Anda di halaman 1dari 6

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)

Retensio Urine berhubungan dengan 1. Pengkajian


Sumber: (Siregar, 2021). peningkatan tekanan uretra a. Riwayat kesehatan
Secara umum gejala yang dikeluhkan pasien hanyalah
SLKI : sulit buang air kecil dan beberapa waktu kemudian dapat
- Eliminasi Urine berkurang dan baik lagi.
SIKI b. Keluhan utama
- Kateterisasi Urine Perawat dapat menanyakan kepada pasien dan keluarga
tentang keluhan yang dirasakan seperti tidak bias berkemih,
badan lemas, anoreksia, mual muntah, dan sebagainya.
c. Persepsi dan manajemen kesehatan
Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencidera Kaji dan identifikasi pola penanganan penyakit yang
Fisik dilakukan pasien dan keluarga. Termasuk dalam hal apa yang
SLKI dilakukan jika keluhan muncul.
d. Pola eliminasi
- Tingkat Nyeri PENGKAJIAN
Kaji masalah berkemih seperti retensi urine, nokturia,
SIKI hesistensi, frekuensi, urgensi, anuria, hematuria.
- Manajemen Nyeri e. Pola aktivitas dan latihan
- Pemberian Analgesik Bagaiamana pola aktivitas pasien terganggu dengan masalah
BAK, misalnya kelelahan akibat tidak bisa tidur, sering ke kamar
mandi, dan sebagainya.
ASUHAN KEPERAWATAN f. Pola tidur
Identifikasi apakah gangguan berkemih sudah mengganggu
istirahat tidur.
Ansietas berhubungan dengan g. Pola peran
kekhawatiran mengalami kegagalan Apakah peran dan fungsi keluarga terganggu akibat gangguan
SLKI berkemih.
- Tingka Ansietas h. Pemeriksaan fisik
SIKI Identifikasi retensi urine, lakukan palpasi suprapubic. Periksa ada
- Reduksi Ansietas tidaknya gejala komplikasi seperti udem, hipertensi, dan
sebagainya.
i. Pemeriksaan diagnostik
Amati hasil pemeriksaan USG, BNO, IVP dan hasil
laboratorium. Perhatikan adanya kesan pembesaran prostat,
hidroureter, hidronefrosis, hipeureki, peningkatan kratinin,
leukosit, anemia, dan sebagainya.
j. Program terapi
Kelola dengan baik program operasi, pemasangan kateter,
monitoring laboratorium, dan sebagainya.
Etiologi
MIND MAPPING
Komplikasi
Definisi 1. Pada traktus urinarius :
1. perubahan keseimbangan antara hormon BPH (Benign Prostatic Hyperthropy) adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra
testosteron dan estrogen pada usia lanjut dan menyebabkan gejala uritakaria. Selain itu Hiperplasia Prostat Benigna adalah a. retensi urine berulang atau kronis,
2. peranan faktor pertumbuhan (growth pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari b. hematuria,
factor) sebagai pemacu pertumbuhan 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran c. infeksi saluran kemih berulang, batu
stroma kelenjar prostat urinarius (Nuari, 2017). kandung kemih,
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat
karena berkurangnya sel-sel yang mati d. perubahan patologi pada kandung
4. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem kemih (trabekulasi, sakulasi
sehingga menyebabkan produksi sel stroma (Benign Prostatic Hyperthropy) divertikel), hidroureteronefrosis
dan sel epitel kelenjar prostat menjadi bilateral dan gagal ginjal. Di
berlebihan
luar traktus erinarius :
Pentalaksanaan a. Hernia
1. Observasi b. Hemoroid
Manifestasi Klinis (watchfull waiting)
1) Gejala obstruktif 2. Terapi Klasifikasi
a. Hesitansi medikamentosa 1) Stadium I Pemeriksaan Penunjang
b. Intermittency yaitu 3. (Transurethral Ada obstruktif tapi kandung kemih
1. Sedimen urin
c. Terminal dribbling yaitu menetesnya Microwave Heat masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis. 2. Kultur urin
urine pada akhir kencing Treatment /TUMT)
2) Stadium II 3. Foto polos abdomen
d. Pancaran lemah yaitu kelemahan 4. (Transurethral
Ada retensi urine tetapi kandung kemih 4. IVP (Intra Vena Pielografi)
kekuatan dan pancaran destrussor Needle
memerlukan waktu untuk dapat Ablation/TUNA) masih mampu mengeluarkan urine Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal
melampaui tekanan di uretra 5. TURP sampai habis, masih terasa kira-kira atau ureter berupa hidroureter atau
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya (Transurethral 60-150 cc, ada rasa tidak enak BAK atau hidronefrosis, memperkirakan besarnya
buang air kecil dan terasa belum puas Resection of The dysuria dan menjadi nocturia. kelenjar prostat, penyakit pada buli-buli.
Prostate) 3) Stadium III
2) Gejala iritasi 5. Ultrasonografi (Trans abdominal dan trans
6. TUIP Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150
a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air rektal)Untuk mengetahui pembesaran
(Transurethral cc.
kecil yang sulit ditahan prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa
Incision of The 4) Stadium IV
b. Frequency yaitu penderita miksi lebih urin dan keadaan patologi lainnya seperti
Prostate Retensi urine total, buli-buli penuh
sering dari biasanya dapat terjadi pada paisen tampak kesakitan, urine menetes
7. Kateterisasi urine difertikel, tumor.
malam hari (nocturia) dan pada siang secara periodic ontinen 6. Systocopy
hari
c. Dysuria yaitu nyeri pada waktu kencing
SUMBER : (Bimandama dan Kurniawaty, 2018) ,(Dipiro et al, 2015),
(Kapoor, 2012), (Khamriana et al, 2015), (Parsons, 2010), (Skinder et al,
INTERVENSI KEPERAWATAN
2016), (Purnomo,2011), Harmawati (2019)

