Anda di halaman 1dari 14

KONSEP ARITMIA

Peradangan Jantung Gangguan Sirkulasi Koroner Intoksikasi obat-obatan Gangguan Elektrolit Gangguan Pengaturan System
Saraf Otonom
Lepasnya mediator nodus Suplai O2 untuk sel otot jantung Mengubah repolariasi sel otot
meyebabkan nekrotis sel otot Perubahan Permeabilitas
jantung terhadap Ion K Menurunnya aktivasi N vagus
jantung
menyebabkan aktivasi sel pacu
jantung SA Node menurun

Pengertian: Aritmia adalah berkurangnya efisiensi jantung yang Gangguan pembentukan Macam-macam aritmia :
terjadi bila kontraksi atrium hilang (fibrilasi atrium,AF). Aritmia Sinus takikardi, Sinus bradikardi, Komplek atrium premature,
atau penghantaran impuls
atau gangguan irama jantug adalah kelainan elektrofisiologi Takikardi atrium, Fluter atrium, Fibrilasi atriu, Komplek
jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan sistem konduksi jungsional premature, Irama jungsional, Takikardi ventrikuler
serta gangguan pembentukan dan penghantaran impuls. ARITMIA

B1 (Breathing) B2(Blood) B3 (Brain) B4 (Bone)

Curah Jantung Hipertensi dan Suplai O2 Jaringan dan Suplai O2 Jaringan


Gangguan Curah Jantung
Hipotensi Jantung menurun menurun
Menurun Ventrikel Kiri Menurun/
Meningkat
Iskemia Gangguan Metabolisme
Perubahan Irama Edema Paru
dan Bunyi napas Kerja Jantung
Suplai O2 jaringan
meningkat Lemah dan lelah
Sesak Napas menurun

Sesak Napas
Sianosis, Palpitasi MK: Nyeri Akut
MK: Penurunan Curah
Jantung
MK: Intoleransi Aktivitas
MK: Pola Napas Tidak Efektif MK: Ansietas
Pengertian: Aritmia adalah berkurangnya efisiensi jantung yang Komplikasi: terjadi jika aritmia membuat jantung tidak mampu
terjadi bila kontraksi atrium hilang (fibrilasi atrium,AF). Aritmia memompa darah secara efektif. Jika aritmia tidak segera
atau gangguan irama jantug adalah kelainan elektrofisiologi ditangani atau tidak mendapat penanganan yang tepat, maka
jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan sistem konduksi dalam jangka panjang dapat mengarah kepada:
serta gangguan pembentukan dan penghantaran impuls. 1 Gagal jantung
2 Stroke
3 Kematian

Pemeriksaan Penunjang: Penatalaksanaan:


