Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan mengurus diri
sendiri bagi anak tunagrahita pada pelajaran bina diri kelas D3 di SLB.C Negeri Singaraja tahun ajaran
2012/2013 melalui penerapan metode drill. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan yang
dilaksanakan di SLB C Negeri Singaraja. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas D3 SLB C yang
berjumlah enam orang. Data aktivitas belajar dan mengurus diri sendiri dikumpulkan melalui lembar
observasi, dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan dua orang siswa
(33,33%) telah mencapai kriteria ketuntasan aktivitas belajar (kategori baik) dan satu orang siswa
(16,67%) telah mencapai kriteria ketuntasan kemampuan mengurus mengurus diri sendiri (kategori baik).
Hal yang ditekankan dalam pelaksanaan siklus II adalah mengintensifkan pembelajaran metode drill.
Hasil siklus II menunjukkan ,semua siswa sebanyak enam orang (100%) telah mencapai kriteria
ketuntasan aktivitas belajar dan kemampuan mengurus diri sendiri yaitu berada pada kategori sangat
baik. Kendala yang dihadapi dalam penerapan metode drill adalah koordinasi gerak motorik siswa masih
kurang baik dan tingkat konsentrasi lemah dimana pandangan siswa cepat beralih pada objek lain .
Kata kunci: metode drill, aktivitas belajar siswa, dan kemampuan mengurus diri siswa.
Abstract
The purpose of this research is to improve learning activity and self-help ability in handicapped
children in self-help learning grade D3 in SLB C Negeri Singaraja academic year of 2012/2013 through
drill method implementation. This research is an action research administered in SLB C Negeri
Singaraja. Subject in this research was six students grade D3 SLB C. Data of learning activity dan self-
help ability were collected by using observation sheet and analyzed descriptively. Result for the cycle I
shows that two students (33,33%) have passed the learning activity criterion (criterion good) and one
student (16,67%) have passed the self-help ability criterion (criterion good). The point emphasized in
implementation cycle I was intensifying the drill learning method. The result in cycle II shows that all
students (100%) have passed the learning activity criterion and self-help ability criterion with the category
of very good.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
Keywords: drill method, student’s learning activity and student’s self-help ability
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar bagi penyandang tunagrahita diperlukan
untuk mengembangkan sumber daya bimbingan rehabilitasi secara simultan dan
manusia melalui kegiatan pengajaran. komprehensif yang mencakup aspek fisik,
Penyelenggaraan pendidikan harus mental, sosial dan vokasional. Agar anak
dilaksanakan secara demokratis dan tunagrahita memiliki kemampuan dalam
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan memenuhi kebutuhan sehari-hari yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan disesuaikan dengan derajat kecacatan.
kemajemukan bangsa. Anak tunagrahita sebagaimana anak
Salah satu bentuk lembaga pada umumnya memiliki hak dan
pendidikan yang diselenggarakan kebutuhan untuk berkembang atau
pemerintah dalam upaya pemerataan mengaktualisasikan potensinya sehingga
pendidikan adalah Layanan Pendidikan dapat hidup mandiri. Namun pada
Luar Biasa yang diselenggarakan di SLB pemenuhan hal-hal tersebut di atas
(Sekolah Luar Biasa). Tujuan pendidikan mengalami hambatan karena keterbatasan
luar biasa yang diselenggarakan di SLB fungsi kecerdasan intelektual yang berada
adalah memberikan kesempatan kepada di bawah usia kronologisnya secara
anak-anak berkelainan seperti anak signifikan. Oleh karena itu anak tunagrahita
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan akan memperlihatkan aktualisasi fungsi
tunadaksa serta tunasosial agar dapat intelektual dan kemampuan dalam prilaku
mengembangkan kemampuan yang ada adaptif di bawah usianya. Disadari
pada diri anak, sehingga pada akhirnya sepenuhnya bahwa penyandang
mampu membangun dirinya serta dapat tunagrahita mempunyai karakteristik
hidup mandiri tanpa harus tergantung pada tersendiri serta permasalahan yang unik
orang lain. dan kompleks.
Penyandang tunagrahita merupakan Kondisi ini sangat mempengaruhi
salah satu dari anak luar biasa yang strategi pendekatan pemberdayaan yang
merupakan bagian dari masyarakat spesifik. Sebagai akibatnya anak
Indonesia yang mempunyai kedudukan, tunagrahita mempunyai permasalahan dan
hak, kewajiban dan peran yang sama kebutuhan yang tentu saja memerlukan
seperti masyarakat Indonesia lainnya layanan khusus agar dapat berkembang
sehingga mereka diharapkan dapat optimal sehingga pada akhirnya dapat
berperan secara aktif sesuai dengan hidup layak di tengah masyarakat.
kemampuan yang dimilikinya. Anak Permasalahan yang dihadapi anak
tunagrahita adalah anak yang mempunyai tunagrahita adalah sulit memahami hal-hal
intelegensi sedemikian rupa di bawah rata- yang abstrak, miskin pengalaman, miskin
rata anak normal sehingga menimbulkan konsentrasi, cepat lupa, kurang inisiatif dan
gangguan maupun hambatan di dalam lain sebagainya. Bagi anak tidak
mengikuti program pendidikan di sekolah tunagrahita persoalan mengurus diri sendiri
umum serta tidak memiliki kemampuan di dapat dipelajari melalui instingtif,
dalam menyesuaikan diri dengan norma sedangkan bagi anak tunagrahita persoalan
dan tuntutan yang berlaku di masyarakat, mengurus diri sendiri harus terprogram
sehingga mereka memerlukan program secara rinci. Bagi penyandang tunagrahita,
pendidikan khusus. penguasaan keterampilan kehidupan
Untuk mewujudkan kesamaan, sehari-hari yang bersifat dasar baik yang
kesetaraan, kedudukan, hak, kewajiban dan berhubungan dengan pemenuhan
peran penyandang tunagrahita diperlukan kebutuhan sendiri maupun dengan
sarana dan upaya yang lebih memadai, lingkungan sosialnya sangat berpengaruh
terpadu dan berkesinambungan yang pada pada keseluruhan proses pelayanan dan
akhirnya akan menciptakan kemandirian rehabilitasi sosial. Oleh karena itu maka
dan kesejahteraan penyandang cacat pada bimbingan keterampilan kehidupan sehari-
umumnya. Dalam rangka mencapai target hari menjadi kebutuhan dasar dalam proses
fungsional pelayanan dan rehabilitasi sosial pelayanan dan rehabilitasi sosial.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
tua banyak menganggap anak tidak mampu diri sendiri anak pada aspek berpakaian
melakukan aktivitas hidup sehari-hari (memakai baju kemeja, celana pendek,dan
sehingga banyak anak tunagrahita terlalu sepatu bertali) secara mandiri dapat
dimanjakan. Ditambah lagi , anggapan meningkat.
masyarakat bahwa anak tunagrahita identik Dengan demikian pembelajaran Bina
dengan anak yang berkelainan jiwa Diri dalam hal mengurus diri sendiri lebih
sehingga anak diisolir dan disisihkan dari bermakna dalam arti anak tunagrahita
lingkungan pergaulannya di masyarakat. memiliki bekal keterampilan hidup serta
Kondisi ini akan semakin membuat anak dapat diterima sebagai bagian dari
tunagrahita kurang dihargai keberadaannya kehidupan keluarga dan masyarakat
di tengah keluarga dan masyarakat . apabila kembali ketengah keluarga dan
Melihat kenyataan di lapangan inilah, masyarakat. Keterampilan hidup yang
peneliti melihat program kegiatan mengurus dimaksudkan adalah anak tunagrahita
diri sendiri belum dapat diajarkan secara memiliki kemampuan mengurus diri sendiri
optimal. Materi ajar mengurus diri sendiri tanpa harus tergantung dengan orang
sudah diajarkan namun tidak disertai lainserta mampu beradaptasi dengan
sarana penunjang belajar. Hal yang lingkungannya. Hal ini tidak terlepas dari
seharusnya dilakukan guru ketika mengajar tujuan pendidikan anak tunagrahita seperti
adalah guru harus menggunakan metode yang diungkapkan oleh Kirk ( 1986 ) adalah
mengajar yang tepat. Dengan penggunaan agar anak tunagrahita dapat
metode mengajar yang tepat, maka akan mengembangkan potensi dengan sebaik-
memudahkan pemahaman anak dan baiknya,menolong diri sendiri, berdiri
pembelajaran akan lebih bermakna. sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta
Salah satu metode mengajar yang memiliki kehidupan lahir batin yang layak
dianggap sangat tepat dan cocok untuk Bertitik tolak dari permasalahan-
mengajarkan materi mengurus diri sendiri permasalahan di atas, maka dipandang
pada aspek berpakaian adalah metode perlu untuk mengangkat topik ini menjadi
latihan (drill). Menurut Hernawo (2008) sebuah penelitian dengan judul:
Metode drill (latihan) disebut juga metode “Penerapan Metode Drill Dalam Rangka
training, merupakan suatu cara mengajar Meningkatkan Aktivitas Belajar dan
yang baik untuk menanamkan kebiasaan- Kemampuan Mengurus Diri Sendiri Bagi
kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana Anak Tunagrahita Pada Pelajaran Bina Diri
untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan kelas D3 di SLB.C Negeri Singaraja tahun
yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga ajaran 2012/2013”.
digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan, METODE PENELITIAN
keterampilan. Penelitian ini merupakan penelitian
Dalam membelajarkan materi harus tindakan.Pelaksanaan penelitian dilakukan
diawali dari yang mudah, sedikit sulit, secara bersiklus yakni bisa lebih dari satu
hingga ke yang benar-benar sulit. Melalui siklus, dan bisa dua atau tiga siklus tidak
tahapan-tahapan belajar ini akan lebih menutup kemungkinan bertambah apabila
menjamin terjadinya proses belajar. tujuan pembelajaran belum tercapai. Tiap
Pembelajaran ini tidak akan dapat diserap siklus terdiri dari empat fase sesuai dengan
anak dengan satu kali penyampaian, model yang dikemukakan oleh Dantes,
mengingat kemampuan intelektual anak (2012; 137) yaitu perencanaan (planning),
sangat terbatas. Mengingat pentingnya pelaksanaan (action), obsesrvasi/evaluasi
proses pembelajaran yang berulang-ulang (observasing) dan refleksi (reflecting).
dalam meningkatkan aktivitas belajar dan Penelitian ini dilaksanakan di SLB C
melatih kemampuan mengurus diri sendiri Negeri Singaraja Tahun Pelajaran
pada aspek berpakaian, maka peneliti ingin 2012/2013, yang beralamat di jalan
melakukan secara intensif kepada anak Yudistira Selatan No 15, Kelurahan
tunagrahit. Peneliti ingin membuktikan Kendran, Kecamatan Buleleng, Kabupaten
bahwa melalui metode latihan (drill) maka Buleleng, yang merupakan Sekolah Luar
aktivitas belajar dan kemampuan mengurus
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
terpenuhi. Maka dari itu, siklus akan siklus II ini anak sudah dipindahkan tempat
dilanjutkan ke siklus II. duduknya ke tempat duduk anak yang
disuakai subjek. Dalam kegiatan latihan
Hasil dan Pembahasan Siklus II anak sudah dapat melakukan kegiatan
Siklus II dilaksanakan dengan sesuai dengan tahap-tahap mengenakan
memperhatikan kendala-kendala dan baju kemeja, celana pendek dan sepatu
permasalahan yang terjadi pada siklus I. bertali yang dijelaskan guru, dalam
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi mengemukakan gagasan secara verbal
kendala-kendala pada siklus I adalah anak megalami hambatan karena
dengan memberikan bimbingan yang lebih komunikasi anak terganggu, sehingga anak
intensif lagi kepada siswa dalam kegiatan lebih sering menggunakan isyarat. Dari segi
mengancingkan baju, menaikan resleting kemandirian anak sudah baik.
celana, dan mengikat tali sepatu. Selain itu Subjek C, pada pelaksanaan latihan
guru juga lebih banyak memberikan contoh- pada pertemuan keempat anak
contoh agar siswa lebih cepat mengerti. menunjukkan respon sudah baik dalam
Untuk mengatasi masalah konsentrasi menyimak penjelasan guru, anak sudah
anak, guru melakukan pengaturan tempat aktif dalam mengikuti latihan mengenakan
duduk ulang. Hal itu dilakukan agar anak baju kemeja, celana pendek, dan sepatu
yang sering diganggu oleh teman bertali sesuai dengan langkah-langkah
disampingnya menjadi lebih nyaman belajar yang telah dijelaskan guru, dalam
karena anak yang suka usil tidak akan bisa mengemukakaan gagasan pada kegiatan
mengganggu temannya karena tempat latihan anak cukup baik dengan bahasa
duduknya sudah berjauhan. Sedangkan yang sederhana. Dari segi kemandirian
anak yang suka usil ,disuruh duduk dekat anak dapat mengerjakan tugas secara
dengan guru sehingga guru dapat mandiri.
memberikan perhatian yang porsinya lebih Subjek D, pada pelaksanaan latihan
dari anak-anak yang lain. anak sudah menunjukkan respon yang
Setelah menerapkan metode drill cukup baik hal ini disebabkan karena anak
yang lebih intensif lagi kepada siswa, sudah mulai aktif yaitu gerakan anak yang
terlihat adanya peningkatan aktivitas dan dulunya sangat lambat, pada siklus II anak
kemampuan dalam mengurus diri siswa sudah dapat mengikuti gerakan yang
sendiri. Pada siklus II, siswa yang masih diperagakan oleh model tahap-tahap
kebingungan diberikan bimbingan secara mengenakan baju kemeja, celana pendek,
perlahan-lahan dan diberikan contoh yang dan sepatu bertali dengan benar. Dalam
lebih banyak sehingga siswa menjadi lebih kegiatan latihan anak sudah tidak dibimbing
memahami tujuan pembelajaran yang lagi, dalam mengemukakan gagasan
direncanakan oleh gurunya. secara verbal anak megalami hambatan
Pelaksanaan penelitian pada siklus karena komunikasi anak terganggu,
II diperoleh hasil observasi sebagai berikut. sehingga anak lebih sering menggunakan
Subjek A, anak menunjukkan isyarat. Dari segi kemandirian anak secara
respon yang baik dalam menyimak umum sudah baik.
penjelasan guru,anak juga terlibat aktif Subjek E, pada pelaksanaan latihan
dalam melakukan latihan sesuai dengan anak sudah menunjukkan respon yang baik
langkah-langkah mengenakan kemeja, hal ini karena sikap hiperaktif anak
celana pendek, dan mengenakan sepatu ditangani dengan memberikan kegiatan
bertali yang telah dijelaskan guru, dalam tambahan seperti disuruh merapikan baju,
kegiatan latihan siswa dapat celana, dan sepatu yang secara khusus
mengemukakaan gagasannya dengan disediakan, dengan langkah ini anak yang
bahasa yang sederhana. Dari segi susah untuk fokus pada materi yang
kemandirian anak dapat mengerjakan tugas disampaikan menjadi lebih terarah
secara mandiri tanpa harus di bimbing. perhatiannya, dengan demikian perhatian
Subjek B, pada pelaksanaan latihan anak tidak cepat beralih pada obyek lain.
anak sudah menunjukkan respon yang Sehingga dalam kegiatan latihan anak
sangat baik hal ini disebabkan karena pada sudah dapat mengikuti latihan tanpa harus
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
dibimbing, dalam mengemukakan gagasan (33,33%) berada pada kategori sangat baik,
secara keseluruhan anak lebih banyak 3 orang siswa (50%) berada pada kategori
menerima perintah dari guru. Dari segi baik, dan 1 orang siswa (16,67%) berada
kemandirian anak secara umum sudah pada kategori cukup, sedangkan tingkatan
baik. aktivitas belajar siswa meningkat menjadi
Subjek F, pada pelaksanaan latihan 87,78% dan berada pada kategori baik.
anak menunjukkan respon sudah baik Kemampuan mengurus diri sendiri siswa,
dalam menyimak penjelasan guru, anak empat orang siswa (66,67%) berada pada
sudah aktif dalam mengikuti latihan kategori sangat baik dan dua orang siswa
mengenakan baju kemeja, celana pendek, (33,33%) berada pada kategori baik.
dan sepatu bertali sesuai dengan langkah- Sedangkan tingkatan kemampuan
langkah yang telah dijelaskan guru, dalam mengurus diri sendiri siswa meningkat
mengemukakaan gagasan pada kegiatan menjadi 93,33% dan berada pada kategori
latihan anak sudah baik dengan bahasa sangat baik. Peningkatan aktivitas belajar
yang sederhana. Dari segi kemandirian dan kemampuan mengurus diri sendiri
anak dapat mengerjakan tugas secara siswa dari siklus I sampai siklus II dapat
mandiri. dilihat pada Tabel 01.
Pada siklus II menunjukkan bahwa
aktivitas belajar siswa, dua orang siswa
Tabel 01. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Kemampuan Mengurus Diri Sendiri Siswa
dari Siklus I sampai Siklus II
Kemampuan mengurus diri
No Siklus Aktivitas belajar siswa
sendiri siswa
1 I 66,67% (cukup) 71,11% (cukup)
2 II 87,78% (baik) 93,33% (sangat baik)
Agar lebih jelas, maka Tabel 01 Gambar 01. Peningkatan Aktivitas Belajar
dapat digambarkan pada Gambar 01 dan Kemampuan Mengurus Diri Sendiri
berikut. Siswa dari Siklus I sampai Siklus II