Anda di halaman 1dari 8

Cara Mudah Membaca Komponen

SMD
 Uncategories  2017-09-19  159836

Komponen Surface Mounting Devices atau yang biasa dikenal dengan komponen SMD


merupakan komponen elektronika modern yang diproduksi menggunakan
metode Surface Mounting Technology (SMT). Komponen SMD pertama kali
dikembangkan pada tahun 1960-an dan mulai digunakan secara massal sejak tahun
1980-an hingga sekarang. Tujuan awal pengembangan komponen SMD yaitu untuk
menggantikan teknologi through-hole yang dianggap boros tempat dan kurang
efisien. Dengan hadirnya teknologi SMT, produsen dapat memangkas ukuran
komponen SMD berkali-kali lipat lebih kecil dibanding komponen through-hole,
namun dengan performa yang sama layaknya komponen through-hole.

Gambar 1.0 Komponen SMD


Komponen - komponen elektronika yang mengadopsi tipe mounting SMD umumnya
berupa resistor, kapasitor, induktor, IC, transistor, LED, dan beberapa komponen
elektronika lainnya. Untuk menginformasikan nilai komponen SMD, produsen
menggunakan kode - kode khusus yang biasanya dicetak pada permukaan atas
komponen.
Apakah arti dari kode - kode tersebut? Dan bagaimana cara membacanya? Mari kita
bahas satu per satu.

Cara Membaca Komponen SMD


1. Resistor
Secara garis besar, pengkodean resistor SMD dibagi menjadi 3 kategori, sistem tiga
digit, sistem empat digit, serta sistem EIA-96. Berikut penjelasan dari masing-masing
sistem pengkodean tersebut.
 1.1 Sistem Tiga Digit

Gambar 1.1 Sistem Pengkodean Tiga Digit


Pada sistem ini terdapat 3 digit angka yang berfungsi untuk mendeklarasikan nilai
komponen SMD. Angka pertama dan kedua merupakan bilangan numerik yang
menunjukan nilai resistansi sedangkan angka ketiga berfungsi sebagai faktor pengali
perpangkatan dari bilangan 10. Berikut ini adalah beberapa contoh pembacaan nilai
resistansi dari sistem pengkodean 3 digit.
Contoh:
1. 101 === 10 Ω x 101 = 100 Ω
2. 203 === 20 Ω x 103 = 20.000 Ω / 20 KΩ
3. 120 === 12 Ω x 100 = 12 Ω
4. 472 === 47 Ω x 102 = 4.700 Ω / 47 KΩ
5. 335 === 33 Ω x 105 = 3.300.000 Ω / 3.3 MΩ
Untuk nilai resistansi yang lebih kecil dari 10 Ω biasanya ditulis dengan
menambahkan huruf “R”. Huruf “R” mengindikasikan letak poin desimal pada nilai
resistansi. Misalnya suatu resistor memiliki kode 4R7, itu berarti resistor ini memiliki
nilai resistansi sebesar 4.7 Ω, reistor memiliki kode R05, berarti resistor memiliki
nilai resistansi 0.05 Ω, dan seterusnya.
 1.2 Sistem Empat Digit
Gambar 1.2 Sistem Pengkodean Empat Digit
Sistem ini memiliki mekanisme penghitungan yang sama persis dengan sistem tiga
digit, bedanya hanya terletak pada jumlah digit di depan faktor pengali. Berikut ini
contoh pembacaan nilai resistansi dengan sistem pengkodean empat digit.
Contoh:
1. 1002 === 100 Ω x 102 = 10.000 Ω / 10 KΩ
2. 2700 === 270 Ω x 100 = 270 Ω
3. 1473 === 147 Ω x 103 = 147.000 Ω / 147 KΩ
4. 2204 === 220 Ω x 104 = 2.200.000 Ω / 2.2 MΩ
5. 3201 === 320 Ω x 101 = 3.200 Ω / 3.2 KΩ
Sama halnya dengan sistem pengkodean tiga digit, untuk resistor dengan nilai
resistansi kecil biasanya disisipi huruf “R”. Misalnya sebuah resistor memiliki kode
3R70, berarti resistor tersebut memiliki nilai resistansi sebesar 3.70 Ω, 0R20 berarti
0.20 Ω, 6R01 berarti 6.01 Ω, dan seterusnya.
 1.3 Sistem EIA-96

Sistem pengkodean EIA-96 terdiri dari tiga digit kombinasi huruf dan angka. Dua
digit angka di depan menunjukkan nilai resistansi sedangkan sebuah huruf di
belakang menunjukkan faktor pengali. Pengkodean Jenis ini khusus digunakan untuk
menandai resistor dengan nilai toleransi 1%. Berikut cara membacanya.