a. EKG: menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Terapi medis, obat-obat anti aritmia dibagi 4 kelas yaitu :
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
elektrolit dan obat jantung.  Kelas 1 A
b. Monitor Holter: Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi fibrilasi atau flutter.
pacu jantung/efek obat antidisritmia Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial
c. Foto dada: Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
d. Skan pencitraan miokardia: dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan  Kelas 1 B
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia
gerakan dinding dan kemampuan pompa. miokard, ventrikel takikardia.
e. Tes stres latihan: dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
yang menyebabkan disritmia.  Kelas 1 C
f. Elektrolit: Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
dapat mnenyebabkan disritmia. b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
g. Pemeriksaan obat: Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung,
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin. angina pektoris dan hipertensi
h. Pemeriksaan tiroid: peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia. Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
i. Laju sedimentasi: Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia. Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia.
j. GDA/nadi oksimetri: Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia
KONSEP ASUHAN KEERAWATAN
ARITMIA
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Metode sistematis yang digunakan dalam pengkajian harus meliputi
parameter berikut:
1. Tingkat Kesadaran
Orientasi pasien terhadap waktu, tempat, dan orang dipantau
dengan ketat.terkadang terjadi perubahan status penginderaan mental
akibat terapi medis atau syok kardiogenik yang mengancam.
Perubahan penginderaan berarti bahwa jantung tidak mampu
memompa darah yang cukup untuk oksigenasi otak. Fungsi motorik
dan tingkat kesadaran dapat diuji secara bersamaan melalui
kemampuan berespon perintah sederhana. Misalnya, respons pasien
untuk “menggenggam tangan saya” memumgkinkan perawat mengkaji
status mental maupun kekuatan genggaman masing-masing tangan.
2. Nyeri Dada
Ada atau tidaknya nyeri dada adalah satu-satunya temuan
terpenting pada pasien dengan miokard infark akut. Pada setiap
episode nyeri dada, harus dicatat EKG dengan 12 lead. Pasien bisa
juga ditanya mengenai beratnya nyeri dengan skala angka 0 sampai
10, dimana 0 tidak nyeri dan 10 terasa nyeri paling berat.
3. Frekuensi dan Irama Jantung
Frekuensi dan irama jantung dipantau terus-menerus ditempat
tidur dengan monitor. Frekuensi dipantau akan adanya kenaikan dan
penurunan yang tidak dapat dijelaskan; irama dipantau akan adanya
deviasi terhadap irama sinus. Bila terjadi disritmia tanpa nyeri dada,
maka parameter klinis lain selain oksigenasi yang adekuat harus
dicari, seperti kadar kalium serum terakhir. Pada beberapa kasus
mungkin diperlakukan terapi medis antidisritmia.
4. Bunyi Jantung
Bunyi jantung harus diauskultasi dengan stetoskop yang baik.
Bagian bell stetoskop digunakan untuk mendengarkan nada rendah.
Sedangkan diafragma untuk mendengarkan suara bernada tingggi. Bell
stetoskop diletakkan diatas kulit dada dengan ringan, sebaliknya
diafragma ditekan dengan mantap.
5. Catat Bunyi yang Tidak Normal
Mencakup bunyi jantung tiga (S3) yang dikenal sebagai gallop
ventrikel dan bunyi jantung empat (S4), yang dikenal sebagai gallop
atrial atau presistolik. Biasanya setelah terjadi miokard infark akan
timbul bunyi S3 dihasilkan saat darah dalam ventrikel menghantam
dinding yang tidak lentur dari jantung yang rusak. Bunyi S3
merupakan tanda awal gagal ventrikel kiri yang mengancam. Deteksi
dini S3 yang diikuti penatalaksanaan medis yang agresif dapat
mencegah edema paru yang mengancam jiwa.
6. Mur-mur jantung atau friction rub
Perikardium dapat didengar dengan mudah sebagai bunyi
tambahan. Bunyi ini lebih kompleks untuk didiagnosa namun dapat
terdengar dengan mudah dan harus dilaporkan segera. Adanya
murmur yang sebelumnya tidak ada dapat menunjukkan perubahan
fungsi otot miokard, sedangkan friction rub menunjukkan adanya
perikarditis.
7. Tekanan Darah
Tekanan darah diukur untuk menentukan respon terhadap nyeri
dan keberhasilan terapi, khususnya terapi vasodilator, yang dikenal
dapat menurunkan tekanan darah. Pengukuran tekanan nadi perlu
diperhatikan dengan cermat. Tekanan nadi adalah perbedaan angka
