Anda di halaman 1dari 24

Bangunan Pantai

Pada Umumnya bangunan pantai digunakan sebagai infrastruktur yang berfungsi sebagai
pelindung pantai. Akibat pengaruh dari beberapa faktor seperti pasang surut air laut, akan
mudah menggerakkan sedimen-sedimen di sekitar garis pantai, sehingga akan sering terjadi
erosi pada pantai. Selain itu, di beberapa daerah yang memiliki fetching area yang cukup
panjang mampu menghasilkan gelombang laut yang cukup besar, untuk itu perlu sebuah
bangunan yang mampu meredam kekuatan dari gelombang laut yang mendekati pantai. Berikut
beberapa jenis dari bangunan pantai.
1. Sea Dikes
Sea Dikes merupakan struktur pantai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi
daerah dataran rendah terhadap banjir akibat air laut yang masuk. Sea dikes biasanya
dibangun dari material halus seperti pasir dan tanah liat dan dibentuk seperti gundukan
dengan kemiringan yang landai agar mengurangi efek erosi dari gelombang yang datang.
Permukaan tanggul biasanya berupa rumput, aspal, bebatuan ataupun beton bertulang.

Contoh Sea Dikes

2. Seawalls dan Revetments


Seawalls merupakan struktur pantai yang memiliki fungsi utama untuk mencegah
atau mengurangi limpasan air laut dan banjir terhadap tanah dan struktur yang berada
di belakang daerah pantai akibat badai dan gelombang. Seawalls dibangun sejajar
dengan garis pantai sebagai penguat bagian dari profil pantai. Seawalls biasanya juga
sering digunakan untuk melindungi promenade, jalan, dan rumah-rumah, biasanya
struktur ini dipasang menghadap ke laut dari tepi puncak profil alami pantai.
Seawall pada umumnya dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap
baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi
gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan
kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.
Revetments adalah struktur onshore dengan fungsi utama melindungi garis pantai
dari erosi. Struktur revetment biasanya terdiri dari batu, beton, atau aspal untuk
armornya, bentuknya melandai mengikuti profil alami dari garis pantai. Dalam Corps of
Engineers, perbedaan fungsional dibuat antara seawalls dan revetments untuk tujuan
proyek, namun dalam literatur teknis seringkali tidak ada perbedaan antara seawalls dan
revetments.
Sea walls

3. Bulkhead
struktur pantai-paralel vertikal yang dirancang untuk mencegah limpasan, banjir,
atau erosi tanah. Bulkheads biasanya ditempatkan di sepanjang daerah yang mudah
terkikis atau lereng curam dan dibangun dari kayu, baja, atau lembaran vinyl . Bulkheads
idealnya diletakkan di tempat-tempat dengan lebar basin terbatas, kanal sempit,
cekungan buatan, dan sepanjang tebing curam tinggi. Bulkheads dapat tahan lama,
merupakan struktur tahan lama yang dapat dirancang untuk menahan berbagai
kekuatan gelombang.
Design Bulkhead

Bulkhead

4. Groins
Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif tegak lurus
terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja, beton (pipa beton),
dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus pantai sehingga pasir
terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada “downcurrent side” terjadi erosi,
karena pergerakan arus pantai yang berlanjut . Penggunaan Groin dengan mneggunakan
satu buah groin tidaklah efektif. Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan
membuat suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan
dengan jarak tertentu. Hal ini dimaksudkan agar perubahan garis pantai tidak terlalu
signifikan.

