Anda di halaman 1dari 11

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS


BELAJAR DAN KEMAMPUAN MENGURUS DIRI SENDIRI BAGI ANAK
TUNAGRAHITA
Ni Made Suriadi, Nyoman Dantes, A.A.I.N. Marhaeni

Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
Email: : made.suriadi@pasca.undiksha.ac.id, dantes@pasca.undiksha.ac.id,
marhaeni@pasca.undiksha.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan mengurus diri
sendiri bagi anak tunagrahita pada pelajaran bina diri kelas D3 di SLB.C Negeri Singaraja tahun ajaran
2012/2013 melalui penerapan metode drill. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan yang
dilaksanakan di SLB C Negeri Singaraja. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas D3 SLB C yang
berjumlah enam orang. Data aktivitas belajar dan mengurus diri sendiri dikumpulkan melalui lembar
observasi, dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan dua orang siswa
(33,33%) telah mencapai kriteria ketuntasan aktivitas belajar (kategori baik) dan satu orang siswa
(16,67%) telah mencapai kriteria ketuntasan kemampuan mengurus mengurus diri sendiri (kategori baik).
Hal yang ditekankan dalam pelaksanaan siklus II adalah mengintensifkan pembelajaran metode drill.
Hasil siklus II menunjukkan ,semua siswa sebanyak enam orang (100%) telah mencapai kriteria
ketuntasan aktivitas belajar dan kemampuan mengurus diri sendiri yaitu berada pada kategori sangat
baik. Kendala yang dihadapi dalam penerapan metode drill adalah koordinasi gerak motorik siswa masih
kurang baik dan tingkat konsentrasi lemah dimana pandangan siswa cepat beralih pada objek lain .

Kata kunci: metode drill, aktivitas belajar siswa, dan kemampuan mengurus diri siswa.

Abstract

The purpose of this research is to improve learning activity and self-help ability in handicapped
children in self-help learning grade D3 in SLB C Negeri Singaraja academic year of 2012/2013 through
drill method implementation. This research is an action research administered in SLB C Negeri
Singaraja. Subject in this research was six students grade D3 SLB C. Data of learning activity dan self-
help ability were collected by using observation sheet and analyzed descriptively. Result for the cycle I
shows that two students (33,33%) have passed the learning activity criterion (criterion good) and one
student (16,67%) have passed the self-help ability criterion (criterion good). The point emphasized in
implementation cycle I was intensifying the drill learning method. The result in cycle II shows that all
students (100%) have passed the learning activity criterion and self-help ability criterion with the category
of very good.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