antara tekanan sistole dan diastole. Penurunan tekanan nadi biasa
terjadi setelah miokard infark.
8. Denyut Nadi Perifer
Denyut nadi perifer dievaluasi frekuensi dan volumenya.
Perbedaan frekuensi denyut nadi perifer dan frekuensi denyut jantung
menegaskan adanya disritmia seperti fibrilasi atrium. Denyut nadi
perifer paling sering dievaluasi untuk menentukan kecukupan aliran
darah ke ekstremitas. Denyut nadi perifer yang melemah bisa
merupakan petunjuk bahwa sedang terjadi penyumbatan aliran darah.
9. Tempat Infus Intravena
Sering diperiksa kelancarannya dan akan adanya tanda-tanda
radang. Berbagai obat diberikan secara intravena untuk mencegah
perubahan kadar enzim serum yang dapat terjadi bila obat diinjeksikan
secara intramuscular. Maka penting sekali dipasang satu atau dua
infuse intravena pada pasien yang mengalami nyeri dada agar selalu
tersedia akses untuk pemberian obat darurat.
10. Warna Kulit dan Suhu
Kulit dievaluasi untuk mengetahui apakah warnanya merah muda,
hangat dan kering, yang menunjukkan sirkulasi perifer yang baik.
Karna warna kulit setiap orang berbeda, maka tempat terbaik untuk
memeriksa warna kulit adalah pada kuku, selaput mukosa mulut, dan
cuping telinga. Pada gtempat tersebut akan tampak biru atau ungu
pada pasien yang mengalami kesulitan untuk mempertahankan
kebutuhan oksigen. Pasien yang kulitnya dingin, lembab, atau
berkeringat dingin (diaforesis) mungkin merupakan respon terhadap
terapi medis atau kolaps kardiovaskuler yang berlanjut seperti pada
syok kardiogenik.
11. Paru
Setiap peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan harus
diawasi, seiring dengan adanya kesulitan napas. Gerakan napas harus
teratur dan tanpa hambatan aliran udara.
12. Napas Pendek
Dengan atau tanpa sesak dan batuk adalah kunci tanda klinis yang
harus diperhatikan. Batuk kering pendek sering merupakan tanda
gagal jantung. Dada diauskultasi adanya wheezing atau krekel.
Wheezing diakibatkan oleh udara yang melintasi jalan sempit, krekel
terjadi apabila udara bergerak melalui air dan bila terjadi miokard
infark akut, biasanya menunjukkan gagal jantung.
13. Fungsi Gastrointestinal
Mual dan muntah dapat terjadi. Jumlah yang dimuntahkan harus
dicatat, dan muntahan diperiksa akan adanya darah. Pembatasan
asupan makanan hanya berupa makanan cair, dapat meringankan kerja
jantung dengan cara mengurangi aliran darah yang diperlukan untuk
mencerna makanan padat. Jika diperlukan prosedur invasive, maka
kemungkinan aspirasi isi lambung ke paru dapat dikurangi bila pasien
hanya menelan makanan cair. Abdomen dipalpasi adanya nyeri tekan
keempat kuadran. Setiap kuadran diauskultasi adanya bising usus.
Dicatat juga ada atau tidaknya flatus. Setiap feses yang dikeluarkan
diperiksa adanya darah, khususnya pada pasien yang mendapat obat-
obatan yang mempengaruhi pembekuan darah.
14. Status Volume Cairan
Pengukuran haluaran urin sangat penting, terutama dalam
hubungannya dengan asupan cairan. Pada sebagian besar kasus, cairan
yang seimbang atau yang cenderung negatif akan lebih baik karena
pasien dengan miokard infark harus menghindari kelebihan cairan dan
kemungkinan terjadinya gagal jantung. Pasien harus diperiksa adanya
edema. Perawat harus waspada terhadap berkurangnya haluaran urin
(oliguria), suatu tanda awal syok kardiogenik adalah hipotensi yang
disertai oliguria. (Suddarth, 2014).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis sampai samnolen
TTV : Disertai hipertensi
b. Pemeriksaan Fisik
 Tekanan vena jugularis
 Aktivitas : kelelahan umum
 Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hipotensi), nadi
mungkin tidak teratur, defisit nadi, bunyi jantung, irama tak
teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, kulit warna dan
kelembapan berubah misal pucat, sianosis, berkeringat, edema,
haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat
 Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak, marah, gelisah, menangis
 Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, perubahan berat badan,
perubahan kelembapan kulit
 Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil
 Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat
hilang atau tidak dengan obat anti angina, gelisah
 Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi), mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru), atau fenomena
tromboembolitik pulmonal, hemoptisis
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya
Napas

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif: Objektif:
1. Dispnea 1. Penggunaan otot bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif: Objektif:
1. Otopnea 1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Tekanan ekspirasi menurun
6. Tekanan inspirasi menurun
7. Ekskursi dada berubah

2. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Peningkatan


afterload

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif: Objektif:
1. Dispnea 1. Tekanan darah meningkat/menurun
2. Nadi perifer teraba lemah
3. CRT >3 detik
4. Oliguria
5. Warna kulit pucat dan/atau sianosis
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Objektif:
(Tidak tersedia) 1. Pulmonary Vascular Resistance
Meningkat/menurun
2. Systemic vasccular resistance
meningkat/menurun

3. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif: Objektif:
2. Mengeluh nyeri 4. Tampak meringis
5. Bersikap protektif
6. Gelisah
7. Frekuensi nadi meningkat
8. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Objektif:
(Tidak tersedia) 8. Tekanan darah meningkat
9. Pola napas berubah
10. Nafsu makan berubah
11. Proses berpikir terganggu
12. Menarik diri
13. Berfokus pada diri sendiri

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif: Objektif:
1. Mengeluh lelah 1. Frekuensi jantung meningkat >
20% dari kondisi istirahat

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif: Objektif:
1. Dispnea saat/setelah 1. Tekanan darah berubah > 20% dari
aktivitas kondisi istirahat
2. Merasa tidak nyaman 2. Gambaran EKG menunjukkan
setelah beraktivitas aritmia saat/setelah aktivitas
3. Merasa lemah 3. Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
4. Sianosis
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ SLKI Intervensi/SIKI Rasional