Fungsi Groin

Contoh Groin dilihat dari bagian rendah


Groin dilihat dari bagian yang lebih tinggi

5. Jetty
Jetty merupakan struktur sempit yang melindungi garis pantai dari arus dan pasang
surut. Jetty biasanya terbuat dari kayu, tanah, batu, atau beton. Mereka membentang
dari pantai ke tengah perairan. Arus dan pasang surut dari lautan secara bertahap
membasuh pantai atau fitur lain di sepanjang garis pantai. Ini disebut erosi. Arus sungai
yang kuat atau gelombang dari danau juga dapat mengikis garis pantai. Jetty melindungi
garis pantai dari badan air dengan bertindak sebagai penghalang terhadap erosi dari
arus, pasang surut, dan gelombang. Jetty juga dapat digunakan untuk menghubungkan
tanah dengan air dalam lebih jauh dari pantai untuk keperluan kapal docking muat
kargo. Selain untuk melindingi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan untuk
mencegah pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir. Sungai-
sungai yang bermuara pada pantai yang berpasir engan gelombang yang cukup besar
sering mengalami penyumbatan muara oleh endapan pasir.karena pengaruh gelombang
dan angin, endapan pasir terbentuk di muara. Transport akan terdorong oleh
gelombang masuk kemuara dan kemudian diendapkan. endapan yang sangat besar
dapat menyebabkan tersumbatnya muara sungai. penutupan muara sungai dapat
menyebabkan terjadinya banjir didaerah sebelah hulu muara. Pada musim penghujan
air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit demi sedikit muara sungai terbuka
kembali. Selama proses penutupan dan pembukaan kembali tersebut biasanya disertai
dengan membeloknya muara sungai dalam arah yang sama dengan arah transport
sedimen sepanjang pantai.
Jetty

6. Breakwater
Breakwater dibangun untuk mengurangi aksi gelombang yang diperkirakan dapat
mengganggu sebuah struktur. Aksi gelombang berkurang melalui kombinasi refleksi dan
disipasi energi gelombang yang masuk. Jika digunakan untuk pelabuhan, pemecah
gelombang yang dibangun dimaksudkan untuk menciptakan perairan cukup tenang agar
operasi bongkar muat pada kapal menjadi mudah dan aman, dan juga sebagai
perlindungan fasilitas pelabuhan. Breakwater juga dibangun untuk memperbaiki kondisi
manuver di pintu masuk pelabuhan dan untuk membantu mengatur sedimentasi
dengan mengarahkan arus dan dengan menciptakan daerah dengan tingkat yang
berbeda dari gangguan gelombang. Selain itu, perlindungan garis pantai terhadap
gelombang tsunami merupakan salah satu aplikasi lain dari pemecah gelombang
(breakwater).
Ketika digunakan untuk perlindungan pantai, pemecah gelombang yang dibangun di
perairan dekat pantai dan biasanya sejajar dengan pantai seperti breakwater terpisah
berorientasi (detached breakwater). Tata letak breakwater yang digunakan untuk
melindungi pelabuhan ditentukan oleh ukuran dan bentuk area yang akan dilindungi
serta dengan arah yang berlaku dari gelombang badai, arah bersih arus, dan manuver
dari kapal yang menggunakan pelabuhan tersebut. Pemecah gelombang yang
melindungi pelabuhan dan saluran masuk (untuk kapal) dapat berupa detached atau
shore-connected. Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe
pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe
kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan
kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang
di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan
groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai
lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan perlindungan pantai
terhadap erosi. pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada
jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang dilindungi,
pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau
suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang
dipisahkan oleh celah.

Contoh desain breakwater, dalam hal ini berbentuk rubble-mound structure

Detached breakwaters
Shore-Connected Breakwater

7. Artificial Headland
Sebuah tanjung buatan (artificial headland) akan mencegah pasir bermigrasi di
sepanjang pantai. Biasanya berbentuk struktur rubble mound (bentuknya seperti
trapesium), dengan batu pada bagian luar untuk memberikan perlindungan dari
gelombang badai. Biasanya dibagian atas dari struktur ini dapat dijadikan akses pejalan
kaki, dan tidak jarang digunakan sebagai tempat memancing. Tujuan menggunakan
tanjung buatan (artificial land) adalah untuk membentuk profil pantai yang stabil di
sekitar belakang Tanjung, salah satunya pemulihan bagian pantai yang mengalami erosi,
akibat pasir yang terkikis.

Artificial Headland (Tanjung Buatan)


8. Beach Nourishment
Beach Nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk memindahkan
sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga menjaga pantai tetap
stabil. Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau terdapat
kekurangan suplai pasir. Stabilitasi [antai dapat dilakukan dengan penambahan suplai
pasir ke daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi terjadi secara terus menerus , maka
suplai pasir harus dilakukan secara berkala dengan laju sama dengan kehilangan pasir .
Untuk pantai yang cukup panjang maka penambahan pasir dengan cara pembelian
kurang efektif sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sisi lain
dari pantai.

Beach Nourishment

9. Terumbu Buatan
Terumbu buatan (artificial reef) bukanlah hal baru, di Jepang dan Amerika usaha ini
telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Mula-mula dilakukan dengan
menempatkan material natural berukuran kecil sebagai upaya untuk menarik dan
meningkatkan populasi ikan. Di Indonesia, terumbu buatan mulai disadari peranan dan
kehadirannya oleh masyarakat luas sejak tahun 1980-an, pada saat dimana Pemda DKI.
Jakarta menyelenggarakan program bebas becak, dengan merazia seluruh becak yang
beroperasi di ibu kota dan kemudian mengalami kesulitan dalam penampungannya,
sehingga pada akhirnya bangkai becak tersebut dibuang ke laut. Berbagai macam cara,
baik tradisional maupun modern, bentuk dan bahan telah digunakan sebagai terumbu
buatan untuk meningkatkan kualitas habitat ikan dan biota laut lainnya. Saat ini sedang
terjadi pergeseran paradigma rekayasa pantai dari pendekatan rekayasa secara teknis
yang lugas (hard engineering approach) ke arah pendekatan yang lebih ramah
lingkungan (soft engineering approach). Salah satu contoh misalnya adalah bangunan
pemecah gelombang (breakwater) yang semula ambangnya selalu terletak di atas muka
air laut, kini diturunkan elevasinya hingga terletak dibawah muka air laut.
Terumbu Buatan
Bangunan Lepas Pantai
Macam-macam Bangunan/Anjungan Lepas Pantai

Jenis anjungan berdasarkan fungsi

1. Production Platform (Anjungan Produksi)


Fungsi dari anjungan ini adalah memisahkan antara gas, minyak, dan air. Anjungan
dapat berupa jacket steel platform, gravity platform atau mobile units. Hasil olahan
dikirim ke darat melalui pipa bawah laut dan ditampung lalu diangkut tanker. Fasilitas
produksi yang ada umumnya di prefabrikasi di darat. Sedangkan peralatannya meliputi
kran, tangki, pendingin, pemanas, generator, pompa, dll. Terdapat sistem pipa, electrical
(kabel-kabel, panel-panel), Struktur pendukung, balok-balok penopang, pondasi, dll,
bangunan untuk perawatan, gudang, generator, control-room, peralatan komunikasi
dan keselamatan.

Production Platform

Contoh yang menggunakan anjungan produksi adalah Jacket Steel di Natuna seberat
18.000 ton (64 x 105m) berat per module antara 2500 ~ 3800 ton, dengan topside untuk
produksi seberat 33.500 ton. Daya listrik 400 MW per deck dan menghasilkan gas
sebesar 480 MMcfd.

2. Accomodation Platform (Anjungan Akomodasi)

Saat ini banyak juga dipakai anjungan terapung selain terpancang. Di sisi lain, setelah
kecelakaan semi-submersible Kielland 1980 dan Piper Alpha 1990-an, peraturan
kebakaran dan keselamatan untuk anjungan akomodasi semakin ketat. Salah satunya
adalah ISM codes untuk anjungan terapung diberlakukan mulai 2003. Anjungan
akomodasi ditentukan oleh jumlah personil dan sistem penggunaan (hotel atau transit).