Keywords: drill method, student’s learning activity and student’s self-help ability
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar bagi penyandang tunagrahita diperlukan
untuk mengembangkan sumber daya bimbingan rehabilitasi secara simultan dan
manusia melalui kegiatan pengajaran. komprehensif yang mencakup aspek fisik,
Penyelenggaraan pendidikan harus mental, sosial dan vokasional. Agar anak
dilaksanakan secara demokratis dan tunagrahita memiliki kemampuan dalam
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan memenuhi kebutuhan sehari-hari yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan disesuaikan dengan derajat kecacatan.
kemajemukan bangsa. Anak tunagrahita sebagaimana anak
Salah satu bentuk lembaga pada umumnya memiliki hak dan
pendidikan yang diselenggarakan kebutuhan untuk berkembang atau
pemerintah dalam upaya pemerataan mengaktualisasikan potensinya sehingga
pendidikan adalah Layanan Pendidikan dapat hidup mandiri. Namun pada
Luar Biasa yang diselenggarakan di SLB pemenuhan hal-hal tersebut di atas
(Sekolah Luar Biasa). Tujuan pendidikan mengalami hambatan karena keterbatasan
luar biasa yang diselenggarakan di SLB fungsi kecerdasan intelektual yang berada
adalah memberikan kesempatan kepada di bawah usia kronologisnya secara
anak-anak berkelainan seperti anak signifikan. Oleh karena itu anak tunagrahita
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan akan memperlihatkan aktualisasi fungsi
tunadaksa serta tunasosial agar dapat intelektual dan kemampuan dalam prilaku
mengembangkan kemampuan yang ada adaptif di bawah usianya. Disadari
pada diri anak, sehingga pada akhirnya sepenuhnya bahwa penyandang
mampu membangun dirinya serta dapat tunagrahita mempunyai karakteristik
hidup mandiri tanpa harus tergantung pada tersendiri serta permasalahan yang unik
orang lain. dan kompleks.
Penyandang tunagrahita merupakan Kondisi ini sangat mempengaruhi
salah satu dari anak luar biasa yang strategi pendekatan pemberdayaan yang
merupakan bagian dari masyarakat spesifik. Sebagai akibatnya anak
Indonesia yang mempunyai kedudukan, tunagrahita mempunyai permasalahan dan
hak, kewajiban dan peran yang sama kebutuhan yang tentu saja memerlukan
seperti masyarakat Indonesia lainnya layanan khusus agar dapat berkembang
sehingga mereka diharapkan dapat optimal sehingga pada akhirnya dapat
berperan secara aktif sesuai dengan hidup layak di tengah masyarakat.
kemampuan yang dimilikinya. Anak Permasalahan yang dihadapi anak
tunagrahita adalah anak yang mempunyai tunagrahita adalah sulit memahami hal-hal
intelegensi sedemikian rupa di bawah rata- yang abstrak, miskin pengalaman, miskin
rata anak normal sehingga menimbulkan konsentrasi, cepat lupa, kurang inisiatif dan
gangguan maupun hambatan di dalam lain sebagainya. Bagi anak tidak
mengikuti program pendidikan di sekolah tunagrahita persoalan mengurus diri sendiri
umum serta tidak memiliki kemampuan di dapat dipelajari melalui instingtif,
dalam menyesuaikan diri dengan norma sedangkan bagi anak tunagrahita persoalan
dan tuntutan yang berlaku di masyarakat, mengurus diri sendiri harus terprogram
sehingga mereka memerlukan program secara rinci. Bagi penyandang tunagrahita,
pendidikan khusus. penguasaan keterampilan kehidupan
Untuk mewujudkan kesamaan, sehari-hari yang bersifat dasar baik yang
kesetaraan, kedudukan, hak, kewajiban dan berhubungan dengan pemenuhan
peran penyandang tunagrahita diperlukan kebutuhan sendiri maupun dengan
sarana dan upaya yang lebih memadai, lingkungan sosialnya sangat berpengaruh
terpadu dan berkesinambungan yang pada pada keseluruhan proses pelayanan dan
akhirnya akan menciptakan kemandirian rehabilitasi sosial. Oleh karena itu maka
dan kesejahteraan penyandang cacat pada bimbingan keterampilan kehidupan sehari-
umumnya. Dalam rangka mencapai target hari menjadi kebutuhan dasar dalam proses
fungsional pelayanan dan rehabilitasi sosial pelayanan dan rehabilitasi sosial.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