1. Pola Napas Tidak efektif Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen jalan napas
berhubngan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan Tindakan Keperawatan:
Hambatan Upaya Napas dapat menunjukkan: Observasi
1. Monitor pola napas 1. Mengetahui frekuensi nafas
SLKI: Pola napas membaik 2. Monitor bunyi napas 2. Bunyi napas normal vesikuler
3. Monitor sputum 3. Sputum menghambat jalan napas
o Dipertahankan pada level 4
o Ditingkatkan pada level 5 Terapeutik
Dengan Level: 1. Pertahankan kepatenan jalan 1. Mencegah sesak napas
napas 2. Membuka diafragma mengembang
1. Meningkat 2. Posisikan semi-fowler atau fowler maksimal
2. Cukup meningkat
3. Sedang 3. Berikan minum hangat 3. Mengencerkan dahak/sputum
4. Cukup menurun 4. Lakukan fisioterapi dada 4. Melepaskan dahak/sputum didinding
5. Menurun thoraks
Kriteria Hasil: 5. Lakukan suction 5. Membersihkan jalan napas
6. Berikan oksigen 6. Memenuhi kebutuhan oksigen
1. Dispnea Menurun 7. Ajarkan teknik batuk efektif 7. Mengeluarkan sputum
2. Penggunaan otot bantu napas Kolaborasi
menurun
1. Kolaborasi pemberian 1. Kolaborasi dokter
3. Pernapasan cuping hidung
bronkodilator, mukolitik, jika
menurun
perlu
4. Frekuensi napas membaik
5. Saturasi oksigen meningkat
2. Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan tindakan SIKI : Perawatan jantung
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan
Tindakan Keperawatan:
Peningkatan afterload dapat menunjukkan:
Observasi
SLKI: Curah Jantung meningkat
1. Identifikasi karakteristik  nyeri 1. Memastikan melakukan intervensi
o Dipertahankan pada level 4 keperawatan yang tepat
dada (meliputi faktor pemicu dan
o Ditingkatkan pada level 5 dan pereda, kualitas, lokasi,
Dengan level: radiasi, skala, durasi dan 2. Mengetahui gambaran ekg
frekuensi), 3. Mencegah resiko meningkatnya aritmia
1. Meningkat 2. Monitor Aritmia 4. Saturasi okdigen yang baik >95%
2. Cukup meningkat 3. Monitor elektrolit yang dapat
3. Sedang meningkatkan resiko aritmia 1. Pasien penyakit jantung tidak boleh
4. Cukup menurun 4. Monitor saturasi oksigen banyak bergerak
5. Menurun Terapeutik 2. Menambah asupan cairan
Dengan Kriteria Hasil: 1. Pertahankan tirah baring minimal 3. Membuar rileks tubuh dan psikis
1. Tekanan darah menurun 12 jam
2. Kekuatan nadi perifer meningkat 2. Pasang akses intravena 4. Lingkungan tenang akan membuat
3. Takikardi menurun 3. Berikan terapi relaksasi untuk kenyamanan dan rileks
4. Lelah menurun mengurangi ansietas dan stres
5. CRT menurun 4. Sediakan lingkungan yang 5. Membantu psikologis membaik
kondusif untuk beristirahat dan
pemulihan
5. Berikan dukungan spiritual dan
emosional
Edukasi 1. Mencegah keparahan nyeri
1. Anjurkan segera melaporkan
2. Mengurangi energi ditubuh
nyeri dada
2. Anjurkan menghindari manuver
Valsava (mis. Mengedan saat
BAB atau batuk) 3. Mengurangi kecemasan/ informn
3. Jelaskan tindakan yang dijalani consent
pasien 4. Mengurangi kecemasan
4. Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan
1. Tindakan farmakologis
Kolabrasi
1. Kolaborasi pemberian
antiplatelat, jika perlu
3. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen nyeri
dengan Agen pencedera keperawatan 3x24 jam diharapkan
Tindakan Keperawatan
fisiologis dapat menunjukkan:
Observasi : 1. Menentukan intervensi mengurangi
SLKI: Tingkat nyeri menurun nyeri yang tepat
o Dipertahankan pada level 4 1. Identifikasi lokasi nyeri,
o Ditingkatkan pada level 5 karakteristik, frekuensi, dan
Dengan level: lamanya timbul nyeri
2. kaji pencetus nyeri 2. Mengurangi faktor pencetus
1. Meningkat 3. identifikasi skala nyeri 3. Memantau skala nyeri
2. Cukup meningkat 4. monitor efek analgetik. 4. Biasanya nyeri akan berkurang
3. Sedang Teraupetik
4. Cukup menurun 1. Berikan teknik non farmakologi, 1. Seperti nafas dalam untuk merilekskan
5. Menurun 2. fasilitasi istirahat tidur. 2. Istirahat tidur min. 7 jam
Dengan Kriteria Hasil: Edukasi
1. Keluhan nyeri menurun 1. mengejarkan teknik relaksasi 1. Pasien daat melakukan mandiri
2. Meringis menurun 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Memantau nyeri
3. Sikap protektif menurun 3. Jelaskan penyebab nyeri 3. Menajuhi penyebab nyeri
4. Gelisah menurun Kolaborasi
5. Sulit tidur menurun 1. Terapi farmakologis
1. Kolaborasi pemberian analgetik
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen Energi
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan Tindakan Keperawatan
Kelemahan dapat menunjukkan: Observasi
1. Identifkasi gangguan fungsi 1. Meng immobilitaskan bagian tubuh
SLKI: Tingkat Kelelahan menurun tubuh yang mengakibatkan yang mengakibatkan kelelahan
1. Dipertahankan pada level 4 kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan 2. Memantau tingkat energi
2. Ditingkatkan pada level 5
Dengan level: emosional
3. Monitor pola dan jam tidur 3. Jam tidur minimal 7 jam
1. Meningkat 4. Monitor lokasi dan 4. Mengurangi ketidaknyamanan yang
2. Cukup meningkat ketidaknyamanan selama mengakibatkan stress
3. Sedang melakukan aktivitas
4. Cukup menurun Terapeutik
5. Menurun 1. Lingkungan yang nyaman membantu
Dengan Kriteria Hasil: 1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis. menurunkan kecemasan
1. Keluhan lelah menurun
cahaya, suara, kunjungan)
2. Dispnea saat aktivitas menurun 2. Melakukan secara mandiri mengurangi
2. Lakukan rentang gerak pasif
3. Dispnea setelah aktivitas kekakuan
dan/atau aktif
menurun 3. Menstimulus peningkatan energi
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah 4. Mengrangi resiko jatuh
atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring,
1. Memperbaiki energi tubuh
2. Anjurkan melakukan aktivitas
2. Mencegah kelelahan pada pasien
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat
3. Mencegah kelelahan berlenihan
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk 4. Koping yang baik mengurangi
mengurangi kelelahan kecemasan
Kolaborasi
1. Memperbaiki asupan nutrisi untuk
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
membntu menambah energi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi11. EGC:
Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I
Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC.
Hanafi B. Trisnohadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Huikuri HV, Castellanos A, and Myerbug RJ. Sudden Death Due to Cardiac
Arrhymias. 2007.
Price, Sylvia Anderson. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4.
Jakarta : EGC.
Askep gangguan irama jantung aritmia tersedia dalam <
http://www.docsengine.com/pdf/1/askep-gangguan-irama-jantung-
aritmia.html>.<http://www.dosen.stikesdhb.ac.id/irma-nur
amalia/wp.../askeparitmia.com/pdf) (tanggal akses 19-12-2021)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai