Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan

( cholelithiasis )

DOSEN PENGAMPU :
Tri Mustikowati SKp. MKep

Di Susun Oleh :
Nadira Rihadatul Aisy

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2022
1. Anatomi dan Fisiologi

Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu,


biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus
kistik, menyebabkan distensi kandung empedu. Kandung empedu
merupakan kantong berongga berbentuk pir yang terletak tepat di
bawahlobus hati.

Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran
empeduyang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu
membentuk dua saluran yang lebihbesar yang keluar dari permukaan
bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yangsegera bersatu
duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan duktus
sistikusmembentuk duktus koledokus.

Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan


memekatkan empedu. Kandungempedu mampu menyimpan sekitar
40-60 ml empedu. Empedu hati tidak dapat segera masukke duodenum,
akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk
ke duktussistikus dan ke kandung empedu.

Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan pembuluhdarah


mengabsorpsi air dan garam-garam anorganik, sehingga empedu
dalam kandungempedu kira-kira 5 kali lebih pekat dibandingkan
empedu hati. Secara berkala kandungempedu mengosongkan
isinya ke dalam duodenum.
Ketika makanan masuk ke dalamduodenum akan terjadi
kontraksi kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi
yangmemungkinkan empedu mengalir masuk ke dalam
intestinum Empedu dibentuk secara terus-menerus oleh hepatosit dan
dikumpulkan dalam kanalikulus serta saluran empedu.

Empedu tersusun dari air dan elektrolit, seperti natrium, kalium,kalsium,


klorida serta bikarbonat, dan juga mengandung beberapa substansi seperti
lesitin,kolesterol, bilirubin, serta garam-garam empedu.

Empedu dikumpulkan dan disimpan dalam kandung empedu untuk


kemudian dialirkan ke dalam intestinum jika diperlukan
bagipencernaan. Fungsi empedu adalah ekskretorik seperti
ekskresi bilirubin dan sebagaipembantu proses pencernaan
melalui emulsifikasi lemak oleh garam-garam empedu.

2. DEFINISI DAN ETIOLOGI PENYAKIT

Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu


ini mungkin terdapatdalam kandung empedu (cholecystolithiasis)
atau dalam ductus choledochus(choledocholithiasis). Kolelitiasis
(kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaandimana
terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang
memilikiukuran, bentuk dan komposisi yang bervariasi.

Kolelitiasis (kalkulus/kalkuli, batu empedu)biasanya terbentuk dalam


kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairanempedu;
batu empedu memiliki ukuran, bentuk, dan komposisi yang sangat
bervariasi. Cholelithiasis yaitu adanya pembentukan batu dalamkandung
empedu.

Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat ditarikkesimpulan


bahwa kolelitiasis adalah pembentukan batu dalam kandung empedu,
dibuat olehkolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran yang memiliki
ukuran, bentuk, dan komposisiyang bervariasi.

Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu


di golongkan atasdua golongan, yaitu:
a.) Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih
dari 70% kolesterol.Sebagian besar kasus batu empedu karena batu
kolesterol. Kolesterol merupakan unsurnormal pembentuk empedu
bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung padaasam-
asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang
cenderungmenderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis
asam empedu dan peningkatansintesis kolesterol dalam hati. Keadaan
ini mengakibatkan supersaturasi getah empeduoleh kolesterol yang
kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu
Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi
untuk timbulnyabatu empedu dan berperan sebagai iritan yang
menyebabkan peradangan dalam kandungempedu

b.) Batu pigmen


Sepertiga pasien yang mengalami batu empedu terbentuk
karena batu pigmen. Batu pigmen kemungkinan akan terbentuk bila
pigmen yang tidak terkonjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi
(pengendapan) sehingga terjadi batu. Risiko terbentuknya batu semacam
ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis, dan infeksi percabangan
bilier, dimana terbentuknya bilirubin yang berlebihan. Batu ini dapat
terjadi akibat factor :

- Statis. Karena adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan
parasit.
- Infeksi saluran empedu seperti Escherichia coli, maka kadar enzim ß-
glukoronidase.

yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi bilirubin


bebas dan asamglukoronat. Kemudian kalsium mengikat blirubun
menjadi kalsium bilirubinat yangtidak larut. Batu pigmen trdiri dari dua
macam, yaitu :

 Batu kalsium bilirubinan (pigmen coklat)


Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandungkalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Bentuk lebih
besar, berlapis-lapis,ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai
bendungan dan infeksi.
 Batu pigmen hitam
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk
dan kayaakan sisa zat hitam yang tak terekstraksi. Terbentuk di dalam
kandung empedudan disertai hemolisis kronik/ sirosis hati tanpa infeksi.