Upaya pelayanan dan rehabilitasi kebutuhan penyelenggaraan latihan


sosial diarahkan agar penyandang mengurus diri sendiri dengan kondisi
tunagrahita mampu melaksanakan fungsi sekolah sehingga program kegiatan
sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. mengurus diri sendiri pada pelajaran Bina
Program latihan mengurus diri sendiri Diri belum diimplementasikan dengan baik.
memiliki peran sentral dalam mengantarkan Sekalipun secara teori dan cara
peserta didik dalam melakukan kegiatan pelaksanaannya telah dipahami oleh guru
untuk dirinya sendiri. Melalui latihan secara rinci, namun program kegiatan
mengurus diri sendiri pada pelajaran Bina mengurus diri sendiri belum menunjukkan
Diri diarahkan untuk mengaktualisasikan kemajuan berarti dalam keberhasilan anak
dan mengembangkan kemampuan peserta tunagrahita memahami materi pelajaran
didik dalam melakukan aktivitas hidup yang disampaikan oleh guru. Dimana
sehari-hari untuk kebutuhan dirinya sendiri kecendrungan yang dilaksanakan oleh guru
sehingga mereka tidak membebani orang mengajar dengan pola mengajar yang
lain. sifatnya maju berkelanjutan artinya guru
Bina Diri mengacu pada suatu dalam mengajar sering kali cepat beralih ke
kegiatan yang bersifat pribadi, tetapi materi selanjutnya tanpa memperhatikan
memiliki dampak dan berkaitan dengan kemampuan siswa secara individu.
human relationship. Disebut pribadi karena Kondisi yang ada di SLB.C Negeri
mengandung pengertian bahwa Singaraja menunjukkan bahwa aktivitas
keterampilan-keterampilan yang diajarkan belajar dan kemampuan mengurus diri
atau dilatihkan menyangkut kebutuhan sendiri pada aspek berpakaian dalam mata
individu yang harus dilakukan sendiri tanpa pelajaran Bina Diri di kelas D3 sangatlah
dibantu oleh orang lain bila kondisinya rendah dimana prestasi anak menunjukkan
memungkinkan. Beberapa istilah yang hasil dibawah KKM yang ditetapkan (7,0),
biasa digunakan untuk menggantikan istilah juga didukung oleh pengakuan orang tua
bina diri yaitu “Self Care”, “Self Help Skill”, anak, sebagai contoh dalam mengenakan
atau “Personal (Casmini, 2008; 2). kemeja anak masih dibantu oleh ibunya.
Sedangkan Chita (2011) menyatakan Setiap harinya siswa memang terlihat rapi
bahwa Bina Diri merupakan serangkaian tapi semua itu bukan dilakukan oleh anak
kegiatan pembinaan dan latihan yang melainkan atas bantuan orang lain.
dilakukan oleh guru yang profesional dalam Ini terbukti ketika guru menyuruh anak
pendidikan khusus, secara terencana dan untuk mencobakan mengenakan kemeja
terprogram terhadap individu yang sendiri ternyata anak tidak bisa, atas dasar
membutuhkan layanan khusus, yaitu inilah peneliti ingin meningkatkan
individu yang mengalami gangguan kemampuan anak dalam mengurus diri
koordinasi gerak-motorik, sehingga mereka sendiri khususnya pada aspek berpakaian.
dapat melakukan aktivitas kehidupan Dalam pembelajaran guru sudah
sehari-hari, dengan tujuan meminimalisasi mengajarkan dengan berbagai alternatif
dan atau menghilangkan ketergantungan diantaranya; secara langsung menyuruh
terhadap bantuan orang lain dalam anak ke depan untuk membuka kancing
melakukan aktivitasnya. bajunya sendiri dan memakai kembali. Cara
. Salah satu kompetensi dalam seperti ini kurang membuahkan hasil
kurikulum pembelajaran Bina Diri pada karena anak malu membuka kancing baju
aspek mengurus diri sendiri adalah di depan teman. Cara lain yang juga pernah
berpakaian. Misalnya pada kegiatan dilakukan guru adalah dengan menyuruh
mengenakan baju kemeja kedengarannya anak untuk membawa baju sendiri, namun
sangat sederhana tapi bila diaplikasikan kendalanya anak tidak menyampaikan
pada anak tungrahita, kemungkinan pesan guru ke orang tua.
sebagian besar dari mereka tidak bisa Kurangnya pemahaman orang tua
melakukan sendiri tanpa diajarkan dan dan masyarakat tentang keberadaan anak
dilatih terlebih dahulu. tunagrahita, mengakibatkan banyak anak
Hal yang menjadi permasalahan tunagrahita tidak dapat mengembangkan
sekarang adalah belum selarasnya antara potensi yang di miliki secara optimal. Orang
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

tua banyak menganggap anak tidak mampu diri sendiri anak pada aspek berpakaian
melakukan aktivitas hidup sehari-hari (memakai baju kemeja, celana pendek,dan
sehingga banyak anak tunagrahita terlalu sepatu bertali) secara mandiri dapat
dimanjakan. Ditambah lagi , anggapan meningkat.
masyarakat bahwa anak tunagrahita identik Dengan demikian pembelajaran Bina
dengan anak yang berkelainan jiwa Diri dalam hal mengurus diri sendiri lebih
sehingga anak diisolir dan disisihkan dari bermakna dalam arti anak tunagrahita
lingkungan pergaulannya di masyarakat. memiliki bekal keterampilan hidup serta
Kondisi ini akan semakin membuat anak dapat diterima sebagai bagian dari
tunagrahita kurang dihargai keberadaannya kehidupan keluarga dan masyarakat
di tengah keluarga dan masyarakat . apabila kembali ketengah keluarga dan
Melihat kenyataan di lapangan inilah, masyarakat. Keterampilan hidup yang
peneliti melihat program kegiatan mengurus dimaksudkan adalah anak tunagrahita
diri sendiri belum dapat diajarkan secara memiliki kemampuan mengurus diri sendiri
optimal. Materi ajar mengurus diri sendiri tanpa harus tergantung dengan orang
sudah diajarkan namun tidak disertai lainserta mampu beradaptasi dengan
sarana penunjang belajar. Hal yang lingkungannya. Hal ini tidak terlepas dari
seharusnya dilakukan guru ketika mengajar tujuan pendidikan anak tunagrahita seperti
adalah guru harus menggunakan metode yang diungkapkan oleh Kirk ( 1986 ) adalah
mengajar yang tepat. Dengan penggunaan agar anak tunagrahita dapat
metode mengajar yang tepat, maka akan mengembangkan potensi dengan sebaik-
memudahkan pemahaman anak dan baiknya,menolong diri sendiri, berdiri
pembelajaran akan lebih bermakna. sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta
Salah satu metode mengajar yang memiliki kehidupan lahir batin yang layak
dianggap sangat tepat dan cocok untuk Bertitik tolak dari permasalahan-
mengajarkan materi mengurus diri sendiri permasalahan di atas, maka dipandang
pada aspek berpakaian adalah metode perlu untuk mengangkat topik ini menjadi
latihan (drill). Menurut Hernawo (2008) sebuah penelitian dengan judul:
Metode drill (latihan) disebut juga metode “Penerapan Metode Drill Dalam Rangka
training, merupakan suatu cara mengajar Meningkatkan Aktivitas Belajar dan
yang baik untuk menanamkan kebiasaan- Kemampuan Mengurus Diri Sendiri Bagi
kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana Anak Tunagrahita Pada Pelajaran Bina Diri
untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan kelas D3 di SLB.C Negeri Singaraja tahun
yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga ajaran 2012/2013”.
digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan, METODE PENELITIAN
keterampilan. Penelitian ini merupakan penelitian
Dalam membelajarkan materi harus tindakan.Pelaksanaan penelitian dilakukan
diawali dari yang mudah, sedikit sulit, secara bersiklus yakni bisa lebih dari satu
hingga ke yang benar-benar sulit. Melalui siklus, dan bisa dua atau tiga siklus tidak
tahapan-tahapan belajar ini akan lebih menutup kemungkinan bertambah apabila
menjamin terjadinya proses belajar. tujuan pembelajaran belum tercapai. Tiap
Pembelajaran ini tidak akan dapat diserap siklus terdiri dari empat fase sesuai dengan
anak dengan satu kali penyampaian, model yang dikemukakan oleh Dantes,
mengingat kemampuan intelektual anak (2012; 137) yaitu perencanaan (planning),
sangat terbatas. Mengingat pentingnya pelaksanaan (action), obsesrvasi/evaluasi
proses pembelajaran yang berulang-ulang (observasing) dan refleksi (reflecting).
dalam meningkatkan aktivitas belajar dan Penelitian ini dilaksanakan di SLB C
melatih kemampuan mengurus diri sendiri Negeri Singaraja Tahun Pelajaran
pada aspek berpakaian, maka peneliti ingin 2012/2013, yang beralamat di jalan
melakukan secara intensif kepada anak Yudistira Selatan No 15, Kelurahan
tunagrahit. Peneliti ingin membuktikan Kendran, Kecamatan Buleleng, Kabupaten
bahwa melalui metode latihan (drill) maka Buleleng, yang merupakan Sekolah Luar
aktivitas belajar dan kemampuan mengurus
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

