Memahami IP Address
17th of November 2001
Husni@Lunix96.Net
Format Penulisan
Secara teknis dapat dikatakan bahwa IP Address digunakan untuk identikikasi
lapisan Network oleh suatu host dan router pada jaringan TCP/IP. Alamat yang
dimaksud terdiri dari 32 bit (binary digit, digit biner) yang dibagi dalam 4 oktet dan
biasanya ditampilkan dalam format desimal xxx.xxx.xxx.xxx, yang selanjutnya disebut
notasi desimal bertitik (doted decimal notation, DDN). Meskipun ditulis dalam notasi
desimal bertitik, proses yang terjadi dibelakang layar tetap menggunakan notasi
bilangan biner, sehingga pengetahuan tentang konversi biner-desimal dan sebaliknya
sangat penting.
192.168.0.1
192 168 0 1
11000000 10101000 00000000 00000001
64.110.103.133
64 110 103 133
01000000 01101110 01100111 10000101
Perlu diketahui bahwa setiap oktet terdiri dari 8 bit (byte), artinya nilai desimal
terbesar untuk 1 oktet adalah 255, yaitu 11111111 jika ditulis dalam notasi biner.
Dengan demikian dapat pula kita katakan bahwa nilai desimal terkecil pada satu oktet
adalah 0 (dalam biner 00000000). Akan tetapi ada aturan yang harus diikuti yaitu bahwa
tidak semua IP Address (dari 0 sampai 255) boleh dipakai. Sudah menjadi standar
bahwa IP Address 0 dipakai sebagai Net ID dan 255 dipakai sebagai alamat broadcast
sehingga alamat yang dapat dipakai tingal 254 alamat pada okter terakhir.
Jika kita mempunyai IP Address 192.168.0.xxx dimana nilai xxx tentu saja
dapat dari 0 sampai 255, dengan peraturan di atas, alamat yang dapat digunakan
komputer adalah 192.168.0.1 sampai 192.168.0.254. Alamat IP 192.168.0.0
otomatis akan dipakai sebagai Network ID dan 192.168.0.255 otomatis digunakan
sebagai alamat broadcast pada jaringan 192.168.0.0.
Pada situasi tertentu, alamat jaringan (Net ID) oktet terakhir (ke-4) tidak harus
selalu bernilai nol. Pada jaringan hasil subnetting, Net ID dapat berupa
Hal 1 dari 12
Memahami IP Address
Kelas A
Kelas A mempunyai 7 bit Network ID (nomor unik jaringan) dan 24 bit alamat
host. Bit urutan tertinggi (paling kiri) selalu bernilai nol (0). Sehingga terdapat 128 (2
pangkat 7) network dalam kelas A.
Alamat Kelas A
0.0.0.0 Dicadangkan, tidak boleh digunakan
1.0.0.0 s.d 126.0.0.0 Tersedia dan boleh digunakan
127.0.0.0 Dicadangkan, digunakan oleh localhost
Contoh IP kelas A adalah 64.0.0.1 dimana jika ditulis dalam notasi biner menjadi :
Kelas B
Alamat jaringan kelas B memiliki 14 bit Net ID, 16 bit alamat yang dapat
digunakan host atau device yang terkoneksi ke jaringan, dan selalu dimulai oleh biner
10. Dengan demikian pada kelas B dapat dibuat sebanyak 16.384 jaringan, yaitu 2
pangkat 14.
Alamat Kelas B
128.0.0.0 s.d Tersedia dan boleh digunakan
191.254.0.0 pada host atau device jaringan
191.255.0.0 Dicadangkan, tidak dipakai
Contoh IP kelas B adalah 130.0.0.10 dimana jika ditulis dalam notasi biner menjadi
Hal 2 dari 12
Memahami IP Address
Kelas C
Alamat jaringan kelas C mempunyai 21 bit Net ID, 8 bit alamat host dan selalu
diawali 3 bit 110. Pada kelas C terdapat sebanyak 2.097.152 jaringan, yaitu 2 pangkat
21. Meskipun dalam penggunaannya akan berkurang 2 untuk Net ID dan broadcast.
Alamat Kelas C
192.0.0.0 Dicadangkan, tidak dipakai
192.0.1.0 s.d Tersedia dan boleh digunakan
223.255.254.0
233.255.255.0 Dicadangkan
Contoh IP kelas C adalah 202.200.1.23 jika ditulis dalam notasi biner menjadi
Kelas D
Alamat jaringan kelas D semuanya digunakan untuk multicasting, dan selalu
diawali bit-bit 1110 :
1 1 1 0 Multicast
28 bit
Alamat Kelas D
224.0.0.0 s.d Kelompok Multicast
239.255.255.255
Kelas E
Jaringan kelas E ditandai 4 bit bernilai 1 (1111) pada bagian paling awal alamat
yang sebenarnya tidak boleh dipakaikan pada host, itulah IP broadcast.
Alamat Kelas E
224.0.0.0 s.d Dicadangkan (ilegal)
239.255.255.255
255.255.255.255 Dicadangkan, broadcast
Hal 3 dari 12
Memahami IP Address
Subnet Mask
Subnet mask biasanya digunakan oleh router untuk menentukan bagian mana
yang merupakan alamat jaringan dan bagian mana alamat host. Subnet mask adalah
suatu bilangan 32 bit sebagaimana alamat IP yang juga ditulis dalam notasi desimal
bertitik.
Subnet mask dasar untuk setiap kelas diperlihatkan tabel dibawah ini.
Pada subnet mask dasar dimana belum dilakukan subnetting pada IP jaringan,
oktet bernilai 1 untuk semua bit-nya (11111111) atau semua bernilai 0 (00000000).
Jika semua bit bernilai 1 tentu saja mengembalikan nilai 255 dalam desimal dan jika
semua bit bernilai 0 maka dalam desimal juga 0. Yang menjadi pertanyaan adalah
bagaimana router menggunakan subnet mask untuk menentukan mana IP jaringan dan
mana IP yang dipakai device (dalam hal ini komputer misalnya). Router biasanya
menggunakan suatu proses yang disebut AND-ing dimana bit-bit subnet mask di AND
terhadap bit-bit IP Address yang ditemukan.
A B A AND B
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Contoh :
IP Address : 180.20.5.9 IP Address kelas B
Subnet Mask : 255.255.0.0 default subnet mask kelas B
Network Address ?
Hal 4 dari 12
Memahami IP Address
Subnetting
Subnetting merupakan suatu teknik yang memungkinkan administrator jaringan
memecah suatu jaringan ke dalam beberapa jaringan yang lebih kecil.
Subnetting IP Kelas A
Jika kita mendapatkan IP 10.0.0.0 maka dapat dibangun suatu jaringan yang
jumlah hostnya adalah 2 ^ 24, merupakan jumlah yang sangat besar. Karena itu
muncul keinginan untuk membagi jaringan tersebut menjadi 100 subnet yang nantinya
akan digunakan pada beberapa lokasi jaringan di seluruh indonesia karena akan ada
pengembangan perusahaan.
Pada IP kelas A, oktet pertama mendefinisikan alamat jaringan (Net ID). Tiga
oktet berikutnya merupakan informasi alamat node (host, komputer atau peralatan
jaringan lain). Jumlah total host yang dapat dipasang sebelum di subnet adalah 2 ^ 24
- 2. Alasan mengurangi dua jumlah host karena IP 10.0.0.0 telah menjadi IP Network
dan 10.0.0.255 dengan sendirinya menjadi alamat broadcast. Sekarang kita akan coba
membagi IP diatas dalam 100 subnet :
Hal 5 dari 12
Memahami IP Address
Ambil oktet pertama dari bagian host ID yaitu oktet kedua pada deretan IP
Address diatas yang bernilai 00000000. Oktet pertama host ID tersebut dalam nilai
desimal :
128 64 32 16 8 4 2 1 2 ^ n
Hasil 254 tersebut akan menggantikan nilai host ID pada subnet mask default.
Telah kita ketahui bahwa subnet mask default kelas A adalah 255.0.0.0. Sekarang
ganti oktet pertama host ID pada subnet Mask tersebut dengan 254 sehingga diperoleh
255.254.0.0. Dan itulah subnet mask yang akan dipakai.
Pada proses yang dilakukan untuk mendapatkan subnet mask baru, nilai terkecil
yang kita gunakan adalah 2 (128, 64, 32, 16, 8,4, dan 2, disini 2 merupakan nilai
terkecil). Nilai terkecil ini akan menjadi patokan kenaikan (increment) range IP Address
yang dapat dipasang pada host yang terdapat dalam suatu subnet. Dengan kenaikan 2
didapat subnet dan range IP berikut ini :
Subnetting IP Kelas B
Misalkan kita mendapatkan IP Network 180.10.0.0 dan kita ingin membuat 6
subnet, maka langkah yang dilakukan adalah :
Hal 6 dari 12
Memahami IP Address
Subnet IP range
180.20.32.0 180.20.32.1 s.d 180.20.63.254
180.20.64.0 180.20.64.1 s.d 180.20.95.254
180.20.96.0 180.20.96.1 s.d 180.20.127.254
180.20.128.0 180.20.128.1 s.d 180.20.159.254
180.20.160.0 180.20.160.1 s.d 180.20.191.254
180.20.192.0 180.20.192.1 s.d 180.20.223.254
Subnetting IP Kelas C
Subnetting IP kelas C sama dengan subnetting kelas lainnya, hanya saja oktet
pertama host ID adalah oktet ke empat IP Address yang ditulis lengkap. Misalnya kita
memiliki IP 200.10.44.0 dan ingin membagi jaringan menjadi dua subnet. Caranya
adalah sebagai berikut :
Hal 7 dari 12
Memahami IP Address
Subnet Range IP
200.10.44.64 200.10.44.65 s.d 200.10.44.127
200.10.44.128 200.10.44.129 s.d 200.10.44.192
Memanfaatkan Rumus
Diberikan sebuah Network ID, terdapat 3 parameter yang dapat digunakan agar
dapat memahami subnetting. Jika salah satu parameter berikut diketahui, maka dua
parameter lain dapat dengan mudah ditemukan :
Sebelum melanjutkan bagian ini, pastikan anda telah betul-betul memahami pembagian
kelas IP Address serta subnet mask default untuk masing-masing kelas tersebut.
Contoh :
diberikan jumlah host per subnet dan Network ID :
Network ID : 172.16.0.0
Jumlah host/subnet yang diinginkan : 4000
1. Tentukan kelas IP dari Network ID. Dalam kasus ini adalah kelas B yang
memberikan subnet mask default 255.255.0.0 yang menunjukkan bahwa
Network ID tersebut mempunyai 16 bit host yang dapat dipakai, total 2 ^ 16 =
65536 alamat termasuk alamat broadcast dan Network ID.
2. Jumlah host per subnet sesungguhnya yang dapat dibuat merupakan 2 pangkat n
dan selanjutnya dikurangi 2. Dalam kasus ini adalah 4094, didapat dari 2 ^ 12
– 2 dan nilai ini disebut hps
3. Hitung jumlah subnet yang diperoleh dengan :
s = a /(hps + 2) = 65536/(4094+2) = 16
4. Untuk mendapatkan subnet mask, hitung jumlah bit yang dipakai host (h)
2 ^ h = hps + 2
2 ^ h = 4096
log2 (2 ^ h) = log2 (4096)
h = 12
Hal 8 dari 12
Memahami IP Address
Contoh :
Diberikan informasi berikut :
Network Id : 172.16.0.0
Jumlah subnet yang diinginkan : 13
2 ^ emb = s
2 ^ emb = 16
log2 (2 ^ emb) = log2 (16)
emb = 4
jumlah total bit yang di-mask (m) adalah jumlah bit default yang di-mask dalam
kelas yang digunakan + jumlah ekstra bit yang di-mask.
m = 16 + 4 = 20
4. Untuk memperoleh jumlah host per subnet kita memerlukan jumlah bit host ID
(h), dimana h = 32 – m = 32 – 20 = 12. Jumlah host per subnet (hps) :
hps = 2 ^ h –2
hps = 2 ^ 12 –2
hps = 4094
Contoh :
Jika diberikan suatu Network ID dalam notasi CIDR 172.16.0.0/20, maka kita
dapat menentukan :
Hal 9 dari 12
Memahami IP Address
emb = 20 –16
emb = 4
s = 2 ^ emb
s = 2 ^ 4
s = 16 jumlah subnet
h = 32 – m
h = 32 – 20 = 12 bit host ID
hps = 2 ^ h – 2
hps = s ^ 12 – 2
hps = 4094
Contoh Kasus :
Sebuah perusahaan memperoleh IP Network kelas A 64.0.0.0 (subnet
mask default 255.0.0.0). Sebagai Administrator jaringan diperusahaan tersebut,
anda diminta membuat jaringan kecil (subnet) sebanyak-banyaknya dengan syarat
setiap subnet yang dihasilkan harus dapat menampung 300 host.
Network ID : 64.0.0.0
Default Subnet mask : 255.0.0.0
Host/subnet (hps) : 300
Artinya dengan tiap-tiap subnet menampung 300 atau 510 host, maka akan
diperoleh sebanyak 32.768 subnet.
Hal 10 dari 12
Memahami IP Address
2 ^ h = hps + 2
2 ^ h = 512
h = 9 jumlah bit subnet mask bernilai 0 dalam biner
5. Perhatikan nilai oktet pertama pada subnet mask yang tidak bernilai 255, dalam
kasus diatas bernilai 254, dan sebut saja y=254. Maka kita memperoleh nilai
Cara lain untuk mendapatkan nilai increment (kenaikan range IP) dapat
dilihat pada contoh subnetting manual dengan mengubah nilai y (254) ke notasi
biner, yaitu 11111110. Nilai desimal bit bernilai 1 yang terkecil merupakan nilai
increment, yaitu 2, ingat 128 64 . . . 4 2 1.
i = (hps + 2) / (256z)
i = 512/256
i = 2
64.0.0.0
64.0.2.0
64.0.4.0
64.0.6.0
64.0.8.0
64.0.10.0
. . .
64.0.248.0
64.0.250.0
64.0.252.0
64.0.254.0
64.1.0.0
64.1.2.0
64.1.4.0
64.1.6.0
64.1.8.0
Hal 11 dari 12
Memahami IP Address
64.1.10.0
. . .
64.254.248.0
64.254.250.0
64.254.252.0
64.254.254.0
64.255.0.0
64.255.2.0
64.255.4.0
64.255.6.0
. . .
64.255.246.0
64.255.248.0
64.255.250.0
64.255.252.0
64.255.254.0
Kenaikan diatas memang berbeda dengan sebelumnya. Ini terjadi karena subnet
mask yang terbentuk merupakan subnet mask kelas B (terdapat dua oktet bernilai penuh
1, 255.255.254.0), sehingga kenaikan nilai 2 dilakukan sampai pada oktet ke-3 (oktet
ke-2 dan ke-3) IP Network. Seandainya subnet mask masih mengarah pada kelas A,
maka kenaikan terjadi hanya pada oktet ke-2 IP Network.
Husni@Lunix96.Net
A Newbie in Information Technology
Hal 12 dari 12
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.