Anda di halaman 1dari 53

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2013,

diabetes melitusadalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan

adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu

mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya.Dapat terjadi

kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata,

ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan

hiperglikemia kronis.

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu keadaan hiperglikemia yang

disebabkan penurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans

dalam pankreas (Guyton, 2012).

Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan

metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah

(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerjainsulin, atau

keduanya (Brunner & Suddarth, 2014) .

American Diabetes Association(2012) mendefinisikan diabetes

mellitus adalah salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai

oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau

keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan

8
9

dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan

berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

jumlah hormon insulin yang tidak mencukupi atau tidak dapat bekerja

secara normal, padahal hormon ini memiliki peran utama dalam mengatur

kadar glukosa (gula) didalam darah.

2.1.2 klasifikasi Diabetes Mellitus

Sylvia (2005), menyatakan bahwaWorld Health Organization (WHO)

membuat klasifikasi empat klinis gangguan intoleransi glukosayaitu:

1. Diabetes tipe 1: Insulin Depedent Diabetes Mellitus (IDDM)

IDDM yaitu defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans

yang berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik,

predisposisi pada insulitis fenomena autoimun (cenderung ketosis dan

terjadi pada usia muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem

imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel-sel langerhans di

pankreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin

(Riyadi, 2008). IDDM tergantung insulin biasanya terjadi pada masa anak-

anak atau masa dewasa muda dan menyebabkan ketoasidosis jika pasien

tidak diberikan terapi insulin. IDDM berjumlah 10% dari kasus DM

2. Diabetes tipe 2: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

NIDDM yaitu Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi

dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat


10

badan, ada kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat

hiperglikemik selama stres.

Wahyuni (2009), menyatakan bahwa DM tipe 2 dijumpai sekitar

90% dari semua populasi diabetes, faktor lingkungan sangat berperan

dalam hal ini terutama peningkatan kemakmuran suatu bangsa akan

meningkatkan prevalensi DM tipe 2. DM tipe 2 adalah jenis DMyang tidak

tergantung insulin. Timbul makin sering setelah berumur 40 tahun dengan

catatan pada dekade ketujuh kekerapan DMmencapai 3 sampai 4 kali lebih

tinggi pada orang dewasa.

3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan dan sindroma lainya

Adalah Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadadaan atau

sindrom tertentu hiper glikemi terjadi karena penyakit lain. Penyakit

pankreas, hormonal, obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor

insulin, sindroma genetik tertentu (Sujono dan Sukarmin, 2008).

4. Diabetes MellitusGestasional

Suatu bentuk Diabetes Mellitus yang berkembang pada beberapa wanita

selama kehamilan. Diabetes gestasional terjadi karena kelenjar pankreas

tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah

(glukosa) wanita tersebut pada tingkat yang aman bagi dirinya maupun janin

yang dikandungnya (Rudi & Sulis, 2013).


11

2.1.3 Etiologi Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel - sel

beta pulau Langerhans. Jenis juvenilis ( usia muda ) disebabkan oleh

predisposisi herediter terhadap perkembangan antibodi yang merusak sel -

sel beta atau degenerasi sel -sel beta. Diabetes jenis awitan maturitas

disebabkan oleh degenerasi sel - sel beta akibat penuaan dan akibat

kegemukan

Atau obesitas. Tipe ini jelas disebabkan oleh degenerasi sel - sel beta

sebagai akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan dan obesitas

mempredisposisi terhadap obesitas ini karena diperlukan insulin dalam

jumlah besar untuk pengolahan metabolisme pada orang kegemukan

dibandingkan orang normal (Riyadi, S. dan Sukarmin, 2011 ). Penyebab

resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor

yang berperan antara lain :

1. Kelainan Genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap

diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus akan ikut

diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi

insulin.

2. Usia

Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara

Dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah usia 40 tahun. Penurunan

ini akan beresiko pada penurunan fungsi endoktrin Pankreas untuk

memproduksi insulin.
12

3. Gaya Hidup stress

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan

yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini

berpengaruh terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja

metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang

berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat

pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.

4. Pola makan

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama – sama meningkatkan

Risiko terkena diabetes. Malnutrisi juga dapat merusak pankreas,

sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin.

Pola makan yang tidak teratur dan cenderung lambat juga akan berperan

pada ketidakstabilan kerja pankreas.

5. Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel –sel beta pankreas mengalami

hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.

Hipertropi pancreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme

glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energin sel yang terlalu

banyak.

2.1.4 Manifestasi klinis Diabetes Mellitus

Menurut Riyadi ,S. dan Sukarmin, (2011) manifestasi klinis dijumpai

pada pasien Diabetes Melitus yaitu :

1.Poliuria ( peningkatan pengeluaran urin )


13

2.Polidipsi ( peningkatan rasa haus ) akibat volume urin yang sangat besar

dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi

intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel akan berdifusi keluar sel mengikutin

penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik ( sangat pekat ).

Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (Antidiuretik Hormone )

dan menimbulkan haus.

3.Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien

diabetes lama, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian

sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

4.Polifagia ( peningkatan rasa lapar )

5.Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan

Pemebentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus,

gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita

diabetesn kronik.

6.Kelainan kulit : gatal - gatal, bisul Kelainan kulit berupa gatal - gatal,

biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti diketiak dan dibawah

payudara. Biasanya akibat

2.1.5 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Adanya faktor genetik, infeksi, obat – obatan tertentu, obesitas,

serta diit yang salah menyebabkan terjadinya penghancuran sel beta pada

langerhan sehingga berkurangnya produk insulin yang dapat

menyebabkan sebagai berikut:


14

1. Transport glukosa yang melalui dinding sel berkurang.

2. Glikogenesis menurundan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam

darah

3. Glikolisis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan

glukosa hati dicurahkan ke darah.

4. Glukoneogenesis meningkat akibat peningkatan pemecahan protein

dan lemak

Keempat keadaan di atas kemudian menyebabkan terjadinya

hiperglikemia. Apabila konsentrasi dalam darah tinggi pada Diabetes

Mellitus sehingga tidak terkontrol, maka sel – sel akan menjadi sasaran

utamanya. Untuk mencukupi sel tersebut maka timbul mekanisme sel

tubuh untuk meningkatkan pemasukan makanan serta pemecahan

glukosa yang disimpan dalam otot dan hati. Proses ini jika berlangsung

lama akan terjadi penurunan masa otot dan penurunan berat badan.

Keadaan hiperglikemia juga akan meningkatkan osmolaritas darah.

Peningkatan konsentrasi glukosa darah dan osmolaritas darah akan

menimbulkan dehidrasi dengan melalui mekanisme yaitu glikosuria dan

diuresis osmotik akan terjadi dalam jumlah besar. Diuresis osmotik

menimbulkan peningkatan volume urin, dan menimbulkan rasa haus.

Karena adanya kehilangan kalori dan starvasi seluler akan timbul

polifagia (banyak makan atau rasa selalu lapar).

Sedangkan pada kondisi hiperglikemia akan menyebabkan

penimbunan glukosa antar sel yang akan menyebabkan terjadinya

penyakit makrovaskuler dan penyakit mikrovaskuler. Penyakit


15

makrovaskuler berupa penyempitan lumen pembuluh darah besar yang

dapat menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan dan menyebabkan

iskemia jaringan. Akibat dari keadaan ini adalah munculnya penyakit –

penyakit yang berhubungan dengan serebrovaskuler, penyakit arteri

renalis, dan penyakit vaskuler periver. Sedangkan perubahan

mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan kerusakan membrane

basalis dan pembuluh kapiler. Lipolisis menyebabkan peningkatan asam

lemak bebas, trigliseid, dan glukogenesis. Terdapat hasil akhir berupa

keton yangasam (ketoasidosis) jika dalam keadaan berat dapat

menimbulkan asidosis metabolik (Price,2012).


16
17

2.1.7 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan

menimbulkan berbagai penyakit, maka perlunya terapi Diabetes Mellitus

yang bertujuan untuk mencoba menormalkan aktifitas insulin dan kadar

glukosa darah. Tujuan terapeutik dalam setiap tipe diabetes adalah

mencapai kadar gula darah normal. Untuk mencapai tujuan tersebut

dilakukan usaha sebagai berikut:

1) Diet

a. Tujuan umum penatalaksanaan diet pada Diabetes Mellitus adalah:

1. Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa dalam darah

mendekati kadar normal.

2. Mencapai dan mempertahankan lipit mendendekati kadar yang

optimal.

3. Mencegah komplikasi akut dan kronis.

4. Meningkatkan kualitas hidup.

b. Jumlah kalori yang diperhitungkan sebagai berikut:

1. Untuk menentukan diit tentukan kebutuhan energi penderita

Diabetes Mellitus sebagai berikut:

a. Tentukan BB ideal pasien dengan rumus (TB –100 - 110 %

Kg).

b. Tentukan kebutuhan kalori penderita, pada wanita BB ideal x

25, sedangkan laki – laki BB ideal x 30.

c. Kemudian terapkan makanan yang dapat dikonsumsi

penderita diabetes mellitus.


18

2. Karbohidrat kompleks (serat dan tepung) yang disarankan pada

penderita Diabetes Mellitus adalah serat.

3. Natrium, diharapkan penderita tidak makan lebih dari 3 gram

natrium setiap harinya.

2) Olahraga

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 – 4 kali seminggu)

selama kurang lebih 30 menit. Yang disesuaikan dengan kondisi dan

kemampuan penyakit penyerta. Olahraga dapat berguna untuk

menurunkan kadar glukosa darah dan lipit dalam darah sehingga dapat

meningkatkan kadar HDI kolesterol (Suyono, 2011).

3) Obat – obatan

Obat – obatan yang dapat di gunakan oleh penderita diabetes

mellitus (Ganiswara, 2014)

a) Golongan Sulfoniluria

Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas

untuk mengeluarkan insulin, jadi sulfoniluria hanya berkerja bila

sel – sel beta utuh, menghalangi peningkatan insulin, mempertinggi

kepekaan jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran

glukagen. Cara pemberian obat sulfonuria adalah bila BB sekitar

ideal kurang lebih 10% dari BB ideal, bila kebutuhan insulin

kurang dari 40/hari, bila tidak ada stres akut, seperti infeksi berat.

b) Golongan Biguanid

Cara kerja golongan ini adalah menurunkan produksi glukosa

dari hati, menurunkan penyerapan glukosa di dalam saluran cerna,


19

dan meningkatkan kerja insulin. Kelebihanyatidak menambah berat

badan, tidak terjadi hipoglikemi, dan mengurangi resiko terjadinya

penyakit kardiovaskuler.Sementara kerugianya mempunyai efek

samping gastrointestinal, asidosis laktat, serta defisiensi vitamin

B12.

c) Alfa Glukosidase Agent

Obat ini berguna untuk menghambat kerja insulin di dalam

saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan

menurunkan hiperglikemia post pardial. Obat ini berkerja di lumen

usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan tidak berpengaruh

pada insulin.

d) Insulin Sensitizing Agent

Obat ini mempunyai efek farmakologi meningkatkan

sensitifitas berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa

menyebabkan hipoglikemia.

4) Insulin

Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya 3 jenis

insulin yang penting menurut cara kerjanya, diantaranya adalah:

a) Yang kerja cepat : RI (Regular Insulin) dengan masa kerja 2 – 4

jam, contoh obat : Actrapid.

b) Yang kerja sedang : NPN (Non Protein Nitrogen), dengan masa

kerja 6 – 12 jam.

c) Yang kerja lambat : PZI (Protamme Zine Insulin), masa kerjanya

18 – 24 jam.
20

2.1.8 Komplikasi Diabetes Mellitus

Menuru Widiastuti (2012) komplikasi dari diabetes mellitus ialah:

1) Komplikasi Metabolik Akut

Komplikasi metabolik akut pada penyakit diabetes mellitus

terdapat tiga macam yang berhubungan dengan gangguan

keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek, diantaranya:

a) Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi

kadar glukosa turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3

mmol/1). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau

preparat oral yang berlebih, konsumsi makan yang terlalu sedikit

atau karena aktivitas fisik yang berat, dengan tanda – tanda, seperti:

rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing.

b) Ketoasidosis Diabetik disebabkan karena kelebihan kadar glukosa

dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun.

Sehingga mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,

protein, dan lemak yang dimanifestasikan dengan adanya dehidrasi,

asidosis, dan kehilanggan elektrolit.

c) Sindroma Hiperglikemik Hiperosmolaritas Nonketotik adalah

komplikasi yang ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar

glukosa serum lebih dari 600 mg/dl.


21

2) Komplikasi Metabolik Kronik

Komplikasi metabolik kronik diabetes bisa menyerang sistem

organ tubuh antara lain:

a) Komplikasi Makrovaskuler

Membuat dampak aterosklerotik dalam pembuluh darah besar. Tipe

penyakit makrovaskuler ini tergantung pada lokasi aterosklerotik.

b) Komplikasi Mikrovaskuler

Dijuluki juga mikroangiopati ditandai dengan penebalan membran

basalis pembuluh kapiler.

c) Retinopati Diabetik

Dikarenakan karena perubahan dalam pembuluh – pembuluh darah

kecil pada retina.

d) Ulkus/ gangren kaki.

Ulkus diabetes disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu neuropati,

trauma, deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan

penyakit vaskuler perifer.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang Diabetess mellitus

1) Glukosa darah sewaktu.

2) Kadar glukosa darah puasa.

3) Tes toleransi glukosa kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan

penyaring diagnosis DM (mg/dl).


22

Menurut (padila, 2012) :

Table 2.1 Kadar Glukosa Darah, bukan DM, dan DM

Kadar Glukosa Darah Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu < 100 100 – 200 > 200
plasma vena
<8 8
Darah kapiler 0 0 – 200 > 200

Kadar glukosa darah puasa <11 11


plasma vena 0 0 – 120 > 126

Darah kapiler <90 90 – 110 > 110

Kriteria diagnostik WHO untuk Diabetes Mellitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan:

a) Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/ L).

b) Glukosa plasma puasa > 140 mg/ dl (7,8 mmol/L).

c) Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam pos prandial (PP) > 200 mg/

dl.
23

2.1.10 Faktor – Faktor Yang Mudah Terkena Diabetes

Mengenal faktor – faktor risiko diabetes berikut ini meliputi :

1) Keturunan, orang yang mempunyai riwayat keluarga dengan diabetes

akan memiliki resiko sebesar 3 kali dibanding dengan pasien yang tidak

memiliki riwayat diabetes dalam keluarga.

2) Usia, resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia,

terutama pada usia di atas 40 tahun.

3) Obesitas, semakin banyak lemak yang menumpuk di perut semakin sulit

pula insulin bekerja sehingga gula darah mudah naik.

4) Kurangnya aktivitas fisik dapat mempengaruhi kerja insulin sehingga

seseorang mudah terkena diabetes.

5) Riwayat diabetes pada kehamilan, mendapatkan diabetes selama

kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan

resiko DM.

6) Infeksi,virus dapat menyerang pangkreas, merusak sel pankreas, dan

menimbulkan diabetes.

7) Stres, menyebabkan hormonecounter– insulin (yang kerjanya berlawanan

dengan insulin) lebih aktif sehinggaglukosa darah akan meningkat.

8) Obat – obatan. Beberapa obat dapat menyebabkan kadar gula darah

meningkat.

Setelah mempelajari kedelapn faktor resiko diatas, akan mendapatkan

bahwa dua faktor pertama (keturunan dan usia) memang tidak bisa diubah.

Tetapi enam faktor lainya dapat dikendalikan. Jika dapat memahami betul

apa penyebab peningkatan kadar gula darah.


24

2.2 Konsep Dasar Gangren

2.2.1 Definisi

Gangren dalah luka yang sudah membusuk dan bisa melebar, ditandai

dengan jaringan yang mati berwarna kehitaman dan membau karena disertai

pembusukan oleh bakteri (Elizabeth, 2013). Begitu pula menurut Askandar

( 2012) gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya

jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses

nekrosis yang disebabkan oleh infeksi.

Gangrene diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akibat

penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangren tersebut terjadi pada daerah

tungkai. Keadaan ini ditandai dengan pertukaran sekulitis dan timbulnya

fasikula atau bula yang hemoragik kuman yang bisa menginfeksi pada

gangrene diabetic adalah stretptococcus. (Mianadiraly, 2011)

2.2.2 Etiologi (Penyebab)

1. Akibat suplai darah yang tidak lancar ke daerah yang terluka.

2. Infeksi kuman.

3. Akibat trauma.

4. Luka pasca kecelakaan, luka tusuk, atau tindakan operasi.

5. Bekuan darah dalam pembuluh darah arteri .

6. Pengerasan pembuluh darah arteri.

7. Beku atau kedinginan dalam jangka waktu yang cukup lama.


25

2.2.3 Klasifikasi gangrene

Menurut Warger (2012), membagi gangren kaki diabetik terbagi menjadi

enam tingkatan yaitu :

1. Grade 0 : Tidak ada luka

2. Grade I : Merasakan hanya sampai pada permukaan kulit

3. Grade II : Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

4. Grade III : Terjadi abses

5. Grade IV : Gangren pada kaki, bagian distal

6. Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

2.2.4 Patofisiologi

Gangren disebabkan tiga faktor yang sering disebut trias, yaitu: iskemi,

neuropati, dan infeksi. Kadar glukosa darah tidak terkendali akan menyebabkan

komplikasi kronik neuropati perifer berupa neuropati sensorik, motorik, dan

autonom. Neuropati sensorik biasanya cukup berat hingga menghilangkan sensasi

proteksi yang berakibat rentan terhadap trauma fisik dan termal, sehingga

meningkatkan risiko ulkus kaki. Sensasi propriosepsi yaitu sensasi posisi kaki

juga hilang. Neuropati motorik mempengaruhi semua otot, mengakibatkan

penonjolan abnormal tulang, arsitektur normal kaki berubah, deformitas khas

seperti hammer toedan hallux rigidus. Deformitas kaki menimbulkan terbatasnya

mobilitas, sehingga dapat meningkatkan tekanan plantar kaki dan mudah terjadi

ulkus. Neuropati autonom ditandai dengan kulit kering, tidak berkeringat, dan

peningkatan pengisian kapiler sekunder akibat pintasan arteriovenosus kulit.Hal

ini mencetuskan timbulnya fisura, kerak kulit, sehingga kaki rentan terhadap
26

trauma minimal.Hal tersebut juga dapat karena penimbunan sorbitol dan fruktosa

yang mengakibatkan akson menghilang, kecepatan induksi menurun, parestesia,

serta menurunnya refleks otot dan atrofi otot.Penderita diabetes juga menderita

kelainan vaskular berupa iskemi. Hal ini disebabkan proses makroangiopati dan

menurunnya sirkulasi jaringan yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya

denyut nadi arteri dorsalis pedis, arteri tibialis, dan arteri poplitea, menyebabkan

kaki menjadi atrofi, dingin, dan kuku menebal. Selanjutnya terjadi nekrosis

jaringan, sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau

tungkai.Kelainan neurovaskular pada penderita diabetes diperberat dengan

aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan kondisi arteri menebal dan menyempit

karena penumpukan lemak di dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki

dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, kesemutan,

rasa tidak nyaman, dan dalam jangka lama dapat mengakibatkan kematian

jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus kaki diabetes. Proses angiopati

pada penderita DM berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer

tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal tungkai

berkurang.

2.2.5 Gejala Gangren

Adapun tanda dan gejala yang harus diwaspadai untuk terjadinya kaki

diabetik (gangren)

1, Jaringan mati atau rusak akibat luka yang terinfeksi .

2. Mengenai bagian tubuh yang mana saja, sering pada jari kaki dan tngan

serta tungkai dan lengan.


27

3. Kulit tampak kehitaman disertai otot dan tulang yang mati.

4. Pembengkakan dibawah kulit, teraba seperti gelembung udara yang

tertangkap.

5. Bengkak dan nyeri.

6. Keluar cairan dan berbau tidak enak.

7. Bisa diserati demam sampai 38ºC (Wratsongko & Trianggoro).

2.2.6Pengobatan gangren

Prinsip pengobatan gangrene diabetic adalah :

1. Mengendalikan glukosa darah secara optimal.

2. Mengatasi infeksi.

3. Membersikan jaringan nefrotik sebaik-baiknya.

4. Merawat luka.

5. Menghilangkan oedem.

6. Mengharuskan tirah baring.

7. Memberikan sepatu khusus.

8. Memberikan penyuluhan tentang kaki.

Terapi gangren dapat dilakukan dengan cara sistemik yaitu dengan

antibiotika, kontrol diabetes dapat dengan insulin dan lokal yaitu dengan cara

kaki direndam dalam betadin (1-3%) selama (1-2 ) X jam/hari. Kemudian

dengan betadin (3-10%)


28

2.2.7 Faktor Resiko Terjadinya Gangren Diabetik

Faktor resiko terjadinya gangrene diabetik

1. Faktor-faktor resiko ulkus dan amputasi kaki diabetik

a. Gangguan saraf

b. Kelaianan bentuk kaki

c. Peningkatan tekanan atau beban pada kaki

d. Kelainan tulang-tulang kaki

e. Gangguan pembuluh darah

f. Riwayat luka pada kaki

g. Kelainan pertumbuhan kuku

h. Pemakaian sepatu yang tidak sesuai

Jika terjadi komplikasi saraf, maka pengobatan yang dilakukan adalah mengontrol

kadar glukosa darah semaksimal mungkin untuk memperlambat keburukan.

2. Gejala yang sering diketahui:

a. Rasa nyeri pada kaki seperti rasa terbakar.

b. Rasa tebal pada kaki.

c. Perasaan panas atau dingin.

d. Penurunan ambang sakit mati rasa, terhadap sushu, rasa getar.

e. Produksi keringat yang menurun, kulit yang kering dan pecah pecah.

f. Kaki terasa lebih hangat.

3. Gangguan pembuluh darah:

Gangguan pembuluh darah ini disebabkan proses pengerasan pada dinding

pembuluh darah,penyempitan limen pembuluh darah ataupun sumbatan


29

darah, sehingga menimbulkan gangguan aliran pembuluh darah. Selain

tingginya kadar gula darah, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan

merokok merupakan factor yang dapat menyebabkan timbulnya

penyumbatan pembuluh darah.

2.2.8Penyembuhan Luka Diabetes Melitus

Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari dalam

tubuh sendiri (endogen) atau dari luar tubuh (eksogen). Penyebab endogen

terpenting adalah gangguan koagulasi dan gangguan sistem imun. Semua

gangguan pembekuan darah akan menghambat penyembuhan luka sebab

hemostatis merupakan titik tolak dan dasar fase inflamasi. Gangguan

sistem imun akan menghambat dan mengubah reaksi tubuh terhadap luka,

kematian jaringan dan kontaminasi.

Menurut (Sjamsuhidajat, 2012) terdapat fase penyembuhan luka :

1. Fase Inflamasi

Pada fase ini pembuluh darah yang terputus pada luka akan

menyebabkan pendarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya

dengan vasokontriksi yaitu pengerutan ujung pembuluh darah yang

putus. Tanda dan gejala klinis reaksi radang menjadi jelas berupa

warna kemerahan karena kapiler melebar, suhu hangat dan terasa nyeri

2. Fase Proliferasi

Fase ini serat dibentuk dan dihancurkan lagi untuk penyesuaian diri

dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Proses ini


30

berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh

permukaan luka

3. Fase Penyembuhan

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan

kembali jaringan yang berlebihan. Selama proses ini dihasilkan

jaringan parut yang pucat.

2.2.9 Perawatan Luka pada Diabetes

Standar operasional prosedur perawatan gangren yaitu :

1. Persiapan bahan dan alat dengan prinsip steril

a) Bak instrumen yang berisi:

1) 2 buah pinset anatomi

2) 2 buah pinset chirugis

3) Gunting jaringan

4) Cucing 2 buah

b) Peralatan lain:

1) Trolly

2) Tromol berisi kasa steril

3) Korentang

4) 1 pasang sarung tangan bersih

5) 1 pasang sarung tangan steril

6) Hipafiks secukupnya

7) Gunting plester
31

8) Perlak kecil

9) H2O2 (Perhidrol)

10) NaCl 0,9 %

11) Bengkok

12) Obat sesuai advis

2. Prosedur Pelaksanaan

a. Persiapan perawat

1) Memperkenalkan diri kepada pasien

2) Mencuci tangan

3) Memakai sarung tangan bersih

4) Menempatkan alat ke dekat pasien

5) Mengucapakan salam dan menyapa klien

6) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan

pada klien

7) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

8) Memberi kesempatan bertanya pada klien sebelum tindakan

b. Persiapan pasien

1) Memposisikan pasien senyaman mungkin

2) Menjaga privasi pasien


32

c. Persiapan Lingkungan

1) Atur pencahayaan

2) Menutup sampiran

d. Penatalaksanaan

1) Menjaga privacy klien

2) Mengatur posisi klien sehingga luka dapat terlihat dan

terjangkau oleh perawat

3) Membuka bak instrumen

4) Menuangkan NaCl 0,9% ke dalam cucing

5) Menuangkan H2O2 ke dalam cucing

6) Mengambil kasa steril secukupnya, kemudian masukan ke

dalam cucing yang berisi larutan NaCl 0,9%

7) Mengambil sepasang pinset anatomis dan cirugis

8) Memeras kasa yang sudah di tuangkan ke dalam cucing

9) Taruh perasan kasa di dalam bak instrumen atau tutup bak

instrumen bagian dalam

10) Pasangkan perlak di bawah luka klien

11) Buka balutan luka klien, sebelumnya basahi dulu plester

atau hipafiks dengan NaCl atau semprot dengan alkohol

12) Masukan balutan tadi ke dalam bengkok atau tas kresek


33

13) Observasi keadaan luka klien, jenis luka, luas luka, adanya pus

atau tidak dan kedalaman luka

14) Buang jaringan yang sudah membusuk (jika ada)

menggunakan gunting jaringan

15) Ganti sarung tangan bersih dengan sarung tangan streil

16) Lakukan perawatan luka dengan kasa yang sudah di beri

larutan NaCl 0,9% dan larutan H2O2 sampai bersih dari arah

dalam ke luar

17) Oleskan obat luka (jika ada)

18) Tutup luka dengan kasa kering streil secukupnya

19) Fiksasi luka dengan hipafiks

20) Rapikan klien

21) Bereskan peralatan

22) Lepas sarung tangan

23) Cuci tangan

24) Dokumentasikan kegiatan


34

2.3 Konsep Kerusakan Integritas jaringan

2.3.1 Definisi Kerusakan Integritas jaringan

Kerusakan Integritas Kulit adalah kerusakan membran mukosa dan

integumen. Kerusakan integritas kulit dimana kondisi individu

mengalami perubahan atau gangguan epidermis dan atau dermis

pada lapisan kulit. Gangguan integritas kulit dapat terjadi sebab

trauma, iritasi dan imobilisasi (Herdman, 2015).

Kerusakan integritas kulit adalah kerusakan pada epidermis dan atau

dermis (NANDA, 2015).

2.3.2 Batasan Karakteristik

1. Nyeri akut

2. Gangguan integritas kulit

3. Perdarahan

4. Benda asing masuk ke permukaan kulit

5. Hematoma

6. Area panas lokal

7. Kemerahan

2.3.3 Faktor yang berhubungan

1. Eksternal

a. Agens farmaseutikal

b. Cedera kimiawi kulit (mis : luka bakar, kapsaisin, metila

klorida, agens mustard)

c. Faktor mekanik (mis : daya gesek, tekanan, imobilitas fisik)


35

d. Hipertermia

e. Hipotermia

f. Kelembapan

g. Tempat radiasi

h. Usia ekstrem

2. Internal

a. Gangguan metabolisme

b. Gangguan pigmentasi

c. Gangguan sensasi (akibat cedera medula spinalis, diabetes

melitus, dll).

d. Gangguan sirkulasi

e. Gangguan turgor kulit

f. Gangguan volume cairan

g. Imunodefisiensi

h. Nutrisi tidak adekuat

i. Perubahan hormonal

j. Tekanan pada tonjolan tulang

2.3.4 Jenis dan Tipe Luka

Menurut Aziz Alimul (2014) luka terbagi menjadi beberapa macam,

yaitu:

1. Berdasarkan Sifat Kejadian

a. Intendonal Traumas (luka disengaja) Luka terjadi karena

proses terapi seperti operasi atau radiasi.


36

b. Luka terjadi karena kesalahan seperti fraktur karena

kecelakaan lalu lintas (luka tidak disengaja) . Luka tidak

disengaja dapat berupa:

a) Luka tertutup: Jika kulit tidak robek atau disebut juga

dengan luka memar yang terjadi.

b) Luka terbuka : Jika kulit atau jaringan dibawahnya

robek dan kelihatan seperti luka abrasio (Luka akibat

gesekan), Luka Puncture (Luka akibat tusukan),

hautration (Luka akibat alat perawatan luka).

c. Menurut tingkat kontaminasi terhadap luka.

a) Luka bersih (clean wounds) Yaitu luka takterinfeksi

yang mana tidak terjadi proses peradangan dan infeksi

pada system pernapasan, pencernaan, genital dan urinary

tidak terjadi.

b) Luka bersih terkontaminasi (clean contamined

wounds) Merupakan luka pembedahan dimana saluran

respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam

kondisi terkontol, kontaminasi tidak selalu terjadi.

c) Luka terkontaminasi (contamined wounds) Termasuk

luka terbuka. fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi

dengan kerusakan besar dengan teknik aseptic atau

kontaminasi dari saluran cerna.

d) Luka kotor atau infeksi (dirty or infected wounds)

Yaitu terdapatnya mikororganisme pada luka.


37

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka.

a. Stadium I Luka superficial, yaitu luka yang terjadi pada

lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II Luka partial thickness, yaitu hilangnya lapisan

kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.

c. Stadium III Luka full thickness, yaitu hilangnya kulit

keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan

yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati

jaringan yang mendasarinya.

d. Stadium IV Luka full thickness yang telah mencapai lapisan

otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/ kerusakan yang

luas.

3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka

a. Luka akut Luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan

konsep penyembuhan yang telah disepakati.

b. Luka Kronis Luka yamg mengalami kegagalan dalam

proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen

2.3.5 Klasifikasi Kerusakan Integritas Kulit

Menurut Aziz Alimul (2014) berdasarkan penyebabnya, luka

dibagi menjadi dua yaitu:

1. Luka Mekanik yaitu terdiri atas :

a. Vulnus scissum atau luka sayat akibat benda tajam. Pinggir

lukakelihatan rapi.
38

b. Vulnus contusum, luka memar dikarenakan cedera pada

jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul.

c. Vulnus kaceratum, luka robek akibat terkena mesin atau

benda lainnya yang menyebabkan robeknya jaringa n rusak yang

dalam.

d. Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil di bagian luar

( bagian mulut luka), akan tetapi besar di bagian dalamnya.

e. Vulnus seloferadum, luka tembak akibat tembakan peluru.

Bagian tepi luka tampak kehitam-hitaman.

f. Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya

pada bagian luka.

g. Vulnus abrasion, luka terkikis yang terjadi pada bagian

luka dan tidak sampai ke pembuluh darah.

2. Luka nonmekanik terdiri atas luka akibat zat kimia, termik,

radiasi, atau sengatan listrik


39

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik Diabetes Melitus

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita diabetes

melitussebaiknya dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan

proses keperawatan.

Proses keperawatan adalah suatu konsep dimana pengkajian manusia

terhadap masalah – masalah dan membuat rencana keperawatan yang

bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah tersebut juga

bisa berhububgan dengan keluarga pasien dan orang terdekat maupun

masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat

mengurangi atau mengatasi masalah – masalah kesehatan (Nikmatur &

Saiful, 2011).

Menurut (Herdman, 2015), proses keperawatan terdiri dari 5 tahap,

yaitu: pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, dan

evaluasi.

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses

keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok yaitu :

1) Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu

dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,

mengidentifikasi, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat


40

diperoleh dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium, serta pemeriksaan penunjang lainya.

a) Anamnesa

1. Identitas klien meliputi:

1) Nama

2) Jenis kelamin

a. Laki – Laki

b. Perempuan

3) Umur

a. Middle

b. Eldery

c. Old

d. Very old

4) Alamat

5) Status

a. Menikah

b. Tidak menikah

c. Janda

d. Duda

6) Agama

7) Suku

8) Tingkat pendidikan :

a. Tidak tamat SD

b.Tamat SD
41

c. SMP

d.SMU

e. PT

9) Sumber pendapatan :

a. Ada, Jelaskan

b.Tidak, Jelaskan

10) Keluarga yang dapat dihubungi :

a. Ada

b. Tidak

11) Riwayat pekerjaan

2. Riwayat kesehatan

1). Keluhan utama : Keluhan utama yang didapat biasanya

bervariasi.Mulai dari kesemutan, kelemahan otot (Neuropati

Perifer), dan rasa raba yang menurun.

2). Riwayat penyakit sekarang : Mengkaji keluhan kesehatan yang

dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative,

provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan

time.

Untuk kasus Diabetes Mellitus yang perlu di kaji output

(pengeluaran urine), penurunan kesadaran, adanya edema pada tubuh,

perubahan pada kulit, adanya luka, dan perubahan penurunan nutrisi.

Kaji pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk

mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan apa.


42

3). Riwayat penyakit keluarga : Dalam genogram keluarga biasanya

terdapat salahsatu keluarga yang juga menderita DM atau penyakit

keturunan yang dapat menyebabkan defisiensi insulin misalnya

hipertensi, jantung.

4) Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat penyakit DM atau penyaki

penyerta yang kaitanya dengan definisi insulin misalnya penyakit

pankreas, adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun

tindakan medis yang di dapat maupun obat – obatan yang biasa di

gunakan oleh penderita.

3. Status Fisiologis

1. Bagaimana postur tulang belakang lansia?

1) Tegap

2) Membungkuk

3) Kifosis

4) Skoliosis

5) Lordosis

2. Bagaimana kecepatan berjalan lansia dan kekuatan tonus otot?

1) Cepat

2) Perlahan-lahan

3) Menggunakan alat bantu

3. Tanda-tanda vital dan status gizi

1) Suhu

2) Tekanan Darah

3) Nadi
43

4) Respi rasi

5) Berat Badan

6) Tinggi Badan

4. Pemeriksaan fisik

(1) Pemeriksaan kepala dan Rambut: pada penderita diabetes

biasanya rambut mengalami kerontokan karena kurangnya

nutrisi, tidak terdapat luka, adanya atau tidaknya ketombe.

(2) Hidung : pada penderita diabetes tidak ada masalah pada

kesimetrisan hidung, rongga hidung, kotoran, polip atau

pembengkakan.

(3) Telinga :pada penderita diabetes tidak ada masalah pada

kesimetrisan telinga, gangguan pendengaran, terdapat

kotoran telinga, ada atau tidak cairan yang keluar.

(4) Mata: biasanya pada penderita diabetes tidak ada masalah

pada kesimetrisan mata namun adanya komplikasi katarak,

diplopia, lensa mata keruh dan juga retinopati

(5) Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil, dan pharing: pada penderita

diabetes dengan kerusakan intrgritas jaringan terdapat

mukosa bibir kering, mulut bau, adanya karies gigi,

terdapatnya lesi atau tidak pada lidah, ada atau tidak

pembesaran tonsil, nyeri telan atau tidak.

(6) Leher dan Tenggorokan : pada penderita diabetes tidak ada

masalah pada pembrsaran vena jagularis.


44

(7) Dada atau Thorak :

a) Paru: pada penderita diabetes bentuk dada normal chest,

warna sama denngan sekitar, tidak ada masalah pada

pernafasan.

b) Jantung: pada penderita diabetes tiadak ada masalah pada

pemeriksaan jantung, ictus cordis tidak tampak, teraba

ictus cordis di ics 5 mid clavicula sinistra, tidak ada suara

jantung tambahan.

(8) Abdomen

Pada penderita diabetes dengan keruakan integritas jaringan

biasanya terdapat bentuk abdomen yang cekung, bising usus

meningkat berkaitan dengan diare, turgor kulit buruk.

(9) Ekstremitas, Kuku, dan kekuatan otot :

Pada penderita diabetes dengan masalah nutrisi terjadi

kelemahan fisik, penurunan kekuatan otot, pada penderita

diabetes yang mempunyai komlikasi gangren kuku menjadi

hitam, panjang dan kotor.CRT <2 detik , untuk gangren terdapat

grade yaitu: Grade 0 : Tidak ada luka

Grade I : Merasakan hanya sampai pada permukaan kulit

Grade II : Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

Grade III : Terjadi abses

Grade IV : Gangren pada kaki, bagian distal

Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal.


45

(10) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

(a) Pemeriksaan darah sewaktu. Biasanya mengalami

peningkatan GDS> 200 mg/dl, gula darah puasa

>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

(b) Urine. Pada penderita diabetes mellitus didapatkan

adanya glukosa dalam urine.

(c) Kultur pus. Mengetahui jenis kuman kpd luka dan

memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis

bakter pada luka dan memberikan antibiotik yang

sesuai dengan bakteri.

5. Status keseimbangan dan koordinasi

Tabel 2.2 Status keseimbangan dan koordinasi.

No Test Koordinasi Keterangan Nilai


1 Berdiri dengan postur normal
Berdiri dengan postur normal,
2
menutup mata
Berdiri dengan satu kaki
3
Berdiri, fleksi trunk dan berdiri
4
keposisi netral
5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk
Berjalan, tempatkan tumit salah satu
6
kaki didepan jari kaki yang lain
Berjalan
7 sepanjang garis lurus
Berjalan
8 mengikuti tanda gambar pada lantai
Berjalan
9 mundur
Berjalan
10 mengikuti lingkaran
Berjalan
11 pada tumit
Berjalan
12 dengan ujung kaki
JUMLAH
46

Kriterkriteria penilaian :

4: Bila mampu melakukan aktivitas dengan tanpa bantuan

3: Bila mampu melakukan aktivitas dengan sedikit bantuan

untuk mempertahankan keseimbangan

2: Bila mampu melakukan aktivitas dengan bantuan sedang

sampai maksimal untuk mempertahankan keseimbangan

1: Bila tidak mampu melakukan aktivitas

6. Tingkat kerusakan intelektual

Tabel 2.3 SPMSQ (short portable mental status Quesioner).

No Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa alamat anda ?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden
Indonesia?
8 Siapa presiden indonesia
sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 sampai dari 20
dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru,
semua secara menurun.
Jumlah
Interpretasi:

Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh

Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang


47

Salah 9 – 10: Fungsi intelektual kerusakan berat

7. Identifikasi aspek kognitif

Aspek Nilai Nilai


No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien

Menyebutkan dengan benar


a. Tahun
Orientasi 5 b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
Dimana sekarang kita
berada ?
a. Negara
b. Propinsi
Orientasi 5
c. Kabupaten
d. Panti
e. Wisma

Sebutkan 3 nama obyek


(kursi, meja, kertas)
kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab:
Registrasi 3
a. Kursi
b. Meja
c. Kertas

Meminta klien berhitung


mulai dari 100 kemudian
kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Perhatian a. 93
dan 5 b. 86
kalkulasi c. 79
d. 72
e. 65

Mengingat 3 Minta klien untuk


mengulangi ketiga obyek
48

pada point ke 2

Menanyakan pada klien


tentang benda (sambil
menunjuk benda tersebut)
a. Kursi
b. Meja
minta klien untuk
mengulangi kata berikut “
tak ada, jika, dan, atau,
tetapi”.

Klien menjawab……….

Minta klien untuk


mengikuti perintah berikut
yang terdiri dari 3 langkah.
Bahasa 9 Ambil kertas ditangan anda,
lipat dua dan taruh dilantai.

a. Ambil kertas
b. Lipat jadi 2
c. Taruh dilantai
perintahkan pada klien
untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah
nilai 1 point) “tutup mata
anda”
perintahkan pada klien
untuk menulis satu kalimat
dan menyalin gambar

Total nilai 30

Interpretasi hasil

24 – 30: Tidak ada gangguan koqnitif

18 – 23: Gangguan koqnitif sedang

0 – 17 : Gangguan koqnitif berat

8. Tingkat Kemandirian Dalam Kehidupan Sehari-Hari (Indeks Barthel)


49

Tabel 2.4 Tingkat Kemandirian Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Nilai
No Jenis aktifitas Penilaian
Bantuan Total
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
3 Berpindah dari kursi roda ke 5 - 10 15
tempat tidur & sebaliknya
4 Kebersihan diri: Cuci muka, 0 5
menyisir, mencukur
5 Aktivitas dikamar mandi 5 10
6 (toileting) 5 15
7 Mandi 0 5
8 Berjalan dijalan yang datar (jika 5 10
9 tidak mampu berjalan, lakukan 5 10
10 dengan kursi roda) 5 10
11 Naik turun tangga 5 10
12 Berpakaian termasuk 5 10
13 mengenakan sepatu 5 10
Mengontrol defekasi
Mengontrol berkemih
Olah raga/`latihan
Rekreasi/pemanfaatan waktu
luang
JUMLAH

2) Analisa Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan

dianalisa dan dilakukan analisa serta sintesis data. Dalam pengelompokan

data dibedakan atas data subyektif dan data yang berpendoman pada teori

Abraham Maslow yang terdiri dari:

a) Kebutuhan dasar atau fisiologis.

b) Kebutuhan rasa aman.

c) Kebutuhan cinta dan kasih sayang.


50

d) Kebutuhan harga diri.

e) Kebutuhan aktualisasi diri.

2.4.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang nilai individu,

keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan ataupun

masalahkesehatan. Suatu diagnosis aktual atau potensial, kemungkinan

membutuhkan tindakan keperawatan untuk mencegah masalah tersebut.

Adapun diagnose yang muncul menurut (Heather, 2012) adalah :

1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

melemahnya atau menurunnya aliran darah ke dalam gangren akibat

adanya obstruksi pembuluh darah

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin, ketidakseimbangan intake makanan

dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makanbertambah,sering lapar

(polifagi), dan kurangnya pengetahuan.

3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangrene pada

ekstremitas..

4) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diuresis

osmotik dari hiperglikemia, poliurea, berkurangnya intake cairan.

5) Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori

(visual), kelemahan dan hipoglikemia.


51

6) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya, potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis)

berhubungan dengan penurunan fungsi leukosit.

7) Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan

8) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyaki

2.4.3 Perencanaan .

Table 2.2 rencana Asuhan Keperawatan pada Klien yang

Mengalami Diabetes Melitus dengan Kerusakan Integritas Jaringan di

Puskesmas Mojopanggung Banyuwangi 2018.

1) Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

melemahnya atau menurunnya aliran darah ke gangrene akibat adanya

obstruksi pembuluh darah.

DIAGNOSIS Tujuan dan kriteria

KEPERAWATAN hasil
INTERVENSI

Definisi: ketidak Tujuan : setelah dilakukan


efektifan perfusi perawatan 3x24 jam. Pasien 1. Ajarkan pasien untuk
jaringan adalah menunjukkan melakukan mobilisasi.
penurunan sirkulasi mempertahankan sirkulasi 2. Ajarkan tentang faktor – faktor
darah ke perifer yang perifertetap normal. yang dapat meningkatkan aliran
dapat mengganggu darah: Tinggikan kaki sedikit
NOC (Kriteria Hasil)
kesehatan. lebih rendah dari jantung (posisi
Perfusi Jaringan : Perifer elevasi pada waktu istirahat)
(0407) hindari penyilangan kaki,
hindari balutan ketat, hindari
1. Denyut dadi perifer
52

teraba kuat dan penggunaan bantal.


regular. 3. Ajarkan tentang modifikasi
2. Warna kulit sekitar faktor – faktor resiko berupa:
luka tidak hindari diit tinggi kolesterol,
pucat/sianosis teknik relaksasi, menghentikan
3. Kulit sekitar luka kebiasaan merokok, dan
teraba hangat penggunaan obat vasokontriksi.
4. Odem tidak terjadi dan 4. Kerja sama dengan tim
luka tidak bertambah kesehatan lain dalam pembelian
parah. vasodilator, pemeriksaan gula
Sensorik dan motoric darah secara ruhin dan terapi
membaik oksigen.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin, ketidakseimbangan intake makanan

dengan aktifitas fisik, kebiasaan pola makan bertambah, sering lapar

(polifagi) ketidakseimbangan dan kurangnya pengetahuan

INTERVENSI
DIAGNOSIS TUJUAN DAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

Manajemen Nutrisi
Definisi:Ketidakseimbangan Tujuan: Setelah dilakukan
(1100)
nutrisi kurang dari perawatan 3x24 jam. Pasien
1. Diskusikan denga pasien
kebutuhan tubuh adalah menunjukkan intake nutrisi
dan keluarga tentang
Asupan nutrisi tidak cukup adekuat
faktor penyebab
untuk memenuhi kebutuhan
2. Kaji psikososial pasien
NOC (Kriteria Hasil)
metabolik.
yang berhubungan
Status Nutrisi (1004) dengan makan berlebih.
3. Jelaskan hubungan
1. Menentukan jumlah obesitas dengan
kalori/ nutrient yang diabetes
tepat. 4. Konsultasikan dengan
2. Menunjukkan tingkat ahli gizi untuk progam
energi biasanya. diit.
53

3. Mendemonstrasikan 5. Motivasi pasien untuk


berat badan stabil atau mengkonsumsi cukup
menambahkan kearah makanan yang
rentan biasanya/ yang mengandung kompleks
diinginkan dengan nilai karbihidrat yang tinggi.
laboratorium. 6. Bantu memilih menu
harian berdasarkan
rencana rendah kalori
dan rendah lemak.
7. Timbang beratbadan
setiap hari.
8. Diskusikan kebutuhan
diit dan tingkat latihan
sesuai program diit.
9. Libatkan keluarga dalam
perencanaan makan
sesuai program diit dan
indikasi.
10. Kolaborasi pemeriksaan
gula darah, pH, HCO3
11. Auskultasi bising usus,
catat adanya nyeri
abdomen, mual, muntah
3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan penurunan sensasi

sensori, gangguan sirkulasi, penurunan aktifitas atau mobilisasi,

kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit, adanya gangren.

INTERVENSI
DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA
KEPERAWATAN HASIL

Definis: kerusakan Tujuan: Setelah dilakukan


integritas jaringan adalah perawatan selama 3 x 24 jam, Perlindungan Infeksi
kerusakan jaringan pasien menunjukan integritas (6550)
membrane mukosa, jaringan dapat dipertahankan. 1. Inspeksi kulit terhadap
kornea, integument, atau
54

subcutan. NOC (kriteria hasil) perubahan warna,


turgor, faskular.
Integritas Jaringan : Kulit dan
2. Jaga kulit tetap bersih
Membran Mukosa (1101)
dan kering.
3. Berikan perawatan kulit
1. Kulit yang mengalami
dengan salep atau krim.
lesi kelihatan bersih dan
4. Pertahankan linen
memperlihatkan tanda-
kering.
tanda penyembuhan.
5. Lakukan perawatan luka
2. Pasien atau orang
dengan larutan NaCl dan
terdekat
debridement sesuai
memperlihatkan
order.
perawatan kulit yang
6. Berikan obat-obatan
tepat.
luka.
3. Dapat mempertahankan
7. Awasi dengan ketat
kesehatan jaringan kulit
terhadap tanda dan
seperti yang ditunjukan
gejala infeksi.
oleh hal-hal berikut :
8. Berikan tindakan untuk
tidak mengalami
memaksimalkan
kerusakan kulit, tidak
sirkulasi darah.
terdapat daerah
9. Awasi hasil pemeriksaan
kemerahan,
laboratorium seperti
mempertahankan
albumin.
sirkulasi.

4) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diuresis,

osmotik dari hiperglikemia, poliurea, berkurangnya intake cairan.

DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIS INTERVENSI


HASIL
KEPERAWATAN
55

Definisi: resiko Tujuan: Setelah dilakukan 1. Hipovolemia dapat


ketidakseimbangan perawatan 3x24 jam, pasien dimanifestasikan
elektrolit adalah menunjukkan tidak munculnya oleh hipotensi dan
beresiko mengalami tanda terjadinya ketidak takikardia.
perubahan kadar seimbangan elektrolit. 2. Paru-paru
elektrolit serum yang mengeluarkan
NOC (Kriteria Hasil)
dapat mengganggu asam karbonat
kesehatan. melalui pernafasan
yang menghasilakn
1. Tanda – tanda vital stabil: kompensasi
TD 120/80 mmHg. alkalosis
2. Respirasi 16 – 24x/ menit, respiratoris
Nadi 70 – 80 x/ menit, terhadap keadaan
Suhu 36,5 – 37.5ºC. ketoasidosis,
3. Nadi perifer dapat diraba. pernafasan yang
4. Turgor kulit dan pengisian berbau aseton
kapiler baik. berhubungan
5. Intake dan output dengan pemecahan
seimbang. asam aseto asetat
6. Kadar elektrolit dalam dan harus
batas normal berkurang bila
ketosis telah
terkoreksi.
3. Peningkatan kerja
pernafasan,
pernafasan cepat
dan dangkal serta
munculnya sianosis
mungkin indikasi
dari kelelahan
pernafasan atau
mumgkin klien
kehilangan
kemampuannya
untuk
mengkompensasi
asidosis.
4. Merupakan indikator
dari tingkat
56

dehidrasi atau
volume sirkulasi
yang adekuat.
5. Memberikan
perkiraan
kebutuhan akan
cairan pengganti,
fungsi ginjal dan
keefektifan dari
therapi yang
diberikan.
6. Mempertahankan
hidrasi atau volume
sirkulasi dengan
adekuat.
7. Menghindari
pemanasan yang
berlebihan terhadap
klien yang lebih
lanjut dapat
menimbulkan
kehilangan cairan.
8. Perubahan mental
dapat berhubungan
dengan
hipoglikemi atau
9. Tipe dan jumlah
cairan tergantung
dari derajat
kekurangan cairan
dan respon klien
secara individual.

5) Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori


(visual), kelemahan dan hipoglikemia.
57

DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
KEPERAWATAN

Definisi: resiko tinggi Tujuan setelah dilakukan 1. Pantau tanda – tanda


injuri adalah keadaan tindakan keperawatan selama vital dan status mental.
dimana individu 3x24 jam, pasien 2. Minimalkan faktor
berada pada resiko menunjukkan injuri dapat lingkungan yang
injuri sebagai akibat berkurang dan bahkan tidak berbahaya.
kondisi lingkungan terjadi. 3. Libatkan keluarga
yang berinteraksi dalam mencegah
NOC (Kriteria Hasil)
dengan sumber daya terjadinya injuri pada
adaptif dan daya tahan pasien.
individu. 4. Pelihara aktivitas rutin
1. Mengungkapkan pasien sekonsisten
peningkatan energi. myngkin dan motivasi
2. Mencapai atau pasien untuk
mempertahankan tingkat melakukan kegiatan
atau status mental. sehari – hari sesuai
3. Mengenali dan dengan kemampuanya.
mengkompensasi adanya 5. Kaji adanya keluhan
kerusakan sensorik. parastesia, nyeri atau
4. Pasien mengenali kehilangan sensori
lingkungan yang pada paha atau kaki,
berbahaya dan adanya ulkus, daerah
menghindarinya. kemerahan, tempat –
5. Pasien mengerti resiko tempat tertekan dan
injuri dengan perubahan denyut nadi perifer.
sensori yang diungkapkan
secara verbal.

6) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


penyakitnya.

DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


58

KEPERAWATAN HASIL

Definisi: Ansietas Tujuan setelah perawatan Pengurangan Kecemasan


adalah perasaan tidak 3x24 jam, pasien (5820)
nyaman atau menunjukkan rasa cemas 1. Ciptakan lingkungan
kekhawatiran yang pasien dapat berkurang dan saling percaya dengan
samar disertai respon bahkan bisa hilang dengan dengan mendengarkan
autonom. pengetahuan pengetahuan penuh perhatian dan
pasien yang bertambah setelah selalu ada untuk pasien .
diberi penjelasan oleh perawat 2. Berrikan informasi

. atau para medis. factual tentang diagnosis


dan perawatan diabetes
NOC (Kriteria Hasil)
yang dialami pasien

Tingkat Kecemasan (1211) 3. Berikan objek yang yang


menunjukkan rasa aman
1. Pasien tidak dapat 4. Intrusikan pasien untuk
beristirahat melakukan teknik
2. Pasien gelisah relaksasi
3. Pasien merasa cemas 5. Monitor tanda – tanda
yang disampaikan vital
secara lisan
4. Terjadi peningkatan
tekanan darah.

2.4.4 implementasi

Tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang

telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara

optimal.Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujutan dari rencana

keperawatan yang disusun pada tahap rencana (Stiadi, 2012).

2.4.5 Evaluasi
59

Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana

tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga

kesehatan lainya (Asmadi, 2012).

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam

melaksanakan rencana yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan

kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses

keperawatan (Stiadi, 2012)

Evaluasi keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan

pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi

kebutuhan pasien.Dalam pendokumentasianya dilakukan melalui

pendekatan SOAP (Asmadi, 2012).

S = Respon subyektif pasien terhadap tindakan.

Contoh : Pasien mengatakan badanya lemah, sering merasa lapar, haus,

dan sering kencing.

O = Respon obyektif pasien terhadap tindakan.

Contoh :berat badan menurun,

A =Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan

masalah.

Contoh : masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, dan

masalah teratasi
60

P = Perencanaan atau tindakan.

Contoh :lanjutkan intervensi atau intervensi di hentikan.

Anda mungkin juga menyukai