Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN BATU EMPEDU (KOLELITIASIS)

Oleh Windy Olivia Yuriza (1406624123)


Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

A. Definisi Kolelitiasis
Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini mungkin terdapat
dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus
(choledocholithiasis). Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan
dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki
ukuran, bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis (kalkulus/kalkuli, batu empedu)
biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan
empedu; batu empedu memiliki ukuran, bentuk, dan komposisi yang sangat bervariasi. (Brunner
& Suddarth, 2012). Kolelitiasis, yaitu batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium
bilirubinat, atau campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. (Doengoes,
Moorhouse, & Murr, 2010). Cholelithiasis yaitu adanya pembentukan batu dalam kandung
empedu. Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kolelitiasis
adalah pembentukan batu dalam kandung empedu, dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat,
atau campuran yang memiliki ukuran, bentuk, dan komposisi yang bervariasi.

B. Anatomi Kandung Empedu (vesica fellea)


Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada
permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 7 – 10 cm. Kapasitasnya sekitar 30-50 cc dan
dalam keadaan terobstruksi dapat menggembung sampai 300 cc. Vesica fellea dibagi menjadi
fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir
inferior hepar yang dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung
rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas,
belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum
minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus.
Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna menghubungkan corpus dan
collum dengan permukaan visceral hati.
Pembuluh arteri kandung empedu adalah arteri cystica, cabang arteri hepatica kanan. Vena
cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. Sejumlah arteri yang sangat kecil dan
vena – vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat collum
vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici hepaticum sepanjang
perjalanan arteri hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus. Saraf yang menuju kekandung
empedu berasal dari plexus coeliacus.

Gambar 1: Anatomi vesica fellea dan organ sekitarnya.

2.3 Fisiologi Saluran Empedu


Vesica fellea berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml. Vesica
fellea mempunya kemampuan memekatkan empedu. Dan untuk membantu proses ini,
mukosanya mempunyai lipatan-lipatan permanen yang satu sama lain saling berhubungan.
Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel- sel thorak yang membatasinya juga
mempunyai banyak mikrovilli.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian disalurkan ke
duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran ini kemudian keluar
dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus
biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke kandung
empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum
disalurkan ke duodenum.
Gambar 2: Posisi anatomis dari vesica fellea dan organ sekitarnya.

 Pengosongan Kandung Empedu


Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial kandung empedu.
Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak kedalam duodenum. Lemak
menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari mukosa duodenum, hormon
kemudian masuk kedalam darah, menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat
yang sama, otot polos yang terletak pada ujung distal duktus coledokus dan ampula
relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya empedu yang kental ke dalam duodenum.
Garam – garam empedu dalam cairan empedu penting untuk emulsifikasi lemak dalam
usus halus dan membantu pencernaan dan absorbsi lemak. Proses koordinasi kedua
aktifitas ini disebabkan oleh dua hal yaitu:
a) Hormonal: Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenum akan
merangsang mukosa sehingga hormon Cholecystokinin akan terlepas. Hormon ini
yang paling besar peranannya dalam kontraksi kandung empedu.
b) Neurogen:
 Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase Cephalik dari sekresi cairan
lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan menyebabkan kontraksi dari
kandung empedu.
 Rangsangan langsung dari makanan yang masuk sampai ke duodenum dan
mengenai Sphincter Oddi. Sehingga pada keadaan dimana kandung empedu
lumpuh, cairan empedu akan tetap keluar walaupun sedikit.
Pengosongan empedu yang lambat akibat gangguan neurologis maupun hormonal
memegang peran penting dalam perkembangan inti batu.

Komposisi Cairan Empedu


Komponen Dari Hati Dari Kandung Empedu
Air 97,5 gm % 95 gm %
Garam Empedu 1,1 gm % 6 gm %
Bilirubin 0,04 gm % 0,3 gm %
Kolesterol 0,1 gm % 0,3 – 0,9 gm %
Asam Lemak 0,12 gm % 0,3 – 1,2 gm %
Lecithin 0,04 gm % 0,3 gm %
Elektrolit: Na, Cl, K, Sebagian Sebagian
Ca, Bikarbonat kecil kecil
a. Garam Empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua macam yaitu :
Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.
Fungsi garam empedu adalah:
o Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat dalam
makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah menjadi partikel-
partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.
o Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan vitamin yang
larut dalam lemak.
Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-kuman usus
dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90 %) garam empedu
dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan sisanya
akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk lithocholat. Absorbsi garam empedu
tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah
tersebut misalnya oleh karena radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu akan
terganggu.
b. Bilirubin
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan globin. Heme
bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi bilverdin yang segera
berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma terikat erat oleh albumin.
Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain (konjugasi) yaitu 80% oleh glukuronide.
Bila terjadi pemecahan sel darah merah berlebihan misalnya pada malaria maka
bilirubin yang terbentuk sangat banyak.

C. Klasifikasi dan Etiologi Batu Empedu


Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkan atas
dua golongan, yaitu:
a) Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol.
Sebagian besar kasus batu empedu karena batu kolesterol. Kolesterol merupakan
unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya
bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada
pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam
empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati. Keadaan ini mengakibatkan
supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu,
mengendap dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol
merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan
yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.
b) Batu pigmen
Sepertiga pasien yang mengalami batu empedu terbentuk karena batu pigmen. Batu
pigmen kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tidak terkonjugasi dalam
empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Risiko
terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis, dan
infeksi percabangan bilier, dimana terbentuknya bilirubin yang berlebihan. Batu ini
dapat terjadi akibat faktor:
- Statis. Karena adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan parasit.
- Infeksi saluran empedu seperti Escherichia coli, maka kadar enzim ß-
glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas
dan asam glukoronat. Kemudian kalsium mengikat blirubun menjadi kalsium
bilirubinat yang tidak larut.
Batu pigmen trdiri dari dua macam, yaitu;
- Batu kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung
kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Bentuk lebih besar, berlapis-lapis,
ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi.
- Batu pigmen hitam
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan
sisa zat hitam yang tak terekstraksi. Terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai
hemolisis kronik/ sirosis hati tanpa infeksi.

D. Faktor Resiko
Penyakit batu empedu lebih banyak terjadi pada keadaan yang dikenal dengan 4F, yaitu
wanita (female), usia 40 tahunan (fourty), diet tinggi lemak (fatty) dan masih dalam reproduksi
aktif (fertile).Faktor resiko terjadinya batu empedu antara lain:
a. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi
kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga
meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon
(esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan
aktivitas pengosongan kandung empedu.
b. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang
dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
orang degan usia yang lebih muda.
c. Berat badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi
kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi
gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibandingn
dengan tanpa riwayat keluarga.
f. Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis. Ini
mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
g. Penyakit usus halus
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease,
diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
h. Nutrisi intravena jangka lama
Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk
berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko
untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.
i. Estrogen
Estrogen sebagai akibat kehamilan, penggunaan terapi hormone, pil KB akan
meningkatkan kadar kolesterol dalam empedu dan mengurangi gerakan kandung empedu
sehingga terjadi pembentukan batu empedu.
j. Suku bangsa
Suku tertentu mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan kolesterol tinggi dalam
empedu yang menyebabkan pembentukan batu empedu.
k. Diabetes
Penderita diabetes cenderung mengalami peningkatan kadar trigliserid yang
mempermudah terjadinya batu empedu
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa tampak pada pasien dengan penyakit kolelitiasis antara lain:
1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami
distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada
abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan
atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan, biasanya disertai dengan mual dan muntah dan
bertambah hebat beberapa jam sesudah makan makanan dalam porsi besar.
Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak
dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan
distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah
akrtilago kosta Sembilan dan sepuluh kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang
mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan
mengembangkan pengembangan rongga dada (Murphy sign (+)). Kolik bilier biasanya timbul
malam hari atau dini hari, berlangsung lama antara 30 – 60 menit, menetap, dan nyeri terutama
timbul di daerah epigastrium.
2. Iktrerus akibat tersumbatnya duktus koledokus.
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum menyebabkan getah empedu
yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini
membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala
gata;-gatal yang mencolok pada kulit.
3. Perubahan warna urin dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna gelap. Feses yang
tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu.
4. Defisiensi vitamin
Obstruksi aliran empedu mengganggu absorpsi vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam
lemak. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.

F. Patofisiologi Umum
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan berdasarkan bahan
pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigment dan batu campuran. Lebih dari 90% batu
empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50% kolesterol) atau batu campuran (batu
yang mengandung 20-50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana
mengandung < 20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah
keadaan statis kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dan
konsentrasi kalsium dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di dalam
kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid membantu dalam
menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh
substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus
untuk pembentukan batu. Kristal yang yang terbentuk terbak dalam kandung empedu, kemuadian
lama-kelamaan kristal tersubut bertambah ukuran,beragregasi, melebur dan membetuk batu.
Faktor motilitas kandung empedu, biliary stasis, dan kandungan empedu merupakan predisposisi
pembentukan batu empedu empedu.

G. Komplikasi (Price & Wilson, 2012)


- Infeksi kandung empedu (kolesistisis)
- Obstruksi duktus sistikus atau duktus koledokus
- Peritonitis atau ruptur dinding kandung empedu, yang dapat disebabkan karena batu
menembus dinding kandung empedu sehingga menyebabkan peradangan hebat

H. Pemeriksaan Diagnostik
Darah lengkap: Leukositosis sedang (akut).
Bilirubin dan amilase serum: Meningkat.
Enzim hati serum-AST (SGOT): ALT (SGPT); LDH; agak meningkat alkaline fosfat dan 5-
nukletiase; Di tandai obstruksi bilier.
Kadar protrombin: Menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan absorbsi
vitamin K.
Ultrasound: Menyatakan kalkuli, dan distensi kandung empedu dan/atau ductus empedu
(sering merupakan prosedur diagnostik awal).
Kolangeopankreatografi retrograd endeskopik: Memperlihatkan percabangan bilier dengan
kanualasi duktus koledukus melalui deudenum.
Kolangiografi transhepatik perkutaneus: Pembedaan gambaran dengan flouroskopi anatara
penyakit kantung empedu dan kanker pankreas ( bila ekterik ada ).
Kolesistogram (untuk kolositisis kronis): Menyatakan batu pada sistem empedu. Catatan:
kontraindikasi pada kolesititis karena pasien terlalu lemah untuk menelan zat lewat mulut.
Skan CT: Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu, dan
membedakan anatara ikterik obstruksi/non obstruksi.
Skan hati (dengan zat radioaktif): Menunjukan obstruksi percabangan bilier.
Foto abdomen (multiposisi): Menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu empedu,
kalsifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu.
Foto dada: Menunjukan pernapasan yang menyebabkan penyebaran nyeri.

I. Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan pendukung dan diet
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan
istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah harus
ditunda sampai gejala akut mereda dan evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika
kondisi pasien memburuk.(Smeltzer, 2002)
Manajemen terapi :
1)      Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
2)      Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
3)      Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign
4)      Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok.
5)      Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati)
b. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pelarutan batu empedu Pelarutan batu empedu dengan bahan pelarut (misal : monooktanoin
atau metil tertier butil eter/MTBE) dengan melalui jalur : melalui selang atau kateter yang
dipasang perkutan langsung kedalam kandung empedu; melalui selang atau drain yang
dimasukkan melalui saluran T Tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat
pembedahan; melalui endoskop ERCP; atau kateter bilier transnasal.
a. Pengangkatan non bedah
Beberapa metode non bedah digunakan untuk mengelurkan batu yang belum terangkat pada
saat kolisistektomi atau yang terjepit dalam duktus koledokus. Prosedur pertama sebuah kateter
dan alat disertai jaring yang terpasang padanya disisipkan lewat saluran T Tube atau lewat
fistula yang terbentuk pada saat insersi T Tube; jaring digunakan untuk memegang dan menarik
keluar batu yang terjepit dalam duktus koledokus. Prosedur kedua adalah penggunaan endoskop
ERCP. Setelah endoskop terpasang, alat pemotong dimasukkan lewat endoskop tersebut ke
dalam ampula Vater dari duktus koledokus. Alat ini digunakan untuk memotong serabut-serabut
mukosa atau papila dari spingter Oddi sehingga mulut spingter tersebut dapat diperlebar;
pelebaran ini memungkinkan batu yang terjepit untuk bergerak dengan spontan kedalam
duodenum. Alat lain yang dilengkapi dengan jaring atau balon kecil pada ujungnya dapat
dimsukkan melalui endoskop untuk mengeluarkan batu empedu. Meskipun komplikasi setelah
tindakan ini jarang terjadi, namun kondisi pasien harus diobservasi dengan ketat untuk
mengamati kemungkinan terjadinya perdarahan, perforasi dan pankreatitis.
ESWL (Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy) Prosedur noninvasiv ini menggunakan
gelombang kejut berulang (Repeated Shock Wave) yang diarahkan pada batu empedu didalam
kandung empedu atau duktus koledokus dengan maksud memecah batu tersebut menjadi
beberapa sejumlah fragmen.(Smeltzer, 2002)
c.       Penatalaksanaan bedah
Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedu dilaksanakan untuk
mengurangi gejala yang sudah berlangsung lama, untuk menghilangkan penyebab kolik bilier
dan untuk mengatasi kolesistitis akut. Pembedahan dapat efektif jika gejala yang dirasakan
pasien sudah mereda atau bisa dikerjakan sebagai suatu prosedur darurat bilamana kondisi psien
mengharuskannya
Tindakan operatif meliputi
1)      Sfingerotomy endosokopik
2)      PTBD (perkutaneus transhepatik bilirian drainage)
3)      Pemasangan “T Tube ” saluran empedu koledoskop
4)      Laparatomi kolesistektomi pemasangan T Tube
Penatalaksanaan pra operatif :
1)      Pemeriksaan sinar X pada kandung empedu
2)      Foto thoraks
3)      Ektrokardiogram
4)      Pemeriksaan faal hati
5)      Vitamin k (diberikan bila kadar protrombin pasien rendah)
Terapi komponen darah. Penuhi kebutuhan nutrisi, pemberian larutan glukosa scara
intravena bersama suplemen hidrolisat protein mungkin diperlikan untuk membentu kesemb
uhan luka dan mencegah kerusakan hati.

Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang-
timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak.
Pilihan penatalaksanaan antara lain:
a) Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga kolelitiasis
simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera duktus
biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur
ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik
biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
b) Kolesistektomi laparaskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut.
Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedah mulai melakukan
prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien dengan batu duktus
koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan ini dibandingkan prosedur konvensional
adalah dapat mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien
dapat cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang
belum terpecahkan adalah kemanan dari prosedur ini, berhubungan dengan insiden
komplikasi 6r seperti cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering
selama kolesistektomi laparaskopi.
c) Disolusi medis
Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan adalah angka
kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat disolusi hanya memperlihatkan
manfaatnya untuk batu empedu jenis kolesterol. Penelitian prospektif acak dari asam
xenodeoksikolat telah mengindikasikan bahwa disolusi dan hilangnnya batu secara
lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan, kekambuhan batu tejadi pada 50%
pasien.
d) Disolusi kontak
Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten (metil-ter-butil-
eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter yang diletakkan per kutan telah
terlihat efektif dalam melarutkan batu empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur ini
invasif dan kerugian utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5
tahun).
e) Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)
Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat pad saat ini
memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas pada pasien yang telah benar-benar
dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini.
f) Kolesistotomi
Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan di samping tempat
tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang bermanfaat, terutama untuk pasien
yang sakitnya kritis.

