Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat literasi keuangan syariah masyarakat
Losari Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan Teknik analisis deskriptif kuantitatif. Jenis data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penelitian lapangan
dengan membagikan kuesioner kepada masyarakat Desa. Data Sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen
serta sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
Literasi keuangan syariah adalah pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki oleh individu terhadap
keuangan syariah seperti mengetahui produk dan jasa keuangan syariah sehingga dapat mengambil
keputusan keuangan yang sesuai dengan prinsip dalam Islam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan Syariah masyarakat Sangkanayu
sebesar 56,88 % atau dapat dikatakan bahwa tingkat literasi keuangan Syariah tergolong kedalam kategori
rendah (<60%).
KATA KUNCI: Literasi Keuangan, tujuan dan manfaat, tingkat literasi keuangan, indicator literasi keuangan.
1. Pendahuluan
Otoritas Jasa Keuangan pada saat ini terus meningkatkan layanan dan pengetahuan masyarakat
atau yang disebut literasi keuangan terhadap lembaga keuangan. Literasi keuangan juga sudah diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 76/POJK.07/2016. Pemahaman akan literasi keuangan
saat ini sangat diperlukan untuk terciptanya masyarakat yang berkualitas dan memiliki kecerdasaan
dalam mengelola keuangan dengan baik, karena pengetahuan masyarakat mengenai literasi keuangan
sudah menjadi keharusan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi life skill yang perlu dimiliki oleh
setiap individu dalam menjalani kehidupan jangka panjang.
Lembaga Keuangan (Financial Institution) adalah suatu perusahaan yang usahanya bergerak di
bidang jasa keuangan. Artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini akan selalu berkaitan dengan
bidang keuangan. Lembaga keuangan syariah menjalankan kegiatannya dengan berlandaskan prinsip
syariah Islam. Lembaga Keuangan Syariah terdiri dari Bank (Bank Umum Syariah/Perbankan Syariah,
Bank Perkreditan Rakyat Syariah) dan Non-Bank (Asuransi, Pegadaian, Reksa Dana, Pasar Modal, dan
BMT). Kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi arus peredaran uang dalam dunia bisnis,
sehingga uang dari masyarakat dapat dikumpulkan melalui berbagai bentuk produk penghimpunan dana
sebelum disalurkan kembali kepada yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan (Burhanuddin S.,
2010).
Bank Islam (Islamic Banking) atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa
bunga merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasajasa
lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip syariat Islam. Antonio dan Perwaatmaja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam
dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam merupakan (1) Bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam; (2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip Syariah
Islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuanketentuan syariah Islam,
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata
cara bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi
dengan kegiatan- kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Perbankan Syariah merupakan suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu
menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa pengiriman uang. Bank Islam merupakan
salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syarat hukum Islam.
Umat Islam diharapkan dapat memahami perkembangan Bank Syariah dan mengembangkan perbankan
syariah apabila dalam posisi sebagai pengelola Bank syariah yang perlu secara cermat mengenali dan
mengidentifikasi semua mitra kerja yang sudah ada maupun yang potensial untuk pengembangan Bank
Syariah (Marimin, 2015).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan di Indonesia
secara umum. Peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah semakin
strategis dalam rangka mewujudkan struktur perekonomian yang semakin berimbang. Dukungan
terhadap pengembangan perbankan syariah juga diperlihatkan dengan adanya “dual banking system”,
dimana bank konvensional diperbolehkan untuk membuka unit usaha syariah. Dengan dual banking
system ini diharapkan perkembangan perbankan syariah dapat bersaing dengan perbankan
konvensional, namun faktanya pengguna perbankan syariah justru masih dikatakan minim. Hal ini belum
cukup membuat bank-bank syariah menjadi bank yang terbesar di Indonesia dikarenakan minat
masyarakat Indonesia
yang masih kurang dan market share perbankan syariah baru mencapai 5 % dari total market perbankan
secara umum. (Mardani, 2018). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa pada November 2016
terdapat 13 Bank Umum Syariah (BUS) hingga 2017 jumlah BUS tidak mengalami peningkatan,
sementara terdapat 101 Bank Umum Konvensional. Bank syariah seolah seperti sulit untuk menembus
dominasi perbankan konvensional, padahal mayoritas masyarakatnya adalah muslim. Hal ini dapat
dibuktikan dengan sedikitnya pengetahuan dan keingintahuan masyarakat tentang perbankan syariah
itu sendiri.
Di Kabupaten Purbalingga jumlah Bank Syariah sudah cukup memadai yaitu ada Bank BRI Syariah,
Bank Jateng Syariah, dan Bank Syariah Mandiri tetapi minat masyarakat pedesaan terhadap Bank
Syariah sendiri masih kurang karena pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat pedesaan
mengenai produk dan sistem Bank syariah yang masih sangat terbatas. Padahal sebenarnya
masyarakat adalah salah satu elemen yang terpenting dalam dunia Perbankan hal ini dikarenakan
masyarakatlah yang akan menjadi nasabah Bank Syariah dan sekaligus sebagai bahan pertimbangan
bagi praktisi Perbankan Syariah dalam mengambil kebijakan untuk mengembangkan Perbankan Syariah
yang akan datang. Struktur dan Presepsi masyarakat terhadap Bank Syariah sangat menentukan
perilaku masyarakat tersebut.
Fenomena yang terjadi adalah seperti yang telah di amati oleh peneliti munculnya Bank Syariah di
Purbalingga seperti Bank BRI Syariah, Bank Jateng Syariah, dan Bank Syariah Mandiri, namun
keberadaan Bank tersebut kurang menarik simpati dan empati masyarakat untuk menjadi nasabah baik
itu dari kalangan masyarakat yang berada di perkotaan maupun masyarakat yang berada di pedesaan.
Bahkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perbankan syariah akan berdampak pada
kesalahan persepsipersepsi yang belum tepat terhadap keberadaan bank syariah. Kenyataan yang
seperti ini merupakan ironi. Pembentukan persepsi akan memberikan dampak kemajuan bank syariah
juga akan mempengaruhi prilaku nasabah dalam berinvestasi dan mengambil dana di bank syariah.
Pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang produk dan sistem perbankan syariah di
Indonesia masih sangat terbatas yang disebut sebagai dampak dari kurangnya pengetahuan nasabah
tentang Lembaga keuangan syariah atau bank syariah. Hal ini di dukung oleh data yang dipublikasikan
oleh Bank Indonesia, bahwa hingga tahun 2017 perbankan syariah hanya memiliki 5% dari total pangsa
pasar perbankan secara nasional. Selain itu anggapan nasabah yang menilai Lembaga keuangan
syariah sama dengan lembaga keuangan konvensional dan yang membedakan hanyalah namanya saja.
Sehingga berdampak pada sikap masyarakat yang masih banyak menggunakan bank konvensional.
Berdasarkan hasil pra riset yang penulis lakukan di Desa Losari, penulis melakukan wawancara dengan
salah satu masyarakat Desa Losari, beliau mengatakan mayoritas penduduk desa masih mengikuti
pengaruh dari budaya yang ada dilingkungan tempat tinggalnya, dikarenakan perbankan syariah sendiri
dimata penduduk masih asing serta penduduk pun masih sulit untuk memahami perbankan syariah.
Pengetahuan nasabah mengenai lembaga keuangan syariah sendiri masih sangat minim, masih ada
nasabah yang belum mengetahui mengenai jenis lembaga keuangan syariah yang sebenarnya, salah
satunya contohnya masih ada nasabah yang menyamakan bank syariah dengan bank konvensional. Hal
ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang membuat nasabah belum sepenuhnya memperlakukan
bank syariah secara total diantaranya: yang pertama adalah kurang luasnya penyebaran perbankan
syariah dibandingkan dengan bank konvensioanl sehingga masyarakat belum secara utuh lepas dari
perbankan konvensional, yang kedua adalah masyarakat masih terbiasa dengan bank konvensional
karena bank konvensional adalah bank yang pertama kali dikenal oleh masyarakat.
Otoritas Jasa Keuangan pada saat ini terus meningkatkan layanan dan pengetahuan masyarakat
atau yang disebut literasi keuangan terhadap lembaga keuangan. Literasi keuangan juga sudah diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 76/POJK.07/2016. Pemahaman akan literasi keuangan
saat ini sangat diperlukan untuk terciptanya masyarakat yang berkualitas dan memiliki kecerdasaan
dalam mengelola keuangan dengan baik, karena pengetahuan masyarakat mengenai literasi keuangan
sudah menjadi keharusan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi life skill yang perlu dimiliki oleh
setiap individu dalam menjalani kehidupan jangka panjang. Tingkat literasi keuangan yang tinggi akan
menghindari masyarakat dari kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan bukan hanya karena rendahnya
pendapatan, tetapi kesulitan keuangan juga dapat disebabkan karena kesalahan dalam pengelolaan
keuangan, seperti misalnya kesalahan dalam menggunakan kartu kredit, tidak adanya perencanaan
keuangan yang baik dan benar dan tidak memiliki tabungan. Dengan adanya pengetahuan literasi
keuangan akan membantu individu dalam mengatur perencanaan keuangan 7 pribadi dan akan
meningkatkan taraf kehidupannya menjadi lebih baik dan benar (Margaretha, 2015).
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 76/POJK.07/2016 bahwa literasi keuangan
adalah pengetahuan, keterampilan dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka kesejahteraan
masyarakat. Literasi keuangan bertujuan agar meningkatkan kualitas pengambilan keputusan keuangan
individu dan perubahan sikap dan perilaku individu dalam pengelolaan keuangan menjadi lebih baik
Berdasarkan SNLK (Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia) tahun 2017, seseorang dapat
dikatakan sebagai well literate apabila memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga, produk
dan layanan jasa keuangan, serta keterampilan dalam mengetahui fitur, manfaat, risiko, hak dan
kewajiban dari produk dan layanan jasa keuangan tersebut. Pengetahuan keuangan yang dimiliki oleh
seseorang tersebut kemudian berkembang menjadi keterampilan keuangan, dimana keterampilan
keuangan yang dimaksud adalah kemampuan masyarakat yang tergolong well literate lebih mudah
memahami mengenai industri jasa keuangan yang diperlukan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
mereka. Keterampilan keuangan memungkinkan mereka lebih mudah dalam menentukan produk dan
layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan.
Pengelolaaan keuangan pribadi yang baik menjadi sangat penting bagi setiap individu, karena dapat
merencanakan keuangan untuk kehidupan jangka panjang. Pengelolaan keuangan merupakan suatu
kecerdasan dalam mengatur keuangan pribadi. Dalam mengelola keuangan perlu dilakukan secara
disiplin dan terencana, sehingga tujuan yang sudah direncanakan dapat terwujudkan pada saat yang
sudah ditetapkan. Pengelolaan keuangan juga bisa menggunakan jasa keuangan yang tersedia untuk
melayani masyarakat, sehingga dengan adanya jasa keuangan dapat membantu masyarakat mengelola
keuangan dalam bentuk investasi dan tabungan. Literasi keuangan sebagai upaya untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap sector jasa keuangan yang diawali dengan mengetahui, meyakini,
sehingga terampil dalam masalah pengelolaan keuangan sehingga tergolong masyarakat yang well
literate. Pemahaman keuangan yang baik dapat membantu masyarakat
menentukan investasi yang asli dan terhindar dari investasi bodong.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil Desa Losari Kecamatan Singosari sebagai masyarakat
desa dengan alasan secara geografis Desa Losari berada jauh dari pusat kota, dengan kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelola sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai pemukiman
perdesaan.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk mengangkat tema mengenai literasi keuangan
yang berjudul “ANALISIS TINGKAT LITERASI KEUANGAN SYARIAH MASYARAKAT LOSARI
KABUPATEN MALANG”.
3. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang menjadi objek
permasalahan penelitian (Usman, 2009). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana tingkat
literasi keuangan syariah masyarakat di desa Losari Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Untuk
mengukur tingkat literasi keuangan syariah peneliti menggunakan indikator dari penelitian terdahulu yaitu
Chen dan Volpe yang dapat menjadi tolak ukur literasi keuangan syariah. Indikator tersebut yaitu,
pengetahuan tentang literasi keuangan syariah pribadi secara umum, tabungan dan simpanan syariah,
asuransi syariah, dan investasi syariah. Kemudian untuk mengetahui tingkat literasi keuangan syariah
masyarakat desa Losari Kecamatan Singosari Kabupaten Malang peneliti melihat dari tingkat literasi
keuangan berdasarkan Chen dan Volpe yang menggolongkan tingkat literasi keuangan kedalam tiga kategori
yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengetahui masyarakat desa Losari Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang tergolong kedalam kategori yang disebutkan diatas, maka dilihat dari hasil jawaban
kuesioner yang berhasil dijawab oleh masyarakat berdasarkan kategori persentase dari penelitian terdahulu.
4. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong kedalam penelitian kuantitatif, metode ini disebut metode kuantitatif karena
diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi
(pengukuran) (Sujarweni). Pada penelitian ini penulis menggunakan statistik deskriptif, yang dimaksud
statistic deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai masing-masing variabel, baik satu
variabel atau lebih sifatnya independen untuk mendapatkan gambaran tentang variabel-variabel tersebut
(Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi Pendekatan Kuantitatif). Tipe yang paling umum dari
penelitian deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan,
ataupun prosedur. Penelitian deskriptif ini berupaya memperoleh deskripsi yang lengkap dan akurat dari
suatu situasi (Kuncoro, 2013).
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian
survei dengan cara menyebarkan pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada responden sebagai instrument
penelitian.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang
disebut dengan Teknik sampling.
Berikut adalah fungsi teknik sampling (Usman & Akbar, 2009):
a. Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili
b. Populasinya (representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Lebih teliti menghitung yang sedikit dari pada yang banyak.
d. Menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis adalah cluster sampling (area
sampling). Tehnik sampling ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang diteliti atau
sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, provinsi dan kabupaten. Untuk
menentukan mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan
daerah populasi yang telah ditetapkan (Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2013). Didalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat Desa Sangkanayu yang berumur mulai dari
20 sampai 39 tahun.
8. Penutup
Tingkat literasi keuangan syariah sangat penting bagi setiap individu, karena dengan pemahaman
tersebut individu dapat mengelola keuangan dan mengambil keputusan keuangan yang baik dan sesuai
dengan kemampuan serta keperluan hidupnya untuk memperoleh kesejahteraan dimasa depan. Begitu pula
dengan penggunaan jasa lembaga keuangan syariah sangat dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat
terhadap lembaga keuangan syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat literasi
keuangan syariah masyarakat Desa Losari. Penelitian ini menggunakan metode yang dipakai oleh Chen dan
Volpe 1998, dalam penelitian tersebut tingkat literasi keuangan dikategorikan kedalam 3 kelompok, pertama
<60% yang berarti individu memiliki tingkat literasi keuangan yang rendah, kedua 60 %-79%, yang berarti
individu memiliki tingkat literasi keuangan sedang dan >80% yang menunjukan bahwa individu memiliki
pengetahuan keuangan tinggi. Dengan menggunakan metode tersebut, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat literasi keuangan syariah masyarakat Desa Losari sebesar 56,88% atau dapat dikatakan
bahwa tingkat literasi keuangan syariah tergolong kedalam kategori rendah (<60%).
Dalam penelitian ini menggunakan empat aspek sebagaimana dilakukan oleh Chen dan Volpe,
pertama pengetahuan dasar keuangan syariah dengan nilai rata-rata yang diperoleh dari 93 responden
sejumlah 61,28%. Kedua aspek tabungan dan pinjaman syariah dengan nilai rata-rata yang diperoleh
51,60%. Ketiga aspek asuransi syariah dengan nilai yang diperoleh sejumlah 55,69% dan yang keempat
aspek investasi syariah dengan nilai sejumlah 58,27%. Dari keempat aspek tersebut aspek tabungan dan
pinjaman syariah yang paling rendah yaitu 51,60% dan aspek pengetahuan keuangan dasar syariah yang
paling tinggi yaitu 61,28%.
9. Daftar Pustaka
Akmal, H & Saputra, Y, E. (2016). Analisis Tingkat Literasi Keuangan.
Chen, H., & Volpe, R. P. (1998). An Analysis Of Personal Finansial Literacy Among Collage
Student. Financial Services Review, 7(2) : 107-128 , 3.
Herdiati, I. F., & Utama, S. (2017). Analisis Tingkat Literasi Keuangan Syariah Mahasiswa Serta
Pengaruhnya Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Nasabah Pada Lembaga Keuangan
Syariah. Jurnal, 5.
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Univestas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2021/2022
A. Abstrak
Kita sebagai umat muslim diwajibkan berzakat untuk membantu sesama saudara kita yang yang
mengalami kekurangan. Selain saling membantu, zakat bertujuan untuk mensucikan diri dan harta
yang kita miliki. Potensi zakat di Indonesia sangatlah besar karena didominasi oleh umat beragama
islam. Zakat adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama islam dan
diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Ada banyak
manfaat yang kita dapatkan dengan berzakat misalnya seperti membantu prekonomian negara,
mendapat keberkahan dalam hidup, menjalin persaudaraan antara sasama umat beragama, dan
mensucikan diri.
B. Pendahuluan
Zakat berasal dari kata az-zakah yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik, dan bertambah.
Berzakat tidak selalu identik dengan pemberian uang. Zakat dalam islam terdiri atas berbagai
macam bentuk. Seperti zakat mal, zakat fitrah, zakat pertanian, dan zakat penemuan barang.
Artikel ini berisi bagaimana pengaruh zakat terhadap prekonomian masyarakat Lombok
Timur di Desa Kelayu. Masyarakat di Desa Kelayu ini memiliki berbagai macam jenis pekerjaan
mulai dari PNS, pedagang, petani, supir, tukang kebun, buruh dan lainnya. selain itu masih banyak
dari warga sekitar disini yang tidak memiliki pekerjaan tetap yang menjadi perhatian bagi pemerintah
disini. Dengan adanya kegiatan zakat ini kami berharap bisa membantu warga yang masih kurang
dari segi ekonomi.
Beruntungnya mayoritas warga yang ada disini adalah Islam sehingga zakat memiliki peran
yang besar bagi perekonomian warga disini. Dan anak-anak sekolah setiap tahun biasanya saat
bulan ramadhan diajarkan untuk berzakat dan alhamdulillah zakat yang terkumpul lumayan banyak
sehingga bisa membantu warga disekitar sekolah yang ada di Lombok Timur ini.
C. Pengertian Zakat
Zakat adalah salah satu rukun islam yang harus selalu kita amalkan bagi seorang muslim.
Ini merupakan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Di dalam Al-Qur’an, zakat disebut-
sebut secara langsung sesudah sholat dalam delapan puluh dua ayat. Ini menunjukan betap
pentingnya zakat, seperti Shalat. Dalam Rukum islam zakat menempati urutan ke-3.
Dalam pengertian Bahasa Arab, zakat berarti kebersihan, perkembangan dan berkah. Bisa
dibilang kata zakat bisadiartikan bersih, bisa bertambah, dan juga diartikan diberkahi. Oleh karena
itu barang siapa yang mengeluarkan zakat berarti ia membersihkan dirinya den mensucikan
hartanya. Menurut Sayyid Sabiq kata zakat merupakan nama dari sesuatu hak Allah yang
dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat karena mengandung harapan untuk
mendapatkan berkah, membersihkan dan memupuk jiwa-jiwa dengan kebaikan.
Abul Hasan Al Wahidi mengatakan bahwa zakat mensucikan harta dan memperbaikinya,
serta menyuburkannya, menurut pendapat yang lebih nyata, zakat itu bermakna kesuburan dan
penambahan serta perbaikan.
Zakat dalam ajaran islam berfungsi untuk mensucikan dan membersihkan baik diri maupun
harta bendayang dimiliki dari dosa. Dilihat dari sudut pandang sosial, zakat berfungsi untuk
meringankan beban masyarakat yang kurang mampu. Berzakat tidak selalu identik dengan
pemberian uang. Zakat dalam islam terdiri atas berbagai macam bentuk.
Zakat berasal dari kata az-zakah yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik, dan bertambah.
Menurut istilah fikih, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang wajib ditunaikan untuk diserahkan
kepada orang yang berhak. Muslim yang mengeluarkan zakat disebut muzaki, sedangkan
penerimanya disebut mustahik.
Perintah untuk melakukan zakat dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an surah At-Taubah [9]: (103)
yang artinya “Ambilah zaka dari harta mereka, guna membersihkan dna menyucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka.
Allah maha mendengar, maha mengetahui”.
D. Macam-Macam Zakat
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dibayarkan oleh setiap muslim pada setiap bulan ramadhan.
Besaran zakat fitrah yang harus dikeluarkan yaitu 2,5 kg bahan makanan pokok. Jika membayar
zakat menggunakan uang maka dinilai dengan jumlah makanan pokok yang dizakati.
2. Zakat Mal
Zakat mal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukumyang wajib
dikeluarkan setelah mencapai jumlah tertentu dan setelah dimiliki pada jangka waktu tetentu.
Ada lima macam harta kekayaan yang termasuk dalam zakat mal:
• Zakat emas dan perak
• Zakat perniagaan
• Zakat hewan ternak
• Zakat barang temuan
• Zakat tanaman dan pertanian
E. Ketentuan Zakat
Ibadah zakat harus dilksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. Ketentuan danpelaksanaan ibadah
zakat sebagai berikut:
1. Syarat orang wajib pajak
Wajib berzakat apabila memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain
seorang muslim, merdeka, baliq, dan berakal.
2. Syarat sah zakat
Ibadah zakat yang dilakukan hukumnya sah apabila telah memenuhi dua syarat yaitu berniat
karena Allah SWT dan harta yang dikelaurkan menjadi milik orang yang menerimanya.
3. Syarat harta wajib zakat
Harta wajib dizakati apabila memenuhi syarat-syarat tertentu. Harta tersebut milik pribadi, harta
berkembang, mencapai nisab, dan bebas utang.
4. Penerima zakat
Zakat tidak dapat diberikan kepada sembarang orang. Golongan yang berhak menerima zakat
telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah at-Taubah [9] (60) yang artinya sesungguhnya zakat
ituhanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf),
untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan
Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha
Mengetahui, Mahabijaksana. Berdasarkan ayat tersebut ada delapan golongan yang
berhakmenerima zakat (mustahik). Delapan golongan tersebut antara lain:
• Fakir, yaitu orang yang tidak mempunyai harta maupun penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
• Miskin, yitu orang-orang yang mempunyai harta dan penghasilan, tetapi penghasilan
tersebut tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
• Muallaf, yaitu orang yang diharapkan kecendrungan hati atau keyakinannya dapat
bertambah terhadap islam.
• Ar-riqab (untuk memerdekakan budak), menurut jamhur ulama bagian ini diserahkan
untuk memerdekakan budak.
• Al-garimin atau orang yang berhutang. Golongan ini adalah orang-orang yang memiliki
utang dan tidak mampu membayarnya. Utang tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan idup atau menegakkan syariat islam. Zakat diberikan kepada al-garimin agar
terbebas dari utang tersebut.
• Sabilillah, jumhur ulama mengartikannya sebagai sukarelawan untuk menegakkan
agama Allah swt dan pemerintahan, sedangkan mereka tidak mendapat gaji dari
pemerintah.
• Ibnu sabil, yaitu musafir yang melakukan suatu perjalanan bkan untuk tujuan maksiat
dan dalam perjalanan itu ia kehabisan bekal.
• Amil zakat, yaitu orang yang bertanggung jawab mengumpulkan, membukukan,
memlihara, dan mendistribusikan zakat.
F. Manfaat Zakat dan Shadaqah
• Membentengi harta
• Menyembuhkan penyakit
• Menggandakan harta
• Mnsucikan jiwa
• Mencegah bencana
• Ungkapan syukur atas rezeki yang diperoleh dari Allah SWT
G. Zakat Di Lombok Timur Desa Kelayu
Kewajiban zakat adalah salah satu cara utama dalam menyalurkan barang dan kekayaan
di antara masyarakat, serta merupakan bagian utama dalam menjalin persaudaraan di antara umat
beragama. Zakat sebagaimana ditulis dalam surah At-Taubah 103 bertujuan untuk mewajibkan
setiap muslim yang mempunyai sejumlah uang dan kekayaan untuk membersihkan kekayaan
tersebut dengan membayar sejumlah mereka, dan memberikan kepada orang yang berhak. Selain
itu, zakat juga bisa dianggap salah satu cara untuk membantu mengatasi masalah kemiskinan.
Dengan adanya zakat mampu menumbuhkan jiwa gotong royong diantara kalangan masyarakat.
Potensi zakat di Indonesia sangatlah besar karena didominasi oleh umat beragama islam.
Jadi semakin besar zakat yang kita keluarkan maka semakin banyak warga yang kurang mampu
terbantu. Kenyataan telah membuktikan, bahwa zakat dapat meningkatkan pendapatan suatu
negara sehingga mampu menciptakan sebuah kemakmuran. Seperti dimasa Umar Bin Abdul Aziz
dengan sistem pemerintahannya, terutama tentang sistem zakat dan pajak perlu kita jadikan contoh.
Begitu pula dengan yang ada di Desa Kelayu ini kegiatan zakat memang berjalan dengan
baik karena banyak dari masyarakat disini yang antusias dalam membayarkan zakatnya. Pekerjaan
masyarakat disini sangatlah beragam mulai dari PNS, pedagang, petani, supir, tukang kebun, buruh
dan lainnya. selain itu masih banyak dari warga sekitar disini yang tidak memiliki pekerjaan tetap
yang menjadi perhatian bagi pemerintah disini. Dengan adanya kegiatan zakat ini kami berharap
bisa membantu warga yang masih kurang dari segi ekonomi.
Jadi kegiatan zakat ini terus di lakukan bahkan setiap sore diumumkan melalui masjid.
Kegiatan ini dilakukan semata-mata untuk membantu para warga yang sedang mengalami kesulitan.
Jadi buat masyarakat yang ingin menyalurkan zakat bisa langsung datang ke BAZNAS yang sudah
disediakan. Nanti petugas BAZNAS akan menyalurkan zakat tersebut kepada orang yang
membutuhkan. Dengan adanya kegiatan ini banyak dari warga yang merasa terbantu. Apalagi saat
bulan Ramadhan datang, pada saat itu pengumuman mengenai zakat terus diberitakan melalui
masjid-masjid sekitar. Pada saat itu pula banyak dari masyrakat yang berbondong-bondong datang
ke BAZNAS untuk membayarkan zakatnya. Selain itu, siswa dan siswi dari SD sampai SMA
diwajibkan membayar zakat bagi yang mampu ke sekolah sebagai pelajaran. Hal ini menjadi bagian
dari gotong royong warga sekitar untuk membantu sesama warga yang membutuhkan.
Menurut saya memang pemberian zakat disekitar sini sangatlah membantu karena masih
banyak dari warga disekitar yang membutuhkan pertolongan terutama dalam hal ekonomi dan
zakatlah jawabannya. Memang yang diberikan mungkin tidak seberapa tetapi bisa membuat bahagia
orang yang menerimanya.
Tetapi menurut saya dalam pemberian zakat caranya belum begitu baik karena banyak dari
masyarakat yang benar-benar membutuhkan malah tidak kebagian. Ini menjadi tugas bagi BAZNAS
agar pendataannya jadi lebih baik lagi dan tentu harus adil dalam membagi zakat tersebut. Misalnya
melakukan survey telebih dahulu, terus mendata setiap tahunnya seperti apa, dan mungkin bisa
dibuatkan kartu penerima zakat sebagai bukti agar tidak terjadi kesalahan dilapangan. Karena
orang-orang yang mendapatkan zakat ini harus orang-orang yang memang membutuhkan.
H. Penutup
Jadi Zakat adalah salah satu rukun islam yang harus selalu kita amalkan bagi seorang
muslim. Ini merupakan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Di dalam Al-Qur’an, zakat
disebut-sebut secara langsung sesudah sholat dalam delapan puluh dua ayat. Zakat dalam ajaran
islam berfungsi untuk mensucikan dan membersihkan baik diri maupun harta bendayang dimiliki dari
dosa. Dilihat dari sudut pandang sosial, zakat berfungsi untuk meringankan beban masyarakat yang
kurang mampu. Berzakat tidak selalu identik dengan pemberian uang. Zakat dalam islam terdiri atas
berbagai macam bentuk seperti zakat fitrah dan zakat mal. Didalam zakat mal ada bagiannya yaitu
Zakat emas dan perak zakat perniagaan, zakat hewan ternak, zakat barang temuan, dan zakat
tanaman dan pertanian.
Potensi zakat di Indonesia sangatlah besar karena didominasi oleh umat beragama islam.
Jadi semakin besar zakat yang kita keluarkan maka semakin banyak warga yang kurang mampu
terbantu. Begitu pula dengan kegiatan zakat yang dilakukan oleh warga kelayu ini, penyaluran zakat
sangat dirasakan oleh warga yang kurang mampu. Karna banyak dari mereka merasa terbantung
dan menciptakan jiwa gotong royong ditengah-tengah masyarakat. Namun ada PR buat pegawai
BAZNAS yaitu bagaiaman cara menyalurkan bantuan tersebut dengan sebaik mungkin agar seluruh
warga yang membutuhkan benar-benar terbantu.
I. Lokasi Observasi
• Nama Tempat : Sekitar Rumah saya di Kelayu Selatan, Lombok Timur dan BAZNAS Kelayu
Selatan
• Waktu Penelitian : Rabu, 15 Desember 2021
J. Daftar Pustaka
Sitepu, Maria Ulfa. “Zakat dan Prekonomian Umat Islam”. Jurnal Islam Futura. Volume IV
Nomor 2. 2007
Barkir, Abdul. Kewajiban Zakat dan Hikmah Zakat. Hitam Pustaka. 2021
Aziiz, Arief Nur Rahman Al. Ibadah Zakat. Cempaka Putih.