Anda di halaman 1dari 7

BACKGROUND

 Penyelenggara jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan, mencatat sepanjang tahun 2013


jumlah pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang. Dari
jumlah tersebut 75,8% berjenis kelamin laki-laki. Kecelakaan terjadi 69,59% terjadi
di dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Sedangkan yang diluar perusahaan
sebanyak 10,26%, dan sisanya merupakan kecelakaan lalu lintas yang dialami para
bekerja. Sebanyak 34,43% penyebab kecelakaan kerja karena posisi tidak aman atau
ergonomis, dan sebanyak 32,2% pekerja tidak memakai peralatan yang safety.
 Organisasi Buruh Dunia (International Lobour Organization-ILO,2013)
menyebutkan bahwa, setiap 15 detik terdapat seorang pekerja yang meninggal dunia
akibat kecelakaan kerja dan setiap 15 detik terdapat 160 orang pekerja yang
mengalami sakit akibat kecelakaan.
 Dari penelitian Novie E Mau.lku tahun 2011, risiko bahaya dalam kegiatan Rumah
Sakit dalam aspek kesehatan keria, antara lain berasal dari sarana kegjatan di
Poliklinik, ruang perawatan, laboratorium, kamar rontgent, instalasi qizi, laundry,
ruang medical record, bagian ruman tanqga (housekeeping), tarmasi, sterilisai alatalat
kedokteran, pesawat uap atau bejana dengan tekanan, instalasi peralatan istrik,
instalasi proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis, dan sebagainya.
 Penelitian lainnya di negara berkembanq seperti india juga menyimpulkan hasil yang
Kapil, dan Prachi (2016) melaporkan sama Sandeep, Shreemathi, Kaylan, perawat
rumah sakit di India mengalami luka akibat dalam 1 tahun terakhir tertusuk jarum
suntik 7,4%, mengalami varises, dan 56,9% mengalami stres kerja
 Sebuah penelitian di rumah sakit melaporkan perawat jatuh atau terpeleset karena
lantai yang licin s,o% (Szeto, Law, Lee, Lau, Ying Chan & Wai Law, 2010). Angka
kejadian akibat paparan bahan kimia o,5 sampai 1,9 kasus per 1000 perawat per tahun
Trinkoff, Brown, Caruso, Lipscomb, Johantgen, Nelson, Sattler, & Selby, 2007)
Penelitan di Lusaka menemukan 114% perawat tertular tuberkulosis (TBO) (Menzies,
Joshi, & Pai, 2007).
Continue..

Faktor yang mempengaruhi penerapan 6 sasaran keselamatan pasien (SKP) di RS. Panti
Waluya Malang : ada pengaruh

 Jumlah tanggungan
 Lama bekerja
 Pengetahuan perawat ------ dominan
 Motivasi perawat
 suverpisi
 Management organisasi

DEFINISI UMUM

 Risiko adalah gabungan dari kemungkinan atau frekuensi dan akibat atau konsekuensi
dari terjadinya bahaya tersebut penilaian risiko adalah penilaian menyeluruh untuk
menqidentifikasi bahaya dan menentukan apakah risiko dapat diterima. Manajemen
risiko adalah pengelolaan risiko yang mençakup identifikasi penilaian dan
pengendalian risiko. Manajemen risiko terdiri dari tiga langkah pelaksanaan yaitu
identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian rişiko (Ramli,2010)
 Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan
dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahava tertentu di suatu daerah pada
suatu waktu tertentu.
 Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat risiko
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Penilaian risiko adalah proses evaluasi
risiko risiko yang diakibatkan adanyabahaya-bahaya dengan memperhatikan
kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah risiko dapat diterima
atau tidak (Puspitasari, 2010)
 Menurut Hanafi dan Partawibawa 2016, pengendalian risiko terhadap bahaya yang
teridentifikasi dilakukan setelah dilakukan penilaian sebelumńya, sehingga
pengendalian risiko bahaya diprioritaskan pada ahaya dengan kateğori paling tinggi
ke rendah.
 Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus-menerus
dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian
terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan.