Biasa yang khusus memberikan pelayanan Mekanisme perhitungan tersebut adalah


pendidikan pada anak tunagrahita. sebagai berikut: a) para pakar yang
Subjek penelitian ini adalah siswa dipercaya menilai instrument perbutir,
kelas D3 SLB C Negeri Singaraja Tahun dengan menggunakan skala, b) dilakukan
Ajaran 2012/2013, yang berjumlah enam pengelompokan skala, c) hasil penilaian
anak, terdiri dari empat anak laki-laki dan para pakar ditabulasi dalam bentuk matriks,
dua anak perempuan. Proses penelitian ini d) dibuat tabulasi silang, e) dilakukan
melibatkan guru kelas D3 yang merupakan perhitungan validitas isi. Berdasarkan uji
peneliti langsung dalam menerapkan pakar yang telah dilakukan maka
metode drill untuk melihat peningkatan instrument lembar observasi yang telah
aktivitas belajar dan kemampuan mengurus dibuat peneliti berada pada kategori sangat
diri sendiri (aspek berpakaian) pada anak relevan.
tunagrahita, sedangkan objek dari Data aktivitas belajar dan
penelitian tindakan ini adalah aktivitas kemampuan mengurus diri sendiri siswa
belajar dan kemampuan mengurus diri dianalisis secara deskriptif, yang dilanjutkan
sendiri anak tunagrahita pada pelajaran mencari tingkatan aktivitas dan kemampuan
Bina Diri. mengurus diri sendiri siswa. Tingkatan
Data aktivitas belajar dan aktivitas dan kemampuan mengurus diri
kemampuan mengurus diri sendiri sendiri siswa dapat ditentukan dengan
dikumpulkan dengan lembar observasi. membandingkan M(%) atau rata-rata
Lembar observasi yang dibuat kemudian persen ke dalam PAP skala lima dengan
dikonsultasikan dengan ahli. Validasi yang kriteria sebagai berikut.
dilakukan adalah validasi isi atau uji pakar.

Tabel 01. Pedoman Konversi Skala Lima


Persentase (%) Kriteria
90 -100 Sangat Baik
75 – 89 Baik
65 – 74 Cukup
40 – 64 Kurang
0 – 39 Sangat Kurang
(Sumber: Dantes, 2008)

Kriteria keberhasilan penelitian bertali yang telah dijelaskan guru, dalam


ditetapkan berdasarkan dari ketercapaian kegiatan latihan siswa dapat
peningkatan aktivitas belajar dan mengemukakaan gagasannya dengan
kemampuan mengurus diri sendiri siswa bahasa yang sederhana. Dari segi
yaitu minimal berada pada kategori baik. kemandirian anak dapat mengerjakan tugas
secara mandiri walaupun kadang-kadang
harus di bimbing.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subjek B, pada pelaksanaan latihan
Hasil dan Pembahasan Siklus I anak menunjukkan respon yang lebih baik
Pelaksanaan penelitian pada siklus dari pertemuan sebelumnya namun, anak
I dilaksanakan empat kali pertemuan, masih tergolong pasif karena gerakan anak
pelaksanaan penelitian pada siklus I masih lambat sehingga untuk merespon
diperoleh hasil observasi sebagai berikut. sesuatu sangat kurang cekatan. Dalam
Subjek A, anak menunjukkan kegiatan latihan anak masih perlu
respon yang baik dalam menyimak bimbingan, dalam mengemukakan gagasan
penjelasan guru,anak juga terlibat aktif secara verbal anak megalami hambatan
dalam melakukan latihan sesuai dengan karena komunikasi anak terganggu,
langkah-langkah mengenakan kemeja, sehingga anak lebih sering menggunakan
celana pendek, dan mengenakan sepatu isyarat. Dari segi kemandirian anak secara
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

umum juga masih perlu bimbingan. Karena mengemukakan gagasan secara


anak belum dapat melakukan kegiatan keseluruhan anak lebih banyak menerima
memakai kemeja, celana pendek, dan perintah dari guru. Dari segi kemandirian
sepatu bertali secara mandiri. anak secara umum sudah cukup baik,
Subjek C, pada pelaksanaan latihan karena anak dapat memakai pakaian
mengenakan baju Anak menunjukkan dengan baik walaupun masih perlu
respon cukup baik dalam menyimak bimbingan dari gurunya.
penjelasan guru,anak cukup aktif dalam Hasil penelitian pada siklus I
mengikuti latihan mengenakan baju kemeja, menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa
celana pendek,dan mmengenakan sepatu menunjukan empat orang siswa (66,67%)
bertali sesuai dengan langkah-langkah yang berada pada kategori cukup dan dua
yang telah dijelaskan guru,dalam orang siswa (33,33%) berada pada kategori
mengemukakaan gagasan pada kegiatan baik, dan tingkatan aktivitas belajar siswa
latihan anak cukup baik dengan bahasa adalah 66,67% berada pada kategori
yang sederhana.Dari segi kemandirian cukup. Sedangkan kemampuan mengurus
anak dapat mengerjakan tugas secara diri sendiri siswa, lima orang siswa
mandiri walaupun kadang-kadang masih (83,33%) berada pada kategori cukup dan
perlu bimbingan guru. satu orang siswa (16,67%) berada pada
Subjek D, Pada pelaksanaan latihan kategori baik. Tingkatan kempuan
mengenakan baju kemeja,celana mengurus diri sendiri siswa pada siklus I
pendek,dan sepatu bertali anak adalah 71,11% berada pada kategori
menunjukkan respon yang kurang baik hal cukup. Berdasarkan analisis tersebut maka
ini disebabkan karena anak tergolong pasif dapat disimpulkan bahwa pada siklus I
yaitu gerakan anak sangat lambat sehingga siswa belum terlalu aktif dalam mengikuti
untuk merespon sesuatu sangat kurang proses pembelajaran dan masih belum bisa
.Dalam kegiatan latihan anak masih perlu mengurus dirinya sendiri dengan maksimal.
bimbingan ,dalam mengemukakan gagasan Hal ini terjadi karena siswa lebih
secara verbal anak megalami hambatan banyak mengalami kendala dalam
karena komunikasi anak melakukan kegiatan mengacingkan baju
terganggu,sehingga anak lebih sering kemeja, menaikan resleting celana, dan
menggunakan isyarat. Dari segi dalam kegiatan mengikat tali sepatu.
kemandirian anak secara umum masih Hambatan yang dialami siswa dikarenakan
perlu bimbingan. kegiatan mengancingkan baju kemeja,
Subjek E, pada pelaksanaan latihan menaikan resleting celana, dan mengikat
mengenakan baju kemeja,celana tali sepatu memang cukup rumit dan sulit
pendek,dan sepatu bertali anak dimengerti bagi siswa yang memiliki
menunjukkan respon yang cukup baik kelainan. Disamping itu kegiatan tersebut
dalam menyimak penjelasan guru, namun membutuhkan koordinasi gerakan motorik
anak masih cenderung pasif dalam yang baik, sedangkan kebanyakan anak
mengikuti pembelajaran, dalam kegiatan tunagrahita memiliki kelainan gerakan
latihan siswa dapat mengemukakaan motorik kasar sehingga membutuhkan
gagasannya dengan bahasa yang latihan yang terus-menerus. Kendala lain
sederhana. Dari segi kemandirian anak yang terdapat pada siklus I adalah tingkat
belum bisa optimal dalam mengerjakan konsentrasi anak yang sering terganggu
tugas secara mandiri oleh ulah teman-temannya yang suka usil,
Subjek F, pada pelaksanaan latihan biasanya anak tunagrahita akan beralih
anak menunjukkan respon yang kurang pandangannya apabila temannya
baik hal ini disebabkan karena anak melakukan gerakan atau mengeluarkan
tergolong hiperaktif yaitu anak susah untuk kata-kata yang memancing anak untuk
focus pada materi yang tidak mengerjakan tugas.
disampaikan,perhatian anak cepat beralih Berdasarkan hasil pengolahan data
pada obyek lain. Sehingga dalam kegiatan pada siklus I, maka kriteria keberhasilan
latihan anak memerlukan bimbingan yang minimal berada pada katigore baik belum
porsinya lebih dari teman-temannya, dalam
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

terpenuhi. Maka dari itu, siklus akan siklus II ini anak sudah dipindahkan tempat
dilanjutkan ke siklus II. duduknya ke tempat duduk anak yang
disuakai subjek. Dalam kegiatan latihan
Hasil dan Pembahasan Siklus II anak sudah dapat melakukan kegiatan
Siklus II dilaksanakan dengan sesuai dengan tahap-tahap mengenakan
memperhatikan kendala-kendala dan baju kemeja, celana pendek dan sepatu
permasalahan yang terjadi pada siklus I. bertali yang dijelaskan guru, dalam
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi mengemukakan gagasan secara verbal
kendala-kendala pada siklus I adalah anak megalami hambatan karena
dengan memberikan bimbingan yang lebih komunikasi anak terganggu, sehingga anak
intensif lagi kepada siswa dalam kegiatan lebih sering menggunakan isyarat. Dari segi
mengancingkan baju, menaikan resleting kemandirian anak sudah baik.
celana, dan mengikat tali sepatu. Selain itu Subjek C, pada pelaksanaan latihan
guru juga lebih banyak memberikan contoh- pada pertemuan keempat anak
contoh agar siswa lebih cepat mengerti. menunjukkan respon sudah baik dalam
Untuk mengatasi masalah konsentrasi menyimak penjelasan guru, anak sudah
anak, guru melakukan pengaturan tempat aktif dalam mengikuti latihan mengenakan
duduk ulang. Hal itu dilakukan agar anak baju kemeja, celana pendek, dan sepatu
yang sering diganggu oleh teman bertali sesuai dengan langkah-langkah
disampingnya menjadi lebih nyaman belajar yang telah dijelaskan guru, dalam
karena anak yang suka usil tidak akan bisa mengemukakaan gagasan pada kegiatan
mengganggu temannya karena tempat latihan anak cukup baik dengan bahasa
duduknya sudah berjauhan. Sedangkan yang sederhana. Dari segi kemandirian
anak yang suka usil ,disuruh duduk dekat anak dapat mengerjakan tugas secara
dengan guru sehingga guru dapat mandiri.
memberikan perhatian yang porsinya lebih Subjek D, pada pelaksanaan latihan
dari anak-anak yang lain. anak sudah menunjukkan respon yang
Setelah menerapkan metode drill cukup baik hal ini disebabkan karena anak
yang lebih intensif lagi kepada siswa, sudah mulai aktif yaitu gerakan anak yang
terlihat adanya peningkatan aktivitas dan dulunya sangat lambat, pada siklus II anak
kemampuan dalam mengurus diri siswa sudah dapat mengikuti gerakan yang
sendiri. Pada siklus II, siswa yang masih diperagakan oleh model tahap-tahap
kebingungan diberikan bimbingan secara mengenakan baju kemeja, celana pendek,
perlahan-lahan dan diberikan contoh yang dan sepatu bertali dengan benar. Dalam
lebih banyak sehingga siswa menjadi lebih kegiatan latihan anak sudah tidak dibimbing
memahami tujuan pembelajaran yang lagi, dalam mengemukakan gagasan
direncanakan oleh gurunya. secara verbal anak megalami hambatan
Pelaksanaan penelitian pada siklus karena komunikasi anak terganggu,
II diperoleh hasil observasi sebagai berikut. sehingga anak lebih sering menggunakan
Subjek A, anak menunjukkan isyarat. Dari segi kemandirian anak secara
respon yang baik dalam menyimak umum sudah baik.
penjelasan guru,anak juga terlibat aktif Subjek E, pada pelaksanaan latihan
dalam melakukan latihan sesuai dengan anak sudah menunjukkan respon yang baik
langkah-langkah mengenakan kemeja, hal ini karena sikap hiperaktif anak
celana pendek, dan mengenakan sepatu ditangani dengan memberikan kegiatan
bertali yang telah dijelaskan guru, dalam tambahan seperti disuruh merapikan baju,
kegiatan latihan siswa dapat celana, dan sepatu yang secara khusus
mengemukakaan gagasannya dengan disediakan, dengan langkah ini anak yang
bahasa yang sederhana. Dari segi susah untuk fokus pada materi yang
kemandirian anak dapat mengerjakan tugas disampaikan menjadi lebih terarah
secara mandiri tanpa harus di bimbing. perhatiannya, dengan demikian perhatian
Subjek B, pada pelaksanaan latihan anak tidak cepat beralih pada obyek lain.
anak sudah menunjukkan respon yang Sehingga dalam kegiatan latihan anak
sangat baik hal ini disebabkan karena pada sudah dapat mengikuti latihan tanpa harus
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

