Anda di halaman 1dari 38

PERILAKU KONSUMEN

Setiap keluarga atau individu akan membelanjakan income yang


terbatas untuk memaksimumkan kesejahteraannya. Kesejah-
teraan sosial ekonomi dapat dicerminkan dari tingkat kepuasan
subyektif atau utilitas. Menurut teori utilitas, dalam rangka
memaksimumkan kepuasannya, konsumen diasumsikan :
(1) Konsumen dapat secara tuntas (complete) menentukan
rangking atau ordering pilihan diantara paket komoditas yang
tersedia.
(2) Konsumen mempunyai fungsi tertentu yang tidak berubah
selama analisis.
(3) Konsumen mempunyai rasionalitas dalam menentukan
preferensi dari berbagai alternatif yang tersedia.
Konsumen dikatakan rasional jika memiliki sifat-sifat:
(1) Relasi preferensi
a. Bersifat asimetris : jika A prefered to B (A p B) maka B p A
b. Transsitif : Jika A p B, B p C, maka A p C.
(2) Relasi indeferen
a. Refleksif : Jika A indiferen terhadap A (A i A)
b. Simetris : Jika A i B maka B i A
c. Transitif : Jika A i B, B i C maka A i C.
Jika A p B, B i C maka A p C
d. Konsumen selalu lebih menyukai paket yang lebih besar.
Sifat Fungsi Utilitas.
Untuk kasus yang sederhana , konsumen membatasi hanya membeli
dua komoditas. Fungsi ordinal utilitasnya :
U = f(q1, q2)
di mana q1 dan q2 adalah jumlah komoditas Q1 dan Q2 yang
dikonsumsi. Fungsi ini diasumsikan : (1) fungsi yang kontinue ,
(2) Kontinue mempunyai turunan parsial pertama dan kedua,
dan turunan pertamanya strictly positif. (3)Merupakan fungsi
yang strictly quasi-concave. Di samping itu fungsi utilitas tidak
unik.
Kurva Indiferen
Pada tingkat utilitas tertentu maka fungsi utilitas dapat dituliskan
sebagai berikut:
U0 = f(q1, q2)
Fungsi ini juga dinamakan kurva indiferen, yang menggambarkan
titik-titik kombinasi dua komoditas yang memberikan tingkat
kepuasan yang sama. Kumpulan dari kurva indiferen pada
berbagai tingkat utilitas dinamakan peta indiferen (indifference
map). Sifat-sifat kurva indiferen:
(1) Kurva indiferen tidak pernah berpotongan.
(2) Makin jauh dari titik pusat, makin tinggi tingkat kepuasannya
(3) Strictly quasi concave.
Rate of Commodity Substitution
Total deferensial dari fungsi utilitas adalah sebagai berikut:
dU = f1 dq1 + f2 dq2
U
di mana fi = adalah maginal utilitas komoditas Qi
qi
Jika U tetap maka 0 = f1 dq1 + f2 dq2 dan diperoleh hasil:
dq2 f1
− =
dq1 f 2
‒dq2/dq1 adalah rate of commodity substitution=RCS (mar-
ginal rate of substitution=MRS), yaitu berapa Q2 yang
konsumen bersedia korbankan untuk menambah satu unit
Q1
Kurva inderen akan strictly quasi concave jika :
2 f12 f1 f 2 − f11 f 22 − f 22 f12  0
Maksimisasi Utilitas
Untuk memaksimumkan utilitas, konsumen dibatasi oleh budget
(anggaran), yaitu
y0 = p1 q1 + p2 q2
Dengan batasan anggaran tersebut , maka maksimisasi utilitas
dalam bentuk Lagrange sbb:
V=f(q1, q2) + λ( y0 - p1 q1 - p2 q2)
First order condition di hasilkan:
V
= f1 − p1 = 0 (1)
q1
V
= f 2 − p2 = 0 (2)
q2
V
= y 0 − p1q1 − p2 q2 = 0 (3)