J. Pengkajian
Data pengkajian menurut (Doengoes, Moorhouse, & Murr, 2010):

ASPEK TANDA GEJALA


Aktivitas/ □ Gelisah □ Kelemahan
istirahat
Sirkulasi □ Takikardi -
□ Berkeringat
Eliminasi □ Distensi abdomen □ Perubahan warna urin dan feses
□ Teraba masa pada kuadran
kanan atas
□ Urine gelap, pekat
□ Feses waran tanah
liat,steatorea
Makanan/ □ Kegemukan □ Anoreksia, mual/muntah
cairan
□ Adanya penurunan berat □ Tidak toleraran terhadap lemak dan makanan
badan “pembentukan gas” regurgitasi berulang
□ Nyeri epigastrium
□ Tidak dapat makan
□ Flatus
□ Dispepsia.
□ Bertahak.

Nyeri/ □ Nyeri lepas, otot tegang □ Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar
kenyamanan atau kaku biala kuadran kepunggung atau bahu kanan.
kanan atas ditekan; tanda □ Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan
murphy positif makan.
□ Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak
dalam 30 menit

Pernapasan □ Peningkatan frekuensi -


pernapasan.
□ Pernapasan tertekan
ditandai oleh napas
pendek, dangakal

Keamanan □ Demam, menggigil -


□ Ikterik, dengan kulit
berkeringat dan gtal
(Pruiritus)
□ Kecenderungan
perdarahan (kekurangan
vitamin K)

Penyuluhan/ □ Pertimbangan: DRG □ Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu


pembelajara menunjukan rerata lama empedu.
n dirawat: 3,4 hari □ Adanya kehamilan/melahirkan; riwayat DM,
□ Rencana pemulangan: penyakit inflamasi usus, diskrasias darah
Memerlukan dukungan pemasukan berlebihan, kalsium atau vitamin
dalam perubahan
diet/penurunan berat
badan.
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005). Medical surgical nursing: Clinical management for positive
outcomes. 7th Ed. St. Louis: Elsevier, Inc.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Murr, A. C. (2010). Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patient care. 8th Ed.. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2004). Brunner & Suddart’s Textbook of medical-surgical
nursing.10th Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS

Tanggal Diagnosa
No Tujuan/ sasaran Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah diberikan Mandiri:
berhubungan dengan intervensi selama □ Observasi dan catat lokasi, Membantu membedakan
agen cedera biologis: 4x24 jam, klien akan: beratnya (skala 0-10) dan penyebab nyeri dan memberikan
obstruksi/spasme 1. Pasien akan karakter nyeri (menetap, informasi tentang kemajuan/
duktus, proses melapor bahwa hilang timbul, kolik) perbaikan penyakit, terjadinya
inflamasi, iskemia nyeri akan hilang. komplikasi dan keefiktifan
jaringan/nekrosis 2. Pasien akan intervensi
ditandai dengan menunjukkan
laporan nyeri, kolik penggunaan
□ Catat respon terhadap obat, Nyeri berat yang tidak hilang
bilier; wajah ketrampilan dan laporkan pada dokter dengan tindakan rutin dapat
menahan nyeri, relaksasi dan bila nyeri hilang menunjukkan terjadinya
perilaku berhati-hati; aktifitas hiburan komplikasi atau kebutuhan
respon otonomik sesuai indikasi terhadap intervensi lebih lanjut
(perubahan TD, untuk situasi □ Tingkatkan tirah baring,
nadi); fokus pada diri individual. biarkan pasien melakukan Tirah baring pada posisi fowler
sendiri; fokus posisi yang nyaman rendah menunjukkan tekanan
menyempit intraabdomen, namun pasien
akan melakukan posisi yang
menghilangkan nyeri secara
□ Gunakan sprei halus/katun; alamiah
cairan kalamin; minyak
mandi (Alpha keri);
Kompres dingin/lembab Menurunkan iritasi/kulit kering
sesuai indikasi dan sensasi gatal

□ Kontrol suhu lingkungan


Dingin pada sekitar ruangan
□ Ajarkan menggunakan membantu meminimalkan
tekhnik relaksasi, contoh ketidaknyamanan kulit
bimbingan imajinasi,
visualisasi, latihan napas Meningkatkan
dalam. berikan aktifatas istirahat,memusatkan kembali
senggang perhatian, meningkatkan koping

□ Sediakan waktu untuk


mendengar dan
mempertahankan kontak Membantu dalam menghilangkan
dengan pasien sering cemas dan memusatkan kembali
perhatian yang dapat
Kolaborasi: menghilangkan nyeri
□ Pertahankan status puasa,
masukkan/pertahankan
penghisapan NG sesuai
indikasi. Membuang sekret gaster yang
merangsang pengeluaran
□ Berikan obat sesuai koleosistoksin dan kontraksi
indikasi kandung empedu.

□ Siapkan untuk prosedur


pembedahan
Tanggal Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
2. Resiko tinggi Setelah diberikan □ Pertahankan masalah Memberikan informasi tentang
kekurangan volume intervensi selama haluaran akurat, perhatikan status cairan/volume sirkulasi
cairan berhubungan 4x24 jam, klien haluaran kurang dari dan kebutuhan pengantian
dengan penghisapan akan: masukan, peningkatan
gaster berlebihan, - Pasien akan berat berat jenis urine. Kaji
muntah, distensi, dan menunjukkan membram mukosa/kulit,
hipermotilitas gaster; keseimbangan nadi perifer dan pengisian
pembatasan masukan cairan adekuat kapiler
secara medis; dibuktikan oleh Muntah berkepanjangan, aspirasi
gangguan proses tanda vital stabil, gaster, dan pembatasan
pembekuan membrane
□ Awasi tanda/gejala
pemasukan oral dapat
mukosa lembab, peningkatan berlanjutnya menimbulkan deficit natrium,
turgor kulit baik, mual/muntah,kram kalium dan klorida
pengisien kapiler abdomen, kelemahan,
baik, secara kejang ringan, kecepatan
individu jantung tak teratur,
mengeluarkan parestesia hipoaktif atau
urine cukup dan takadanya bising usus,
tak ada muntah defresi pernafasan Menurunkan rangsangan pada
pusat muntah
□ Hindarkan dari lingkungan
yang berbau
Menurunkan kekeringan
□ Lakukan kebersihan oral membrane mukosa, menurunkan
dengan pencuci mulut; resiko pendarahan oral
berikan minyak
Menurunkan trauma, resiko
□ Gunakan jarum kecil perdarahan/ pembentukan
hematoma
untuk injeksi dan
melakukan tekanan pada
bekas suntikan lebih lama
dari biasanya
Protombin darah menurunkan
□ Pantau adanya perdarahan dan waktu koagulasi memanjang
yang tak biasanya,contoh bila aliran empedu terhambat,
perdarahan terus menerus meningkatkn resiko perdarahan /
pada sisi injeksi, mimisan, hemoragi
perdarahan
gusi,ekimosis,petikie,
hematemesis /melena

Kolaborasi:
Menurunkan sekresi dan
□ Pertahankan pasien puasa
mortilitas gaster
sesuai keperluan
Memberikan istirahat pada waktu
□ Masukkan selang NG, GI
hubungkan ke penghisap
dan pertahankan patensi
sesuai indikasi

□ Berikan antimietik,contoh Menurunkan mual dan mencegah


proklorperazin(compazine) muntah

□ Kaji ulang pemeriksaan Membantu dalam evaluasi


volume sirkulasi,
laborotorium contoh mengidentifikasi deficit dan
Ht/Hb; elektrolit; mempengaruhi pilihan intervensi
GDA(pH); waktu atau penggantian/ koreksi
pembekuan
Mempertahankan volume
□ Berikan cairan IV, sirkulasi dan memperbaiki
elektrolit dan vitamin K ketidakseimbangan.
No. Tanggal Diagnosa Tujuan/ sasaran Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
3. Resiko tinggi Setelah diberikan Mandiri :
perubahan nutrisi intervensi selama □ Kaji distensi abdomen, Tanda non vernal
kurang dari 4x24 jam, klien akan: sering berdahak, berhati- ketidaknyamanan berhubungan
kebutuhan tubuh - Pasien akan hati, menolak bergerak dengan gangguan pencernaan,
berhubungan melaporkan mual nyeri gas
dengan mual muntah hilang.
muntah, dyspepsia, - Pasien akan
□ Perkirakan atau hitung
Mengidentifikasi kekurangan/
nyeri, gangguan menunjukkan pemasukan kalori. Jaga kebutuhan nutrisi. Berfokus pada
pencernaan lemak kemajuan komentar tentang nafsu masalah membuat suasana
sehubungan dengan mencapai berat makan sampai minimal negative dan mempengaruhi
obstruksi aliran badan atau masukan
empedu mempertahankan □ Timbang BB sesuai
berat badan indikasi Mengawasi keefektifan rencana
individu yang diet
tepat. □ Konsul tentang
kesukaan/ketidaksukaan
pasien, makanan yang Melibatkan pasien dalam
menyebabkan distres, dan perencanaan, memapukan pasien
jadwal makan yang memiliki rasa kontrol dan
disukai mendorong untuk makan

□ Berikan suasana
menyanangkan pada saat Untuk meningkatkan nafsu
makan, hilangkan makan/ menurunkan mual
rangsangan berbau

□ Berikan kebersihan oral


sebelum makan Mulut yang bersih meningkatkan
nafsu makan
□ Tawarkan minuman
seduhan saat makan, bila Dapat mengurangi mual dan
toleran menghilangkan gas. Catatan :
Mungkin dikontraindikasikan
bila menyebabkan pembentukan
gas/ ketidaknyamanan gaster

Membantu dalam mengeluarkan


□ Ambulasi dan tingkatkan
flatus, penurunan distensi
aktivitas sesuai toleransi abdomen. Mempengaruhi
penyembuhan dan rasa sehat dan
menurunkan kemungkinan
masalah sekunder sehubungan
dengan imobilisasi (contoh:
pneumonia, tromboplebitis)
Kolaborasi:
□ Konsul dengan ahli Berguna dalam membuat
diet/tim pendukung nutrisi kebutuahn nutrisi individual
sesuai indikasi melalui rute yang paling tepat

□ Mulai diet cair rendah Pembatasan lemak menurunkan


lemak setelah selang NG rangsangan pada kandung
dilepas empedu dan nyeri sehubungan
dengan tidak semua lemak
dicerna dan berguna dalam
mencegah kekambuhan
□ Tambahkan diet sesuai
Memenuhi kebutuhan nutrisi dan
toleransi, biasanya rendah meminimalkan rangsangan pada
lemak, tinggi serat, batasi kandung empedu
makanan penghasil gas
(contoh bawang, kol
jagung) dan
makanan/minuman tinggi
lemak (contoh mentega,
makanan gorengan,
kacang)

□ Berikan garam empedu Meningkatkan pencernaan dan


contoh Biliron; Zanchol; absorbs lemak, vitamin larut
asam dehidrokolik dalam lemak, kolesterol. Berguna
(Decholin) sesuai indikasi pada kolesisitas kronis

Memberikan informasi tentang


□ Awasi pemeriksaan
kekurangan nutrisi/ keefektifan
laboratorium, contoh terapi
BUN, albumin/protein
serum, kadar transverin

□ Berikan dukungan nutrisi Makanan pilihan diperlukan


total sesuai kebutuhan tergantung pada derajat
ketidakmampuan/ kerusakan
kandung empedu dan kebutuhan
istirahat gaster yang lama

Anda mungkin juga menyukai