Anda di halaman 1dari 13

Memahami IP Address

Memahami IP Address
17th of November 2001
Husni@Lunix96.Net

IP atau Internet Protocol mendefinisikan bagaimana informasi dilewatkan antar


sistem di Internet. IP Address atau Alamat IP adalah suatu deretan bilangan unik yang
mengidentifikasi suatu host atau komputer di Internet. Bilangan-bilangan tersebut
biasanya ditampilkan dalam kelompok-kelompok yang dipisahkan oleh titik, seperti
192.168.0.50. Semua sumber daya di Internet harus mempunyai IP Address atau sama
sekali tidak dapat hadir di Internet.

Format Penulisan
Secara teknis dapat dikatakan bahwa IP Address digunakan untuk identikikasi
lapisan Network oleh suatu host dan router pada jaringan TCP/IP. Alamat yang
dimaksud terdiri dari 32 bit (binary digit, digit biner) yang dibagi dalam 4 oktet dan
biasanya ditampilkan dalam format desimal xxx.xxx.xxx.xxx, yang selanjutnya disebut
notasi desimal bertitik (doted decimal notation, DDN). Meskipun ditulis dalam notasi
desimal bertitik, proses yang terjadi dibelakang layar tetap menggunakan notasi
bilangan biner, sehingga pengetahuan tentang konversi biner-desimal dan sebaliknya
sangat penting.

8 bit 8 bit 8 bit 8 bit


Oktet I Oktet II Oktet III Oktet IV

Contoh IP Address adalah :

192.168.0.1
192 168 0 1
11000000 10101000 00000000 00000001

64.110.103.133
64 110 103 133
01000000 01101110 01100111 10000101

Perlu diketahui bahwa setiap oktet terdiri dari 8 bit (byte), artinya nilai desimal
terbesar untuk 1 oktet adalah 255, yaitu 11111111 jika ditulis dalam notasi biner.
Dengan demikian dapat pula kita katakan bahwa nilai desimal terkecil pada satu oktet
adalah 0 (dalam biner 00000000). Akan tetapi ada aturan yang harus diikuti yaitu bahwa
tidak semua IP Address (dari 0 sampai 255) boleh dipakai. Sudah menjadi standar
bahwa IP Address 0 dipakai sebagai Net ID dan 255 dipakai sebagai alamat broadcast
sehingga alamat yang dapat dipakai tingal 254 alamat pada okter terakhir.

Jika kita mempunyai IP Address 192.168.0.xxx dimana nilai xxx tentu saja
dapat dari 0 sampai 255, dengan peraturan di atas, alamat yang dapat digunakan
komputer adalah 192.168.0.1 sampai 192.168.0.254. Alamat IP 192.168.0.0
otomatis akan dipakai sebagai Network ID dan 192.168.0.255 otomatis digunakan
sebagai alamat broadcast pada jaringan 192.168.0.0.

Pada situasi tertentu, alamat jaringan (Net ID) oktet terakhir (ke-4) tidak harus
selalu bernilai nol. Pada jaringan hasil subnetting, Net ID dapat berupa

Hal 1 dari 12
Memahami IP Address

64.110.103.128 dan alamat broadcast berupa 64.110.103.255, sedangkan anggota


jaringan 64.110.103.128 adalah 64.110.103.129 sampai 64.110.103.254, salah
satunya 64.110.103.133. Informasi lebih lanjut tentang hal ini akan dijelaskan pada
bagian subnetting.

Pembagian Kelas IP Address


IP Address dibagi dalam beberapa kelas untuk memudahkan pengelolaannya.
Telah disepakati bahwa IP Address sesungguhnya ditulis dalam notasi biner tidak
bertitik. Penulisan mengikuti notasi desimal tertitik hanya agar mudah membacanya.

IP Address di bagi dalam 5 kelas sebagai berikut :

Kelas A
Kelas A mempunyai 7 bit Network ID (nomor unik jaringan) dan 24 bit alamat
host. Bit urutan tertinggi (paling kiri) selalu bernilai nol (0). Sehingga terdapat 128 (2
pangkat 7) network dalam kelas A.

0 Network ID Alamat Host


7 bit 24 bit

dengan beberapa ketentuan sebelumnya, maka alamat IP kelas A :

Alamat Kelas A
0.0.0.0 Dicadangkan, tidak boleh digunakan
1.0.0.0 s.d 126.0.0.0 Tersedia dan boleh digunakan
127.0.0.0 Dicadangkan, digunakan oleh localhost

Contoh IP kelas A adalah 64.0.0.1 dimana jika ditulis dalam notasi biner menjadi :

01000000.00000000.00000000.0000001 diawali bit 0.

Kelas B
Alamat jaringan kelas B memiliki 14 bit Net ID, 16 bit alamat yang dapat
digunakan host atau device yang terkoneksi ke jaringan, dan selalu dimulai oleh biner
10. Dengan demikian pada kelas B dapat dibuat sebanyak 16.384 jaringan, yaitu 2
pangkat 14.

1 0 Network ID Alamat Host


14 bit 16 bit

Alamat Kelas B
128.0.0.0 s.d Tersedia dan boleh digunakan
191.254.0.0 pada host atau device jaringan
191.255.0.0 Dicadangkan, tidak dipakai

Contoh IP kelas B adalah 130.0.0.10 dimana jika ditulis dalam notasi biner menjadi

10000010.00000000.00000000. 00001010 diawali bit 10.

Hal 2 dari 12
Memahami IP Address

Kelas C
Alamat jaringan kelas C mempunyai 21 bit Net ID, 8 bit alamat host dan selalu
diawali 3 bit 110. Pada kelas C terdapat sebanyak 2.097.152 jaringan, yaitu 2 pangkat
21. Meskipun dalam penggunaannya akan berkurang 2 untuk Net ID dan broadcast.

1 1 0 Network ID Alamat Host


21 bit 8 bit

Alamat Kelas C
192.0.0.0 Dicadangkan, tidak dipakai
192.0.1.0 s.d Tersedia dan boleh digunakan
223.255.254.0
233.255.255.0 Dicadangkan

Contoh IP kelas C adalah 202.200.1.23 jika ditulis dalam notasi biner menjadi

11001010.11001000.00000001.00010111 diawali bit 110.

Kelas D
Alamat jaringan kelas D semuanya digunakan untuk multicasting, dan selalu
diawali bit-bit 1110 :

1 1 1 0 Multicast
28 bit

Alamat Kelas D
224.0.0.0 s.d Kelompok Multicast
239.255.255.255

Kelas E
Jaringan kelas E ditandai 4 bit bernilai 1 (1111) pada bagian paling awal alamat
yang sebenarnya tidak boleh dipakaikan pada host, itulah IP broadcast.

Alamat Kelas E
224.0.0.0 s.d Dicadangkan (ilegal)
239.255.255.255
255.255.255.255 Dicadangkan, broadcast

Berikut ini merupakan rangkuman tentang Pembagian kelas IP Address :


Network ID 127.xxx.yyy.zzz adalah address khusus digunakan untuk local
loopback dan diaknosa device atau komputer standalone.
Network ID dan Host ID tidak boleh bernilai 1 untuk semua bitnya (dalam
desimal 255). Jika semua bit bernilai 1 maka akan menjadi alamat broadcast.
Network ID dan Host ID tidak boleh bernilai 0 untuk semua bitnya (dalam
desimal juga 0). Jika semua bit tersebut bernilai 0 maka otomatis akan
digunakan sebagai alamat jaringan (Net ID)
Urutan bit tertinggi kelas D yang bernilai 1110 (224.0.0.0 s.d 239.255.255.255)
digunakan untuk penerapan teknologi multicasting dan bit tertinggi kelas E yang

Hal 3 dari 12
Memahami IP Address

bernilai 11110 (240.0.0.0 s.d 247.255.255.255) disimpan untuk keperluan yang


akan datang.

Subnet Mask
Subnet mask biasanya digunakan oleh router untuk menentukan bagian mana
yang merupakan alamat jaringan dan bagian mana alamat host. Subnet mask adalah
suatu bilangan 32 bit sebagaimana alamat IP yang juga ditulis dalam notasi desimal
bertitik.

Subnet mask dasar untuk setiap kelas diperlihatkan tabel dibawah ini.

Kelas Subnet Mask


A 255.0.0.0
B 255.255.0.0
C 255.255.255.0

Pada subnet mask dasar dimana belum dilakukan subnetting pada IP jaringan,
oktet bernilai 1 untuk semua bit-nya (11111111) atau semua bernilai 0 (00000000).
Jika semua bit bernilai 1 tentu saja mengembalikan nilai 255 dalam desimal dan jika
semua bit bernilai 0 maka dalam desimal juga 0. Yang menjadi pertanyaan adalah
bagaimana router menggunakan subnet mask untuk menentukan mana IP jaringan dan
mana IP yang dipakai device (dalam hal ini komputer misalnya). Router biasanya
menggunakan suatu proses yang disebut AND-ing dimana bit-bit subnet mask di AND
terhadap bit-bit IP Address yang ditemukan.

Berikut ini adalah tabel yang dapat digunakan dalam AND-ing :

A B A AND B
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1

Contoh :
IP Address : 180.20.5.9 IP Address kelas B
Subnet Mask : 255.255.0.0 default subnet mask kelas B
Network Address ?

IP Address : 10110100 00010100 00000101 00001001


Subnet Mask : 11111111 11111111 00000000 00000000
-------------------------------------------------------
Netwok IP : 10110100 00010100 00000000 00000000

Akhirnya didapat Net ID : 180.20. Dan pada jaringan 180.20 sebenarnya


terdapat banyak IP Address yang dapat digunakan oleh host-host anggotanya, yaitu :
180.20.0.1 sampai dengan 180.20.255.254, IP 180.20.0.0 tidak boleh dipakai
karena otomatis menjadi IP Network, begitu pula dengan 180.20.255.255 otomatis
menjadi alamat broadcast jaringan 180.20.0.0.

Hal 4 dari 12
Memahami IP Address

Subnetting
Subnetting merupakan suatu teknik yang memungkinkan administrator jaringan
memecah suatu jaringan ke dalam beberapa jaringan yang lebih kecil.

Keuntungan melakukan subnetting :

Menyederhanakan administrasi – dengan bantuan router, jaringan dapat dipecah


dalam bagian-bagian lebih kecil yang dapat dikelola lebih mudah dan efisien.
Perubahan struktur jaringan internal tidak berdampak pada jaringan diluar –
Suatu organisasi dapat terus menggunakan IP Address yang didapat tanpa harus
meminta tambahan block IP baru.
Keamanan jaringan yang lebih baik – subnetting memungkinkan suatu
organisasi memisahkan jaringan internal pada beberapa jaringan antara tetapi
tidak akan terdeteksi dari luar.
Pembatasan lalu lintas jaringan – dengan bantuan router dan subnetting, lalu
lintas data dalam jaringan dapat diminimumkan.

Satu contoh kasus diperlukan subnetting adalah :

Sebuah perusahaan memperoleh IP Address network kelas B 130.0.0.0.


Dengan IP Network tersebut maka terdapat sebanyak 65.534 (2 ^ 16 – 2) alamat IP
yang dapat dipasang pada peralatan atau komputer yang terkoneksi ke jaringan. Yang
menjadi masalah adalah bagaimana mengelola jaringan dengan jumlah host lebih
65.000 tersebut. Jika kita harus menempatkan komputer sebanyak itu pada satu
lokasi….rasanya hampir tidak mungkin. Jika kita hanya menggunakan 1000 komputer
pada satu gedung berlantai banyak….maka 64.000 lebih IP terbuang percuma.

Solusinya adalah dengan memecah IP Network tersebut sehingga terbentuk


jaringan-jaringan yang lebih kecil yang bernama subnet. Misalnya dibentuk 2000 subnet
yang selanjutnya subnet ID yang diperoleh dipakaikan pada komputer-komputer yang
lokasinya berjauhan, misalnya 2000 lokasi jaringan komputer tersebar diseluruh dunia,
dan untuk menghubungkan semuanya menjadi satu…kita dapat menggunakan router.
Jika masih ada Subnet ID yang belum terpakai…bukankah masih dapat dijual pada
perusahaan lain yang tertarik ?.

Subnetting IP Kelas A
Jika kita mendapatkan IP 10.0.0.0 maka dapat dibangun suatu jaringan yang
jumlah hostnya adalah 2 ^ 24, merupakan jumlah yang sangat besar. Karena itu
muncul keinginan untuk membagi jaringan tersebut menjadi 100 subnet yang nantinya
akan digunakan pada beberapa lokasi jaringan di seluruh indonesia karena akan ada
pengembangan perusahaan.

Pada IP kelas A, oktet pertama mendefinisikan alamat jaringan (Net ID). Tiga
oktet berikutnya merupakan informasi alamat node (host, komputer atau peralatan
jaringan lain). Jumlah total host yang dapat dipasang sebelum di subnet adalah 2 ^ 24
- 2. Alasan mengurangi dua jumlah host karena IP 10.0.0.0 telah menjadi IP Network
dan 10.0.0.255 dengan sendirinya menjadi alamat broadcast. Sekarang kita akan coba
membagi IP diatas dalam 100 subnet :

Hal 5 dari 12
Memahami IP Address

Jumlah Subnet : 100


Netowork Address : 10.0.0.0
Biner : 00001010 00000000 00000000 00000000

Ambil oktet pertama dari bagian host ID yaitu oktet kedua pada deretan IP
Address diatas yang bernilai 00000000. Oktet pertama host ID tersebut dalam nilai
desimal :

128 64 32 16 8 4 2 1 2 ^ n

Jumlahkan bagian paling kanan sehingga mencapai nilai 100. Didapat 1 + 2 +


3 + 8 + 16 + 32 + 64 = 127 dan hanya bilangan 127 paling mendekati nilai 100.
Untuk mendapatkan nilai 100 atau 127 diperlukan sebanyak 7 bit paling kanan.

Sekarang lihatlah deretan 128 64 . . . 4 2 1 dari kiri, dan


jumlahkan 7 bilangan terkiri sehingga didapat :

128 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4 + 2 = 254 (cek kembali !).

Hasil 254 tersebut akan menggantikan nilai host ID pada subnet mask default.
Telah kita ketahui bahwa subnet mask default kelas A adalah 255.0.0.0. Sekarang
ganti oktet pertama host ID pada subnet Mask tersebut dengan 254 sehingga diperoleh
255.254.0.0. Dan itulah subnet mask yang akan dipakai.

Pada proses yang dilakukan untuk mendapatkan subnet mask baru, nilai terkecil
yang kita gunakan adalah 2 (128, 64, 32, 16, 8,4, dan 2, disini 2 merupakan nilai
terkecil). Nilai terkecil ini akan menjadi patokan kenaikan (increment) range IP Address
yang dapat dipasang pada host yang terdapat dalam suatu subnet. Dengan kenaikan 2
didapat subnet dan range IP berikut ini :

Subnet Range IP untuk Host


10.2.0.0 10.2.0.1 s.d 10.3.255.254
10.4.0.0 10.4.0.1 s.d 10.5.255.254
10.6.0.0 10.6.0.1 s.d 10.7.255.254
. . . . . .
10.248.0.0 . . .
10.250.0.0 . . .
10.252.0.0 . . .
10.254.0.0 10.254.0.1 s.d 10.255.255.254

Pada tabel diatas, IP 10.2.0.0 dan 10.3.255.255, 10.4.0.0 dan


10.5.255.255 dan seterusnya tidak dapat dipasang pada host anggota jaringan
10.x.y.z. Mengapa….?, silakan baca bagian awal dokumen ini.

Subnetting IP Kelas B
Misalkan kita mendapatkan IP Network 180.10.0.0 dan kita ingin membuat 6
subnet, maka langkah yang dilakukan adalah :

Hal 6 dari 12
Memahami IP Address

1. Tulis 180.10.0.0 dalam notasi biner

10110100 00001000 00000000 00000000

2. Perhatikan oktet pertama host ID pada IP tersebut. Pada IP kelas B, oktet


pertama host ID merupakan oktet ketiga IP Address lengkap, dalam kasus ini
bernilai 00000000.
3. Tulis dalam notasi pangkat 2 (desimal) sehingga di dapat :
128 64 32 16 8 4 2 1

4. Perhatikan bagian paling kanan dan jumlahkan nilai-nilai tersebut sehingga


didapat nilai 6, dalam kasus ini adalah 1 + 2 + 4 = 7. Artinya untuk membuat 6
subnet kita memerlukan 3 bit terkanan, dan secara tidak langsung kita
mendapatkan 7 subnet, bukan 6 subnet seperti yang kita inginkan semula.
5. Sekarang perhatikan deretan angka tersebut dari kiri. Kita memerlukan 3 bit
terkanan untuk mendapatkan nilai 6 atau 7, maka jumlahkan 3 bit terkiri dan
didapat 128 + 62 + 32 = 224. Nilai terkecil dari 3 angka tersebut adalah 32.
6. Ganti oktet pertama subnet mask Host ID default dengan nilai 224 diatas,
255.255.0.0 menjadi 255.255.224.0.
7. Dengan kondisi seperti di atas diperoleh subnet dan IP range berikut ini :

Subnet IP range
180.20.32.0 180.20.32.1 s.d 180.20.63.254
180.20.64.0 180.20.64.1 s.d 180.20.95.254
180.20.96.0 180.20.96.1 s.d 180.20.127.254
180.20.128.0 180.20.128.1 s.d 180.20.159.254
180.20.160.0 180.20.160.1 s.d 180.20.191.254
180.20.192.0 180.20.192.1 s.d 180.20.223.254

Subnetting IP Kelas C
Subnetting IP kelas C sama dengan subnetting kelas lainnya, hanya saja oktet
pertama host ID adalah oktet ke empat IP Address yang ditulis lengkap. Misalnya kita
memiliki IP 200.10.44.0 dan ingin membagi jaringan menjadi dua subnet. Caranya
adalah sebagai berikut :

1. Tulis IP Address 200.10.44.0 dalam notasi biner

11001000 00001010 10110000 00000000

2. Perhatikan oktet terakhir yang merupakan satu-satunya oktet host ID yaitu


00000000
3. Buat dalam notasi pangkat 2 : 128 64 . . . 4 2 1
4. Untuk memecah jaringan menjadi dua subnet, jumlahkan nilai-nilai pada bagian
paling kanan sehingga didapat nilai 2 atau yang paling mendekati, yaitu 1 + 2
= 3.
5. Sekarang perhatikan angka-angka diatas dari sisi kiri. Karena kita memerlukan 2
bit terkanan untuk mendapatkan nilai 2 atau 3, maka jumlahkan 2 bit terkiri
sehingga didapat dinilai 128 + 64 = 192.
6. Ganti oktet pertama Host ID pada subnet mask default kelas C dengan nilai 192,
diperoleh 255.255.255.192.

Hal 7 dari 12
Memahami IP Address

7. Jaringan hasil subnet adalah sebagai berikut :

Subnet Range IP
200.10.44.64 200.10.44.65 s.d 200.10.44.127
200.10.44.128 200.10.44.129 s.d 200.10.44.192

Mengapa demikian ?, silakan baca dokumentasi ini dari awal !.

Memanfaatkan Rumus
Diberikan sebuah Network ID, terdapat 3 parameter yang dapat digunakan agar
dapat memahami subnetting. Jika salah satu parameter berikut diketahui, maka dua
parameter lain dapat dengan mudah ditemukan :

1. Jumlah host per subnet (hps)


2. Jumlah Subnet (s)
3. Subnet Mask

Sebelum melanjutkan bagian ini, pastikan anda telah betul-betul memahami pembagian
kelas IP Address serta subnet mask default untuk masing-masing kelas tersebut.

Contoh :
diberikan jumlah host per subnet dan Network ID :
Network ID : 172.16.0.0
Jumlah host/subnet yang diinginkan : 4000

1. Tentukan kelas IP dari Network ID. Dalam kasus ini adalah kelas B yang
memberikan subnet mask default 255.255.0.0 yang menunjukkan bahwa
Network ID tersebut mempunyai 16 bit host yang dapat dipakai, total 2 ^ 16 =
65536 alamat termasuk alamat broadcast dan Network ID.
2. Jumlah host per subnet sesungguhnya yang dapat dibuat merupakan 2 pangkat n
dan selanjutnya dikurangi 2. Dalam kasus ini adalah 4094, didapat dari 2 ^ 12
– 2 dan nilai ini disebut hps
3. Hitung jumlah subnet yang diperoleh dengan :

s = a /(hps + 2) = 65536/(4094+2) = 16

a merupakan jumlah total host ID yang didapat sebelum subnet

4. Untuk mendapatkan subnet mask, hitung jumlah bit yang dipakai host (h)

2 ^ h = hps + 2
2 ^ h = 4096
log2 (2 ^ h) = log2 (4096)
h = 12

Dalam biner nilai diatas akan memberikan subnet mask :

11111111.11111111.11110000.00000000 12 bit terkanan 0

Dalam notasi desimal bertitik ditulis : 255.255.240.0

Hal 8 dari 12
Memahami IP Address

Hitung nilai misalnya m = 32 – h = 32 – 12 = 20, dimana 32


merupakan jumlah bit total pada subnet mask dan m merupakan jumlah bit yang
di-mask, bernilai 1. Sehingga dalam notasi CIDR kita akan menemukan bahwa
Network ID dapat ditulis 172.16.0.0/20. Disini jelas bahwa 20 merupakan
jumlah bit pada subnet mask yang bernilai 1.

Contoh :
Diberikan informasi berikut :
Network Id : 172.16.0.0
Jumlah subnet yang diinginkan : 13

1. seperti contoh sebelumnya, tentukan kelas Network ID diatas.


2. jumlah subnet sesungguhnya yang akan terbentuk adalah 2 pangkat n, dalam
kasus ini 2 ^ 4 = 16, jadi nilai s = 16
3. hitung subnet mask dengan menentukan berapa banyak bit yang diperlukan
untuk mendapatkan nilai 16, misalnya emb

2 ^ emb = s
2 ^ emb = 16
log2 (2 ^ emb) = log2 (16)
emb = 4

jumlah total bit yang di-mask (m) adalah jumlah bit default yang di-mask dalam
kelas yang digunakan + jumlah ekstra bit yang di-mask.

m = 16 + 4 = 20

dalam biner dapat ditulis :

11111111.111111111.11110000.00000000 20 bit kiri bernilai 1

sehingga dalam notasi desimal bertitik didapat subnet mask : 255.255.240.0


atau jika ditulis dalam notasi CIDR Network ID menjadi 172.16.0.0/20

4. Untuk memperoleh jumlah host per subnet kita memerlukan jumlah bit host ID
(h), dimana h = 32 – m = 32 – 20 = 12. Jumlah host per subnet (hps) :

hps = 2 ^ h –2
hps = 2 ^ 12 –2
hps = 4094

Contoh :
Jika diberikan suatu Network ID dalam notasi CIDR 172.16.0.0/20, maka kita
dapat menentukan :

Hal 9 dari 12
Memahami IP Address

1. jumlah subnet (s) :


emb (jumlah bit tambahan yang di-mask, yaitu jumlah bit host ID yang dimask)
= jumlah bit bernilai 1 – jumlah bit yang di-mask pada default subnet kelas IP
172.16.0.0

emb = 20 –16
emb = 4

s = 2 ^ emb
s = 2 ^ 4
s = 16 jumlah subnet

2. Jumlah host per subnet (hps) :


Jumlah bit Host Id setelah di-mask (h) atau bit host ID yang bernilai 0 = jumlah
total bit subnet mask – jumlah bit subnet mask yang bernilai 1 setelah di-mask.

h = 32 – m
h = 32 – 20 = 12 bit host ID

hps = 2 ^ h – 2
hps = s ^ 12 – 2
hps = 4094

Contoh Kasus :
Sebuah perusahaan memperoleh IP Network kelas A 64.0.0.0 (subnet
mask default 255.0.0.0). Sebagai Administrator jaringan diperusahaan tersebut,
anda diminta membuat jaringan kecil (subnet) sebanyak-banyaknya dengan syarat
setiap subnet yang dihasilkan harus dapat menampung 300 host.

Network ID : 64.0.0.0
Default Subnet mask : 255.0.0.0
Host/subnet (hps) : 300

Dengan memanfaatkan rumus sebelumnya diperoleh :

1. Sudah diketahui bahwa kelas A dapat mempunyai sebanyak 16.777.216 alamat


host atau kita sebut saja a.
2. Untuk mendapatkan sebuah subnet yang dapat menampung sekurang-kurangnya
300 host (workstation), maka kita harus mencari nilai terdekat dari 2 ^ n, yaitu
2 ^ 9 yang menghasilkan nilai 512. Artinya subnet yang sedang anda
rancangakan mampu memberikan IP Address ke pada maksimal 510 host, 2 IP
Address dipakai sebagai subnet ID dan alamat broadcast subnet.
3. Jumlah subnet yang dapat dibuat adalah :

S = a / (hps+2) = 16.777.216/512 = 32.768

Artinya dengan tiap-tiap subnet menampung 300 atau 510 host, maka akan
diperoleh sebanyak 32.768 subnet.

Hal 10 dari 12
Memahami IP Address

4. Setelah melakukan subnetting, subnet mask default tentu ikut berubah :

2 ^ h = hps + 2
2 ^ h = 512
h = 9 jumlah bit subnet mask bernilai 0 dalam biner

dalam biner dapat ditulis :

11111111.11111111.11111110.00000000 9 bit kanan 0

subnet mask baru : 255.255.254.0


jumlah bit subnet mask yang bernilai 1 (m) adalah 23, dan jika Network ID
64.0.0.0 kita tulis dalam notasi CIDR didapat 64.0.0.0/23

5. Perhatikan nilai oktet pertama pada subnet mask yang tidak bernilai 255, dalam
kasus diatas bernilai 254, dan sebut saja y=254. Maka kita memperoleh nilai

i = 256 – y = 256 – 254 = 2 nilai increment

Cara lain untuk mendapatkan nilai increment (kenaikan range IP) dapat
dilihat pada contoh subnetting manual dengan mengubah nilai y (254) ke notasi
biner, yaitu 11111110. Nilai desimal bit bernilai 1 yang terkecil merupakan nilai
increment, yaitu 2, ingat 128 64 . . . 4 2 1.

Cara terakhir dalam menentukan increment adalah dengan melihat


berapa jumlah oktet pada subnet mask yang semua bit-nya bernilai 0, telah
diketahui bahwa hanya ada satu oktet yang memenuhi syarat tersebut yaitu oktet
terakhir, katakanlah variabel z. Cara ini hanya berlaku jika z tidak 0.

i = (hps + 2) / (256z)
i = 512/256
i = 2

Akhirnya di dapat subnet-subnet berikut (lebih 32 ribu subnet) :

64.0.0.0
64.0.2.0
64.0.4.0
64.0.6.0
64.0.8.0
64.0.10.0
. . .
64.0.248.0
64.0.250.0
64.0.252.0
64.0.254.0
64.1.0.0
64.1.2.0
64.1.4.0
64.1.6.0
64.1.8.0

Hal 11 dari 12
Memahami IP Address

64.1.10.0
. . .
64.254.248.0
64.254.250.0
64.254.252.0
64.254.254.0
64.255.0.0
64.255.2.0
64.255.4.0
64.255.6.0
. . .
64.255.246.0
64.255.248.0
64.255.250.0
64.255.252.0
64.255.254.0

Kenaikan diatas memang berbeda dengan sebelumnya. Ini terjadi karena subnet
mask yang terbentuk merupakan subnet mask kelas B (terdapat dua oktet bernilai penuh
1, 255.255.254.0), sehingga kenaikan nilai 2 dilakukan sampai pada oktet ke-3 (oktet
ke-2 dan ke-3) IP Network. Seandainya subnet mask masih mengarah pada kelas A,
maka kenaikan terjadi hanya pada oktet ke-2 IP Network.

Husni@Lunix96.Net
A Newbie in Information Technology

Hal 12 dari 12
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

Anda mungkin juga menyukai