Anda di halaman 1dari 10

Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa Tunagrahita Ringan

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa


Tunagrahita

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya


untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh:
RIZQHA CENDIKA RAHARJO
NIM: 12010044012

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2016

1
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa Tunagrahita Ringan

Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa


Tunagrahita
Rizqha Cendika Raharjo dan Zaini Sudarto
(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya) ryzka.cendi@yahoo.co.id

ABSTRACT
The purpose of research was to observe whether there was influence of direct learning model toward self-guide
ability model to the mentally retardation students of class VII in SLB B/C Siti Hajar Sidoarjo or not.
This research used pre experiment kind with one group pre test – post test design.
Based on the research, it indicated that the average value of pre test toward six subjects observed got low value
i.e. 57% whereas the average value of post test toward six subjects observed after giving intervention through direct
learning model got value, 89%. This indicated that there was influence of direct learning model toward self-guide
ability to mild mentally retardation students in SLB B/C Siti Hajar Sidoarjo.

Keywords: Direct learning model, self-guide, mentally retardation students.

Pendahuluan Undang No. 20 Tahun 2003 bagi anak


Dalam kehidupan ini, kecakapan hidup tunagrahita sangat berarti karena memberi
sangat diperlukan sebagai dasar untuk landasan yang kuat bahwa anak tunagrahita
membangun kemandirian, mempertahankan perlu memperoleh kesempatan yang sama
hidup, memecahkan berbagai problema, dan sebagaimana mestinya yang diberikan kepada
berkontribusi secara positif di berbagai sektor anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan
kehidupan. Itulah sebabnya, pendidikan yang pengajaran.
bertujuan untuk mengembangkan kecakapan Pemberian layanan pendidikan khusus
hidup sangat penting diberikan kepada siswa yang relevan dan kebutuhannya, diharapkan
(Wikasanti,2014:47). Banyak faktor-faktor yang sisa potensi yang dimiliki anak anak
menghambat hak siswa berkebutuhan khusus tunagrahita dapat berkembang secara optimal
dalam mencapai kepemilikannya, baik hak sehingga keberadaan anak tunagrahita di
dalam pendidikan maupun hak memperoleh komunitas anak normal tidak semakin
dan memiliki hidup yang lebih baik. terpuruk. Kemampuan keterbatasan berpikir
Dapat dilihat bahwa kehidupan siswa mereka, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
tunagrahita cenderung menggantungkan diri mereka sudah tentu mengalami kesulitan
kepada orang lain, terutama kepada orang tua menyesuaikan diri di lingkungannya. Dengan
dan masih kurang mandiri. Mereka selalu demikian perkembangan untuk penguasaan
menarik diri, malu, dan merasa takut. menolong diri sendiri mengalami
Pendidikan luar biasa, sebagai salah satu keterlambatan. Banyak faktor-faktor yang
bentuk pendidikan yang khusus menangani menghambat hak siswa berkebuuhan khusus
siswa berkelainan sebagai objek formal dan dalam mencapai kepemilikannya, baik hak
materialnya dari berbagai jenis kelainan dalam pendidikan maupun hak memperoleh
termasuk siswa tunagrahita, secara sadar terus dan memiliki hidup yang lebih baik. Salah satu
berupaya untuk meningkatkan pelayanan aspek yang terhambat adalah kemampuan
dengan sebaik–baiknya. menolong diri sendiri atau yang dikenal dengan
Menurut Delphie (2006:15) anak bina diri.
tunagrahita adalah anak yang mempunyai Bina diri adalah suatu proses
tingkat intelektual dibawah rerata. Selain itu pendidikan yang diberikan pada anak
juga mengalami hambatan terhadap perilaku tunagrahita mampu latih agar dapat
adaptif selama perkembangan hidupnya dari 0 mengembangkan kemampuan yang
hingga 18 tahun. Siswa tunagrahita ringan dimilikinya, seperti mengurus diri sendiri,
memiliki tingkat intelegensi antara 68-52 membersihkan diri, makan, minum,
menurut Binet dan menurut skala Wechsler menggunakan toilet sendiri, dan lain-lain,
(WISC) memiliki inteligensi 69-55 mengatasi berbagai masalah dalam
(Somantri,2007:106). Ketetapan dalam Undang – menggunakan pakaian sendiri,