Kode Nilai Kode Nilai Kode Nilai

01 100Ω 33 215Ω 65 464Ω

02 102Ω 34 221Ω 66 475Ω

03 105Ω 35 226Ω 67 487Ω

04 107Ω 36 232Ω 68 499Ω

05 110Ω 37 237Ω 69 511Ω

06 113Ω 38 243Ω 70 523Ω

07 115Ω 39 249Ω 71 536Ω

08 118Ω 40 255Ω 72 549Ω

09 121Ω 41 261Ω 73 562Ω

10 124Ω 42 267Ω 74 576Ω


Kode Nilai Kode Nilai Kode Nilai

11 127Ω 43 274Ω 75 590Ω

12 130Ω 44 280Ω 76 604Ω

13 133Ω 45 287Ω 77 619Ω

14 137Ω 46 294Ω 78 634Ω

15 140Ω 47 301Ω 79 649Ω

16 143Ω 48 309Ω 80 665Ω

17 147Ω 49 316Ω 81 681Ω

18 150Ω 50 324Ω 82 698Ω

19 154Ω 51 332Ω 83 715Ω

20 158Ω 52 340Ω 84 732Ω

21 162Ω 53 348Ω 85 750Ω

22 165Ω 54 357Ω 86 768Ω

23 169Ω 55 365Ω 87 787Ω

24 174Ω 56 374Ω 88 806Ω

25 178Ω 57 383Ω 89 825Ω

26 182Ω 58 392Ω 90 845Ω


Kode Nilai Kode Nilai Kode Nilai

27 187Ω 59 402Ω 91 866Ω

28 191Ω 60 412Ω 92 887Ω

29 196Ω 61 422Ω 93 909Ω

30 200Ω 62 432Ω 94 931Ω

31 205Ω 53 442Ω 95 953Ω

32 210Ω 64 453Ω 96 976Ω

Tabel 1 Tabel Nilai Resistansi EIA-96


Faktor Faktor
Kode Kode
Pengali Pengali

Z 0.001 C 100

Y/R 0.01 D 10.00

X/S 0.1 E 10.000

A 1 F 100.000

B/H 10    

Tabel 2 Tabel Faktor Pengali EIA-96


Contoh:
1. 09A === 121 Ω x 1 = 121 Ω ± 1%

2. 78C === 634 Ω x 100 = 63.400 Ω / 63.4 KΩ ± 1%

3. 40Y === 255 Ω x 0.01 = 2.55 Ω ± 1%

4. 17A === 147 Ω x 1 = 147 Ω ± 1%

5. 30Z === 200 Ω x 0.001 = 0.2 Ω ± 1%

2. Kapasitor Keramik
Gambar 2.0 Sistem Pengkodean Empat Digit
Sebagian besar kapasitor keramik SMD yang beredar di pasaran umumnya tidak
dilengkapi kode tercetak untuk menandakan nilai kapasitansinya. Namun terkadang
ada beberapa produsen yang menyertakan kode tersebut pada permukaan atas
komponen. Jika Anda menemukan kode tersebut, berikut cara membacanya.

Nilai Nilai Nilai


Kode Kode Kode
(pF) (pF) (pF)

A 1.0 M 3.0 Y 8.2

B 1.1 N 3.3 Z 9.1

C 1.2 P 3.6 a 2.5

D 1.3 Q 3.9 b 3.5

E 1.5 R 4.3 d 4.0

F 1.6 S 4.7 e 4.5

G 1.8 T 5.1 f 5.0

H 2.0 U 5.6 m 6.0

J 2.2 V 6.2 n 7.0


Nilai Nilai Nilai
Kode Kode Kode
(pF) (pF) (pF)

K 2.4 W 6.8 t 8.0

L 2.7 X 7.5 y 9.0

Tabel 3 Kode Nilai Kapasitansi Kapasitor SMD


Contoh:
1. E4 === 1.5 pF x 104 = 15.000 pF / 15 nF
2. S2 === 4.7 pF x 102 = 470 pF
3. R5 === 4.3 pF x 105 = 430.000 pF / 430 nF
4. KG3 === 1.8 pF x 103 = 1.800 pF / 1.8 nF (diproduksi oleh pabrik berinisial “K”)
5. AT1 === 5.1 pF x 101 = 51 pF (diproduksi oleh pabrik berinisial “A”)
3. Kapasitor Elektrolit

Gambar 3.0 Pengkodean Kapasitor Elektrolit


Secara umum nilai kapasitansi dari suatu kapasitor elektrolit dicetak dengan
menggunakan kombinasi satu digit huruf dan tiga digit angka. Berikut cara membaca
nilai kapasitansi dari kapasitor SMD.

Kode Tegangan Kode Tegangan

e 2.5 V D 20 V

G 4V E 25 V

J 6.3 V V 35V

A 10 V H 50 V
Kode Tegangan Kode Tegangan

C 16 V    

Tabel 4 Tabel Kode Tegangan Kapasitor Elektrolit


Contoh:
1. E572 === 57 pF x 102 = 5.700 pF / 5.7 nF @ 25 V
2. C475 === 47 pF x 105 = 4.700.000 pF / 4.7 µF @ 16 V
3. H103 === 10 pF x 103 = 10.000 pF / 10 nF @ 50 V
4. A204 === 20 pF x 104 = 200.000 pF / 200 nF
5. D211 === 21 pF x 101 = 210 pF
4. Induktor
Untuk menandakan nilai induktansi, produsen biasanya mencetak tiga digit kode
khusus pada permukaan atas induktor SMD. Berikut ini cara membaca kode pada
induktor SMD.

Gambar 4.0 Pengkodean Induktor SMD


Contoh:
1. 101 ===10 µH x 101 = 100 µH
2. 465 === 46 µH x 105 = 4.600.000 µH / 4.6 H
3. 273 === 27 µH x 106 = 27.000 µH / 27 mH
4. 3R3 === 3.3 µH (huruf “R” menunjukkan letak poin desimal)

5. 4R7 === 4.7 µH (huruf “R” menunjukkan letak poin desimal)

Nah.. Bagaimana teman-teman? Membaca nilai komponen SMD ternyata bukan


suatu hal yang sulit bukan??
Jangan bosan-bosan belajar elektronika ya.. ^_^
Sampai jumpa di artikel berikutnya..

Anda mungkin juga menyukai