Accomodation Platform
3. Wellhead Platform (Anjungan Untuk Kepala Sumur)

Fungsi dari anjungan kepala sumur atau pengeboran adalah untuk pengeboran lanjut
minyak/gas maupun pengeboran awal. Lama operasi tergantung jumlah sumur dan jenis
pengeboran (bulanan ~ tahunan) dimana pengeboran 1 sumur - 1000 m dibawah seabed
rata-rata perlu 2 bulan. Untuk tipe yang dipakai adalah struktur terpancang atau
terapung. Jack-up setelah selesai pengeboran dapat dipakai sebagai well-head platform
yang menghubungkan sumur dengan anjungan produksi. Beban operasional sangat
bervariasi karena banyaknya material konsumsi (barite, semen, pipa-pipa bor, lumpur
bor, dll).

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan kegiatan pengeboran diantaranya


pemenuhan kriteria operasional, integritas struktur, dan keselamatan selain aspek
kebocoran, kebakaran, dan redundancy power untuk penambatan. Contoh penggunaan
platform ini ada pada fasilitas pengeboran di North Sea seberat 5000 ton, pengeboran
gas di Natuna sedalam 145 m untuk 41 buah sumur yang dioperasikan 230 orang
memerlukan topside facility seberat 10.300 ton.

4. flare platform (anjungan obor)

Flare platform berguna untuk membakar gas berbahaya yang tidak diinginkan yang
dilepaskan selama proses produksi sehingga mengurangi tekanan yang tidak
direncanakan di dalam sumur pengeboran.
5. self contained platform

Jenis anjungan ini mempunyai ciri bahwa semua peralatan ada diatas anjungan ini baik
well head, processing, flare, accomodation maupun helipad. Sedangkan aplikasinya
dipergunakan untuk laut dalam lebih dari 100 m. Ciri lain dari anjungan ini adalah
berkaki 8 atau lebih dan berada di Laut Cina selatan (natuna), North Sea.
Selain kelima jenis platform, juga ada dua platform yang lain yakni anjungan instalasi yang
berfungsi untuk membantu instalasi anjungan lain seperti fasilitas derek (hook-up) dimana
kebanyakan berupa anjungan terapung baik kapal, semi-submersible atau jack-up platform
dengan kriteria kapasitas angkut dan perilaku di laut (stabilitas, gerakan, lamanya waktu tidak
operasi (down-time) karena lingkungan. Jenis yang satunya adalah pipe layer dimana pipe Layer
berkembang dari model TONGKANG biasa sampai semi-submersible yang dilengkapi dengan
fasilitas las dan pendukung yang modern dengan faktor lingkungan yang berpengaruh adalah
kedalaman air dan kondisi laut saat operasi.

Jenis bangunan dilihat dari sistem dan struktur

1. Bangunan Terpancang

a. fixed jacket leg structure

Bangunan ini bisa dipakai sebagai

o kepala sumur(well head)


o produksi(production)

o akomodasi(living quarter)

o obor (flare)

o jembatan hubung(junction)

Offshore jacket structure bisa terdiri dari jacket leg structure dan deck structure.
Kemudian jumlah kaki (jacket leg) bisa 3, 4, 6, 8 yang tergantung beban yang
ditopang(deck load). Sedangkan jumlahnya lebih 400 di perairan indonesia, mulai
10 m sd 100 m. Untuk contoh aplikasi dengan konstruksi terpancang bisa dilihat
pada jacket steel platform, gravity platform, monopod, tripod, dll. Pada konstruksi
terpancang, beban vertikal, horizontal dan moment dapat ditransformasikan oleh
konstruksi kaki-kakinya melalui pondasi ke dasar laut. Ukuran pondasi menentukan
distribusi beban ke dasar laut. Ukuran pondasi menentukan ukuran struktur secara
keseluruhan. Struktur terpancang umumnya difungsikan sebagai Production
Platform, Fasilitas anjungan pendukung produksi atau keduanya.

b. jack up structure (self elevating unit) atau anjungan dongkrak

Merupakan bangunan lepas pantai yang berkaki 3-4 yang dapat diturunkan kedasar
laut dan digunakan untuk eksplorasi pengeboran sampai kedalaman 50-100 m.
Adapun bangunan ini bisa diapungkan dan dipindahkan dengan ditarik kapal tunda.

2. Bangunan Terikat (compliant platform)

Aplikasi untuk struktur bangunan terikat ada pada Tension Leg Platform (TLP), Guyed
Tower, Articulated Tower. Struktur selain ditopang di dasar laut, juga memiliki daya
apung. Keunggulan dari struktur ini adalah posisi geladak tetap diatas air dan gerakan
vertikal struktur dapat dieliminasi serta pipa-pipa conductor dapat dipasang disamping
struktur. Sedangkan kelemahannya adalah konstruksi sangat besar karena biasanya
untuk laut dalam, sambungan antara struktur dengan dasar laut bersifat engsel (ball-
joint) sehingga lemah jika menahan beban dinamis struktur yang besar serta daya muat
struktur tidak terlalu besar.

a. Tension Leg Platform (TLP)

Dioperasikan di ladang west seno selat makassar pada kedalaman 1000 meter dan
menggunakan anjungan benam dengan pengikat semacam bumbung baja yang
berpenegang. TLP umumnya digunakan sebagai Production Platform. Adapun
konstruksinya terdiri dari Badan (Hull), Super structure (deck & topside facilities),
Tali-tali penambat vertikal. Badan TLP sekilas mirip Semi-submersible dengan kolom-
kolom horizontal (Floaters) yang lebih kecil dan sederhana.
Badan TLP terdiri dari kolom-kolom tegak berjumlah 4 atau 6. Kolom horizontal
sebagai penghubung antar kolom tegak dan penegar-penegar diagonal.
Superstructure terdiri atas geladak dan fasilitas produksi dan operasi. Tali penambat
vertikal berupa wire ropes yg menghubungkan hull ke seabed. Tali diberi tegangan
tarik awal agar jika muatan di geladak bertambah atau terjadi pasang-surut maka
posisi TLP relatif tidak berubah. Tali vertikal juga dapat mentransformasikan beban
horizontal ke dasar laut sehingga pergeseran horizontal dapat direduksi.

Mini-Tension Leg Platform (Mini-TLP)

Secara konseptual jenis anjungan ini tidak berbeda jauh dengan jenis TLP
konvensional yaitu sebuah anjungan terapung yang ditambat ke dasar laut dengan
sistem tambat bertegangan. Kata "mini" yang dipakai berkonotasi terhadap dua hal,
pertama merujuk pada dimensinya yang pada umumnya memang relative lebih kecil
dibanding ukuran TLP konvensional. Kedua, mengacu pada sifatnya yang relative low
cost developed karena digunakan untuk produksi di laut-dalam dengan cadangan
hidrokarbon cukup kecil, yang mana akan tidak ekonomis jika digunakan sistem
produksi yang lebih konvensional lainnya. Fungsinya yang lain adalah bisa sebagai
anjungan utilitas, satelit atau anjungan produksi awal pada sebuah ladang
hidrokarbon laut-dalam yang lebih besar.

Mini-TLP pertama di dunia dipasang di Teluk Meksiko pada tahun 1998. Anjungan ini
bernama SeaStar® yang dibangun oleh Atlantia Offshore bersama dengan ABB,
McDermott, Modec, dll. Kreasi artistik ini merupakan state-of-the-art dari sebuah
mini-TLP dimana digunakan sebuah struktur kolom tunggal sehingga sangat berbeda
dengan bentuk biasanya yang memiliki multicolumn (biasanya terdiri dari empat
kolom). Anjungan ini dioperasikan di area Green Canyon blok 237, Teluk Meksiko
pada kedalaman 639,3 m (2.097 ft).

Tension Leg Platform (TLP)

Biasanya disebut juga TLP konvensional, untuk membedakan dengan jenis Mini-TLP.
Jenis struktur ini berupa sebuah anjungan apung yang diposisikan dan distabilkan
melalui sistem tambat vertikal (tendon) bertegangan tarik (minimal tiga tali-tambat
yang terpisah) yang dipancang di dasar laut. Tegangan tarik pada tendon dihasilkan
oleh adanya daya apung dari bagian lambung anjungan yang tercelup dalam air.
Sifat dari anjungan ini, pada saat terkena beban-beban seperti gelombang, angin
atau arus, anjungan akan bergerak menyamping dengan tetap pada kondisi
horisontal karena aksi paralel dari tendonnya.