Hazard adalah:

1. Suatu kondisi secara alamiah maupun karena ulah manusia yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilanganfiwa manusia (BNPB, 2008)
2. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi
bencana.
3. Sumber bahaya suatu peristiwa yang hebat atau kemungkinan menimbulkan kerugian
atau korban manusia (Dirien yanmedik, 2007

KLASIFIKASI HAZARD

Menurut, Ndejjo, 2015, bahaya secara luas diklasifikasikan sebagai biologis dan non biologis.

1. Bahaya biologis didefinisikan untuk dimasukkan luka laserasi, luka yang tajam,
köntak langsung dengan spesimen yang terkontaminasi bahan biohazardous,
bioterorisme, yang ditulárkan melalui darah patogen, penyakit infeksi, penyakit udara,
penyakit vektor yang ditanggung, dán kontaminasi silang dari material kotor
2. bahaya nonbiologis didefinisikan untuk termaşuk fisik, psikososial, dan ergonomis
bahaya: bahaya fisik termasuk slip, perjalanan, jatuh luka bakar, fraktur, radiasi dari
sinar-x, kebisingan, dan radiasi nonionisasi. Bahaya psikososial termasuk fisik,
penyalahgunaan psikososial, seksual, dan verbal dan menekankan. Bahaya ergönomis
adalah Ah lo skeletal cedera seperti nyeri otot, strain atau terkilir.

IDENTIFIKASI HAZARD

 Mengidentifikasi suatu bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi


bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik
bahaya, maka dapat lebih berhati-hati dan waspada untuk melakukan langkah-langkah
pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan, namun tidak semua bahaya dapat dikenali
dengan mudah (Ramli, 2009).
PENERAPAN DALAM PENGKAJIAN

Risiko dan Hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan , Risiko melekat dari tindakan
pelayanan kesehatan dalam hal ini pada saat melakukan pengkajian ashan keperawatan
adalah bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah upaya, pengkajian data, hal-hal yang
dapat saja bisa terjadi adalah:

1. Kurangnya informasi atau data yang diberikan oleh keluarga pasien atau itu sendiri
dalam kata lain menyembunyikan suatu hal, sehingga dalam proses pengkajian kurang
kurang lengkap
2. Pada saat melakukan pengkajian dapat juga terjadi di kejadian tertularnya penyakit
dalam hal ini seperti kontak fisik maupun udara titik pada saat perawat melakukan
perawatan ataupun pengkajian.
3. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian ataupun pada
proses wawancara.
4. Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan perawat bisa saja mendapatkan
kekerasan fisik dari pasien ataupun keluarga pasien.

PERENCANAAN ASKEP

 Perencanaan melibatkan pasien dan keluarga pasien


 Kesalahan saat merencanakan pengkajian dapat saja teriadi, jika perawat salah dalam
mengkaj maka Perawat akan salah dalam memberikan proses perawatan atau
pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatkan kesehatan pasien Malah semakin
terganggu. Kemudian dapat saja terjadi ijka perawat salah dalam merencanakan
tindakan keperawatan maka perawat juga akan mendapatkan bahaya seperti
tertularnya penyakit dari pasien karena kurangnya perlindungan diri terhadap perawat.

PELAKSANAAN ASKEP

 Menurut Putri, T.E.R,2017, kesalahan saat melakukan implementasi atau pelaksanaan


tindakan keperawatan yaitu merupakan kesalahan yang sangat fatal. Kesalahan ini
dapat mengakibatkan kecelakaan pada pasien atau perawat, misalnya kesalahan dalam
pemberian obat kepada pasien, dikarenakan perawat lupa membaca instruktur atau
catatan an-nur dokumen rekam medik dari pasien tersebut.
 Penggunaan alat pelindung diri (APD)

EVALUASI

 Kesalahan pada saat melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan


dapat mengakibatkan pendokumentasian Asuhan Keperawatan yang kurang data yanq
sudah dilakukan oleh perawat. Terkadang perawat lupa mengkonfirmasi ke dalam
dokumentasi asuhan keperawatan, sehingga yang tertulis atau yang telah dilaksanakan
oleh perawat kepada pasiennya tidak ada dokumentasi asuhan keperawatan.