2
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa Tunagrahita Ringan

memakai/mengikat tali sepatu, berinteraksi Dikarenakan siswa belum memahami


dengan orang lain; dapat bergaul dengan penggunaan alat-alat dapur serta bahan-bahan
sesama anak tunagrahita, dan juga anak normal yang biasa digunakan dalam memasak.
pada umumnya (Wantah,2007:37). Ruang Sebenarnya di sekolah sudah disediakan alat-
lingkup bagi siswa tunagrahita meliputi: alat untuk memasak, tetapi belum
merawat diri, mengurus diri, menolong diri dimanfaatkan secara maksimal. Belum ada
(Sudrajat dan Rosida,2013:61) program khusus bina diri memasak bagi siswa
Dari pernyataan diatas, jelas diketahui tungrahita
bahwa bina diri merupakan layanan yang tidak Perlu diketahui, bahwasannya
terpisah dari suatu sistem pendidikan. kemampuan siswa dalam kegiatan yang
Kebutuhan bina diri pada siswa tunagrahita berhubungan dengan bina diri bukanlah sebuah
sesungguhnya tidak berbeda dengan siswa warisan, melainkan sesuatu yang harus
normal pada umumnya. Salah satu kegiatan dipelajari dan diajarkan. Untuk mengajarkan
bina diri yang diberikan kepada siswa bina diri memasak sederhana, dibutuhkan
tunagrahita adalah menolong diri. Dengan sebuah model pembelajaran yang dapat
demikian kemampuan bina diri merupakan menunjang pembelajarannya. Salah satu model
kecakapan atau keterampilan yang harus pembelajaran tersebut adalah model
dikuasai bagi siswa berkebutuhan khusus pembelajaran langsung. Menurut Trianto
apalagi siswa tunagrahita agar mereka dapat (2011:29) model pengajaran langsung adalah
mengurus dirinya sendiri. Dalam kehidupan salah satu pendekatan mengajar yang
sehari-hari siswa tunagrahita ringan perlu dirancang khusus untuk menunjang proses
diajarkan bagaimana cara menolong diri belajar mengajar mengajar yang berkaitan
sendiri sehingga kelak mereka tidak dengan pengetahuan deklaratif dan
menggantungkan diri kepada orang pengetahuan prosedural yang terstruktur
tua/keluarganya. Bagi siswa tunagrahita ringan dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
pada umumnya mereka masih belum bisa kegiatan bertahap. Model pembelajaran
mengurus dirinya sendiri tanpa langsung secara empiris dilandasi oleh teori
diajarkan/dipraktikkan secara langsung. Hal belajar perilaku yang menekankan pada
ini dikarenakan tingkat kemampuan siswa perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang
tunagrahita sangat terbatas (Wantah, 2007:29) diobservasi. Dalam pembelajaran langsung ini,
Kebutuhan menolong diri diperlukan bergantung pada pengalaman siswa termasuk
oleh siswa tunagrahita untuk mengatasi pemberian penguatan melalui timbal balik
berbagai masalah yang sangat mungkin kepada siswa.
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, salah Dijelaskan pula oleh Suhana (2014:54)
satu materi kemampuan menolong diri sendiri fase/tahapan model pembelajaran langsung
yakni memasak sederhana (Apriyanto, 2012:64). meliputi: (1) menyampaikan tujuan dan
Menurut Sudrajat dan Rosida (2013:1-2) mempersiapkan peserta didik, (2)
kemampuan menolong diri sendiri tidaklah mendemonstrasikan pengetahuan dan
mudah seperti apa yang dilakukan anak normal keterampilan, (3) membimbing latihan, (4)
pada umumnya. Bagi siswa tunagrahita mereka mengecek pemahaman dan memberikan
perlu berusaha keras terus menerus berlatih umpan balik, (5) memberikan kesempatan
dengan program pembelajaran yang disusun untuk pelatihan selanjutnya dan penerapan.
secara sistematis dari materi sederhana sampai Melalui langkah-langkah model pembelajran
materi yang kompleks. langsung yang terstruktur diharapkan dapat
Berdasarkan observasi yang telah membantu siswa tunagrahita dalam
dilakukan di SLB B/C Siti Hajar Sidoarjo pada melaksanakan kegiatan bina diri yaitu
tanggal 1 Februari 2016, diketahui bahwa memasak sederhana, juga diharapkan memiliki
kemampuan bina diri siswa tunagrahita ringan pemahaman yang benar tentang bina diri yaitu
sudah cukup baik. Misalnya dalam hal merawat memasak sederhana serta dapat melaksanakan
diri siswa sudah mampu makan dan minum bina diri memasak sederhana dengan mandiri.
sendiri serta mampu melakukan kebersihan diri Berdasarkan uraian latar belakang
tanpa bantuan orang lain, dalam hal mengurus tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian
diri siswa sudah mampu memakai baju dan dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran
berhias diri tanpa bantuan orang lain, namun Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri
dalam hal menolong diri memasak sederhana Siswa Tunagrahita Ringan Di SLB B/C
siswa belum mampu melakukannya sendiri. Sidoarjo”.