3. MANIFESTASI KLINIS
- Gejala kolesistitis akut: nyeri hebat mendadak pada
epigastrium atau abdomenkuadran kanan atas, nyeri dapat menyebar ke
punggung dan bahu kanan, nausea danmuntah, nyeri dapat berlangsung
selama berjam-jam atau dapat kambuh kembali,nyeri dapat ditemukan
di atas kandung empedu bila nyeri mereda.
- Gejala kolesistitis kronis: mirip dengan gejala kolesistitis akut, tetapi
beratnya nyeridan tanda-tanda fisiknya kurang nyata; pasien
sering memiliki riwayat dispepsia,intoleransi lemak, nyeri ulu hati,
atau flatulen yang belangsung lama.

- Rasa nyeri dan kolik bilier. Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu
empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi.
Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada
abdomen. Pasien dapat mengalami kolik biler disertai nyeri hebat pada
abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu
kanan; rasa nyeri biasanya disertai rasa mual dan muntah dan bertambah
hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan makanan dalam porsi
besar.
Pada sebagian pasien, rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten.
Serangan kolikbilier disebabkan karena kontraksi kandung empedu yang
tidak dapat mengalirkanempedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh
batu.
Saat distensi, bagian funduskandung empedu akan menyentuh dinding
abdomen pada daerah kartilago dan sepuluh kanan. Sentuhan tersebut
menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika
pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan
rongga dada.
- Ikterus. Empedu tidak dapat mengalir secara normal ke dalam usus
tetapi mengalirbalik ke dalam hati, sehingga empedu akan diserap
kembali ke dalam darah dandibawa ke seluruh tubuh dengan
menimbulkan perubahan warna kulit, sklera, danmembran mukosa
menjadi kuning.
- Perubahan warna urin dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal
akan membuaturine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi
diwarnai oleh pigmen empeduakan tampak kelabu, dan biasanya pekat
(clay-colored)
- Defisiensi vitamin. Obstruksi empedu mengganggu absorpsi vitamin A,
D, E, dan Kyang larut dalam lemak. Pasien dapat memperlihatkan gejala
defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berjalan lama.
Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.

4. PATOFISIOLOGI
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan
berdasarkanbahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigment dan batu
campuran. Lebih dari90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol) atau batucampuran (batu yang mengandung 20-
50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenispigmen, yang mana
mengandung < 20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukanbatu
antara lain adalah keadaan statis kandung empedu, pengosongan kandung
empedu yangtidak sempurna dan konsentrasi kalsium dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang
terbentuk didalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam
empedu, lesitin dan fosfolipidmembantu dalam menjaga solubilitas
empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi(supersaturated) oleh
substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akanberkristalisasi
dan membentuk nidus untuk pembentukan batu.
Kristal yang yang terbentukterbak dalam kandung empedu,
kemuadian lama-kelamaan kristal tersubut bertambahukuran,beragregasi,
melebur dan membetuk batu. Faktor motilitas kandung empedu, biliarystasis,
dan kandungan empedu merupakan predisposisi pembentukan batu empedu-
empedu.

5. KOMPLIKASI
- Infeksi kandung empedu (kolesistisis)
- Obstruksi duktus sistikus atau duktus koledokus
- Peritonitis atau ruptur dinding kandung empedu, yang dapat disebabkan
karena batumenembus dinding kandung empedu sehingga menyebabkan
peradangan hebat.

6. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu
sembuh denganistirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan
antibiotik. Intervensi bedahharus ditunda sampai gejala akut mereda dan
evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan,kecuali jika kondisi pasien
memburuk
Manajemen terapi :
1) Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
2) Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
3) Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign
4) Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok.
5) Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati)

b. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan


Pelarutan batu empedu Pelarutan batu empedu dengan bahan
pelarut (misal :monooktanoin atau metil tertier butil eter/MTBE) dengan
melalui jalur : melalui selang ataukateter yang dipasang perkutan langsung
kedalam kandung empedu; melalui selang ataudrain yang dimasukkan
melalui saluran T Tube untuk melarutkan batu yang belumdikeluarkan
pada saat pembedahan; melalui endoskop ERCP; atau kateter bilier transnasal.

c. Pengangkatan non bedah


Beberapa metode non bedah digunakan untuk mengelurkan batu yang
belum terangkatpada saat kolisistektomi atau yang terjepit dalam duktus
koledokus. Prosedur pertama sebuahkateter dan alat disertai jaring yang
terpasang padanya disisipkan lewat saluran T Tube ataulewat fistula yang
terbentuk pada saat insersi T Tube; jaring digunakan untuk memegang
danmenarik keluar batu yang terjepit dalam duktus koledokus.
Prosedur kedua adalah penggunaan endoskop ERCP. Setelah endoskop
terpasang, alat pemotong dimasukkan lewatendoskop tersebut ke dalam ampula
Vater dari duktus koledokus. Alat ini digunakan untukmemotong serabut-
serabut mukosa atau papila dari spingter Oddi sehingga mulut spingtertersebut
dapat diperlebar; pelebaran ini memungkinkan batu yang terjepit untuk
bergerakdengan spontan kedalam duodenum.
Alat lain yang dilengkapi dengan jaring atau balon kecilpada ujungnya
dapat dimsukkan melalui endoskop untuk mengeluarkan batu
empedu.Meskipun komplikasi setelah tindakan ini jarang terjadi,
namun kondisi pasien harusdiobservasi dengan ketat untuk mengamati
kemungkinan terjadinya perdarahan, perforasidan pankreatitis.
ESWL (Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy) Prosedur noninvasiv ini
menggunakangelombang kejut berulang (Repeated Shock Wave) yang
diarahkan pada batu empedudidalam kandung empedu atau duktus
koledokus dengan maksud memecah batu tersebutmenjadi beberapa sejumlah
fragmen.
D. Penatalaksanaan bedah
Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedu
dilaksanakan untukmengurangi gejala yang sudah berlangsung lama, untuk
menghilangkan penyebab kolik bilierdan untuk mengatasi kolesistitis akut.
Pembedahan dapat efektif jika gejala yang dirasakanpasien sudah mereda atau
bisa dikerjakan sebagai suatu prosedur darurat bilamana kondisipsien
mengharuskannya.
Tindakan operatif meliputi :
1) Sfingerotomy endosokopik
2) PTBD (perkutaneus transhepatik bilirian drainage)
3) Pemasangan “T Tube ” saluran empedu koledoskop
4) Laparatomi kolesistektomi pemasangan T Tube
Penatalaksanaan pra operatif :
1) Sfingerotomy endosokopik
2) PTBD (perkutaneus transhepatik bilirian drainage)
3) Pemasangan “T Tube ” saluran empedu koledoskop
4) Laparatomi kolesistektomi pemasangan T Tube
Terapi komponen darah. Penuhi kebutuhan nutrisi, pemberian larutan
glukosa scaraintravena bersama suplemen hidrolisat protein mungkin
diperlikan untuk membentukesemb uhan luka dan mencegah kerusakan hati.
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan.
Nyeri yanghilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari
atau mengurangi makananberlemak.
Pilihan penatalaksanaan antara lain :
a) Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga
kolelitiasissimtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang
dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien.
Angka mortalitas yang dilaporkan untukprosedur ini kurang dari 0,5%.
Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris
rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.

b) Kolesistektomi laparaskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya
kolesistitisakut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli
bedah mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut
dan pasien dengan batuduktus koledokus. Secara teoritis keuntungan
tindakan ini dibandingkan prosedur konvensional adalah dapat
mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan,
pasien dapat cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan
perbaikan kosmetik.

