Anda di halaman 1dari 15

Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN


MENJAHIT SEDERHANA SISWA TUNANETRA

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya


untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh:
Candra Umar Yusbikhuridlo
NIM:15010044010

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2019

1
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN


MENJAHIT SEDERHANA SISWA TUNANETRA

Candra Umar Yusbikhuridlo dan Murtadlo


(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya)
Abstrak : Ketunanetraan yang di alami siswa berakibat terhadap kemampuan bina diri anak dalam merawat
pakaian, kemampuan ini masih perlu dikembangkan untuk menjadikan siswa tunanetra mandiri dalam
merawat pakaian, terutama dalam aspek menjahit sederhana. Dalam penelitian ini kemampuan menjahit
siswa tunanetra diajarkan melalui model pembelajaran langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menguji pengaruh model pembelajaran langsung terhadap kemampuan menjahit sederhana siswa tunanetra
di SMPLB YPAB Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis pre eksperimen
dan rancangan one group pretes - postes design. Teknik pengumpulan data berupa tes (pretes dan postes)
dan analisis data menggunakan Wilcoxon Match Pairs Test. Berdasarkan hasil analisis data maka diperoleh
Zh=2.36 lebih besar dibanding Zt=1,96 dengan nilai krisis 5%. Hal ini membuktikan adanya pengaruh yang
signifikan model pembelajaran langsung terhadap kemampuan menjahit siswa tunanetra di SMPLB YPAB
Surabaya.

Kata kunci : Tunanetra, menjahit, model pembelajaran langsung

PENDAHULUAN dari indera. penglihatan. Para psikolog dan


Anak tunanetra merupakan anak yang tidak pendidik percaya bahwa 90% sampai dengan
dapat melihat (buta) atau anak yang tidak dapat 95% persepsi anak yang melihat dibentuk oleh
melihat dengan maksimal meskipun diberikan informasi visual (Taylor dan Sternberg dalam
alat bantu lihat. Menurut Hidayat dan Suwandi Sunanto 2010:164). Dengan kehilangan
(2013) anak tunanetra adalah anak yang penglihatan anak tunanetra memiliki gaya
memiliki gangguan atau keterbatasan baik belajar auditori, taktil dan kinestetik. Salah satu
dalam hal fisik, mental, maupun perilaku kebutuhan khusus untuk anak tunanetra adalah
sosialnya sehingga berdampak terhadap bina diri untuk hidup sehari-hari dan sosial.
layanan pendidikannya. Sebab ketunaannya Bina diri awal bagi anak tunanetra adalah
seorang anak tunanetra memerlukan layanan bagaimana anak dalam merawat diri sendiri
khusus dalam mengikuti proses pembelajaran. dalam setiap kegiatan sehari-hari dan kemudian
Layanan pendidikan yang sesuai bagi Anak di lanjutkan dengan mengembangkan
Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah layanan keterampilan-keterampilan hidup lain yang
pendidikan yang memperhatikan kemampuan, lebih kompleks. Bina diri merupakan suatu
karakteristik dan kebutuhan dari keharusan bagi anak tunanetra untuk mampu
ketunaan/gangguan masing masing individu menguasai keterampilan-keterampilan yang
yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dilakukan dalam kehidupan sehari-hari (Hadi,
mereka. Salah satu tujuan dari Pendidikan 2005:158). Oleh karena itu pembelajaran bina
adalah mengembangkan potensi peserta didik diri untuk anak tunanetra itu perlu diajarkan
untuk memiliki keterampilan yang diperlukan dan dikembangkan. Bina diri perlu sekali
untuk dirinya. Ketentuan seperti itu bagi anak dilatihkan agar tunanetra dapat menyesuaikan
penyandang tunanetra sangatlah berarti sebab diri dengan lingkungan dan hubungan sosial
dengan adanya ketentuan tersebut dalam hal dalam kehidupan secara umum. Latihan itu
pendidikan dan pengajaran anak mempunyai harus diberikan secara sistematis dan
kesempatan yang sama dengan anak awas pada berprogram agar dalam menempuh kehidupaan
umumnya. sosialnya ia dapat berjalan dengan baik dan
Sumber informasi yang penting. dalam lancar.
kehidupan manusia pada umumnya di peroleh

2
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

Seorang tunanetra kehilangan fungsi visual Berdasarkan kenyataan di lapangan,


akan mengalami hambatan-hambatan dalam program bina diri pada aspek keterampilan
melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari. menjahit sederhana yang ada di sekolah SMPLB
Orang awas menerima informasi 70% melalui YPAB Surabaya ini perlu dilatihkan kepada
mata, sedangkan tunanetra 75% memerlukan anak secara optimal. Untuk mengoptimalkan
orang lain (Munawar dan Suwandi 2013:65). hasil dari program bina diri pada aspek
Bagi anak normal pada umumnya mungkin keterampilan menjahit sederhana adalah
dalam sekali pengajaran dapat langsung mengunakan model pembelajaran yang tepat.
diterima dengan baik dengan indera Model pembelajaran yang digunakan dalam
penglihatan dan meniru secara visual. Namun penelitian ini adalah dengan menggunakan
bagi anak dengan tunanetra keterampilan untuk model pembelajaran langsung. Model
menyesuaikan dalam kehidupan rumah tangga pembelajaran ini dianggap tepat dan sesuai
dan masyarakat merupakan tanggungjawab untuk pengajaran materi bina diri pada aspek
tersendiri bagi orang tua dan guru dalam keterampilan menjahit sederhana. Menurut
membimbing dan mengarahkan karena Arends (dalam Bakar, 2017) model
penguasaan keterampilan kegiatan sehari-hari pembelajaran langsung adalah model
bisa dikuasai tunanetra hanya melalui pembelajaran yang di rancang khusus untuk
pembelajaran dengan bantuan orang lain. menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
Keterampilan menjahit sederhana dengan dengan pengetahuan deklaratif dan
tangan bagi anak tunanetra merupakan pengetahuan procedural yang terstruktur
kegiatan yang tidak mudah dan seringkali dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
mereka mengalami hambatan. Kejadian kegiatan yang bertahap, selangkah demi
insidental seperti kancing seragam lepas hingga selangkah.
celana robek sering dialami oleh anak Pembelajaran menggunakan model
tunanetra, sebab mereka tidak dapat pembelajaran langsung perlu dilaksanakan
memperbaiki sendiri maka masalah-masalah secara bertahap dan terus menerus yang diawali
tersebut tidak dapat terselesaikan dengan dari fase orientasi sampai dengan fase latihan
tuntas. Hal ini membuat anak tunanetra sering mandiri. Model pembelajaran langsung tidak
mengalami ketidakpercayaan diri pada akan efektif apabila pembelajaran hanya
penampilan dan berpakaian. dilaksanakan sekali penyampaian, sebab
Gangguan pada penglihatannya kemampuan intelegensi anak tunanetra dalam
menyebabkan mereka tidak dapat melihat menerima materi pembelajaran perlu di jelaskan
secara jelas, detail dan langsung apa yang secara rinci. Mengingat pentingnya proses
sedang mereka jahit sehingga mereka perlu pembelajaran yang bertahap dalam
diberikan latihan untuk menjahit sederhana meningkatkan aktivitas belajar dan melatih
dengan pendamping/guru. Untuk dapat kemampuan keterampilan menjahit sederhana,
menguasai kemampuan dalam kegiatan maka peneliti ingin melakukan secara intensif
menjahit sederhana, penyandang cacat netra kepada anak tunanetra. Peneliti ingin
perlu latihan yang bertahap, berkesinambungan membuktikan bahwa model pembelajaran
dan tekun. Edukasi yang seperti ini sangat langsung dapat meningkatkan aktivitas belajar
penting bagi anak agar kelak mereka memiliki dan kemampuan menjahit anak secara mandiri.
kecakapan yang dibutuhkan. Sehingga mereka Program latihan menjahit sederhana ini
dapat melakukan kegiatan seperti itu dengan sangat fungsional untuk anak dan juga memiliki
mandiri tanpa banyak meminta bantuan dari fungsi melatih motorik halus dalam masalah
orang lain. Latihan dapat menggunakan indera- perkembangannya. Selain itu program latihan
indera yang masih berfungsi, seperti: sisa ini juga dapat membuat anak bisa memperbaiki
penglihatan, pendengaran, perabaan, permasalahan-permasalahan kecil pada pakaian
penciuman dan kinestetik. yang mereka punya. Program latihan ini

3
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

bermanfaat juga untuk anak dalam memilih langsung terhadap kemampuan menjahit
pakaian dengan cara memberikan tanda khusus sederhana siswa tunanetra.
pada pakaian yang hendak dikenakan sehingga
anak mudah mengenali pakaian yang akan
mereka kenakan. Contohnya dengan METODE
memberikan simpul simpul khusus yang A. Pendekatan Penelitian
mereka buat atau dengan kancing baju yang Penelitian ini berjudul Model Pembelajaran
mereka tandai. Apabila menggunakan simpul Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit
maka dapat dilakukan dengan benang yang di Sederhana Siswa Tunanetra. Penelitian ini
simpulkan menjadi beberapa simpulan misal: menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif
simpul satu untuk warna putih, simpul dua dikarenakan data yang digunakan variabel
untuk warna hitam dan sebagainya. Simpul- bebas (variabel independen) dan variabel terikat
simpul ini digunakan anak tunanetra untuk (variabel dependen) serta untuk menguji rumus
mempermudah memilih pakaian dan yang telah ditetapkan terlebih dahulu dan hasil
mempermudah dalam mengkombinasikan pada penelitian ini berupa angka. Pendapat
warna yang akan dikenakan sehingga selaras Sugiyono (2016:7), bahwa data pada penelitian
dan serasi. ini berupa angka-angka dan analisis
Penelitian yang relevan menggunakan menggunakan statistik.
model pembelajaran langsung pernah
dilakukan oleh Khasanah tahun 2015 dengan B. Jenis Penelitian
judul model pengajaran langsung (direct Jenis penelitian yang digunakan dalam
instruction) terhadap kemampuan sains anak penelitian ini adalah jenis penelitian pre
tunanetra. Pada penelitian ini dapat eksperimen dikarenakan desain pada penelitian
disimpulkan bahwa model pembelajaran belum merupakan eksperimen sungguh-
langsung berpengaruh secara signifikan sungguh dalam penelitian ini masih terdapat
terhadap kemampuan sains anak tunanetra variabel luar atau variabel bebas yang ikut
TKLB-A YPAB Surabaya. Persamaan dengan berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
penelitian yang dilakukan adalah sama-sama dependen atau variabel terikat (Sugiyono,
menggunakan model pembelajaran langsung 2016:74). Jenis penelitian pre eksperimen
untuk anak tunanetra. Namun pada penelitian mempunyai tujuan membuktikan adanya
ini model pembelajaran langsung diterapkan pengaruh model pembelajaran langsung
untuk melatih kemampuan menjahit sederhana. terhadap kemampuan menjahit sederhana anak
Anak tunanetra yang digunakan pada tunanetra di SMPLB YPAB Surabaya. Kelompok
penelitian ini berjumlah kelas VIII yang diberikan pretest sebelum diberikan perlakuan.
berjumlah 7 anak. Treatment yang digunakan berperan sebagai
Berdasarkan uraian di atas, model variabel independen dan hasil sebagai variabel
pembelajaran langsung perlu diterapkan di dependen.
SMPLB YPAB Surabaya karena efektif untuk
meningkatkan kemampuan menjahit sederhana C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain pre-
siswa tunanetra. Oleh karena itu perlu
eksperimen dan rancangan penelitian dalam
dilakukan penelitian tentang pengaruh model
penelitian ini adalah “One-Group Pretest-Posttest
pembelajaran langsung terhadap kemampuan
Design” yaitu sebuah eksperimen yang
menjahit sederhana siswa tunanetra.
dilakukan pada satu kelompok saja tanpa
menggunakan kelompok kontrol atau
TUJUAN
pembanding. Menurut Sugiyono (2016:74-75),
Tujuan dari penelitian ini yakni untuk
desain ini terdapat pretest, sebelum diberi
untuk menguji pengaruh model pembelajaran
perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan
dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

4
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

membandingkan dengan keadaan sebelum


diberikan perlakuan. Desain ini digambarkan Tabel 1.
sebagai berikut : Identitas Subjek Penelitian

O1 – X – O2

Gambar 1. Desain Penelitian (Sugiyono, 2016)

Keterangan :
O1 = Nilai pre-testi (sebelum diberi perlakuan)
O2 = Nilai post-testi (sesudah diberi
F. Variabel Penelitian Dan Definisi
perlakuan)
Operasional
X = Treatment yang diberikan
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2016:38) variabel
Penjelasan :
penelitian adalah segala sesuatu yang
O1 : Pre test, untuk mengukur kemampuan
berbentuk apa saja yang ditetapkan untuk
menjahit sederhana siswa tunanetra sebelum
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
pemberian perlakuan model pembelajaran
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
langsung.
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu
X : Treatment, pemberian perlakuan pada
variabel bebas (independen) dan variabel terikat
siswa tunanetra berupa latihan kemampuan
(dependen), diantaranya:
menjahit sederhana dengan menggunakan
a. Variabel Independen (Bebas)
model pembelajaran langsung
Variabel Independen sering disebut sebagai
O2 : Post test, untuk mengukur kemampuan
variabel bebas. Variabel bebas merupakan
menjahit sederhana pada siswa tunanetra
variabel yang dapat mempengaruhi
setelah pemberian perlakuan model
perubahannya variabel dependen (terikat).
pembelajaran langsung.
Variabel Independen (bebas) pada penelitian ini
O2 – O1: Model pembelajaran langsung terhadap
adalah model pembelajaran langsung.
kemampuan menjahit sederhana pada siswa
b. Variabel Dependen (Terikat)
tunanetra
Variabel Dependen atau sering disebut
sebagai variabel terikat. Variabel terikat
D. Lokasi Penelitian
merupakan variabel yang dipengaruhi karena
Penelitian ini dilaksanakan di SMPLB YPAB
adanya variabel bebas. Variabel Dependen
Surabaya yang beralamat di Jalan Gebang Putih
(terikat) dalam penelitian ini adalah
No. 05 Kelurahan gebang Putih Kecamatan
kemampuan menjahit sederhana.
Sukolilo Kota Surabaya.

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian


E. Subjek penelitian
Menghindari adanya kesalah pahaman
Dalam penelitian ini subjek yang diteliti
pengertian dalam penelitian ini, maka diuraikan
adalah anak tunanetra yang memiliki
definisi dari istilah yang digunakan dalam
kemampuan motorik halus yang baik namun
penelitian ini:
belum mampu untuk menjahit secara mandiri
a. Model Pembelajaran Langsung
dan belum juga menggunakan teknik/ cara
Model pembelajaran langsung yang
menjahit dengan benar dan mandiri. Subjek
dimaksud dalam penelitian ini adalah model
dalam penelitian ini adalah anak tunanetra
pengajaran yang digunakan untuk melatih
kelas VIII di SMPLB YPAB Surabaya yang
keterampilan yang dilakukan dengan cara
berjumlah 7 anak dengan rincian subjek pada
mendengarkan dan menirukan guru secara
tabel 1.

5
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

langsung. Langkah-langkah model


pembelajaran langsung dalam penelitian ini c. Anak Tunanetra
yaitu: Anak tunanetra yang dimaksud dalam
a. Menyampaikan tujuan menjahit dengan penelitian ini adalah anak yang mengalami
tangan dan mempersiapkan siswa hambatan penglihatan atau visual sehingga
b. Mendemonstrasikan keterampilan menjahit berdampak pada proses pembelajaran yang
c. Memberikan latihan terbimbing menggunakan indera penglihatannya. Dalam
d. Menganalisis pemahaman dan memberikan menyampaian materi pembelajaran guru dapat
umpan balik memilih model atau cara yang tepat sesuai
e. Latihan mandiri dengan kemampuan dan kebutuhan siswa
tunanetra tersebut. Anak tunanetra yang
b. Kemampuan Menjahit dimaksud dalam penelitian ini merupakan anak
Kemampuan menjahit yang dimaksud yang mengalami hambatan penglihatan tetapi
dalam penelitian ini adalah menjahit sederhana memiliki kemampuan motorik halus yang baik
seperti menjahit kancing, menjahit bagian yang dan mampu mengikuti pembelajaran dengan
robek pada pakaian, memberikan tanda di baik. Siswa tunanetra pada penelitian ini
pakaian untuk mempermudah dalam berjumlah 7 orang kelas VIII di SMPLB YPAB
mengenali jenis dan warna pakaian yang Surabaya.
mereka kenakan. Selain itu menjahit adalah
suatu keterampilan yang penting dilakukan G. Teknik Pengumpulan Data
bagi anak tunanetra agar mereka bisa merawat Menurut Sugiyono (2016:224), “teknik
pakaian dengan baik. Anak tunanetra di SMPLB pengumpulan data merupakan langkah yang
YPAB Surabaya dalam menjahit masih strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
mengalami kesulitan terutama dalam hal dari penelitian adalah mendapatkan data.”
memperbaiki pakaian karena anak tunanetra Agar mendapatkan data yang berkaitan dengan
tidak dapat mengetahui cara memperbaiknya. penelitian ini, maka teknik yang digunakan
Sehingga anak lebih memilih untuk dalam pengumpulan data diantaranya sebagai
membiarkan dalam keadaan rusak. Oleh karena berikut :
itu pentingnya mengajarkan anak dalam 1. Tes
keterampilan menjahit sederhana. Dalam Tes adalah serangkaian pertanyaan atau
mengajarkan menjahit pada penelitian ini latihan dan alat lain yang dapat digunakan
diajarkan secara sistematis berdasarkan materi untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
menjahit. Menurut Hadi (2005) langkah-langkah intelegensi, serta kemampuan maupun bakat
menjahit sebagai berikut: yang dimiliki individu atau kelompok
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan (Arikunto, 2013:150). Pada penelitian ini
untuk menjahit. melakukan dua kali tes yaitu pre-test dan post-
b. Memasukkan benang ke dalam jarum test. Pre-test dilakukan diawal pertemuan
menggunakan mata nenek. sebelum adanya perlakuan untuk mengetahui
c. Menjahit di kertas ukuran A5 yang diberi kemampuan menjahit sebelum diberikan
pola titik-titik dengan reglet. intervensi dengan model pembelajaran
d. Menjahit sederhana dengan kain flannel langsung dan pelaksanaan post-test untuk
ukuran 25x25 cm mengetahui kemampuan menjahit sederhana
e. Memasang kancing 2 dan 4 lubang pada kain anak tunanetra setelah diberikan intervensi
flannel. menggunakan model pembelajaran langsung.
f. Membuat simpulan French knot pada kain 2. Observasi
flannel. Observasi merupakan suatu dasar semua
ilmu pengetahuan (Nasution, 1988). Penelitian
dapat diteliti berdasarkan data yang telah

6
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

diperoleh atau dikumpulkan. Data yang


digunakan dalam penelitian diperoleh melalui Tabel 2.
kegiatan observasi. Dalam penelitian ini metode Penolong Wilcoxon
observasi berperan serta untuk mengumpulkan
data aktual dalam memperoleh informasi
tentang kemampuan menjahit siswa tunanetra
di SMPLB YPAB Surabaya. Observasi dilakukan
ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
Hasil observasi digunakan sebagai data
pendukung kemampuan menjahit siswa
tunanetra.

H. Instrumen Penelitian Keterangan :


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang O1 : Nilai sebelum diberikan perlakuan
digunakan mengukur fenomena alam maupun O2 : Nilai sesudah diberikan perlakuan
sosial yang diamati (Sugiyono, 2016:102). Agar O2 – O1: Nilai beda antara sesudah dan sebelum
mempermudahkan mengumpulkan data dalam diberikan perlakuan
penelitian ini maka perlunya instrumen
penelitian. Instrumen penelitian yang Rumus Wilcoxon
digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Kisi-kisi instrumen penelitian
2. Program khusus
3. Materi menjahit (Sugiyono, 2016:136)
4. Soal pretest dan posttest kemampuan Gambar 2. Rumus Wilcoxon
menjahit siswa tunanetra di SMPLB YPAB
Surabaya (terlampir) Keterangan:
Z : Nilai hasil pengujian statistik Wilcoxon match
I. Teknik Analisis Data pairs test
Teknik analisis data adalah proses T : Jumlah jenjang/ rangking yang kecil
menganalisis data untuk menjawab rumusan X : Hasil pengamatan langsung yakni jumlah
masalah atau menguji hipotesis yang telah tanda (+) p (0,5)
dirumuskan dalam proposal (Sugiyono, µT : Mean (nilai rata-rata) = n (n+1)
2016:243). Dalam penelitian ini digunakan data 4
non parametrik yaitu pengujian statistik yang
dilakukan karena salah satu asumsi normalitas T : Standar deviasi =
tidak dapat dipenuhi. Hal ini dikarenakan 24
jumlah sampel yang kecil. Subyek penelitiannya P : Probabilitas untuk memperoleh tanda (+)
kurang dari 30 anak yaitu 7 sampel. Maka atau (-) = 0,5 karena nilai kritis 5%
rumus yang digunakan untuk menganalisis n : Jumlah sampel
adalah statistik non parametrik jenis Wilcoxon
Match Pairs Test. Alasan menggunakan uji Langkah-langkah analisis data antara lain:
jenjang bertanda Wilcoxon karena untuk mencari 1. Mengumpulkan hasil observasi awal/pre-test
perbedaan kemampuan menjahit anak dan hasil observasi akhir/post-test.
tunanetra sebelum dan sesudah diberi 2. Mentabulasi hasil observasi awal/pre-test
perlakuan menggunakan model pembelajaran dan hasil observasi akhir/post-test.
langsung. 3. Membuat tabel penolong atau tabel
perubahan dengan mencari nilai beda pada
setiap sampel, dengan menggunakan rumus
observasi akhir/post-test (O2) – observasi

7
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

awal/pre-test (O1). Kemudian menghitung kemampuan menjahit anak tunanetra yang


jenjang dari setiap sampel untuk berkembang dan menjadi lebih baik. Aspek
memperoleh nilai positif (+) dan nilai yang dinilai dalam menjahit ini adalah dapat
negative (-). memasang benang ke jarum, memasang
4. Setelah hasil penilaian (nilai pre-test dan nilai kancing, menjahit dengan teknik jelujur dan
post-test) dimasukkan kedalam tabel kerja membuat simpulan French knot. Hasil penelitian
perubahan, langkah berikutnya adalah ini disajikan dalam bentuk tabel. Adapun
mengolah dengan menggunakan rumus deskripsi data hasil kegiatan selama penelitian
wilcoxon dengan mencari nilai mean dan berlangsung, yaitu hasil pre-test maupun hasil
standar deviasi. post adalah sebagai berikut:
5. Setelah nilai mean dan standar deviasi 1. Hasil Pre-Tes Kemampuan Menjahit
diperoleh, selanjutnya memasukkan nilai Sederhana Siswa Tunanetra
mean dan standar deviasi tersebut ke dalam Hasil pre-test berupa nilai kemampuan anak
rumus. tunanetra dalam menjahit tangan sebelum
6. Setelah memperoleh hasil perhitungan, diberikan perlakuan. Pre-tes diberikan kepada
langkah terakhir adalah menentukan hasil anak sebanyak 1 kali yang dilakukan pada
analisis data atau hipotesis dengan tanggal 15 Juli 2019 pada pukul 09.30 sampai
membandingkan Zhitung dengan Ztabel dengan 11.00. Pada saat pre-test anak diminta untuk
menggunakan nilai krisis 5% = 0,05 dengan meraba dan menyebutkan nama dari alat dan
menggunakan uji tanda dua sisi karena bahan menjahit yang di berikan kepad a tiap-
tujuan dalam penelitian ini untuk menguji tiap siswa, melakukan kegiatan sesuai dengan
ada atau tidak pengaruh antara variabel X perintah yang diberikan seperti menggunting
dengan variabel Y, maka nilai kritis ± = 1,96. benang, memasang benang pada jarum,
menjahit pada kertas, menjahit pada kain
L. Interpretasi Hasil Analisi Data menggunakan teknik tusuk jelujur, pasang
Intepretasi hasil analisis data dari penelitian kancing 2 lubang, pasang kancing 4 lubang dan
ini adalah: membuat simpul French knot. Data hasil pretest
1. Jika Z hitung (Zh) ≤ Z tabel (Zt), maka Ho telah direkapitulasi pada tabel 3.
diterima dan Ha ditolak yang artinya, “tidak Tabel 3.
ada pengaruh model pembelajaran langsung Rekapitulasi Data Hasil Pretes Kemampuan
terhadap kemampuan menjahit sederhana Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra
siswa tunanetra di SMPLB YPAB Surabaya”.
2. Jika Z hitung (Zh) > Z tabel (Zt), maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang artinya, “ada
pengaruh model pembelajaran langsung
terhadap kemampuan menjahit sederhana
pada siswa tunanetra di SMPLB YPAB
Surabaya”

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPLB-A YPAB
Surabaya yang dilaksanaakan pada tanggal 15
Juli sampai 25 Juli 2019. Hasil penelitian
menunjukkan pengaruh dari penggunaan
model pembelajaran langsung terhadap
kemampuan menjahit sederhana bagi anak Berdasarkan hasil rekapitulasi pre-test yang
tunanetra. Hal tersebut terlihat dari tertera pada tabel diatas menunjukkan

8
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

kemampuan menjahit anak tunanetra masih


cukup. Hal ini terlihat dari rata-rata jumlah nilai Tabel 4.
pre-test, yaitu 45,8. Kategori penilaian ini Hasil Penilaian Postes Kemampuan Menjahit
menentukan anak berkembang atau tidak nya Sederhana Siswa Tunanetra
dalam menjahit berdasarkan skala. Arikunto
(2009: 245) menjelaskan tentang skala adalah
nilai 80-100 dikatakan baik sekali, nilai 66-79
dikatakan baik, nilai 56-65 dikatakan cukup,
nilai 40-55 dikatakan kurang, dan 30-39
dikatakan gagal. Pada pre-tes menunjukkan
hasil nilai rata-rata tertinggi 51 yang diperoleh
AD, kemudian dengan hasil nilai rata-rata
terendah 42 yang diperoleh MA dan IB. Jadi
rata-rata nilai pada pre-test 45,8 termasuk
dalam kategori penilaian yang dikatakan
kurang. sehingga dikatakan bahwa siswa
tunanetra di SMPLB-A YPAB Surabaya belum
memiliki kemampuan menjahit yang baik.

2. Data Hasil Perlakuan Menjahit Sederhana Berdasarkan hasil post-test yang tertera pada
dengan Model Pembelajaran Langsung tabel 4 menunjukan bahwa kemampuan
Perlakuan dalam penelitian ini dilakukan menjahit sederhana pada siswa tunanetra
sebanyak 6 kali pertemuan. Pada setiap mengalami perubahan dari hasil selisih rata-rata
pertemuan, waktu yang diberikan adalah 2 x 45 pre-test adalah 45,8 dan hasil post-test adalah
menit. Dalam proses kegiatan ini dilakukan di 87,7. Pada perolehan hasil posttest nilai tertinggi
ruang kelas yang subyeknya tujuh siswa diperoleh AD dan BR dengan nilai rata-rata 94
tunanetra kelas VIII, dimana dalam proses dan nilai terendah diperoleh IB dengan nilai
kegiatan tersebut siswa dibimbing oleh peneliti rata-rata 82, dan hasil rata rata nilai post test ini
dengan menggunakan model pembelajaran adalah 87,7. Menurut Arikunto (2010:245)
langsung. Pemilihan model pembelajaran tentang skala penilaian adalah sebagai berikut,
langsung untuk meningkatkan kemampuan nilai 80-100 masuk dalam kategori nilai baik
menjahit sederhana pada siswa tunanetra. sekali, 66-79 masuk kategori nilai baik, 56-65
Jadwal Pelaksanaan Penelitian terlampir. masuk dalam kategori cukup, 40-55 masuk
kategori kurang, dan 30-39 masuk kategori
3. Hasil Post-Test Kemampuan Menjahit gagal.
Sederhana Siswa Tunanetra Berdasarkan hasil post-test menjahit
Hasil post-test berupa nilai untuk sederhana yang ada pada tabel 4 dapat
mengetahui kemampuan menjahit sederhana disimpulkan bahwa menjahit sederhana siswa
siswa tunanetra setelah diberikan perlakuan tunanetra kelas VIII SMPLB YPAB Surabaya
menggunakan model pembelajaran langsung. mengalami perubahan setelah diberikan
Tes yang diberikan pada post-test ini sama perlakuan menggunakan model pembelajaran
seperti tes yang diberikan pada saat pre-test langsung yang awalnya 45,8 menjadi 87,7.
yaitu sebanyak 1 kali pada tanggal 25 Juli 2019.
Hasil post-test kemampuan menjahit sederhana
4. Rekapitulasi Hasil Pre-Test dan Post-Test
siswa tunanetra terdapat pada tabel 4.
Rekapitulasi bertujuan untuk mengetahui
perbandingan tingkat kemampuan menjahit
sederhana pada siswa tunanetra di SMPLB
YPAB Surabaya, sebelum dan sesudah

9
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

diberikan perlakuan menggunakan model diberikan perlakuan atau treatment model


pembelajaran langsung. Oleh sebab itu dapat pembelajaran langsung diperoleh hasil terendah
diketahui angka peningkatan atau penurunan adalah 42 dan hasil tertinggi 51. Hal tersebut
menunjukkan kemampuan menjahit sederhana
tingkat kemampuan menjahit sederhana siswa
siswa tunanetra masih kurang dan perlu untuk
tunanetra. Data hasil rekapitulasi pre-test dan
dikembangkan. Oleh sebab itu perlu
post-test menjhait sederhana pada siswa memberikan sebuah model pembelajaran yang
tunanetra kelas SMPLB YPAB Surabaya menarik minat siswa yaitu dengan model
terdapat pada tabel 5. pembelajaran langsung bagi siswa tunanetra
Tabel 5. untuk mengembangkan kemampuan menjahit
Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes Menjahit sederhana.
Setelah diberikan perlakuan atau treatment
Sederhana Siswa Tunanetra SMPLB
model pembelajaran langsung, kemampuan
YPAB Surabaya menjahit sederhana siswa tunanetra meningkat.
Hal ini ditunjukkan pada hasil kemampuan
menjahit sederhana siswa tunanetra setelah
diberikan perlakuan atau treatment dengan hasil
terendah 77 dan hasil tertinggi 94.
5. Hasil Data Nilai Kemampuan Menjahit
Sederhana Siswa Tunanetra Sebelum dan
Setelah Diberikan Perlakuan Menggunakan
Model Pembelajaran Langsung
Keterangan: Berdasarkan hasil kemampuan menjahit
Nilai rata-rata tujuh siswa sebelum sederhana siswa tunanetra sebelum dan
diterapkan model pembelajaran langsung sesudah diberikannya perlakuan dengan model
adalah 45,8 dan sesudah diterapkan model pembelajaran langsung di SMPLB YPAB
pembelajaran langsung dalam pembelajaran
Surabaya kemudian dianalisis menggunakan
menjahit sederhana diperoleh nilai rata-rata
87,7. Hasil perbedaan nilai tersebut dapat statistik non parametrik dengan menggunakan
digambarkan pada grafik agar mudah dibaca rumus uji tanda wilcoxon untuk menjawab
dan dipahami. rumusan masalah dan menguji hipotesis yang
diartikan ada pengaruh model pembelajaran
langsung terhadap menjahit sederhana siswa
tunanetra di SMPLB YPAB Surabaya. Berikut ini
adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam
analisis data:
a. Membuat tabel kerja analisis data yang
digunakan untuk menyajikan perubahan
hasil post-test (O2) - pre-test (O1) kemampuan
menjahit sederhana siswa tunanetra kelas
Grafik 1. VIII SMPLB YPAB Surabaya. Serta untuk
Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Menjahit menentukan nilai T (jumlah jenjang atau
Sederhana Siswa Tunanetra SMPLB rangking terkecil).
YPAB Surabaya Tabel 6. Tabel Penolong Uji Wilcoxon

Berdasarkan grafik di atas mengenai hasil


sebelum dan setelah diberikan perlakuan atau
treatment model pembelajran langsung,
terhadap kemampuan menjahit sederhana
siswa tunanetra di SMPLB YPAB Surabaya
menunjukkan adanya perbedaan. Kemampuan
menjahit sederhana siswa tunanetra sebelum

10
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

b. Hasil pre-test dan post-test yang telah


dimasukkan di dalam tabel kerja perubahan
di atas merupakan data dalam penelitian,
untuk memperoleh kesimpulan data maka
data dalam penelitian diolah melalui teknik
analisis data. Analisis data adalah cara yang
digunakan dalam proses penyederhanaan
data ke dalam data yang lebih mudah untuk
dibaca dan dipresentasikan. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan rumus wilcoxon match
pairs test dengan perhitungan sebagai
berikut:

Berdasarkan hasil analisis data pre test dan


post test tentang menjahit sederhana sesudah
diberikan perlakuan dengan model
pembelajaran langsung dapat diketahui ada
Sugiyono, 2016:136 atau tidaknya pengaruh model pembelajaran
Gambar 3. Rumus wilcoxon match pairs test langsung terhadap menjahit sederhana siswa
tunanetra, dengan mean (µT) = 14 dan
Keterangan : simpangan baku (σT)= 5.91, jika dimasukkan
Z : Nilai hasil pengujian statistik Wilcoxon match kedalam rumus akan diperoleh hasil :
pair test
T : Jumlah jenjang/rangking yang kecil
: Harga Mean (nilai rata-rata)

: Simpangan baku

n : Jumlah sampel
p : Probabilitas untuk memperoleh tanda (+)
dan (-) = 0,5 karena nilai krisis 5%

Berdasarkan analisis di atas maka hipotesis


pada hasil perhitungan dengan nilai krisis 5%
dengan pengambilan keputusan menggunakan
penguji dua sisi karena tujuan dalam penelitian
ini untuk mengetahui ada atau tidak hubungan
antara variabel X dengan variabel Y, maka α
5%=1,96 adalah Ho ditolak apabila Z hitung > Z
tabel 1,96. Ho diterima apabila Z hitung ≤ Z

11
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

tabel 1,96. Berikut gambar perbandingan kurva adanya perubahan nilai siswa tunanetra melalui
pengujian dua pihak dengan nilai tabel dan kegiatan menjahit sederhana dengan
nilai hitung: menggunakan model pembelajaran langsung
dan perubahan tersebut dapat dilihat dengan
Ho Diterima
Ho Ditolak Ho Ditolak
rata-rata nilai sebelum diberikannya model
Ha Diterima
Ho Ditolak
pembelajaran langsung adalah 45,8 menjadi 87,7
+1,96 +2,20 setelah melalui kegiatatan menjahit sederhana.
Tunanetra harus dapat dan mampu untuk
Gambar 4. Intrepretasi Hasil Analisis
mengerjakan pekerjaan sederhana seperti
Data
menjahit dengan tangan seperti memasang
Menurut Sugiyono (2016:163), uji dua pihak kancing, menutup bagian yang robek dan
digunakan bila hipotesis nol (Ho) berbunyi mengerjakan simpulan yang sederhana.
“sama dengan” dan hipotesis alternatifnya (Ha) Tunanetra harus mampu mengerjakan
berbunyi“tidak sama dengan” (Ho= Ha≠). Pada pekerjaan menjahit yang sederhana dan
penelitian ini menggunkan pengujian dua pihak mengesum dengan tangan (Suwandi, 2013:74).
atau dua sisi dikarenakan menguji dua sisi yaitu
Menjahit sederhana juga dapat digunakan oleh
Zh (nilai Z hitung) dan Zt (nilai Z tabel). Selain
itu uji tanda pun juga menghasilkan tanda siswa tunanetra dalam memberikan tanda
positif pada semua subjek dan tanpa ada tanda untuk pakaian mereka, sehingga dapat
negatif. mengenali dan mengkombinasikan pakaian
yang akan mereka kenakan.
6. Interpretasi Data Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Hasil analisis data di atas menggunakan uji perlu diterapkan model pembelajaran yang
non parametrik dengan rumus uji peringkat sesuai dengan kebutuhan siswa. Model
bertanda wilcoxon, karena data bersifat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
kuantitatif yaitu dalam bentuk angka dan ini adalah dengan menggunakan model
subjek yang digunakan relative kecil kurang pembelajaran langsung. Model pembelajaran ini
dari 30 anak. Menunjukkan hasil Zh = 2,36 dan dianggap tepat dan sesuai untuk pengajaran
nilai (-) tidak diperhitungkan karena harga materi menjahit sederhana. Menurut Arends
mutlak lebih besar dari nilai Z tabel (Zt) dengan (dalam Bakar, 2017) model pembelajaran
nilai kritis 5% (untuk pengujian dua sisi) = 1,96. langsung adalah model pembelajaran yang di
Maka dapat disimpulkan bahwa nilai Zh = 2,36 rancang khusus untuk menunjang proses
lebih besar dari pada nilai Zt = 1,96 dengan nilai belajar siswa yang berkaitan dengan
krisis 5% (Zh > Zt) sehingga Ho ditolak dan Ha pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
diterima. Hal ini berarti ada pengaruh procedural yang terstruktur dengan baik yang
signifikan antara model pembelajaran langsung dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
terhadap menjahit sederhana siswa tunanetra di bertahap, selangkah demi selangkah.
SMPLB YPAB Surabaya. Model pembelajaran langsung terhadap
keterampilan menjahit adalah model
B. PEMBAHASAN pembelajaran yang digunakan untuk melatih
Berdasarkan hasil analisis data dengan keterampilan menjahit yang dilakukan dengan
menggunakan rumus wilcoxon match pairs test, cara mendengarkan dan menirukan guru secara
diketahui bahwa hipotesis kerja (Ha) diterima langsung. Keunggulan model pembelajaran
dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal tersebut langsung adalah suatu model yang paling
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang efektif untuk mengajarkan konsep dan
signifikan dari penggunaan model keterampilan-keterampilan kepada anak yang
pembelajaran langsung terhadap kemampuan memiliki hambatan penglihatan dengan
menjahit siswa tunanetra kelas VIII di SMPLB mendengarkan instruksi. Majid (2014:75)
YPAB Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan kelebihan model pembelajaran langsung adalah

