Anda di halaman 1dari 19

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

TAHUN 2014 NOMOR 7

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

NOMOR 7 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGARAAN KETERTIBAN UMUM DAN


KETENTERAMAN MASYARAKAT

SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

2014
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2
c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Sumedang Nomor 1 Tahun 1988
tentang Kebersihan, Keindahan dan
Ketertiban di Kabupaten Daerah Tingkat II
Sumedang belum mampu menyelesaikan
setiap permasalahan yang timbul, sehingga
TAHUN 2014 NOMOR 7 perlu menetapkan Peraturan Daerah yang
sesuai dengan perkembangan situasi dan
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG kondisi;
d. bahwa sesuai dengan ketentuan Peraturan
NOMOR 7 TAHUN 2014 Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
TENTANG Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi
PENYELENGGARAAN KETERTIBAN UMUM DAN dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,
KETENTERAMAN MASYARAKAT Pemerintah Kabupaten diberi kewenangan
untuk menetapkan kebijakan yang merujuk
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA pada kebijakan nasional di bidang penegakan
Peraturan Daerah/Peraturan Bupati dan
BUPATI SUMEDANG, ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat;
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata
e. bahwa berdasarkan pertimbangan
kehidupan Kabupaten Sumedang yang tertib,
teratur, nyaman dan tentram, perlu adanya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
pengaturan di bidang ketentraman dan b, huruf c dan huruf d, perlu menetapkan
ketertiban umum yang mampu melindungi Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan
warga Kabupaten Sumedang beserta sarana Ketertiban Umum dan Ketenteraman
dan prasarananya; Masyarakat;

