SORONG
2019
PANGKALAN UTAMA TNI AL XIV
RUMKITAL dr. R. OETOJO
Menetapkan
KETIGA : Tugas DPJP dan pola operasional diuraikan dalam buku pedoman
yang terlampir , antara lain (1) Melaksanakan Asuhan Medis, (2)
Memberi informasi kepada pasien tentang hak dan kewajibanya, (3)
Menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan pasien.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila kemudian hari
diketemukan kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya
Ditetapkan di : Sorong
Pada tanggal : September 2019
Karumkital dr. R Oetojo
Pendahuluan
Oleh karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas utama dalam
semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi pelayanan yang efektif,
efisien dan aman bagi pasien itu diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi
dari seluruh personil pemberi pelayanan di rumah sakit sesuai dengan kompetensi dan
wewenangnya.
Selanjutnya kerjasama tim merupakan prasyarat untuk mencapai tujuan tersebut, dan
dilengkapi dengan komunikasi yang baik. Serta tidak dapat dipungkiri bahwa peranan
dokter sangat besar dan sentral dalam menjaga keselamatan pasien, karena semua
proses pelayanan berawal dan ditentukan oleh dokter.
Sebagai instrumen monitoring dan evaluasi maka tidak kalah pentingnya faktor catatan
medis yang lengkap dan baik, dimana semua proses pelayanan terhadap pasien direkam
secara real time dan akurat. Sehingga apabila terjadi sengketa medis rekam medis ini
benar benar dapat menjadi alat bukti bagi rumah sakit bahwa proses pelayanan telah
dijalankan dengan benar dan sesuai prosedur, atau kalau terjadi sebaliknya dapat pula
berfungsi sebagai masukan untuk memperbaiki proses pelayanan yang ada.
Maksud : buku pedoman ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan dari kebijakan
direktur tentang dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP), yang menjelaskan tata cara
operasional dari konsep dan kebjakan DPJP di rumah sakit Proklamasi.
Tujuan Umum :
Tercapainya mutu pelayanan yang baik disemua lini pelayanan dengan mencegah dan
meminimalisasi kejadian tidak diharapkan (KTD) dan kejadian nyaris cidera (KNC) serta
meningkatnya kepuasan pasien terhadap rumah sakit.
Tujuan khusus :
1. Adanya pedoman bagi seluruh staf rumah sakit (baik medis, keperawatan maupun
penunjang) dalam menerapkan pola operasional DPJP, sehingga terjadi persamaan
pengertian, keseragaman dalam pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan.
2. Pengelolaan asuhan medis pasien oleh DPJP terlaksana dengan baik sesuai kebijakan
dan SPM, SOP dan standar keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Kemenkes dan
Komisi Nasional keselamatan pasien.
Definisi ;
1. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) : adalah dokter yang bertanggung jawab
sepenuhnya atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien di RS Proklamasi (apabila
pasien hanya perlu asuhan medis dari 1 orang dokter).
2. DPJP Utama : adalah dokter koordinator yang memimpin proses pengelolaan asuhan
medis bagi pasien yang harus dirawat bersama oleh lebih dari 1 orang dokter.
3. DPJP Tambahan : adalah dokter yang ikut memberikan asuhan medis pada seorang
pasien, yang oleh karena kompleksitas penyakitnya memerlukan perawatan bersama oleh
lebih dari 1 orang dokter.
BAB II
Ruang lingkup
Pedoman ini berlaku pada semua lini pelayanan rumah sakit yang meliputi : IGD, Rawat
Jalan, Ruang perawatan, Ruang tindakan (OK dan VK) dan sarana penunjang medis.
BAB III
TATALAKSANA
Hak DPJP :
1. Mengelola asuhan medis seorang pasien secara mandiri dan otonom, yang
mengacu pada standar pelayanan medis rumah sakit, secara komprehensif mulai
dari diagnosa, terapi, tindak lanjut sampai rehabilitasi.
2. Melakukan konsultasi dengan disiplin lain yang dianggap perlu untuk meminta
pendapat atau perawatan bersama ,demi kesembuhan pasien.
Kewajiban DPJP :
1. Membuat rencana pelayanan pasien dalam berkas rekam medis yang memuat
segala aspek asuhan medis yang akan dilakukan, termasuk konsultasi, rehabilitasi
dll.
2. Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan keluarga tentang rencana
dan hasil pelayanan baik tentang pengobatan, prosedur maupun kemungkinan
hasil yang tidak diharapkan.
1. Melakukan koordinasi proses asuhan medis pasien oleh DPJP yang terlibat
1. Memberikan penjelasan medis kepada keluarga atas kemajuan atau kondisi pasien
Kebijakan :
1. Setiap pasien yang berobat di rumah sakit Proklamasi harus memiliki DPJP.
2. Apabila pasien berobat di unit rawat jalan maka DPJP nya adalah dokter klinik
terkait.
3. Apabila pasien berobat di IGD dan tidak dirawat inap, maka DPJP nya adalah
dokter jaga IGD
4. Apabila pasien dirawat inap maka DPJP nya adalah dokter spesialis disiplin yang
sesuai.
5. Apabila pasien dirawat bersama oleh lebih dari 1 orang dokter spesialis , maka
harus ditunjuk seorang sebagai DPJP utama dan yang lain sebagai DPJP
tambahan.
Penentuan DPJP ;
1. Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah sakit (baik
rawat jalan, IGD maupun rawat inap) dengan mempergunakan cap stempel pada
berkas rekam medis pasien.
2. Cap stempel “ DPJP Dr ...... “ untuk pasien yang dirawat oleh seorang dokter.
3. Cap stempel “ DPJP UTAMA Dr ......” untuk pasien yang dirawat bersama
beberapa dokter.
Klarifikasi DPJP di Ruang Rawat
Apabila dari IGD maupun rawat jalan DPJP belum ditentukan, maka petugas ruangan
wajib segera melakukan klarifikasi tentang siapa DPJP pasien tersebut.
Apabila pasien dirawat bersama petugas ruangan juga wajib melakukan klarifikasi siapa
DPJP Utama dan siapa DPJP Tambahannya.
a. Jadwal konsulen jaga di IGD atau Ruangan ; konsulen jaga hari itu menjadi DPJP
dari semua pasien masuk pada hari tersebut, kecuali kasus dengan surat rujukan.
b. Surat rujukan langsung kepada konsulen ; dokter spesialis yang dituju otomatis
menjad DPJP pasien tsb, kecuali dokter yang dituju berhalangan, maka beralih ke
konsulen jaga hari itu.
c. Atas permintaan keluarga ; pasien dan keluarga berhak meminta salah seorang
dokter spesialis untuk menjadi DPJP nya sepanjang sesuai dengan disiplinnya.
Apabila penyakit yang diderita pasien tidak sesuai dengan disiplin dokter dimaksud,
maka diberi penjelasan kepada pasien atau keluarga, dan bila pasien atau
keluarga tetap pada pendirinnya maka dokter spesialis yang dituju yang akan
mengkonsulkan kepada disiplin yang sesuai.
d. Hasil rapat Komite medis pada kasus tertentu ; pada kasus yang sangat kompleks
atau sangat spesifik maka penentuan DPJP berdasarkan erapat komite medis.
Rawat Bersama :
2. DPJP awal akan melakukan konsultasi kepada dokter pada disiplin lain sesuai
kebutuhan.
3. Segera ditentukan siapa yang menjadi DPJP Utama dengan beberapa cara antara
lain;
Penyakit yang terberat, atau penyakit yang memelukan tindakan segera atau
dokter yang pertama mengelola pasien.
Dalam hal rawat bersama harus ada pertemuan bersama antara DPJP yang
mengelola pasien dan keputusan rapat dicatat dalam berkas rekam medis.
Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi pelayanan, DPJP utama dapat saja beralih
dengan pertimbangan seperti diatas, atau atas keinginan pasien/keluarga atau keputusan
Komite medis.
Perubahan DPJP Utama ini harus dicatat dalam berkas rekam medis dan ditentukan sejak
kapan berlakunya.
Apabila pasien dirawat di ICU, maka otomatis DPJP ICU yang menjadi DPJP Utama yang
berwenang mengendalikan pengelolaan pasien dengan tetap berkoordinasi dengan DPJP
awal pasien atau DPJP Utama (bila pasien dirawat bersama sebelum masuk ICU).
DPJP Utama di OK
Adalah dokter operator yang melakukan operasi dan bertanggung jawab atas seluruh
kegiatan pembedahan, sedangkan dokter anestesi sebagai DPJP tambahan. Dalam
melaksanakan tugas mengikuti SOP masing-masing, akan tetapi semua harus mengikuti
prosedur Save Surgery check list (sign in, time out dan sign out) serta dicatat dalam
berkas rekam medis.
Pada pelayanan di IGD, dalam memenuhi respons time yang adekwat dan demi
keselamatan pasien , maka apabila konsulen jaga tidak dapat dihubungi dapat dilakukan
pengalihan DPJP kepada konsulen lain yang dapat segera dihubungi.
Koordinasi dan Transfer Informasi antar DPJP
2. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP harus dilaksanakan secara tertulis.
3. Apabila secara tertulis dirasa belum optimal maka harus dilakukan koordinasi
langsung, dengan komunikasi pribadi atau pertemuan/rapat formal
4. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dalam Departemen/ kelompok SMF
yang sama dapat ditulis dalam berkas rekam medis, tetapi antar
departemen/kelompok SMF harus menggunakan formulir khusus /lembar
Konsultasi
6. Dalam keadaan tertentu seperti konsul diatas meja operasi, lembar konsul bisa
menyusul , sebelumnya melalui telepon
7. Konsultasi dari dokter jaga IGD kepada konsulen jaga bisa lisan pertelepon yang
kemudian ditulis dalam berkas rekam medis oleh dokter jaga.
BAB IV
DOKUMENTASI