Dari pers (1) dan (2) diperoleh:

f1 f2
= =
p1 p2
Marginal utilitas dibagi dengan harganya harus sama. Rasio ini
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan konsumen akan
meningkat jika terdapat tambahan pendapatan yang
dibelanjakan untuk komoditas tersebut. Lagrange multlplier λ
dapat diinterpretasi-kan sebagai marginal utility of
income.
Dari pers(1 dan (2) juga diperoleh:
f1 p1
=
f 2 p2
Rasio ini menunjukkan bahwa utilitas yang maksimum dapat
dicapai pada saat RCS sama dengan rasio harga komoditas
bersangkutan
Second order condition untuk maksimisasi dicapai pada saat
bordered Hessian determinant positif:

f11 f12 − p1
f 21 f 22 − p2  0
− p1 − p2 0
atau
2 f12 p1 p2 − f11 p22 − f 22 p12  0
oleh karena pi= fi/λ , maka

2 f12 f1 f 2 − f f − f f  0
11 2
2
22 1
2

Ini berarti bahwa maksimisasi utilitas dengan kendala income


dapat dilakukan jika fungsi utilitasnya memenuhi asumsi
strictly quasi concave
Fungsi Permintaan
Comsumer’s ordinary demand function (Marshallian demand
function) menunjukkan jumlah komoditas yang ingin dibeli pada
tingkat harga dan pendapatan konsumen. Misal U=q1q2 dengan
income y0=p1q1 + p2q2. dalam bentuk model Lagrange :
V=q1q2+ λ( y0 - p1 q1 - p2 q2)
First order condition:

V
= q2 − p1 = 0 (1)
q1
V
= q1 − p2 = 0 (2)
q2
V
= y 0 − p1q1 − p2 q2 = 0 (3)


Dari persamaan di atas maka fungsi permintaa Q1 dan Q2:


0 0
y y
q1 = q2 =
2 p1 2 p2
Dua sifat fungsi permintaan yang dapat dideduksi adalah (1) per-
mintaan suatu komoditas adalah fungsi single value untuk
harga-harga dan pendapatan. (2) fungsi permintaan adalah
homogen derajat nol dalam harga-harga dan pendapatan.
Compensated Demand Function
Compensated demand function menunjukkan jumlah komoditas
yang konsumen bersedia membeli sebagai fungsi dari harga-
harga . Untuk mencari fungsi permintaan ini dilakukan dengan
cara meminimumkan pengeluaran dengan tingkat utilitas yang
tetap. Dalam bentuk Lagrange adalah sbb:
Z= p1 q1 + p2 q2 + μ(U0-q1q2)
Z
= p1 − q2 = 0 (1)
q1
Z
= p2 − q1 = 0 ( 2)
q2
Z
= U 0 − q1q2 = 0 (3)

Dari persamaan di atas dapat dicari compensated demand
function sbb:
0 0
U p2 U p1
q1 = q2 =
p1 p2
Fungsi permintaan ini juga homogen derajat nol dalam harga-
harga.
q2

p p
0
1
1
1
U1
U0

p1
p10 p11 q1
p10
D: Marshallian demand function
1
p1 H: compensated demand function