No Diagnosa Keperawatan (SDKI) INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Retensi Urin berhubungan dengan Peningkatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI : Kateterisasi Urine
Tekanan Uretra selama 3x24 Jam, maka Eliminasi Urine Observasi
Definisi: membaik dengan krieria hasil 1. Periksa kondisi pasien (mis. Kesadaran, TTV,
Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap 1. Distensi kandung kemih distensi kandung kemih)
2. Urine menetes
Gejala dan Tanda Mayor 3. Disuria Terapeutik
Data Subjektif : 4. Desakan berkemih 1. Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan
1. Sensasi penuh pada kandung kemih 5. Berkemih tidak tuntas tindakan
Data Objektif : 2. Siapkan pasien; bebaskan pakaian bawah dan
1. Disuria/Anuria posisikan dorsal rekumben
2. Distensi kandung kemih 3. Pasang sarung tangan
4. Bersihkan daerah perineal dan preposium
Gejala dan Tanda Minor dengan cairan NaCl atau aquades
Data Subjektif 5. Lakukan insersi kateter urine dengan
1. Dribbling menerapkan prinsip aseptik
Data Objektif 6. Sambungkan kateter urin dengan urine bag
1. Inkontinensia berlebih 7. Isi balon dengan NaCl 0,9% sesuai anjuran
2. Residu urin 150 ml atau lebih pabrik
8. Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau paha
9. Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah
dari kandung kemih
10. Berikan label waktu pemasangan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan
kateter urine
2. Anjurkan menarik napas saat insersi selang
kateter

2. Nyeri akut berubuhungan dengan agen pencidera Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI : Manajemen Nyeri
fisik selama 3x24 Jam, maka Tingkat Nyeri Observasi
Definisi: membaik dengan krieria hasil 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pengalaman sensorik atau emosional yang 1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau 2. Meringis 2. Identifikasi skala nyeri
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat 3. Frekuensi nadi
dan berintensitas ringan hingga berat yang Terapeuti
1. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
berlangsung kurang dari 3 bulan mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Gejala dn Tanda Mayor nyeri
Data Subjektif : 3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
1. Mengeluh nyeri pemilihan srategi meredakan nyeri
Data Objektif :
1. Tampak meringis Edukasi
2. Bersikap protektif 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Gelisah 2. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
4. Frekuensi nadi meningkat 3. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
5. Sulit tidur mengurangi nyeri

Gejala dan Tanda Minor Kolaborasi


Data Subjektif: (tidak tersedia) 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Data Objektif:
1. TD meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafas makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

3 Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI : Reduksi Ansietas
mengalami kegagalan selama 3x24 Jam, maka Tingkat Ansietas Observasi
Definisi: menurun dengan krieria hasil : 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu 1. Verbalisasi kebingungan 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
tentang objek yang tidak jelas dan spesifik akibat 2. Verbalisasi khawatir 3. Monitor tanda-tanda ansietas
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
3. Perilaku gelisah Terapeutik
4. Perilak tegang 1. Ciptakan lingkungan terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor: 5. Pola tidur 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
Data Subjektif 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
1. Merasa bingung 4. Dengarkan dengan perhatian
2. Merasa khawatir dengan akibat dan 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
kondisi yang dihadapi meyakinkan
3. Sulit berkonsentrasi
Data Objektif Edukasi
1. Tmpak gelisah 1. Jelaskan prosedur
2. Tampak tegang 2. Informasikan secara faktual mengenai dignosis,
3. Sulit tidur pengobatan dan prognosis
3. Anjurkan melakukan aktivitas yang tidak
Gejala dan Tanda Minor: kompetitif
Data Subjektif 4. Ajarkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
1. Megeluh pusing 5. Latih teknik relaksasi
2. Anoreksia
3. Palpitasi Kolaborasi
4. Merasa tidak berdaya 1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
Data Objektif perlu
1. Frekuensi Napas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. TD meningkat
4. Diforesis
5. Muka tampak pusat
6. Suara bergetar
7. Kontak mata buruk
8. Sering berkemih
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI

Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB.


Lippincott Company. Philadelphia. 1984.

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi
II.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth


Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai