( cholelithiasis )
DOSEN PENGAMPU :
Tri Mustikowati SKp. MKep
Di Susun Oleh :
Nadira Rihadatul Aisy
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2022
1. Anatomi dan Fisiologi
Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran
empeduyang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu
membentuk dua saluran yang lebihbesar yang keluar dari permukaan
bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yangsegera bersatu
duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan duktus
sistikusmembentuk duktus koledokus.
- Statis. Karena adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan
parasit.
- Infeksi saluran empedu seperti Escherichia coli, maka kadar enzim ß-
glukoronidase.
3. MANIFESTASI KLINIS
- Gejala kolesistitis akut: nyeri hebat mendadak pada
epigastrium atau abdomenkuadran kanan atas, nyeri dapat menyebar ke
punggung dan bahu kanan, nausea danmuntah, nyeri dapat berlangsung
selama berjam-jam atau dapat kambuh kembali,nyeri dapat ditemukan
di atas kandung empedu bila nyeri mereda.
- Gejala kolesistitis kronis: mirip dengan gejala kolesistitis akut, tetapi
beratnya nyeridan tanda-tanda fisiknya kurang nyata; pasien
sering memiliki riwayat dispepsia,intoleransi lemak, nyeri ulu hati,
atau flatulen yang belangsung lama.
- Rasa nyeri dan kolik bilier. Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu
empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi.
Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada
abdomen. Pasien dapat mengalami kolik biler disertai nyeri hebat pada
abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu
kanan; rasa nyeri biasanya disertai rasa mual dan muntah dan bertambah
hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan makanan dalam porsi
besar.
Pada sebagian pasien, rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten.
Serangan kolikbilier disebabkan karena kontraksi kandung empedu yang
tidak dapat mengalirkanempedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh
batu.
Saat distensi, bagian funduskandung empedu akan menyentuh dinding
abdomen pada daerah kartilago dan sepuluh kanan. Sentuhan tersebut
menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika
pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan
rongga dada.
- Ikterus. Empedu tidak dapat mengalir secara normal ke dalam usus
tetapi mengalirbalik ke dalam hati, sehingga empedu akan diserap
kembali ke dalam darah dandibawa ke seluruh tubuh dengan
menimbulkan perubahan warna kulit, sklera, danmembran mukosa
menjadi kuning.
- Perubahan warna urin dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal
akan membuaturine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi
diwarnai oleh pigmen empeduakan tampak kelabu, dan biasanya pekat
(clay-colored)
- Defisiensi vitamin. Obstruksi empedu mengganggu absorpsi vitamin A,
D, E, dan Kyang larut dalam lemak. Pasien dapat memperlihatkan gejala
defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berjalan lama.
Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.
4. PATOFISIOLOGI
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan
berdasarkanbahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigment dan batu
campuran. Lebih dari90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol) atau batucampuran (batu yang mengandung 20-
50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenispigmen, yang mana
mengandung < 20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukanbatu
antara lain adalah keadaan statis kandung empedu, pengosongan kandung
empedu yangtidak sempurna dan konsentrasi kalsium dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang
terbentuk didalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam
empedu, lesitin dan fosfolipidmembantu dalam menjaga solubilitas
empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi(supersaturated) oleh
substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akanberkristalisasi
dan membentuk nidus untuk pembentukan batu.
Kristal yang yang terbentukterbak dalam kandung empedu,
kemuadian lama-kelamaan kristal tersubut bertambahukuran,beragregasi,
melebur dan membetuk batu. Faktor motilitas kandung empedu, biliarystasis,
dan kandungan empedu merupakan predisposisi pembentukan batu empedu-
empedu.
5. KOMPLIKASI
- Infeksi kandung empedu (kolesistisis)
- Obstruksi duktus sistikus atau duktus koledokus
- Peritonitis atau ruptur dinding kandung empedu, yang dapat disebabkan
karena batumenembus dinding kandung empedu sehingga menyebabkan
peradangan hebat.
6. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu
sembuh denganistirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan
antibiotik. Intervensi bedahharus ditunda sampai gejala akut mereda dan
evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan,kecuali jika kondisi pasien
memburuk
Manajemen terapi :
1) Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
2) Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
3) Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign
4) Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok.
5) Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati)
b) Kolesistektomi laparaskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya
kolesistitisakut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli
bedah mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut
dan pasien dengan batuduktus koledokus. Secara teoritis keuntungan
tindakan ini dibandingkan prosedur konvensional adalah dapat
mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan,
pasien dapat cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan
perbaikan kosmetik.
c) Disolusi medis
Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan
adalah angkakekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan.
Zat disolusi hanyamemperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu
jenis kolesterol. Penelitian prospektifacak dari asam xenodeoksikolat
telah mengindikasikan bahwa disolusi danhilangnnya batu secara
lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan,kekambuhan
batu tejadi pada 50% pasien.
d) Disolusi kontak
Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten
(metil-ter-butil-eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter
yang diletakkan perkutan telah terlihat efektif dalam melarutkan batu
empedu pada pasien-pasien tertentu.Prosedur ini invasif dan kerugian
utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi(50% dalam 5 tahun)
f) Kolesistotomi
Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan di
samping tempattidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang
bermanfaat, terutama untuk pasienyang sakitnya kritis.