Gerak vertikalnya (heave) dirancang secara ketat agar sangat terbatas geraknya,
sehingga fasilitasnya cocok dipakai untuk surface completion dari sumur-sumur.
Salah satu TLP yang sudah dioperasikan akhir tahun 2001 adalah TLP Brutus
(Gambar 3). Bentuk strukturnya berkolom empat dengan tendon penambat
berjumlah 12 line untuk tiap kolomnya. Tiap kolom berdiameter 66,5 feet dengan
tinggi 166 feet dan tiap pipa tendon berdiameter 32 inci dengan ketebalan 1,25 inci.
Dipasang dan dioperasikan di area Green Canyon Blok 158 perairan Teluk Meksiko
pada kedalaman 910 m (2.985 ft).

b. Mooring Bouy (Bui Tambat)


Merupakan bui terapung dan diikat dengan satu atau beberapa utas rantai kedasar
laut. Fungsinya adalah untuk menambatkan kapal tanker ditengah laut (tanpa
bersandar dikade) sambil membongkar muatan minyak melalui pipa bawah laut.

3. Bangunan Terapung (mobile offshore unit)

Adapun contoh aplikasi untuk bangunan terapung adalah jenis semi-submersible, jack-
up platform, drilling ship, barge, dll.

Gerakan struktur diatas air relatif lebih besar (kecuali Jack-up) dibanding Fixed Plat.
Sementara kaki-kaki Jack-up tidak terpancang permanen di dasar laut tapi dapat naik-
turun. Untuk struktur terapung dilengkapi fasilitas penambatan (MOORING), dengan
sistem:

- Catenary Mooring yang terdapat jangkar, rantai atau wire ropes dengan jumlah
mooring line antara 4 ~ 24 buah serta karakteritik dipengaruhi beban statis dan
dinamis.

- Dynamic Positioning (motion response control, thruster), dimana digunakan untuk


laut dalam dan lokasi kerja rawan.

Adapun secara umum fungsi dari struktur bangunan terapung adalah merupakan
anjungan pengeboran (drilling), anjungan pendukung operasi (support vessel), fasilitas
pendukung pemasangan pipa (Pipe Layer), fasilitas akomodasi, fasilitas produksi
khususnya di marginal field dan shorter time.

Sedangkan pembagiannya dapat dilihat pada kedua jenis aplikasi berikut ini :

a. kapal bor (drilling ship)

Jenis ini bisa beroperasi pada kedalaman 300 meter sampai 1500 meter. Sementara
sususannya, ditengah kapal ada moon pool yaitu lubang untuk menara bor dan
peralatan bor. Selain itu, bangunan terapung dengan kapal bor menggunakan
dynamic positioning system agar bisa diam pada posisi yang dikehendaki dengan
bantuan beberapa thruster.

b. semi submersible (anjungan benam)

Anjungan jenis ini merupakan bangunan geladak yang ditopang oleh 4 atau 6 kolom
yang berdiri diatas dua ponton(port & starboard) yang digunakan untuk pengeboran
eksplorasi pada kedalaman 200-500 meter. Pada umumnya menggunakan dynamic
positioning system. Kemudian secara kerjanya juga stabil dan bisa berpindah tempat
sendiri.
Sumber :
1. http://iubtt.kemenperin.go.id/index.php/istilah-istilah-industri/87-perkapalan/166-
bangunan-lepas-pantai
2. http://www.rigzone.com
3. http://nuchan.blogspot.com/2008/06/bangunananjungan-lepas-pantai.html
4. http://syahrin88.wordpress.com/2010/09/09/bangunan-pelindung-pantai/
5. Coastal Engineering Manual

Anda mungkin juga menyukai