan yang akan muncul (Muttaqin & Sari,
2009). c. Fase Post Operatif Fase pasca operatif adalah suatu kondisi dimana pasien
sudah masuk di ruang pulih sadar sampai pasien dalam kondisi sadar betul untuk dibawa
ke ruang rawat inap. Raung pulih sadar (recovery room) atau unit perawatan
pascaanestesi (PACU) merupakan suatu ruangan 7 untuk pemulihan fisiologis pasien
pascaoperatif. PACU biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi (Muttaqin &
Sari, 2009).
B. Dalam menangani jenazah
perawat harus melakukannya dengan hormat dan sebaik-baiknya. Rasa hormat ini dapat
dijadikan prinsip, dengan kata lain, seseorang telah diperlakukan secara manusiawi dan
sama seperti orang lain. Seorang perawat harus memperlakukan tubuh jenazah dengan
hormat. Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh harus diikat dan kepala dinaikkan ke
atas bantal. Tubuh harus dibersihkan dengan membasuhnya dengan air hangat secara
perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh pasien harus dicuci dan dibersihkan
rawatan posmortem,
Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan postmortem. Hal ini dapat menjadi
tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih mudah melakukannya apabila bekerja sama
dengan staf kesehatan lainnya. Adapun hal yang harus diperhatikan :
1. Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama perawat lakukan terhadap orang yang
masih hidup.
2. Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai petugas kamar
jenazah tiba.
3. Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum melanjutkan perawatan postmortem.

9
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan perioperative adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi
berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan terhadap
pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai pemulihan
pasien, sampai pasien sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan-
kebutuhannya
Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah di perbolehkan pulang, tugas perawat
yaitu memeberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan
pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawatt dengan baik, sehingga
pasien sehat seperti sedia kala.
Adapun kesimpulan dari perawatan jenazah yaitu :
1. Perawatan jenazah dilakukan untuk membersihkan pasien yang baru meninggal serta
memberikan penghormatan terakhir kepada pasien selama dirawat di rumah sakit.
2. Jenazah yang belum langsung dikuburkan akan diawetkan dengan pemberian bahan
kimia tertentu untuk menghambat terjadinya pembusukan serta menjaga penampilan
jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup. Pengawetan jenazah dapat
dilakukan pada jenazah yang dalam beberapa hari tidak dikubur.
3. Dalam perawatan jenazah tidak boleh diotopsi. Dalam hal tertentu otopsi dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit serta keluarga yang
bersangkutan dan dilaksanakan oleh petugas yang mahir dalam hal tersebut.
3.2 Saran
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini untuk itu kritik dan
saran diperlukan serta harus danya penyesuaian dan pembelajaran lebih baik dari
mahasiswa perawat dalam mengetahui dan mengaplikasikan pengetahuan mengenai
Kebutuhan Perioperative dan Perawatan Jenazah

1
DAFTAR PUSTAKA

https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/03/makalah-perawatan-jenazah.html
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2018/04/Manual-CSL-Forensik-
Medikolegal-3-Pemeriksaan-Luar-pada-Jenazah.pdf
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1621/6/BAB%20II.pdf
https://anestesi12.blogspot.com/2012/11/fase-preintrapost-operasi.html
http://data.kalbarprov.go.id/dataset/sop-bidang-penunjang/resource/91ac4ffb-79f9-4928-8cba-
ca0fbdcdcfe9

Anda mungkin juga menyukai