UPAYA PREVENTION RISK HAZARD

 Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada pengkajian aswhan
keperawatan
a. Perawat harus memperkenalkan identitas diri baik kepada pasien maupun kepada
keluarganya.
b. Perawat hendak tidak menyinggung perasaan klien saat pengkajian dilakukan,
Misalnya menggunakan masker yang sebenarnya tidak perlu dipakai
c. Perawat juga dapat membangun kepercayaan kepada pasien
d. Dalam merawat pasien, perawat harus memperlakukan setiap pasien dengan sam
e. Pada saat melakukan wawancara dengan pasien, perawat harus menjadi pendengar
yang baik, perawat harus mampu menempatkan diri sebágai tempat curhat pasien
sebaik mungkin dan diharapkan mengqunakan bahasa serta tutur kata yang sopan
f. Ketika pasien terlihat dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk didekati,
maka perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarganya terlebih dahulu
g. saat pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan terlebih dahulu
h. Perawat harus menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan fisik pada klien
i. perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun
kepada pihak rumah sakit.
j. perawat juga harus menghindari memegang benda yang mungkin telah
terkontaminasi
k. Sebelum menuiju klien hendaknya perawat mencuci tangan.

LANJUTAN

 Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard dalam tahap perencanaan
a. Identifilkasi sumber bahaya yang gnungkin dapat terjadi saat menyusun rencana
keperawatan
b. Lakukan penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan penilaian banaya potensial
yano menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja saat menyusun
perencanaan keperawatan
c. Kendalikan faktor risiko yang mungkin terjadi saat menyuşun rencana tindakan
keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan bahaya, mengganti
sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang lebih memiliki tingkat risiko
yang lebih rendah
d. Ketika menyusun rencana keperawatan perawat hendak berpedoman pada pedoman
rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang ada
e. Perawat juga diharapkan untuk mampu mempertimbangkan alokasi waktu pencapaian
dari rencana keperawatan yang disusun untuk menjadi indikator evaluasi
keperawatan.

lanjutan

 Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap implementasi
a. Perawat harus menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik
seperti mencuci tangan, memakai APD lengkap, menggunakan alat kesehatandalam
keadaan steril
b. Perawat harus mematuhi SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dan tidak
erburu-buru dalam melakukan tindakan
c. Perawat hendak memperhatikan cara menutup jarum suntik yang benar susunan sel
hidung kamu banyak diharapkan perawat dapat menghindari kontak langsung dengan
ségala maçam cairan kien, apabila dirasa sistem imunitas tubuh sedang menurun atau
tidak menggunakan APD
d. Perawat sebaiknya menerapkan perilaku hidup bersih dan juga sehat serta menerapkan
polá hidup yang sehat pula
e. Perawat harus menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan
ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang beresiko kepada
pasien
f. Perawat dituntut untuk belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan oleh
pihak rumah sakit dengan tujuan mengurangi risiko cedera baik bagi klien maupun
bagi perawat sendiri.

 Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada evaluasi


a. Identifikasi sumber bahaya yang mungkin terjadi saat menyusun evaluasi
keperawatan, dapat dilakukan denganmempertimbangkan kondisi dan kejadian yang
dapat menimbulkan potensi bahaya baik pada klien maupun kepada diri perawat
sendiri
b. Memperhatikan setiap perkembangan atau respon yang ditampakkan atau ditimbulkan
oleh klien setelah selesai melakukan tindakan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai