Corruption As A Challenge For Governance Development - Sesi14.en - Id-1
Corruption As A Challenge For Governance Development - Sesi14.en - Id-1
Tantangan untuk
Tata Kelola
Pengembangan
pemenuhan
• Temuan Utama:
• Indonesia mendapat skor tinggi dalam dimensi ini (skor 78) yang berarti
ciri-ciri gaya Indonesia sebagai berikut: Bergantung pada hierarki, hak
yang tidak setara antara pemegang kekuasaan dan non pemegang
kekuasaan , atasan tidak dapat diakses, pemimpin direktif, kontrol
manajemen dan delegasi. Kekuasaan terpusat dan manajer
mengandalkan kepatuhan anggota tim mereka. Karyawan berharap
diberi tahu apa yang harus dilakukan dan kapan . Kontrol diharapkan
dan manajer dihormati karena posisinya.
• Selandia Baru mendapat skor sangat rendah dalam dimensi ini (22). Dalam
organisasi, hierarki dibuat untuk kenyamanan , atasan selalu dapat diakses dan
manajer mengandalkan karyawan individu dan tim untuk keahlian mereka.
Kedua manajer dan karyawan berharap untuk diajak berkonsultasi dan
informasi sering dibagikan . Pada waktu bersamaan, komunikasi bersifat
informal, langsung dan partisipatif .
Sumber: https://www.hofstede-insights.com/country-comparison/indonesia,new-zealand/
Menunjuk Badan Ombudsman
• Untuk memungkinkan anggota organisasi yang bertenaga rendah
untuk berdiri , mereka membutuhkan bantuan.
Ombudsman akan menjadi mitra bagi mereka untuk bernegosiasi
langsung dengan individu yang lebih tinggi
• Selandia Baru adalah negara berbahasa Inggris pertama pada tahun 1962 yang
mengadopsi dengan undang-undang gagasan Skandinavia
Ombudsman metodologi yang membayangkan investigasi independen
atas keluhan warga negara tentang tindakan maladministrasi oleh
departemen atau badan pemerintah
• Selandia Baru sekarang memiliki tiga Ombudsman yang menangani sekitar 6.000
kasus per tahun, dibawa kepada mereka oleh individu biasa
• Ombudsman Perbankan Skema dimulai pada Juli 1992 yang menengahi perselisihan
yang belum terselesaikan tentang layanan perbankan
Kenapa Masyarakat
Masih Enggan Mengadu
(Ombudsman Kepada)?
“… Ada pola pikir bahwa dengan mengadu akan semakin mempersulit yang diperlakukan untuk mendapatkan pelayanan.
Di satu sisi, masyarakat merasa sudah terlatih untuk memaklumi pelayanan yang tidak prima. Istilahnya mau cepat bisa pakai
uang, dan kalau mau lancar
harus ada orang dalam. ” - Tari Mardiana, Asisten Ombudsman RI Kantor Perwakilan Prov. Kalbar