7. PENGKAJIAN
Pasien biasanya mengalami ketidaknyamanan setelah makan, terkadang terdapat
mual dan muntah, perut kembung, dan meningkatnya suhu tubuh. Setelah
jangka waktu beberapa bulan atau tahun, gejala yang timbul secara progresif
semakin berat. Gejala umum yang muncul adalah nyeri di kuadran kanan atas
abdomen yang dapat menyebar sampai skapula kanan,yang disebut kolik bilier.
Nyeri biasanya muncul tiba-tiba, dengan durasi kurang dari satusampai enam
jam. Jika aliran empedu terobstruksi, pasien biasanya memiliki feses berwarna
pucat dan urine yang berwarna pekat. Pengkajian post-op difokuskan pada
status pernapasan pasien. Biasanya pasien dengan penyakit kandung
empedu menjalani tindakan pembedahan untuk menangani masalah. Insisi
abdomen yang diperlukan saat proses pembedahan dapat memengaruhi
gerakan penuh pernapasan. Riwayat merokok atau masalah pernapasan
sebelumnya perlu diperhatikan. Catatadanya respirasi dangkal, batuk
persisten atau tidak efektif, dan adanya suara napas tambahan.
Mengevaluasi status nutrisi melalui anamnesis riwayat diet, pemeriksaan
umum,dan pemantauan hasil-hasil laboratorium yang didapat sebelumnya .
Anamnesis :
- Kaji keluhan utama (karakteristik nyeri dan tanda/gejala menggunakan
PQRST)
- Kaji pola eliminasi dan kaji adanya nyeri perut, mual dan/atau muntah,
anoreksia,disfagia, diarre, konstipasi, distensi abdomen, peningkatan BAB,
peningkatan buangangin, disuria dan/atau nocturia
- Kaji riwayat kesehatan masa lalu terkait abdomen-kelainan tertentu, termasuk
operasidan penyakit menular
- Kaji riwayat sosial
Inpeksi :
Pembagian abdomen:
4 kuadran abdomen
9 region abdomen
Auskultasi
- Auskultasi abdomen di empat kuadran untuk mendengar bising usus,
mencatatfrekuensi, pitch, dan kualitas. Menempatkan diafragma
stetoskop pada dindingabdomen yang dimulai dari kuadran kanan bawah
.- Bising usus normalnya terdengar antara 5 sampai 30 kali per menit.
Perkusi
- Dimulai dari kuadran kanan bawah, bergerak ke atas kemudian kuadran kiri
atas danturun ke kuadaran kiri bawah.
- Perkusi dilakukan untuk menentukan batas letak organ
- Suara timpani normalnya terdengar karena adanya udara dalam labung
dan usus.Suara bernada tinggi dengan durasi panjang.
- Suara redup normalnya terdengar pada hati atau kanding kemih yang
mengalamidistensi. Suara redup juga terdengar di atas organ padat atau massa.
- Normalnya letak hati adalah antara 6 dan 12 cm pada midklavikula kanan.
- Perkusi kandung kemih dilakukan dari simfisis pubis ke atas sampai umbilicus
Palpasi
- Dilakukan untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau massa.
- Palpasi dangkal: dilakukan dengan menggunakan tekanan dengan berat jari
tangan.Gerakan jari melingkar dan tekan ke bawah sedalam 1 cm.
- Palpasi dalam: dilakukan dengan meletakkan telapak tangan dan buku tangan
untukmenekan abdomen dengan kedalaman 4-5 cm.
- Palpasi bimanual: dilakukan dengan menggunakan kedua belah jari tangan
kanan dankiri sekaligus, memposisikan ujung-ujung jari pada tepi
organatau benjolan yang diperiksa.
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Problem :
-Nyeri akut
-Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-Risiko kekurangan volume cairan.
-Kehilangan volume cairan secara aktif
-Kehilangan volume cairan melalui rute normal
Etiologi:
-Obstruksi Ikterik
-Mual dan muntah
-Faktor resiko
Symptoms:
Peningkatan TTV
Perubahan nafsu makan
Tidak bisa tidur atau menangis
Fokus yang menyempit
Posisi tubuh untuk mengurangi nyeri
Dilatasi pupil
Focus terhadap dirisendiri
Ungkapan rasa sakit
Diagnosis:
-Nyeri akut
-Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC:
-Level nyeri
Nyeri yang dirasakan berkurang dari level moderate ke ringan
Durasi nyeri berkurang dari level moderate keringan
Diaforesis berkurang dari level moderate keringan
Kontrol nyeri;
Pasien dapatmengidentifikasi onset nyeri
Pasien dapatmenggunakan tekniknon analgesic untukmengurangi nyeri
Pasien mendapatkanobat analgesik sesuaikebutuhan
Status nutrisi;
Status nutrisi membaik
Intoleransi makanan berkurang
Mual muntah berkurang
BB dapat bertambah
NIC :
-Manajemen nyeri
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Kaji ketidaknyamanan yang terlihat secara nonverbal
Ajarkan manajemen nyeri nonfarmakologis bagipasien
Edukasi penggunaan obat-obatan untuk mengatasi nyeri.
Monitor tanda tanda vital pasien.
Edukasi penggunaan obat-obatan untuk mengatasinyeri.
Monitor tanda tanda vital pasien
Mengkaji pengetahuan klien terkait nyeri serta pengaruh kebudayaan
klien terkait ungkapan rasa nyeri.
Eksplorasi bersama klien faktor yang dapat menambah atau mengurangi nyeri
Anjurkan makanansedikit tapi sering
Anjurkan minum-minuman hangat
Kolaborasi;
-Pemberian obat ondansentron untuk mencegah mual dan muntah