b. bahwa untuk menumbuhkembangkan rasa Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar
tanggung jawab, rasa memiliki dan disiplin Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
diri setiap warga Kabupaten Sumedang, maka
perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Sumedang yang mengatur tentang
Ketentraman dan Ketertiban Umum;
3 4
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pembentukan Daerah-daerah tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
Barat (Berita Negara Republik Indonesia 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Tahun 1950) sebagaimana telah diubah Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun diubah beberapa kali, terakhir dengan
1968 tentang Pembentukan Kabupaten Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Tambahan Lembaran Negara Republik
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Indonesia Nomor 4844);
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2851); 7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
tentang Jalan (Lembaran Negara Republik
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, 4441);
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3209); 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Republik Indonesia Nomor 4674) sebagaimana
Tambahan Lembaran Negara Republik telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
Indonesia Nomor 4247); 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang tentang Administrasi Kependudukan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32 Tambahan 2013 Nomor 232, Tambahan Lembaran Negara
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Republik Indonesia Nomor 5475);
4377);
5 6
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 14. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara tentang Penanggulangan Gelandangan dan
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Pengemis (Lembaran Negara Republik
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 51, Tambahan
Indonesia Nomor 4725); Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3177);
10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun tentang Pelaksanaan Hukum Acara Pidana
2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Republik Indonesia Nomor 5025); 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3258),
11. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Hukum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan
Republik Indonesia Nomor 5043);
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 5145);
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
16. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Bangunan Gedung (Lembaran Negara
5059);
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,
13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tambahan Lembaran Negara Republik
tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Indonesia Nomor 4532);
undangan (Lembaran Negara Republik 17. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan tentang Jalan (Lembaran Negara Republik
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan
5234); Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4655);
7 8
18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana telah diubah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Nomor 69 Tahun 2012 tentang Perubahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
4737); 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di
19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik
tentang Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Indonesia Tahun 2012 Nomor 1058);
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
9, Tambahan Lembaran Negara Republik 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41
Indonesia Nomor 5094); Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (Berita
20. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
tentang Pedoman Penyusunan Peraturan 607);
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang
Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk
2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Republik Indonesia Nomor 5104); Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 25. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Nomor 17 Tahun 2003 tentang Pelarangan
Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Peredaran Minuman Beralkohol (Lembaran
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2003
5230); Nomor 21 Seri D);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah
Kabupaten Sumedang Tahun 2006 Nomor 15
Seri E);
9 10
27. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Dengan Persetujuan Bersama
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
Pemerintahan Kabupaten Sumedang
(Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang KABUPATEN SUMEDANG
Tahun 2008 Nomor 7); dan
28. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang BUPATI SUMEDANG
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
MEMUTUSKAN :
Administrasi Kependudukan Kabupaten
Sumedang (Lembaran Daerah Kabupaten Menetapkan : PENYELENGGARAAN KETERTIBAN UMUM DAN
Sumedang Tahun 2009 Nomor 2); KETENTERAMAN MASYARAKAT
29. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang BAB I
Nomor 15 Tahun 2011 tentang Bangunan KETENTUAN UMUM
Gedung (Lembaran Daerah Kabupaten
Sumedang Tahun 2011 Nomor 15); Bagian Kesatu
Pengertian
30. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Nomor 3 Tahun 2012 tentang Lalu Lintas dan Pasal 1
Angkutan Jalan di Kabupaten Sumedang Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud
(Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang dengan:
Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan Lembaran
1. Daerah adalah Kabupaten Sumedang.
Daerah Kabupaten Sumedang Nomor );
2. Bupati adalah Bupati Sumedang.
31. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pembentukan 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta
Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah unsur Perangkat Daerah.
Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 6, 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Sumedang Nomor 2); Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
32. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Sumedang;
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perlindungan 5. Ketertiban umum dan ketenteraman
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di masyarakat adalah suatu keadaan dinamis
Kabupaten Sumedang (Lembaran Daerah yang memungkinkan pemerintah daerah,
Kabupaten Sumedang Tahun 2013 Nomor 2); dan masyarakat dapat melakukan
kegiatannya dengan tenteram, tertib, dan
teratur.
11 12
6. Jalan adalah ruang lalu lintas yang 11. Pengemis adalah orang-orang yang
diperuntukan untuk kepentingan lalu lintas mendapatkan penghasilan dengan meminta-
umum dalam wilayah Kabupaten minta dimuka umum dengan berbagai cara
Sumedang. dan alasan untuk mengharapkan belas
kasihan dari orang lain.
7. Fasilitas Umum adalah tempat-tempat yang
meliputi Terminal Angkutan Umum, Pasar, 12. Tuna Susila adalah orang yang mengadakan
Taman-taman Kota Lapangan yang hubungan seksual tanpa didasari ikatan
disediakan oleh Pemerintah Daerah. perkawinan yang sah dengan mengharapkan
imbalan/upah sebagai balas jasa.
8. Fasilitas Sosial adalah kelengkapan
lingkungan antara lain berupa fasilitas 13. Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku
pendidikan, kesehatan, pusat perbelanjaan, yang menyimpang dari norma atau kaidah
niaga pemerintah, pelayanan umum, kesopanan.
peribadatan rekreasi, kebudayaan dan
14. Limbah adalah bentuk barang padat, cair,
lapangan terbuka serta fasilitas umum
lainnya. dan gas yang dibuang dan timbul dari suatu
kegiatan yang dianggap tidak berguna lagi.
9. Badan Hukum adalah suatu bentuk badan
15. Jalur Hijau adalah ruang terbuka hijau
usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya untuk keserasian lingkungan dengan tujuan
BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk konsentrasi tanah, lingkungan, peresapan
apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, air, perlindungan areal khusus dan
kongsi, kopersi, yayasan atau organisasi penyegaran udara serta kestabilan habitat
sejenis. fauna;

