Anda di halaman 1dari 11

KONSEP PENYAKIT DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Pengertian, Nurarif & Hardhi (2015):


Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)/Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
11

Klasifikasi, WHO (2015):


a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi Etiologi, Nurarif & Hardhi (2015):
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi. Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang
terinfeksi virus yaitu Nyamuk Aedes aegypti.
perdarahan di tempat lain.
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai dengan
sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.

Penatalaksanaan, WHO (2016):


Manifestasi Klinis, WHO (2016): Pemeriksaan Penunjang, Wijayaningsih (2017): a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau
a. Pemeriksaan darah lengkap jus buah, air sirup, susu untuk mengganti cairan
a. Demam atau riwayat demam akut antara
1) Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
2-7 hari, biasanya bersifat bifastik
kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. muntah, dan diare
b. Ruam kulit
Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada b. Berikan parasetamol bila demam, jangan
c. Myalgia atau arthralgia
DHF merupakan indikator terjadinya perembesan berikan asetosal atau ibuprofen karena dapat
d. Manifestasi perdarahan yang berupa :
plasma. merangsang terjadinya perdarahan.
1) Uji tourniquet positif
2) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, c. Berikan infus hanya larutan isotonik seperti
2) Petekie, ekimosis, atau purpura
hipokloremia, SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah ringer laktat atau asetat.
3) Perdarahan mukosa (epistaksis,
mungkin meningkat. d. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta
perdarahan gusi), saluran cerna,
b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) periksa laboratorium (hematokrit, trombosit,
tempat bekas suntikan
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
4) Hematemesis atau melena
penderita yang terjadi setelah infeksi. e. Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan
e. Trombositopenia <100.00/ul
c. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
f. Tanda kebocoran plasma seperti:
dan sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura. f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat
hipoproteinemi, asites, efusi pleura
d. Uji hambatan hemaglutinasi dihentikan setelah 36-48 jam. Perlu diingat
g. Penurunan kesadaran, gelisah
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan banyak kematian terjadi karena pemberian
h. Nadi cepat, lemah
IgG berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang cairan yang terlalu banyak dari pada pemberian
i. Hipotensi, Tekanan darah turun < 20
dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh yang terlalu sedikit.
mmHg
j. Perfusi perifer menurun virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor
k. Kulit dingin lembab (HI).
Pathway/Wab Of Cause (WOC) DHF

Sumber: (Nurarif Huda, 2016) dengan menggunakan Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia dalam (PPNI, 2017)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA KASUS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

A. PENGKAJIAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al.
2017).
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan
bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit,
gusi (grade III. IV), melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan tidak nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju
dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan
menurun.
b. Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami
diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi
hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk Aedes aegypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF,keadaan
anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.
b. Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas
dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahankarena
demam, mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau
epitaksis pada grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan
ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto
thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan
IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau hepatomegaly
dan asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (=20%)
b. Trombositopenia (= 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(D.0005)
3. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
(D.0023)
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (D.0019)
6. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia) (D.0012)
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan/SDKI Tujuan/SLKI Intervensi/SIKI