dibimbing, dalam mengemukakan gagasan (33,33%) berada pada kategori sangat baik,
secara keseluruhan anak lebih banyak 3 orang siswa (50%) berada pada kategori
menerima perintah dari guru. Dari segi baik, dan 1 orang siswa (16,67%) berada
kemandirian anak secara umum sudah pada kategori cukup, sedangkan tingkatan
baik. aktivitas belajar siswa meningkat menjadi
Subjek F, pada pelaksanaan latihan 87,78% dan berada pada kategori baik.
anak menunjukkan respon sudah baik Kemampuan mengurus diri sendiri siswa,
dalam menyimak penjelasan guru, anak empat orang siswa (66,67%) berada pada
sudah aktif dalam mengikuti latihan kategori sangat baik dan dua orang siswa
mengenakan baju kemeja, celana pendek, (33,33%) berada pada kategori baik.
dan sepatu bertali sesuai dengan langkah- Sedangkan tingkatan kemampuan
langkah yang telah dijelaskan guru, dalam mengurus diri sendiri siswa meningkat
mengemukakaan gagasan pada kegiatan menjadi 93,33% dan berada pada kategori
latihan anak sudah baik dengan bahasa sangat baik. Peningkatan aktivitas belajar
yang sederhana. Dari segi kemandirian dan kemampuan mengurus diri sendiri
anak dapat mengerjakan tugas secara siswa dari siklus I sampai siklus II dapat
mandiri. dilihat pada Tabel 01.
Pada siklus II menunjukkan bahwa
aktivitas belajar siswa, dua orang siswa

Tabel 01. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Kemampuan Mengurus Diri Sendiri Siswa
dari Siklus I sampai Siklus II
Kemampuan mengurus diri
No Siklus Aktivitas belajar siswa
sendiri siswa
1 I 66,67% (cukup) 71,11% (cukup)
2 II 87,78% (baik) 93,33% (sangat baik)

Agar lebih jelas, maka Tabel 01 Gambar 01. Peningkatan Aktivitas Belajar
dapat digambarkan pada Gambar 01 dan Kemampuan Mengurus Diri Sendiri
berikut. Siswa dari Siklus I sampai Siklus II

Berdasarkan Tabel 01 dan Gambar


100 01 terlihat terjadi peningkatan aktivitas
90 belajar siswa dari 66,67 berada pada
kategori cukup pada siklus I, menjadi 87,78
80
berada pada kategori baik pada siklus II.
70 Peningkatan juga terjadi pada kemampuan
60 mengurus diri sendiri siswa dari 71,11
berada pada kategori cukup pada siklus I,
50
menjadi 93,33 pada kategori sangat baik
40 pada siklus II. Hal ini berarti kendala-
30 kendala yang terjadi pada siklus I sudah
20
dapat diatasi dengan baik dan siswa sudah
mampu untuk memakai baju, celana, dan
10
sepatu dengan benar. Berdasarkan hasil
0 penelitian pada siklus II, telah mencapai
siklus I siklus II kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam
penelitian ini dimana tingkat aktivitas belajar
= aktivitas belajar siswa dan kemampuan mengurus diri sendiri
siswa sudah pada kategori baik . Maka
= kemampuan mengurus diri sendiri penelitian ini akan dihentikan pada siklus II.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
penerapan metode drill sangat efektif untuk
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

meningkatkan aktivitas belajar dan Berdasarkan pembahasan dan


kemampuan mengurus diri sendiri bagi simpulan dari penelitian ini. Maka dapat
anak tunagrahita kelas D3 di SLB.C Negeri diajukan saran sebagai berikut.
Singaraja tahun ajaran 2012/2013. Bagi peserta didik, diharapkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan selalu belajar bersungguh-sungguh dan
hasil penelitian yang dilakukan oleh tetap semangat walau memiliki kekurangan.
Ratnaningsih (2012) Efektivitas Metode Drill Bagi guru, hendaknya mampu
dan Resitasi dalam Meningkatkan meningkatkan kemampuan dan
Pemahaman dan Ketrampilan Siswa keterampilannya dalam persiapan maupun
Terhadap Hukum Bacaan Qolqolah dan pada pelaksanaan pembelajaran.
RO’ di SMP Negeri 1 Subang. Dalam Bagi kepala sekolah, hendaknya
penelitiannya dinyatakan bahwa metode mampu mengembangkan berbagai
drill dan metode resitasi sangat efektif kebijakan sekolah dalam upaya
dalam meningkatkan pemahaman dan meningkatkan inovasi dan perbaikan
ketrampilan siswa terhadap hukum bacaan perbaikan kualitas guru, serta peningkatan
Qolqolah dan Ro`. Dengan metode profesionalisme staf (guru) di sekolahnya.
konvensional rata-rata skor yang diraih oleh Bagi Dinas Pendidikan Pemuda Dan
siswa hanya 73,07. Sedangkan setelah Olah RagaNasional , hendaknya mampu
diterapkannya metode drill dan resitasi rata- mengambil kebijakan pendidikan yang tepat
rata skornya meningkat menjadi 84,69. untuk meningkatkan kualitas guru dan
Atau terjadi peningkatan 11,62 point. peserta didik.
Hasil penelitian ini sejalan juga Bagi peneliti lain, hendaknya dapat
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh mengembangkan penelitian ini diberbagai
Ngatiyo (2013) yang berjudul Penggunaan sekolah khususnya sekolah luar biasa yang
Metode Drill Terhadap Hasil Belajar ada di Bali atau di seluruh Indonesia.
Matematika Hitung Campuran Kelas III
SDN 24 Pontianak. Dalam penelitiannya DAFTAR RUJUKAN.
dinyatakan bahwa nilai rata-rata siswa pada
penelitian awal sebelum diterapkannya Casmini, Mimin. 2008. Pengajaran Bina Diri
metode drill adalah 51,81. Sedangkan dan Bina Gerak (BDBG). Bandung;
setelah diterapkannya metode drill nilai Rineka Cipta.
rata-rata siswa meningkat menjadi 71,81.
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat Chita, Silviana. 2011. Bina Diri Bagi Anak
peningkatan hasil belajar dengan Tuna Grahita. Tersedia pada
menggunakan metode drill pada materi http://silvianachita091044008.
matematika hitung campuran di kelas III blogspot.com/2011/09/bina-diri-anak-
SDN 24 Pontianak. tunagrahita.html. Diakses tanggal 16
April 2012.
SIMPULAN DAN SARAN
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.
Berdasarkan hasil analisis dan Yogyakarta; Andi.
pembahasan hasil penelitian, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut. ---------, 2008. Supervisi Akademik Dalam
Pertama, Aktivitas belajar siswa dapat Kaitannya Dengan Penjaminan Mutu
ditingkatkan dengan menerapkan metode Pendidikan, Makalah pada Diklat
drill pada pelajaran Bina Diri anak Kepengawasan Para Guru Agama
tunagrahita kelas D3 SLB.C Negeri Kodya Denpasar 19 April 2008.
Singaraja tahun pelajaran 2012/2013.
Kedua, Kemampuan mengurus diri Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
sendiri siswa dapat ditingkatkan dengan Biasa,Direktorat Jenderal Menejemen
menerapkan metode drill pada pelajaran Pendidikan Dasar dan
Bina Diri anak tunagrahita kelas D3 SLB.C Menengah,Departemen Pendidikan
Negeri Singaraja tahun pelajaran Nasional.2007.Standar Kompetensi
2012/2013.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

Dan Kompetensi Dasar Program


Khusus Bina Diri.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar


Biasa,Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional,
2007, Model Pembelajaran
Pendidikan Khusus.

Ngatiyo, Aunurrahman. 2013. Penggunaan


Metode Drill Terhadap Hasil Belajar
Matematika Hitung Campuran Kelas
III SDN 24 Pontianak. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran. Vol 2.
No.3.

Ratnaningsih, Enok. 2012. Efektivitas


Metode Drill dan Resitasi dalam
Meningkatkan Pemahaman dan
Ketrampilan Siswa Terhadap Hukum
Bacaan Qolqolah dan RO’ di SMP
Negeri 1 Subang. Jurnal UPI. Volume
10. No.1.

Anda mungkin juga menyukai