10. Gelandangan 16. Penghijauan adalah usaha untuk


adalah orang-orang yang
hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan mengefektifitaskan dan mengoptimalkan
norma yang layak dalam masyarakat taman dengan maksud agar dapat tercapai
setempat, serta tidak mempunyai tempat fungsi taman sebagaimana yang
tinggal dan pekerjaan yang tetap di daerah diprogramkan;
tertentu dan hidup mengembara ditempat
umum.
13 14
17. Taman Kota adalah hasil segala kegiatan 23. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya
dan/atau usaha penataan ruang yang disingkat PKL adalah pelaku usaha yang
memanfaatkan unsur-unsur alam dan melakukan usaha perdagangan dengan
unsur binaan manusia yang bertujuan menggunakan sarana usaha bergerak
untuk menciptakan keserasian, keteduhan, maupun tidak bergerak, menggunakan
keindahan, kesegaran lingkungan, prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas
kenyamanan dan pembentukan wadah umum, lahan dan bangunan milik
kegiatan rekreasi ruang luar. pemerintah dan/atau swasta yang bersifat
18. Hutan kota adalah suatu hamparan lahan sementara/tidak menetap.
yang bertumbuhan pohon-pohon yang 24. Sosial adalah kegiatan yang menyangkut
kompak dan rapat di dalam wilayah bidang kemasyarakatan.
perkotaan baik, yang ditetapkan sebagai 25. Kesusilaan adalah perbuatan yang beradab
hutan kota oleh pejabat yang berwenang. dan sopan santun yang sesuai dengan
19. Trotoar adalah tempat untuk pejalan kaki. norma-norma keagamaan dan adat istiadat.
26. Hiburan adalah segala macam atau jenis
20. Fasilitas lalu lintas adalah alat, jenis, sarana
keramaian, pertunjukan, permainan atau
untuk kenyamanan lalu lintas.
segala bentuk usaha yang dapat dinikmati
21. Sungai adalah alur atau wadah air alami oleh setiap orang dengan nama dan dalam
dan/atau buatan berupa jaringan bentuk apapun, dimana untuk menonton
pengaliran air beserta air di dalamnya, serta menikmatinya atau mempergunakan
mulai dari hulu sampai muara, dengan fasilitas yang disediakan baik dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis dipungut bayaran maupun tidak dipungut
sempadan. bayaran.
22. Bantaran sungai adalah ruang antara tepi 27. Orang adalah orang perseorangan, kelompok
palung sungai dan kaki tanggul sebelah orang, dan/atau badan hukum.
dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan Bagian Kedua
palung sungai. MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
a. Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai
perangkat untuk memelihara menegakan
dan mewujudkan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat serta
menumbuhkan rasa tanggung jawab dan
rasa memiliki terhadap daerah.
15 16
b. Peraturan Daerah ini bertujuan Pasal 4
menciptakan tata kehidupan di daerah yang
tenteram, tertib, dan teratur. (1) Setiap orang dilarang:

BAB II a. membuat atau memasang pintu penutup


TERTIB JALAN DAN ANGKUTAN JALAN jalan, kecuali mendapat izin dari pejabat
yang berwenang;
Pasal 3
b. membuang, memindahkan, membuat
(1) Setiap pejalan kaki harus berjalan diatas samar, coretan dan/atau merusak
trotoar. fasilitas lalu-lintas;
(2) Setiap pejalan kaki yang akan menyebrang c. menutup terobosan atau putaran jalan,
jalan yang telah dilengkapi dengan jembatan kecuali terdapat jalan alternatif;
penyebrangan dan marka penyebrangan d. membongkar jalur pemisah jalan, rambu-
(zebra cross), diwajibkan menggunakan rambu lalu-lintas dan sejenisnya, kecuali
sarana dan/atau fasilitas lalu lintas yang melalui rekayasa dan analisa dampak lalu
tersedia. lintas;
(3) Setiap orang yang akan e. membongkar, merusak membuat
menggunakan/menumpang kendaraan dan/atau merusak pagar pengaman
umum wajib menunggu di halte atau tempat jalan;
pemberhentian yang telah ditetapkan.
f. menggunakan bahu jalan dan trotoar
(4) Setiap pengemudi kendaraan umum wajib tidak sesuai dengan fungsinya;
menunggu, menaikkan dan/atau g. melakukan perbuatan yang dapat
menurunkan orang dan/atau barang pada berakibat merusak sebagian atau seluruh
tempat pemberhentian yang telah badan jalan dan membahayakan
ditentukan. keselamatan lalu-lintas;
(5) Setiap kendaraan umum harus berjalan h. membuat tambahan badan jalan pada
pada setiap ruas jalan yang telah ruas jalan kabupaten;
ditetapkan.
i. bertempat tinggal atau tidur menetap di
(6) Setiap orang dilarang membuat, merakit jalan, di atas sebagai ruang lalu lintas
atau mengoperasikan angkutan umum terbuka atau di bawah jembatan;
kendaraan jenis roda empat yang bermesin
dua tak.
17 18
j. mempergunakan jalan selain peruntukan BAB III
bagi lalu-lintas umum, kecuali mendapat TERTIB JALUR HIJAU, TAMAN DAN TEMPAT
izin dari pejabat yang berwenang; UMUM
k. mempergunakan fasilitas umum untuk Pasal 5
kegiatan yang tidak diperuntukan
sebagaimana mestinya; Setiap orang dilarang:

l. melakukan kegiatan yang dapat a. melakukan perbuatan dengan alasan apapun


membahayakan dan mengganggu yang dapat merusak, mengotori jalur hijau
ketertiban umum; dan dan/atau taman beserta kelengkapannya;

m. melakukan kegiatan usaha pada fasilitas b. bertempat tinggal atau tidur di jalur hijau,
lalu lintas yang tersedia. taman dan tempat-tempat umum;

(2) Becak, delman dan sejenisnya dilarang c. berdiri, duduk, melompat atau menerobos
melalui jalan yang ditentukan sebagai daerah sandaran jembatan atau pagar sepanjang
bebas becak dan delman dan sejenisnya. jalan, jalur hijau, taman dan tempat-tempat
umum; dan
(3) Penetapan mengenai jalan-jalan yang
termasuk daerah bebas becak dan delman d. memanjat, memotong, menebang pohon, dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tanaman yang tumbuh di sepanjang jalan,
ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan jalur hijau, taman dan hutan kota.
Bupati. Pasal 6
(4) Setiap orang yang mengangkut bahan (1) Setiap orang yang dapat memangkas atau
beracun, berdebu, berbau busuk, bahan menebang pohon sebagaimana dimaksud
yang mudah terbakar, mengotori jalan dan dalam Pasal 5 huruf d terlebih dahulu harus
bahan-bahan lain yang dapat mengajukan permohonan izin kepada Bupati
membahayakan keselamatan umum dilarang atau Pejabat berwenang.
menggunakan alat angkutan yang terbuka.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada
(5) Setiap orang dilarang mengangkut muatan ayat (1) harus disertai alasan pemangkasan
angkutan berat melebihi batas maksimal atau penebangan pohon, lokasi pohon dan
tonase. jumlah pohon yang akan dipangkas atau
(6) Penetapan beban muat angkutan berat batas ditebang dan keterangan yang dipandang
maksimal tonase pada ruas jalan kabupaten perlu.
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
19 20
(3) Dikecualikan dari ketentutan sebagaimana BAB V
dimaksud pada ayat (1), sepanjang yang TERTIB USAHA
menyangkut penghuni atau pemilik suatu
Pasal 8
persil atau jalan untuk menebang pohon-
pohon yang ada pada persilnya atau pada Setiap orang dilarang:
jalan yang dikhawatirkan akan tumbang a. menempatkan benda-benda dengan maksud
dengan persetujuan pejabat yang berwenang. untuk melakukan sesuatu usaha di jalan,
BAB IV jalur hijau, taman dan tempat-tempat
TERTIB SUNGAI, SALURAN AIR DAN SUMBER AIR umum;

Pasal 7 b. menjajakan barang dagangan, membagikan


selebaran atau melakukan usaha-usaha
(1) Pemerintah daerah bertanggung jawab atas tertentu dengan mengharapkan imbalan
pemanfaatan sungai, saluran irigasi, saluran dijalan, jalur hijau, taman, hutan kota,
air, saluran drainase dan pelestarian sumber trotoar dan tempat-tempat umum;
air.
c. melakukan kegiatan usaha dengan cara
(2) Pemerintah daerah bersama-sama merusak dan atau merubah bentuk trotoar,
masyarakat memelihara, menanam dan fasilitas umum dan atau bangunan
melestarikan pohon pelindung di sempadan sekitarnya;
sungai, saluran air dan sumber air.
d. melakukan pekerjaan atau bertindak sebagai
(3) Setiap orang dilarang: perantara karcis angkutan umum, pengujian
a. membangun garasi, hunian, tempat kendaraan bermotor, karcis hiburan
usaha di atas sungai, bantaran sungai, dan/atau kegiatan lainnya yang sejenis;
danau, dan bendungan. e. melakukan usaha produksi, distribusi dan
b. bertempat tinggal atau tidur di tanggul, penjualan minuman beralkohol; dan
bantaran sungai, pinggir kali dan f. melakukan usaha produksi, distribusi dan
saluran air; dan penjualan barang yang sudah kadaluarsa.
c. mengambil atau memindahkan tutup got, Pasal 9
selokan atau saluran lainnya, tali air dan
komponen bangunan perlengkapan jalan (1) PKL hanya dapat berjualan di lokasi PKL.
kecuali untuk kepentingan pemerintah (2) Lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada ayat
daerah. (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
21 22
BAB VI (2) Setiap pemilik, penghuni bangunan atau
TERTIB PEMILIK DAN PENGHUNI BANGUNAN rumah dilarang:
Pasal 10 a. menyimpan atau menimbun benda-
benda/barang-barang yang dapat
(1) Setiap pemilik dan penghuni bangunan atau membahayakan, mengganggu lingkungan
rumah wajib: sekitarnya atau yang dapat menimbulkan
a. memelihara pagar pekarangan dan polusi dan mengganggu ketertiban
memotong dengan rapi pagar hidup yang kecuali bagi bangunan yang telah
berbatasan dengan jalan; ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. membuang bagian dari pohon, semak-
b. membuat gaduh di sekitar tempat atau
semak dan tumbuhan yang dapat
berbuat sesuatu yang dapat mengganggu
mengganggu keselamatan umum atau
ketentraman orang lain kecuali atas izin
dapat menimbulkan bahaya bagi
pemerintah daerah;
sekelilingnya;
c. menggunakan bangunan tidak sesuai
c. memelihara dan mencegah perusakan dengan izin dan peruntukannya.
badan jalan atau trotoar karena
penggunaan oleh pemilik atau penghuni BAB VII
bangunan toko atau rumah; TERTIB SOSIAL DAN ASUSILA
Pasal 11
d. memberikan penerangan lampu di
pekarangan untuk menerangi jalan yang (1) Setiap orang/badan dilarang meminta
belum terjangkau penerangan jalan; bantuan atau sumbangan dengan cara dan
alasan apapun, baik dilakukan sendiri-
e. memelihara bangunan, tembok-tembok sendiri, ataupun bersama-sama di jalan,
dan pagar supaya tidak membahayakan angkutan umum, rumah tempat tinggal,
jiwa orang lain; dan trotoar dan tempat umum lainnya tanpa izin
f. menyediakan tempat sampah di dalam tertulis dari Pemerintah Daerah.
pekarangan bagian depan. (2) Setiap orang dilarang menggelandang,
mengemis dan mengamen ditempat-tempat
umum dan di atas kendaraan umum.
23 24
(3) Setiap orang dilarang memberikan uang atau (2) Untuk melindungi hak setiap orang dalam
barang kepada pengemis, pengamen dan pelaksanaan peribadatan/kegiatan
pengelap mobil. keagamaan, pemerintah daerah dapat
menutup dan/atau menutup sementara
(4) Setiap orang dilarang mabuk sehingga
tempat-tempat hiburan atau kegiatan yang
mengganggu ketertiban umum.
dapat mengganggu pelaksanaan peribadatan.
Pasal 12
Pasal 14
Setiap orang/badan dilarang:
(1) Setiap orang atau badan dilarang
a. menawarkan diri sendiri atau orang lain menyelenggarakan tempat usaha hiburan
untuk melakukan perbuatan asusila; tanpa izin Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
b. melakukan perbuatan asusila; (2) Setiap penyelenggaraan tempat usaha
c. menyediakan tempat atau fasilitas untuk hiburan yang telah mendapat izin
melakukan perbuatan asusila; sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang melaksanakan kegiatan lain yang
d. membantu dan/atau melindungi menyimpang dari izin yang dimiliki.
berlangsungnya perbuatan asusila; dan
Pasal 15
e. berada disatu tempat atau berpindah-pindah
tempat umum secara tetap/sewaktu-waktu Setiap penyelenggaraan kegiatan keramaian wajib
hingga melewati batas waktu yang layak mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang
tanpa ada kejelasan kepentingan ditempat ditunjuk sepanjang bukan merupakan tugas
tersebut dengan penampilan mencolok, wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat
mengundang perhatian orang lain yang sesuai dengan kewenangan.
melihatnya untuk bersamanya melakukan Pasal 16
perbuatan asusila.
(1) Setiap orang yang berkunjung atau bertamu
BAB VIII lebih dari 1 x 24 (satu kali dua puluh empat)
TERTIB LINGKUNGAN jam wajib melaporkan diri kepada pengurus
Pasal 13 Rukun Tetangga setempat.

(1) Pemerintah daerah melakukan penertiban (2) Setiap pemilik rumah kost dan/atau
tempat-tempat hiburan atau kegiatan yang pengelola rumah susun wajib melaporkan
mengganggu ketertiban dan ketentraman penghuninya kepada Kepala Desa/Lurah
masyarakat dan/atau dapat menimbulkan melalui pengurus Rukun Tetangga setempat
dampak yang merugikan bagi masyarakat. secara periodik.
25 26
(3) Setiap penghuni rumah kontrak wajib Pasal 20
melapor kepada Kepala Desa/Lurah melalui Setiap orang atau badan dilarang:
pengurus Rukun Tetangga setempat secara
periodik. a. mencoret-coret, menulis, melukis,
menempel iklan di dinding atau di tembok,
Pasal 17 jembatan lintas, jembatan penyebrangan
orang, halte, tiang listrik, pohon, kendaraan
Setiap orang yang bermaksud tinggal dan menetap
umum dan sarana umum lainnya;
wajib memenuhi persyaratan administrasi
kependudukan sesuai dengan ketentuan b. membuang dan menumpuk sampah di jalan,
peraturan perundang-undangan. jalur hijau, taman, sungai dan tempat-tempat
lain yang dapat merusak keindahan dan
Pasal 18 kebersihan lingkungan; dan
Dalam menyelenggarakan ketertiban lingkungan c. membuang air besar dan kecil di jalan, jalur
Pemerintah daerah mengikutsertakan peran hijau, taman, sungai dan saluran air.
masyarakat di lingkungan Rukun Tetangga dan
BAB IX
Rukun Warga.
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 19 Pasal 21
(1) Setiap orang dilarang menangkap ikan (1) Setiap orang yang melihat, mengetahui dan
dengan cara meracun, menggunakan aliran menemukan terjadinya pelanggaran atas
listrik dan bahan atau alat yang dapat ketenteraman dan ketertiban umum dapat
merusak kelestarian lingkungan di sungai, melaporkan kepada petugas yang berwenang.
danau, dan bendungan.
(2) Setiap orang atau badan yang melaporkan
(2) Setiap orang dilarang memelihara, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak
membunuh, menembak, merusak dan mendapat perlindungan hukum sesuai
memperdagangkan hewan yang dilindungi dengan ketentuan peraturan perundang-
oleh peraturan perundang-undangan. undangan.

(3) Setiap orang dilarang membuang limbah (3) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat
industri melebihi baku mutu ke media (1) wajib menindaklanjuti dan memproses
lingkungan. secara hukum terhadap laporan yang
disampaikan oleh orang atau badan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
27 28
Pasal 22 (2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam
melakukan penyidikan sebagaimana
Setiap petugas yang berwenang dan tidak
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
menindaklanjuti dan/atau memproses atas
ketentuan peraturan perundang-undangan.
laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (3) dikenakan hukuman disiplin kepegawaian BAB XII
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- KETENTUAN PIDANA
undangan.
Pasal 26
BAB X
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan
dalam Pasal 3, Pasal 4 ayat (1), Pasal 4 ayat
Pasal 23 (2), Pasal 4 ayat (4), Pasal 4 ayat (5), Pasal 5,
Pemerintah Daerah berkewajiban Pasal 6, Pasal 7 ayat (3), Pasal 8, Pasal 9 ayat
menyelenggarakan pembinaan ketentraman dan (1), Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12 huruf a,
ketertiban umum. huruf b, huruf d dan huruf e, Pasal 14, Pasal
15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 19 ayat (1), dan
Pasal 24 Pasal 20, dipidana dengan pidana kurungan
Pengawasan atas kepatuhan terhadap ketentuan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda
dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
Satuan Polisi Pamong Praja bersama dengan juta rupiah.
satuan kerja perangkat daerah/
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
instansi/lembaga terkait.
ayat (1) adalah tindak pidana pelanggaran.
BAB XI
PENYIDIKAN (3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan penerimaan daerah dan
Pasal 25 disetorkan ke Kas Daerah.
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Pasal 27
Pemerintah Daerah diberi kewenangan
khusus untuk melakukan penyidikan atas (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 12 huruf c, Pasal 19 ayat (2)
Peraturan Daerah ini. dan ayat (3) dipidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah tindak pidana kejahatan.
29 30
BAB XIII Diundangkan di Sumedang
KETENTUAN PENUTUP pada tanggal 26 Mei 2014
Pasal 28 SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SUMEDANG,
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku,
Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Sumedang Nomor 1 Tahun 1988 tentang ttd
Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban di
Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang
(Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II ZAENAL ALIMIN
Sumedang Tahun 1988 Nomor 8 Seri C), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2014 NOMOR 7
Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Sumedang. Salinan Sesuai Dengan Aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM,
Ditetapkan di Sumedang
pada tanggal 26 Mei 2014
BUPATI SUMEDANG, ttd

ttd ROHAYAH A., S.H.


Pembina Tk. I (IV/b)
NIP. 19611221 198803 2 002
ADE IRAWAN

NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH


KABUPATEN SUMEDANG, PROVINSI JAWA BARAT: (41/2014)
PENJELASAN 2
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG Dengan dilakukannya perubahan terhadap Peraturan
NOMOR 7 TAHUN 20142014 Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang Nomor 1
TENTANG Tahun 1988 tentang Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban
PENYELENGGARAAN KETERTIBAN UMUM DAN di Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ini, diharapkan
KETENTERAMAN MASYARAKAT implementasi terhadap penyelenggaraan ketenteraman
masyarakat dan ketertiban umum dapat diterapkan secara
I. UMUM optimal guna menciptakan ketenteraman, ketertiban,
kenyamanan, kebersihan dan keindahan. Terkait dengan hal
bahwa salah satu urusan wajib yang menjadi tersebut, maka dalam Peraturan Daerah ini mengatur
kewenangan pemerintah daerah adalah penyelenggaraan substansi materi muatan sebagai berikut:
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 14 ayat (1) a. tertib jalan dan angkutan jalan;
huruf c Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang b. tertib jalur hijau, taman dan tempat umum;
Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten
Sumedang berkomitmen untuk menyelenggarakan urusan c. tertib sungai, saluran air dan sumber air;
wajib dimaksud dalam rangka penegakkan Peraturan d. tertib usaha;
Daerah, menjaga ketenteraman dan ketertiban guna
e. tertib pemilik dan penghuni bangunan;
terwujudnya Kabupaten Sumedang yang tertib, teratur,
nyaman dan tentram. f. tertib tempat usaha dan usaha tertentu;
Pengaturan mengenai ketertiban umum dan g. tertib bangunan;
ketenteraman masyarakat harus diarahkan guna pencapaian h. tertib sosial dan asusila;
kondisi yang kondusif bagi seluruh aspek kehidupan
masyarakat dan oleh karena itu ketentuan yang diatur dalam i. tertib lingkungan; dan
Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang j. peran serta masyarakat.
Nomor 1 Tahun 1988 tentang Kebersihan, Keindahan dan
Ketertiban di Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang perlu Peraturan Daerah ini mempunyai posisi yang sangat
disesuaikan dan diatur sesuai dengan perkembangan, strategis dan penting untuk memberikan motivasi dalam
kebutuhan dan perubahan masyarakat. Dinamika menumbuhkembangkan budaya disiplin masyarakat guna
perkembangan dan kebutuhan masyarakat Sumedang yang mewujudkan tata kehidupan yang lebih tenteram, tertib,
dinamis dirasakan memerlukan Peraturan Daerah yang nyaman, bersih dan indah, yang dibangun berdasarkan
menjangkau secara seimbang antara subjek dan objek partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat.
hukum yang diatur. Oleh karena itu, dalam upaya
menampung persoalan dan mengatasi kompleksitas
permasalahan dinamika perkembangan masyarakat
diperlukan penyempurnaan terhadap Peraturan Daerah
dimaksud.
3 4
Upaya untuk mencapai kondisi tertib sebagaimana Pasal 8.
yang menjadi jiwa dan Peraturan Daerah ini tidak semata- Cukup jelas
mata menjadi tugas dan tanggung jawab aparat, akan tetapi
menjadi tugas dan tanggung jawab masyarakat, perorangan Pasal 9
maupun badan untuk secara sadar ikut serta menumbuhkan Cukup jelas
dan memelihara ketertiban. Namun demikian, tindakan tegas
terhadap pelanggar Peraturan Daerah ini perlu dilakukan Pasal 10
secara konsisten dan konsekuen oleh Satuan Polisi Pamong Cukup jelas
Praja dan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang
Pasal 11
profesional sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 148 dan
Pasal 149 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Cukup jelas
Pemerintahan Daerah Pasal 12
II. PASAL DEMI PASAL Cukup jelas
Pasal 1. Pasal 13
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 2. Pasal 14
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 3. Pasal 15
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 4. Pasal 16
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 5. Pasal 17
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 6. Pasal 18
Cukup jelas Cukup jelas
Pasal 7. Pasal 19
Cukup jelas Cukup jelas
5
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
NOMOR 7

Anda mungkin juga menyukai