c) Disolusi medis
Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan
adalah angkakekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan.
Zat disolusi hanyamemperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu
jenis kolesterol. Penelitian prospektifacak dari asam xenodeoksikolat
telah mengindikasikan bahwa disolusi danhilangnnya batu secara
lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan,kekambuhan
batu tejadi pada 50% pasien.

d) Disolusi kontak
Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten
(metil-ter-butil-eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter
yang diletakkan perkutan telah terlihat efektif dalam melarutkan batu
empedu pada pasien-pasien tertentu.Prosedur ini invasif dan kerugian
utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi(50% dalam 5 tahun)

e) Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)


Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-
manfaat pad saatini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas
pada pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani
terapi ini.

f) Kolesistotomi
Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan di
samping tempattidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang
bermanfaat, terutama untuk pasienyang sakitnya kritis.

2. Konsep Asuhan Keperawatan

7. PENGKAJIAN
Pasien biasanya mengalami ketidaknyamanan setelah makan, terkadang terdapat
mual dan muntah, perut kembung, dan meningkatnya suhu tubuh. Setelah
jangka waktu beberapa bulan atau tahun, gejala yang timbul secara progresif
semakin berat. Gejala umum yang muncul adalah nyeri di kuadran kanan atas
abdomen yang dapat menyebar sampai skapula kanan,yang disebut kolik bilier.
Nyeri biasanya muncul tiba-tiba, dengan durasi kurang dari satusampai enam
jam. Jika aliran empedu terobstruksi, pasien biasanya memiliki feses berwarna
pucat dan urine yang berwarna pekat. Pengkajian post-op difokuskan pada
status pernapasan pasien. Biasanya pasien dengan penyakit kandung
empedu menjalani tindakan pembedahan untuk menangani masalah. Insisi
abdomen yang diperlukan saat proses pembedahan dapat memengaruhi
gerakan penuh pernapasan. Riwayat merokok atau masalah pernapasan
sebelumnya perlu diperhatikan. Catatadanya respirasi dangkal, batuk
persisten atau tidak efektif, dan adanya suara napas tambahan.
Mengevaluasi status nutrisi melalui anamnesis riwayat diet, pemeriksaan
umum,dan pemantauan hasil-hasil laboratorium yang didapat sebelumnya .

Pengkajian Fisik Abdomen?

Anamnesis :
- Kaji keluhan utama (karakteristik nyeri dan tanda/gejala menggunakan
PQRST)
- Kaji pola eliminasi dan kaji adanya nyeri perut, mual dan/atau muntah,
anoreksia,disfagia, diarre, konstipasi, distensi abdomen, peningkatan BAB,
peningkatan buangangin, disuria dan/atau nocturia
- Kaji riwayat kesehatan masa lalu terkait abdomen-kelainan tertentu, termasuk
operasidan penyakit menular
- Kaji riwayat sosial

Inpeksi :
Pembagian abdomen:
4 kuadran abdomen
9 region abdomen

Hypochondriac kanan: kolonasenden, kandung empedu, lobuskanan


hati, ginjal kanan, sebagianduodenum, kolon transversum.
Epigastric: ujung pyloric, sebagianhati, pankreas, kelenjar
adreanalkanan dan kiri, ginjal kanan dan kiri,duodenum, limpa, kolon
transversum.
Hypochondriac kiri: kolon desenden, ginjal kiri, hati, pankreas, usus halus,
limpa,kolon transversum, lambung.
Lumbar kanan: kolon asenden, kandung empedu, hati, bagian bawah ginjal
kanan,sebagian duodenum dan jejunum.
Umbilikal: omentum, mesentery, kolon treansversum, bagian distal
duodenum,jejunum, ileum.
Lumbar kiri: kolon desenden, bagian bawah ginjal kiri, sebagian jejunum
danileum.
Iliaka kanan: cecum, apendiks, bagian distal ileum, ureter kanan, ovarium
kanan.
Hypogastric: ileum, kandung kemih.
Iliaka kiri: kolon sigmoid, ureter kiri, ovarium kiri.

- Inspeksi area abdomen untuk melihat: kontur, simetri, pigmentasi


dan warna,pemisahan otot rektus abdominis, guratan atau striae, tanda-tanda
trauma, gerakanpernapasan, gerakan peristaltik, letak umbilicus.

Auskultasi
- Auskultasi abdomen di empat kuadran untuk mendengar bising usus,
mencatatfrekuensi, pitch, dan kualitas. Menempatkan diafragma
stetoskop pada dindingabdomen yang dimulai dari kuadran kanan bawah
.- Bising usus normalnya terdengar antara 5 sampai 30 kali per menit.

Perkusi
- Dimulai dari kuadran kanan bawah, bergerak ke atas kemudian kuadran kiri
atas danturun ke kuadaran kiri bawah.
- Perkusi dilakukan untuk menentukan batas letak organ
- Suara timpani normalnya terdengar karena adanya udara dalam labung
dan usus.Suara bernada tinggi dengan durasi panjang.
- Suara redup normalnya terdengar pada hati atau kanding kemih yang
mengalamidistensi. Suara redup juga terdengar di atas organ padat atau massa.
- Normalnya letak hati adalah antara 6 dan 12 cm pada midklavikula kanan.
- Perkusi kandung kemih dilakukan dari simfisis pubis ke atas sampai umbilicus
Palpasi
- Dilakukan untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau massa.
- Palpasi dangkal: dilakukan dengan menggunakan tekanan dengan berat jari
tangan.Gerakan jari melingkar dan tekan ke bawah sedalam 1 cm.
- Palpasi dalam: dilakukan dengan meletakkan telapak tangan dan buku tangan
untukmenekan abdomen dengan kedalaman 4-5 cm.
- Palpasi bimanual: dilakukan dengan menggunakan kedua belah jari tangan
kanan dankiri sekaligus, memposisikan ujung-ujung jari pada tepi
organatau benjolan yang diperiksa.

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Problem :
-Nyeri akut
-Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-Risiko kekurangan volume cairan.
-Kehilangan volume cairan secara aktif
-Kehilangan volume cairan melalui rute normal

Etiologi:
-Obstruksi Ikterik
-Mual dan muntah
-Faktor resiko
Symptoms:
Peningkatan TTV
Perubahan nafsu makan
Tidak bisa tidur atau menangis
Fokus yang menyempit
Posisi tubuh untuk mengurangi nyeri
Dilatasi pupil
Focus terhadap dirisendiri
Ungkapan rasa sakit

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosis:
-Nyeri akut
-Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

NOC:
-Level nyeri
Nyeri yang dirasakan berkurang dari level moderate ke ringan
Durasi nyeri berkurang dari level moderate keringan
Diaforesis berkurang dari level moderate keringan

Kontrol nyeri;
Pasien dapatmengidentifikasi onset nyeri
Pasien dapatmenggunakan tekniknon analgesic untukmengurangi nyeri
Pasien mendapatkanobat analgesik sesuaikebutuhan
Status nutrisi;
Status nutrisi membaik
Intoleransi makanan berkurang
Mual muntah berkurang
BB dapat bertambah

NIC :
-Manajemen nyeri
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Kaji ketidaknyamanan yang terlihat secara nonverbal
Ajarkan manajemen nyeri nonfarmakologis bagipasien
Edukasi penggunaan obat-obatan untuk mengatasi nyeri.
Monitor tanda tanda vital pasien.
Edukasi penggunaan obat-obatan untuk mengatasinyeri.
Monitor tanda tanda vital pasien
Mengkaji pengetahuan klien terkait nyeri serta pengaruh kebudayaan
klien terkait ungkapan rasa nyeri.
Eksplorasi bersama klien faktor yang dapat menambah atau mengurangi nyeri
Anjurkan makanansedikit tapi sering
Anjurkan minum-minuman hangat

Kolaborasi;
-Pemberian obat ondansentron untuk mencegah mual dan muntah

Anda mungkin juga menyukai