1 Hipertermia berhubungan Setelah diberikan intervensi keperawatan selama SIKI : Manajemen hipertermia
dengan proses penyakit 3 x 24 jam diharapkan pasien mampu Intervensi keperawatan:
Definisi: menunjukkan : Observasi
Suhu tubuh meningkat di atas 1. Identifikais penyebab hipertermia
SLKI : Termoregulasi membaik
rentang normal tubuh 2. Monitor suhu tubuh
 Data Mayor:  Dipertahankan pada level 3 3. Monitor kadar elektrolit
Subjektif (tidak tersedia)  Ditingkatkan pada level 4 4. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Objektif: Dengan Level :
1) Suhu tubuh diatas nilai 1. Meningkat Terapeutik
normal 2. Cukup meningkat 1. Ciptakan lingkungan yang dingin
 Data Minor: 2. Longgarkan pakaian
3. Sedang 3. Basahi atau kipasi permukaan tubuh
Subjektif (tidak tersedia)
4. Cukup menurun 4. Berikan cairan oral
Objektif:
1) Kulit merah 5. Menurun 5. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
2) Kejang Dengan Kriteria hasil :
3) Takikardi 1. Suhu tubuh menurun Edukasi
4) Takipnea 2. Suhu kulit menurun 1. Anjurkan tirah baring
5) Kulit terasa hangat 3. Kulit merah menurun
4. Kejang menurun Kolaborasi
5. Takikardi menurun 1. Kolaborasi pemberian cairan dan eektrolit
6. Takipnea menurun intravena, jika perlu
2 Pola nafas tidak efektif b.d Setelah diberikan intervensi keperawatan selama SIKI : Pemantauan respirasi
depresi pusat pernapasan 3 x 24 jam diharapkan pasien mampu Intervensi keperawatan :
Definisi: menunjukkan : Observasi:
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang SLKI : pola nafas membaik 1. Monitor pola nafas, monitor saturasi
tidak memberikan ventilasi  Dipertahankan pada level 3 oksigen
adekuat
 Ditingkatkan pada level 4 2. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
 Data Mayor Dengan Level : upaya napas
Subjektif: 1. Meningkat 3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
1) Dispnea 2. Cukup meningkat Terapeutik
Objektif: 3. Sedang 4. Atur Interval pemantauan respirasi sesuai
1) Penggunaan otot bantu
4. Cukup menurun kondisi pasien
pernapasan
2) fase ekspirasi 5. Menurun Edukasi
memanjang Dengan Kriteria hasil : 5. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
3) pola napas abnormal 1. Dispnea menurun 6. Informasikan hasil pemantauan, jika
 Data Minor 2. Penggunaan otot bantu napas perlu
Subjektif: Dengan Level :
1) Ortopnea 1. Memburuk SIKI: Terapi Oksigen
Objektif: Intervensi Keperawatan:
2. Cukup memburuk
1) Pernapasan pursed-lip
3. Sedang Observasi:
2) Pernapasan cuping
hidung 4. Cukup membaik 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
3) Diameter thoraks 5. Membaik 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
anterior-posterior Dengan Kriteria hasil : 3. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
meningkat 1. Frekuensi nafas membaik 4. Monitor integritas mukosa hidung akibat
4) Ventilasi semenit 2. Kedalaman napas membaik pemasangan oksigen
menurun
Terapeutik:
5) Tekanan ekspirasi
menurun 5. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan
6) Tekanan inspirasi trakea, jika perlu
menurun 6. Pertahankan kepatenan jalan napas
7) Ekskursi dada berubah 7. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
8. Ajarkan keluarga cara menggunakan O2
di rumah
Kolaborasi
9. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
3 Hipovolemia berhubungan Setelah diberikan intervensi keperawatan selama SIKI : Manajemen Hipovolemia
dengan peningkatan 3 x 24 jam diharapkan pasien mampu Intervensi keperawatan :
permeabilitas kapiler menunjukkan : Observasi
SLKI : Status Cairan Membaik 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
Definisi:
 Dipertahankan pada level 3 2. Monitor intake dan output cairan
Penurunan volume cairan
 Ditingkatkan pada level 4
intravaskuler, interstisiel,
Dengan Level : Terapeutik
dan/atau intraseluler.
1. Menurun 3. Hitung kebutuhan cairan
 Data Mayor:
2. Cukup menurun 4. Berikan posisi modified trundelenburg
Subjektif: (tidak tersedia)
3. Sedang 5. Berikan asupan cairan oral
Objektif:
4. Cukup meningkat
1) Frekuensi nadi
5. Meningkat Edukasi
meningkat
Dengan Kriteria hasil : 6. anjurkan keluarga memberikan asupan
2) Nadi teraba lemah
1. Kekuatan nadi meningkat cairan peroral
3) Tekanan darah menurun
2. Membrane mukosa lembab meningkat
4) Tekanan nasi menurun
3. Output urine meningkat Kolaborasi
5) Turgor kulit menurun
4. Suhu tubuh membaik 7. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
6) Membran mukosa
Dengan Level : (NaCl,RL)
kering
1. Memburuk 8. Kolaborasi pemberian cairan IV
7) Volume urin menurun
2. Cukup memburuk hipotonis (glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
8) Hematokrit meningkat
3. Sedang 9. Kolaborasi pemberian cairan koloid
 Data Minor: 4. Cukup membaik ( albumin, plasmanate)
Subjektif: 5. Membaik 10. Kolaborasi pemberian produk darah
1) Merasa lemah Kriteria hasil
2) Mengeluh haus 1. Tekanan darah membaik
Objektif: 2. Tekanan nadi membaik
1) Pengisian vena 3. Membrane mukosa membaik
menurun 4. Kadar Hb,Ht membaik
2) Status mental berubah
3) Suhu tubuh meningkat
4) Konsentrasi urin
meningkat
5) Berat badan turun tiba-
tiba
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nor Vikri. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


DENGAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER ( DHF ) DI RUMAH
SAKIT. Samarinda. http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/283/1/
Untitled.pdf.

Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan


KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi
Revisi).MediAction

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

WHO. 2016. Prevention and Control of Dengue and Dengue


HaemorrhagicFever.

WHO. 2018. Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta.

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2017. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.

Anda mungkin juga menyukai