H D
q1
Price and Income Elasticities of Demand
Elastisitas permintaan harga sendiri adalah proporsi perubahan
jumlah yang diminta dibagi dengan proporsi perubahan harga
komoditas sendiri:
 (ln q1 ) p1 q1
 11 = =
 (ln p1 ) q1 p1
Elastisitas permintaan harga sendiri mempunyai tanda negatif,
hal ini menunjukkan bahwa kurva permintaanya downward
sloping.
 ( p1q1 ) q p q
= q1 + p1 1 = q1 (1 + 1 1 ) = q1 (1 + 11 )
p1 p1 q1 p1
Pengeluaran Q1 akan meningkat dengan meningkatnya p1, jika
ε11>-1(inelastis), tidak berubah jika ε11=-1, dan akan
menurun jika ε11<-1(elastis),
Cross price elasticity:
 (ln q2 ) p1 q2
 21 = =
 (ln p1 ) q2 p1
Elastisitas ini mungkin mempunyai tanda positif (komoditas
substitusi) mungkin tanda negatif (komoditas komplementer)
Turunan total dari budget constraint y0 = p1 q1 + p2 q2 dengan
anggapan pendapatan dan harga p2 tetap adalah :
p1dq1 + q1dp1 + p2dq2=0
Persamaan tersebut dikalikan dengan : p1q1 q2/y0q1 q2dp1 maka
diperoleh :
α1ε11 + α2ε21 = ‒α1
dimana α1=p1q1/y0 dan α2=p2q2/y0 adalah proporsi penge-
luaran untuk masing-masing komoditas. Persamaan ini
dinamakan Cournot aggregation condition.
Untuk compensated demand function own and cross price
elastisities dapat diturunkan dari turunan total fungsi utilitas,
dU = f1 dq1 + f2 dq2 . Dengan anggapan bahwa U tetap maka
dU=0, sehingga
f1 dq1 + f2 dq2 = 0
Dengan kondisi first order p1/p2 =f1/f2, kemudian dikalikan
dengan p1q1 q2/y0q1 q2dq1 maka diperoleh :
α1ξ11 + α2ξ21 =0
Jika ξ11 < 0 maka ξ21 >0
Elastisitas pendapatan adalah proporsi perubahan jumlah
yang diminta dibagi dengan proporsi perubahan income:
 (ln q1 ) y  ( p1 , p2, y )
1 = =
 (ln y ) q1 y
Jika terjadi perubahan pendapatan, sementara harga-harga
komoditas tetap, maka turunan total dari budget constraint sbb:
p1 dq1 + p2 dq2 = dy
Jika persamaan tersebut dikalikan y/y, sebelah kiri bagian
pertama dikalikan q1/q1, bagian kedua dikalikan q2/q2 ,
kemudian dibagi dy, maka persamaan menjadi :
p1q1 y q1 p2 q2 y q2 y Y
+ =
dy y q1 dy y q2 y y
q1 y p1q1 q2 y p2 q2
+ =1
dy q1 y dy q2 y
11 +  2 2 = 1
Jumlah elastisitas pendapatan dikalikan dengan pangsa penge-
luaran masing-masing komoditas sama dengan satu. Persamaan
ini dinamakan Engel aggregation.
EFEK SUBSTITUSI DAN INCOME
First order condition maksimisasi utilitas dengan budget
constraint adalah:

V
= f1 − p1 = 0 (1)
q1
V
= f 2 − p2 = 0 (2)
q2
V
= y 0 − p1q1 − p2 q2 = 0 (3)


Dalam rangka mencari magnitud efek substitusi dan income


dilakukan dengan turunan total dari persamaan hasil dari first
order condition di atas. Hasilnya sebagai berikut:
f11dq1 + f12 dq2 − p1d = dp1
f 21dq1 + f 22 dq2 − p2 d = dp2 (4)
− p1dq1 − p2 dq2 = −dy + q1dp1 + q2 dp 2

Jika p2 dan y tetap maka dp2=dy=0, sehingga pers. menjadi:

f11dq1 + f12 dq2 − p1d = dp1


f 21dq1 + f 22 dq2 − p2 d = 0 (5)
− p1dq1 − p2 dq2 = q1dp1
dq1 dq2 d
f11 + f12 − p1 =
dp1 dp1 dp1
dq1 dq2 d
f 21 + f 22 − p2 =0 ( 6)
dp1 dp1 dp1
dq1 dq2
− p1 − p2 = q1
dp1 dp1
Secara matriks dapat dituliskan sbb:

 dq1 
 dp1 
 f11 f12 − p1   dq    
 f 21 f 22 − p2   2  =  0  (7 )
− p − p   dp1  q 
 1
 1 2 0 
 d 
 dp1 
 
f 22 − p2 f12 − p1
 q1
dq1 − p2 0 f 22 − p2
= + (8)
dp1 D D
Jika p1 dan p2 tetap maka dp1=dp2=0, sehingga matrik:
 dq1 
 dy 
 f11 f12 − p1   dq   0 
 f 21 f 22 − p2   2  =  0  (9)
− p − p   dy  − 1
 1 2 0   d 
 dy 
 
Pengaruh perubahan
f12 − p1
income thd Q1
dq1 f 22 − p2
=− (10)
dy D
Jika utilitas tetap, maka dU=0 dan berarti f1 dq1 + f2 dq2 =0, dan
selama f1/f2=p1/p2 maka p1 dq1 + p2 dq2 =0 , berarti persamaan
(4) yang ketiga sama dengan nol. Persamaan matriks (7)
menjadi :
 dq1 
 dp1 
 f11 f12 − p1   dq   
 f 21 f 22 − p2   2  =  0  (11)
− p − p   dp1   0 
 
 1 2 0 
 d 
 dp1 
 
Sehingga :
f 22 − p2

dq1 − p2 0
= (12)
dp1 D
Berdasarkan pers (10) dan (12) maka persamaan (8) menjadi:
dq1  dq1   dq1 
=  − q1   (13)
dp1  dp1 U =c  dy 
Persamaan (13) dikenal dengan Slutsky equation. Sebelah kiri
merupakan slope ordinary (Marshallian) demand dan merupa-
kan efek total, sebelah kanan bagian pertama adalah efek substi-
tusi dan bagian kedua adalah efek pendapatan.
Persamaan Slutsky dapat dinyatakan dalam elastisitas sebagai
berikut:
ε11 = ξ11 - α1ŋ1 (14)
Elastisitas permintaan ordinary sama dengan elastisitas
compensated ditambah dengan elastisitas income dikalikan
dengan proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli
Q1
Efek Langsung
Multiplier λ merupakan derivative dari utilitas terhadap
income dengan anggapan harga-harga tetap, yaitu
dU/dy=f1 dq1/dy + f2 dq2 /dy=0. Substitusi kan f 1=λp1 dan
f2=λp2 maka diperoleh :
U  q1 q2 
=   p1 + p2 = (14)
y  y y 
λ diartikan sebagai marginal utility of income
Sementara itu dari persamaan matriks (9) diperoleh :
 f11 f 22 − f122
=− (15)
y D
Selama D>0, maka tingkat marginal utility of income akan
mempunyai tanda yang sama dengan –(f11f22 ‒f 122). Ini akan
mempunyai tanda negatif jika fungsi utilitas strictly concave.
Berdasarkan persamaan (12) efek substitusi adalah:
f 22 − p2

dq1 − p2 0 − p22
= = 0 (16)
dp1 D D
Ini berarti bahwa efek substitusi selalu negatif dan kurva permin-
taan compensated selalu downward sloping.
Perubahan pendapatan riil akan menyebabkan realokasi
penggunaan komoditas walaupun harga-harga tidak berubah.
Efek income ‒q1(dq1/dy) dapat mempunyai tanda negatif
atau positif.
Komoditas normal → dq1/dy>0, → ‒q1(dq1/dy) <0
Komoditas inferior → dq1/dy<0, → ‒q1(dq1/dy) >0
Komoditas giffen→ dq1/dy<0, → ‒q1(dq1/dy) >0 dan
|dq1/dp1|< |‒q1(dq1/dy) |
Efek Silang (Cross Effect)
Dari pers (7) dapat diturunkan pengaruh perubahan harga
komoditas j terhadap jumlah komoditas i yang diminta, yaitu:
dqi  dqi   dqi 
=   − q j   (17)
dp j  dp j 
U =c  dy  p =c
atau dapat dinyatakan dalam bentuk elastisitas sebagai berikut:
ε1j = ξ1j - αjŋ1 (18)
Sementara itu pengaruh perubahan harga komoditas i terhadap
jumlah komoditas j yang diminta, yaitu:
dq j  dq j   dq j 
=   − qi   (19)
dpi  dpi   dy  p =c
U =c

 dqi   dq j 
  =   (20)
 dp j U =C  dpi U =C
Jumlah elastisitas permintaan compensated sebagai akibat dari
perubahan harga p1 dan p2 adalah:

− p22 p1 p22 p1
ξ11 + ξ12 = + =0 (21)
q1 D q1 D
Ini menunjukkan bahwa besarnya nilai absolut elastisitas per-
mintaan compensated komoditas Q1 terhadap p1 sama dengan
elastisitas kompensated Q1 terhadap p2.
Jumlah elastisitas permintaan ordinary Q1 sebagai akibat
prubahan harga p1 dan p2 (formula elastisitas pada pers 18).
Hasilnya adalah sbb:
‒(ε11+ε12 ) = ‒(ξ11+ξ12) + (α1 + α2)ŋ1 = ŋ1 (22)
Oleh karena (ξ11+ξ12)=0 dan (α1+α2)=1 maka negatif jumlah
elastisitas ordinary adalah sama dengan elastisitas income
Substitusi dan Komplemen
Masalah komoditas substitusi atau komplemen dapat dijelaskan
dengan persamaan Slutsky (17 ).
 dqi 
   0 → substitusi
 dp j U =C
 dqi 
   0 → komplemen
 dp j U =C
 dqi 
   0 → gross substitusi
 dp j 
 dqi 
   0 → gross kompleme
 dp j 
Generalisasi Untuk n Variabel
Untuk n komoditas maka fungsi utilitasnya adalah:
U = f(q1, q2, . . . . , qn ) (23)
Budget constraint adalah :
n
y −  pi qi = 0 (24)
i =1

Bentuk fungsi Lagrange:


 n

V = f (q1 , q2 , .... , qn ) +   y −  pi qi  (25)
 i =1 
Membuat turunan parsial pertama sama nol:
V
= f i − pi = 0 untuk i = 1, 2, ... , n (26)
qi
Dari pers (26) dapat diturunkan menjadi fungsi permintaan. Di
samping itu juga dapat dinyatakan :
qi p j
− =
q j pi (27)
Pers (27) menyatakan bahwa RCS komoditas i untuk komoditas j
harus sama dengan rasio harga pj/pi.
Second order condition harus terpenuhi agar pers (26)
memenuhi syarat optimal. Bordered Hessian determinant harus
sesuai dengan tandanya :
f11 f12 f13 − p1
f11 f12 − p1
f 21 f 22 f 23 − p2
f 21 f 22 − p2  0  0 (28)
− p1 − p2 0 f 31 f 32 33 f − p3
− p1 − p2 − p3 0
f11 f12  f1n − p1
f 21 f 22  f 2n − p2
..., (−1) n      0
f n1 fn2  f nn − pn
− p1 − p2  − pn 0

Terpenuhinya second order condition menjamin bahwa fungsi


utilitas adalah strictly quasi concave.
Dari n komoditas dapat diturunkan hubungan sbb:
n n

 
i =1
i ij = − j j = 1, ... , n 
j =1
ij =0 j = 1, ... , n
n n

 
i =1
i ij =0 j = 1, ... , n 
j =1
ij = i j = 1, ... , n
n

 
i =1
j j =1
Indirect Utility Function
Misalkan vi=pi/y, maka budget constraint adalah:
n
1 =  vi qi (29)
i =1

First order dari maksimisasi utilitas dengan kendala pers (29)


diperoleh :
f i − vi = 0 (30)
n
1 −  vi qi = 0
i =1
Dari pers (29) diperoleh fungsi permintaan ordinary :
qi = Di (v1,v2 , ... , vn ) (31)
Indirect utility function adalah :

U = f ( D1 (v1, v2 , ... , vn ), .... , D1 (v1, v2 , ... , vn ) (32)


U = g ((v1, v2 , ... , vn ) (33)
Indirect utility function menggambarkan derajat optimisasi dan
harga-harga pasar.
n
qi n
q
g j =  fi =   vi i j = 1, 2 ...n (34)
i =1 v j i =1 v j
Di mana persamaan sebelah kanan didasarkan pada pers (30).
Turunan parsial pers(29) menghasilkan :
n
qi

i =1
vi
v j
= −q j j = 1, 2 ...n

Ini berarti bahwa :


gj
qj = − j = 1, 2, ... , n (35)

Persamaan ini dinamakan Roy’s identity. Permintaan komoditas
yang optimal berkaitan dengan turunan indirect utility function
dan nilai Lagrange multiplier.
Substitusi pers(35) kedalam pers (30) akan dihasilkan:
n gj
 = − vi g i dan qj = n
i =1
v g
i =1
i i

Minimisasi pers(35) dengan kendala pers (29) :


n
Z = g (v1 , v2 , ... , vn ) +  ( vi qi − 1)
i =1
Z
= g i − qi = 0
vi
Z n

 
= vi qi = 0 (36)
i =1

Inverse Demand function dapat diperoleh dari pers(36),


yaitu harga merupakan fungsi dari kuantitas.
vi = Vi (q1, q2 , ... , qn ) (37)
U = g (V1 (q1, q2 , .. , qn ), .. ,Vn (q1, q2 , .. , qn ) = h(q1, q2 , .. , qn ) (38)
Teori Dualitas
Hubungan antara direct dan indirect utility function dapat
dijelaskan dengan teori dualitas.
Teori 1. Misalkan f adalah fungsi finite yang increasing strictly
quasi-concave yang memenuhi asumsi . Fungsi g ditentukan
oleh pers(32-33) adalah fungsi finite yang decreasing strictly
quasi-convex untuk harga-harga.
Teori 2. Misalkan g adalah fungsi finite yang decreasing strictly
quasi-convex dalam harga-harga. Fungsi f ditentukan oleh
pers(38) adalah fungsi finite yang increasing strictly quasi-
concave.
Teori 3.
h(q1, q2 , .. , qn ) = g (V1 (q1, q2 , .. , qn ), .. , Vn (q1, q2 , .. , qn )
g (v1, v2 , .. , vn ) = h( D1 (v1, v2 , .. , vn ), .. , Dn (v1, v2 , .. , vn )
Misalnya indirect utility function adalah:

g = a − v12 v2 (39)
Permintaan suatu komoditas adalah:
2 1
q1 = dan q2 = (40)
3v1 3v2
Ini berarti fungsi permintaa kebalikan:
2 1
v1 = dan v2 = (41)
3q1 3q2
Direct utilitas function yang berkaitan adalah:
2
 2   1  4
U = a −   =a− (42)
 3q1   3q2  27 q12 q2
Teori Revealed Preference (Preferensi Terungkap)
Misalkan paket q0 dibeli
n
oleh konsumen dengan anggaran p 0q0 di

mana p0q0 adalah  pi0 qi0 . Jika terdapat paket q1 yang


i =1
konsumen mampu membelinya, tetapi kenyataannya tidak dibeli
(dipilih). Maka berarti bahwa anggaran untuk paket q1 pada
harga p0 harusnya tidak lebih besar daripada anggaran paket q0 .
p0q1 ≤ p0q0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(43)
Aksioma yang mendasari adalah jika paket q0 telah terungkap
lebih disukai daripada paket q1 , maka berarti bahwa paket q1
tidak pernah lebih disukai daripada paket q0 .
Paket q1 akan lebih disukai daripada paket q0 jika konsumen
dapat membeli dengan harga lain, misal p1, sehingga : p1q0 ≤
p1q1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(44)
Pers(44) tidak akan ada jika pers(43) diberlakukan, dan
sebaliknya. Oleh karena itu pers(43) harus mengandung
berlakunya kebalikan pers(44) Jadi berlakunya p0q1 ≤ p0q0 juga
mengandungarti p0q1 > p1q1 .
q2 q2
0
•q p1
• •
q1 q0
p0
p0 p1 q1 •
(a) q1 (b) q1

Menurut weak axiom paket q0 tidak akan dibeli jika konsumen


jadi membeli q1 , yang berarti paket q0 harus terletak di atas garis
p1 . Sesuai weak axiom, dapat terpenuhi oleh kondisi (a) tetapi
tidak oleh kondisi (b)
Teori revealed preference dapat membuktikan adanya efek
substitusi yang negatif. Misalkan jika konsumen memilih paket
q0 daripada q1 yang terletak pada hyper indifferent yang sama,
ini berarti bahwa paket q0 tidak lebih mahal daripada paket q1.

p0q0 ≤ p0q1 . . . . . . . . . . . . . . . (45)


Paket q1 akan dipilih pada harga-harga p1, jika paket q0tidak lebih
murah daripada paket pada harga-harga p1:

p1q1 ≤ p1q0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . )
p0q0 ‒ p0q1 = p0(q0 ‒ q1)= ‒p0(q1 ‒ q0)≤0. . . . .(47)
dan
p1q1 ‒ p1q0 = p1(q1 ‒ q0)≤0. . . . . . . . . (48)
Jika pers(47) dan (48) dijumlahkan maka:

(p1 ‒ p0)(q1 ‒ q0)≤0 . . . . . . . . . . . . . . . . . .(49)


Jika diasumsikan hanya harga komoditas pertama yg berubah
sedangkan harga-harga lainnya tetap maka pers (49) berubah
menjadi :

(p1
1 )( )
− p10 q11 − q10  0 (50)

Oleh karena perubahan harga tidak sama dengan nol maka


ketidaksamaan tersebut akan berlaku. Sehingga jika (p11-p10)
negatif maka (q11-q10) akan positif atau sebaliknya. Hal ini
membuktikan adanya efek substitusi yang negatif

Anda mungkin juga menyukai