3
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa Tunagrahita Ringan

. setelah pemberian treatment untuk mengetahui


kemampuan bina diri siswa tunagrahitaringan
Tujuan di SLB B/C Siti Hajar Sidoarjo, serta 6 kali
Tujuan yang ingin dicapai dalam pertemuan untuk memberikan
penelitian ini adalah untuk mengkaji ada atau treatment/perlakuan terhadap subjek. Hasil
tidaknya pengaruh model pembelajaran pre-test dan post-test akan dianalisis dengan
langsung terhadap kemampuan bina diri pada statistik non parametrik sign test
siswa tunagrahita Kelas VII di SLB B/C Siti
Hajar Sidoarjo.

Metode B. Lokasi penelitian


A. Desain penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian
Desain penelitian yang digunakan ialah yakni di SLB B/C Siti Hajar. Adapun alasan
“One-group Pretest-Posttest Design” yaitu yang mendasari penetapan lokasi penelitian di
eksperimen yang menggunakan pre-test dan SLB B/C Siti Hajar Sidoarjo ialah dikarenakan
post-test untuk membandingkan keadaan pada lembaga ini terdapat siswa tunagrahita
sebelum diberikan perlakuan dan setelah ringan yang mengalami kesulitan dalam bina
diberikan perlakuan (Sugiyono, 2015:110). diri yakni memasak bakwan. Kesulitan dalam
Penelitian ini menggunakan desain melalui tes memasak bakwan ini memerlukan suatu upaya
sebelum diberikan perlakuan (O1) dan setelah penanganan agar kesulitan yang dihadapi siswa
diberikan perlakuan (O2), sehingga terdapat dapat teratasi.
perbandingan antara O1 dan O2 untuk
mengetahui efektifitas perlakuan (X). C. Variabel dan Definisi Operasional
Rancangan ini dapat digambarkan sebagai 1. Variabel
berikut: a. Variabel bebas adalah variabel
01 X 02 penyebab atau yang menjadi sebab
(Sugiono, 2015:111) timbulnya variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini yaitu model
Keterangan: pembelajaran langsung.
O1 = Pre-test untuk mengetahui kemampuan b. Variabel terikat adalah variabel akibat
anak tunagrahita ringan dalam yang ditimbulkan karena adanya
kemampuan bina diri sebelum variabel bebas. Variabel terikat dalam
diajarkan bina diri dengan model penelitian ini yaitu kemampuan bina
pembelajaran langsung. diri.

X = Treatmen atau perlakuan, subyek 2. Defini Operasional


diberikan perlakuan melalui model a. Model Pembelajaran Langsung
pembelajaran langsung agar Dalam penelitian ini model
mempermudah siswa dalam pembelajaran langsung adalah
kemampuan bina diri pembelajaran yang dirancang khusus untuk
O2 = Post-test untuk mengetahui menunjang belajar siswa yang berkaitan
kemampuan setelah diberi perlakuan. Tes dengan pengetahuan deklaratif dan
dilakukan 1 kali untuk mengetahui pengetahuan procedural yang terstruktur
kemampuan siswa dalam kemampuan bina dengan pola kegiatan yang bertahap,
diri. selangkah demi selangkah, seperti:
mencampur tepung terigu dan bumbu
halus serta air, menguleni adonan,
Penilaian dilakukan sebanyak 2 kali
menambahkan telur, memasukkan sayuran,
pertemuan yakni 1 kali pertemuan sebelum
memanaskan minyak goreng, mencetak
pemberian treatment dan 1 kali pertemuan

4
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa Tunagrahita Ringan

adonan, menggoreng dengan api sedang, disebabkan jumlah sampel yang diteliti kurang
mengangkat gorengan yang sudah matang. dari 10, yaitu n=6 disebut sampel kecil. Di
Secara operasional model pembelajaran samping itu statistik non parametrik juga
yang dimaksudkan dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data yang
adalah pembelajaran yang bertujuan untuk berskala nominal dan ordinal. Maka rumus
melatih kemampuan bina diri. yang digunakan untuk menganalisis adalah
b. Kemampuan Bina Diri statistik non parametrik dengan menggunakan
Dalam penelitian ini kemampuan Sign Test. Langkah pengolahan data
bina diri adalah sebuah penilaian yang menggunakan uji Tanda dilakukan setelah
dapat dilakukan oleh siswa tunagrahita beberapa sampel yang akan diteliti secara
ringan melalui pembinaan dan pelatihan random, memperoleh data hasil dari sampel
tentang kegiatan kehidupan sehari-hari sebelum dan sesudah diberikan perlakuan,
yang diberikan pada anak berkebutuhan menyusun data ke dalam tabel penolong
khusus (ABK) yang bersekolah di Sekolah adapun rumus uji tanda adalah sebagai
Luar Biasa (SLB) maupun di sekolah berikut:
inklusi/ sekolah regular yang
menyelenggarakan layanan pendidikan
untuk anak nerkebutuhan khusus.
c. Siswa Tunagrahita Ringan
Dalam penelitian ini siswa
tunagrahita ringan adalah siswa yang yang
mempunyai intelektual dibawah rata-rata Keterangan
antara 68-52 mereka masih mampu untuk Zh : Nilai hasil pengujian statistik sign test
dididik dengan layanan yang khusus dan X : Hasil pengamatan langsung yakni jumlah
diulang-ulang. tanda plus (+) – p (0,5)
µ : Mean (nilai rata-rata) = n.p
D. Instrumen Penelitian σ : Standart deviasi = n.p.q
Dalam penelitian ini instrumen yang p :Probabilitas untuk memperoleh tanda (+)
digunakan adalah atau (-) = 50% = 0,5 karena nilai krisis 5 %
1. Silabus Program Khusus (Bina Diri) q : 1-p = 1 - 0,5 = 0,5
2. Rencana Program Pembelajaran n: Jumlah sampel
(RPP) Langkah-langkah analisis data:
3. Soal pre-test yang berupa Tes 1. Menetapkan perubahan tanda (+)
Perbuatan. atau (-) dari hasil pre tes dan post test
4. Soal post-test yang berupa Tes 2. Menghitung X yang diperoleh dari
Perbuatan. banyaknya tanda (+) dikurangi
5. Lembar penilaian p/probabilitas (0,5)
3. Menghitung mean (μ), rumus = n.p,
dengan n= banyaknya sampel yaitu 6
E. Teknik Pengumpulan Data dan p= probabilitas yaitu 0,5
1. Metode Tes 4. Menghitung standar deviasi (σ),
2. Metode Dokumentasi rumus = n.p.q dengan n= banyaknya
sampel yaitu 6, p= probabilitas yaitu
F. Teknik Analisis Data 0,5, dan q= 1-p = 1 - 0,5 = 0,5
Penelitian ini menggunakan data 5. Memasukkan semua hasil yang telah
statistik non parametrik yaitu pengujian di hitung ke dalam rumus :
statistik yang dilakukan karena salah satu
asumsi normalitas tidak dapat dipenuhi

5
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa Tunagrahita Ringan

Interpretasi hasil analisis data: ringan dalam memasak bakwan setelah


1. Jika Z hitung(Zht) Z tabel (Zt) maka Ho diberikan perlakuan.
diterima, berarti model pembelajaran
langsung tidak berpengaruh terhadap Tabel 4.2 Data Hasil Pos Tes Kemampuan
kemampuan bina diri siswa tunagrahita. Bina Diri Siswa Tunagrahita
2. Jika Z hitung (Zht) ≥ Z table (Zt) maka Ho Ringan SLB B/C Siti Hajar
ditolak, berarti model pembelajaran Sidoarjo
langsung berpengaruh terhadap
kemampuan bina diri siswa tunagrahita. No. Nama Siswa Nilai

Hasil dan Pembahasan 1. In 98


2. Ty 90
A. Hasil Penelitian 3. Fd 87
1. Penyajian Data 4. Sm 98
Data-data yang diperoleh pada 5. Rn 83
penelitian selanjutnya disajikan dalam 6. An 76
bentuk tabel dengan harapan data-data Rata-rata 89
tersebut dapat dipahami dan dimengerti
dengan mudah. Adapun langkah-langkah b. Membuat tabel rekapitulasi pre tes dan
yang digunakan dalam menganalisis data pos tes
adalah sebagai berikut :
a.Data hasil pre tes dan pos tes Tabel 4.3 Tabel Rekapitulasi Hasil Pre Tes
dan Pos Tes
Tabel 4.1 Data Hasil Pre Tes Kemampuan No. Nama Siswa Nilai Nilai
Bina Diri Siswa Tunagrahita
Ringan SLB B/C Siti Hajar 1. In 65 98
Sidoarjo 2. Ty 57 90
3. Fd 56 87
No. Nama Siswa Nilai 4. Sm 67 98
1. In 65 5. Rn 52 83
2. Ty 57 6. An 44 76
3. Fd 56 Rata-rata 57 89
4. Sm 67
5. Rn 52 2. Analisis Data
6. An 44 Data-data yang diperoleh kemudian
Rata-rata 57 dianalisis dengan menggunakan statistik
nonparametrik dengan menggunakan sign
Setelah mengetahui rendahnya test.
kemampuan bina diri dalam memasak a.Tabel kerja perubahan hasil kemampuan
bakwan pada siswa tunagrahita ringan bina diri dalam memasak bakwan siswa
melalui pre tes, maka diberikan perlakuan tunagrahita ringan SLB B/C Sidoarjo
dengan model pembelajaran langsung.
Waktu yang digunakan dalam kegiatan
intervensi adalah 6 kali pertemuan
dengan durasi waktu + 140 menit pada
setiap kali pertemuan. Selanjutnya,
diberikan pos tes untuk mengetahui
kemampuan bina diri siswa tunagrahita

6
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa Tunagrahita Ringan

Tabel 4.4 Tabel Kerja PerubahanTanda Probabilitas untuk memperoleh


Nilai Tanda tanda (+) atau (-) = 0,5
3) Mencari q
No. Nama Siswa Pre tes Pos tes perubahan q =1–p
= 1 – 0,5
(X1) (X2) (X1-X2)
= 0,5
1. In 65 98 + 4) Menentukan mean (µ)
µ =n.p
2. Ty 57 90 +
= 6 . 0,5
3. Fd 56 87 +
=3
4. Sm 67 100 +
5) Menentukan standar deviasi (σ)
5. Rn 52 83 +
σ =
6. An 44 76 +
=
Rata-rata 57 89 X=6 = 1,22
b. Perhitungan statistik dengan 6) Tes statistik (ZH)
menggunakan rumus sign test Zh =
Data-data hasil penelitian yang =
berupa nilai pre tes dan pos tes yang telah
= 2,05
dimasukkan ke dalam tabel kerja
perubahan di atas kemudian dianalisis
3. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis pada hasil
dengan menggunakan rumus sign test
dengan keterangan sebagai berikut : perhitungan untuk uji dua sisi α= 5% adalah
sebesar 1,96. Kenyataan pada nilai Zh yang
diperoleh adalah 2,05 dan nilai tersebut lebih
besar daripada 1,96 sehingga Ho ditolak dan
Hα diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Keterangan :
terdapat pengaruh model pembelajaran
ZH : nilai hasil pengujian sign test
x : hasil pengamatan langsung, yakni langsung terhadap kemampuan bina diri
jumlah tanda positif (+) – p dalam memasak bakwan siswa tunagrahita
µ : mean = n.p
ringan SLB B/C Siti Hajar Sidoarjo . Berikut
p : probabilitas memperoleh tanda
(+) atau (-) = 0,5 ini merupakan kurvanya :
n : jumlah subjek
σ : standar deviasi :
q : 1-p = 0,5
Ho diterima
Ho ditolak Ho ditolak Ho ditolak
Ha diterima
c. Pengolahan data
1) Mencari X +1,96 +2,2
Gambar 4.1
Dari hasil pengamatan dan hasil
Kurva pengujian hipotesis dua pihak
perhitungan diperoleh perubahan
tanda (+) = 6, maka besar x adalah :
4. Interpretasi Data
x = tanda plus (+) – 0,5
Dalam menganalisis data penelitian
= 6 – 0,5
menggunakan rumus statistik non parametrik
= 5,5
dengan menggunakan rumus uji tanda (sign test)
Jadi besarnya X terletak pada 5,5
karena data bersifat kuantitatif yaitu dalam
2) Mencari p
bentuk bilangan atau angka dan jumlah subyek

7
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa Tunagrahita Ringan

penelitian kecil, yakni kurang dari 30 orang. mengembangkan kemandirian dalam


Perhitungan rumus uji tanda diperoleh ZH = mencapai tujuan pendidikan”.
2,05 lebih besar dari nilai kritis Zα 5% yaitu 1,96 Adapun langkah pertama
sehingga menolak hipotesis nol (Ho) dan dalam kegiatan ini, guru melakukan materi
menerima hipotesis kerja (Hα) yang berarti ada memasak bakwan kepada siswa
pengaruh yang signifikan pada model tunagrahita ringan. Setelah itu guru
pembelajaran langsung terhadap kemampuan mempresentasikan/ memperagakan
bina diri siswa tunagrahita ringan di SLB B/C langkah-langkah memasak bakwan di
Siti Hajar Sidoarjo depan siswa tunagrahita ringan. Kemudian
siswa diberikan latihan memasak bakwan
B. Pembahasan terstruktur dan terbimbing. Hingga pada
Hasil penelitian terhadap pertemuan ke-6 dan ke-7 siswa diberikan
enam siswa tunagrahita ringan kelas VII latihan mandiri.
SLB B/C Siti Hajar Sidoarjo pada Prosedur pelaksanaan
kemampuan bina diri dalam memasak intervensi ini sesuai dengan tahap tahap
bakwan adalah sebagai berikut : dalam pelaksanaan pembelajaran langsung
Pre tes dan pos tes dilakukan meliputi : menyampaikan tujuan dan
untuk mengetahui kemampuan bina diri mempersiapkan peserta didik,
dalam memasak bakwan sebelum dan mendemonstrasikan pengetahuan dan
sesudah diberikan model pembelajaran keterampilan, membimbing latihan,
langsung untuk siswa tunagrahita ringan. mengecek pemahaman dan memberikan
Saat dilakukan pre tes, nilai kemampuan umpan balik, memberikan kesempatan
bina diri dalam memasak bakwan siswa untuk pelatihan selanjutnya dan penerapan
tunagrahita ringan dapat dikatakan sangat (Suhana,2014:54). Peningkatan kemampuan
kurang. Siswa belum mampu mengiris memasak bakwan siswa tunagrahita ringan
sayuran dan takut saat menggoreng juga tampak pada nilai pre tes dan pos tes.
bakwan. Mereka dapat melakukan setelah Nilai rata-rata hasil pre tes memasak
diberikan bantuan verbal dan perbuatan. bakwan adalah 57% sedangkan nilai rata-
Siswa Tunagrahita cenderung rata hasil pos tes sesudah diberikan
menggantungkan diri kepada orang lain . intervensi adalah sebesar 89%.
kebutuhan menolong diri diperlukan oleh Disamping itu, penelitian ini
siswa tunagrahita untuk mengatasi didukung oleh Fitrotul Azizah (2014)
berbagai masalah yang sangat mungkin dengan judul “Pengaruh Model
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, Pembelajaran Langsung Terhadap
salah satu materi kemampuan menolong Kemampuan Bina Diri Dalam Mencuci
diri sendiri yakni memasak sederhana Tangan Anak Cerebral Palsy SDLB-D1
(Apriyanto,2012:64) YPAC Surabaya”. Pada saat pre tes didapat
Selanjutnya diberikan nilai sebesar 34,1% lalu meningkat sebesar
intervensi dengan model pembelajaran 44,4 % pada saat pos tes.
langsung. Intervensi dilakukan berulang- Didukung juga peneletian oleh Asmiyati
ulang sebanyak enam kali pertemuan. Ningsih (2011) dengan judul ”Peningkatan
Dengan diberikan perlakuan model Kemampuan Menggosok Gigi melalui Bina Diri
pembelajaran langsung, dapat membantu menggunakan model Pembelajaran Langsung
siswa dalam mencapai tujuan materi bina Anak Tunagrahita SDLB Bugih Pamekasan”.
diri khususnya memasak bakwan. Selain Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
itu, Joyce (2011: 433) mengemukakan model pembelajaran langsung dapat
terdapat dua tujuan utama dari meningkatkan kemampuan menggosok gigi
pembelajaran langsung, yaitu anak tunagrahita.
“Memaksimalkan waktu belajar dan

8
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa Tunagrahita Ringan

Dan dikdung penelitian oleh Endaryati 1. Guru


(2009) dengan judul “Penerapan Pembelajaran Hendaknya dalam proses
Bina Diri Untuk Meningkatan Kemandirian pembelajaran bina diri pada siswa
Anak Tunagrahita Kelas III SLB-C Bina Taruma tunagrahita ringan guru juga
Manis Renggo Klaten Tahun Pelajaran memperagakan/memberikan contoh
2008/2009”. Hasil penelitian menunjukkan langsung tentang materi yang diajarkan.
bahwa ada peningkatan kemandirian pada anak 2. Pengelola Sekolah
tunagrahita melalui pembelajaran bina diri kelas Penelitian ini dapat digunakan sebagai
III. bahan acuan untuk penggunaan metode
Kegiatan ini dapat diulang selama pembelajaran yang sesuai untuk latihan bina
beberapa kali sampai anak memahaminya diri siswa tunagrahita ringan.
sehingga hasil proses belajar mengajar yang 3. Peneliti Lanjut
terjadi sesuai dengan harapan yaitu siswa Penelitian ini dapat digunakan sebagai
mampu memasak bakwan. Berdasarkan uraian bahan acuan untuk peneliti selanjutnya dan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat waktu pelaksanaannya dapat ditambah
pengaruh yang signifikan pada model dengan subyek yang berbeda.
pembelajaran langsung terhadap kemampuan
bina diri siswa tunagrahita ringan di SLB B/C
Siti Hajar Sidoarjo. DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita.


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
PENUTUP
Apriyanto, Nunung. 2012. Seluk-Beluk Tunagrahita
SIMPULAN Dan Strategi pembelajarannya. Jogjakarta:
1. Pada hasil pre tes, siswa memperoleh rata- Jayalitera.
rata nilai 57% sedangkan sesudah diberikan Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian.
intervensi adalah 89%. Melihat dari rata-rata Jakarta: Rineka Cipta.
nilai pre tes dan pos tes tersebut, dapat Astati. 1996. Pendidikan Dan Pembinaan Karier
disimpulkan bahwa adanya pengaruh model Penyandang Tunagrahita Dewasa. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi.
pembelajaran langsung terhadap
Azizah, Fitrotul. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
kemampuan bina diri siswa tunagrahita Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri
ringan di SLB B/C Siti Hajar Sidoarjo. Dalam Mencuci Tangan Anak Cerebral Palsy
2. Dari hasil perhitungan secara statistik SDLB-D1 YPAC Surabaya. Skripsi tidak
menunjukkan bahwa nilai ZH 2,05 > Ztabel diterbitkan. Surabaya: Universitas Surabaya.
1,96. Hal ini menunjukan perubahan positif Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Refika
dari sebelum dan sesudah di berikan
Aditama.
treatmen. Maka diputuskan menolak H0 dan
Endaryati. 2009. Penerapan Pembelajaran Bina Diri
menerima Ha.. Berdasarkan uraian diatas Untuk Meningkatkan Kemandirian Anak
dapat diambil simpulan bahwa “Ada Tunagrahita Kelas III SLB-C Bina Taruna Manis
pengaruh model pembelajaran langsung Renggo Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009.
terhadap kemampuan bina diri pada siswa Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
tunagrahita ringan”.
Enggek, Paul dan Kauchak Don (diterjemahkan
oleh Satrio Wahono). 2012. Original Slide
Strategie And Models Of Teachers (Strategi dan
SARAN
Model Pembelajaran). Jakarta: Indeks.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti Huda, Miftakhul. 2013. Model-Model Pengajaran dan
mengajukan beberapa saran yang dapat Pembelajaran. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
membantu untuk mengoptimalkan kemauan Joyce, Bruce, Well, Marsha; Colhoun, Emily
belajar untuk siswa tunagrahita ringan, saran- (diterjemahkan oleh Ahmad Fawaid dan
saran tersebut antara lain sebagai berikut : Atteila Mirza).2011. Models Of Teaching

9
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Bina Diri Siswa Tunagrahita Ringan

(Model-Model Pembelajaran). Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Murtie, Afin. 2014. Ensiklopedia Anak Berkebutuhan
Khusus. Jogjakarta: Redaksi Maxima.
Ningsih, Asmiyati. 2011. Peningkatan Kemampuan
Menggosok Gigi melalui Bina Diri Menggunakan
Model Pembelajaran Langsung Anak Tunagrahita
SDLB Bugih Pamekasan. Skripsi tidak
diterbitkan. Surabaya: Universitas Surabaya.
Pandji, Dewi dan Wardhani, Winda. 2013. Sudahkah
kita ramah Anak Special Needs. Jakarta:
Gramedia.
Ramadhan, M. 2012. Ayo Belajar Mandiri Pendidikan
Keterampilan Dan Kecakapan Hidup Untuk Anak
Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta.
Saleh, Samsubar. 1996. Statistik Nonparametrik.
Yogyakarta: BPFE.
Soemantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Sudrajat, Dodo dan Rosida, Lilis. 2013. Pendidikan
Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Jakarta:PT. Luxima Metro Media.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tim 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Surabaya:
Unesa University Press.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan Nasional.
Uno, Hamzah dan Mohamad, Nurdin. 2015. Belajar
Dengan Menggunakan PAIKEM Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif,
Menarik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wahyudi, Ari. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan
Luar Biasa. Surabaya: Unesa University Press.
Wantah, Maria. 2007. Pengembangan Kemandirian
Anak Tunagrahita Mampu Latih. Dirjen
Pendidikan Tinggi.
Wikasanti, Esthy.2014. Pengembangan Life Skill Untuk
Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta:
Redaksi Maxima.

10

Anda mungkin juga menyukai