12
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

pengajaran yang memudahkan anak dalam pembelajaran langsung terdapat situasi dimana
memahami pembelajaran atau keterampilan siswa tertarik dengan pembelajaran yang
yang diberikan dengan mendengarkan instruksi sedang berlangsung, siswa merasa tidak
secara terstruktur. terbebani serta selama proses pembelajaran
Penelitian yang relevan menggunakan siswa ikut terlibat semua. Sehingga kemampuan
model pembelajaran langsung pernah menjahit sederhana siswa tunanetra dapat
dilakukan oleh Khasanah tahun 2015 dengan berkembang dengan baik. Berdasarkan
judul model pengajaran langsung (direct pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
instruction) terhadap kemampuan sains anak nilai Zh = 2,36 lebih besar dari pada nilai Zt =
tunanetra. Pada penelitian ini dapat 1,96 dengan nilai krisis 5% (Zh > Zt) sehingga
disimpulkan bahwa model pembelajaran Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada
langsung berpengaruh secara signifikan pengaruh signifikan antara model pembelajaran
terhadap kemampuan sains anak tunanetra langsung terhadap menjahit sederhana pada
TKLB-A YPAB Surabaya. Persamaan dengan siswa tunanetra di SMPLB YPAB Surabaya.
penelitian yang akan dilakukan adalah sama- Adapun keterbatasan pada saat penelitian
sama menggunakan model pembelajaran yaitu perbedaan kemampuan kognitif anak
langsung untuk anak tunanetra. Namun pada yang mengakibatkan pemberian instruksi yang
penelitian ini model pembelajaran langsung berbeda-beda seperti subjek IB yang
diterapkan untuk melatih kemampuan menjahit memerlukan instruksi yang lebih dari 3x
sederhana. Anak tunanetra yang digunakan sehingga anak kurang bisa mengikuti
pada penelitian ini berjumlah kelas VIII yang pembelajaran dengan baik, Kepercayaan diri
berjumlah 7 anak. anak terhadap jardum jahit seperti subjek IB
Berdasarkan rata-rata nilai hasil post-test yang tidak percaya diri ketika memegang jarum
menjahit sederhana siswa tunanetra kelas VIII dan teriak meminta bantuan. Waktu
di SMPLB YPAB Surabaya diperoleh rata-rata pelaksanaan penelitian mendekati bulan
nilai 87,7 hal tersebut terlihat perbedaan nilai Agustus, sehingga sekolah banyak memerlukan
yang diperoleh dari rata-rata nilai pre-test waktu latihan angklung untuk persiapan acara
dengan nilai 45,8. Terjadi perubahan dengan kemerdekaan. Implikasi hasil penelitian ini
pencapaian beda rata-rata antara pre-test dan menggunakan model pembelajaran langsung
post-test 41,9. Berdasarkan hasil penelitian yaitu dapat digunakan sebagai acuan dalam
menjahit sederhana pada siswa tunanetra memberikan pembelajaran menjahit sederhana
melalui model pembelajaran langsung siswa tunanetra.
didapatkan nilai Zh=2.36 lebih besar dari nilai Z
tabel, suatu kenyataan bahwa nilai Z yang PENUTUP
diperoleh dalam hitungan adalah 2,36 lebih A. Simpulan
besar dari pada nilai krisis Z tabel 5% Hasil analisis data penelitian menunjukkan
(pengujian dua sisi) yaitu 1,96 (Zh>Zt). Hal ini bahwa model pembelajaran langsung
berarti ada pengaruh signifikan dari model berpengaruh secara signifikan terhadap
pembelajaran langsung terhadap menjahit kemampuan menjahit sederhana siswa
sederhana pada siswa tunanetra di SMPLB tunanetra kelas VIII SMPLB YPAB Surabaya.
YPAB Surabaya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah B. SARAN
dilakukan dapat menjawab rumusan masalah Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dan tujuan penelitian bahwa ada pengaruh dilaksanakan diketahui bahwa model
model pembelajaran langsung terhadap pembelajaran langsung dapat meningkatkan
menjahit sederhana pada siswa tunanetra di menjahit sederhana pada siswa tunanetra di
SMPLB YPAB Surabaya. Hal ini dikarenakan SMPLB YPAB Surabaya. Berdasarkan
dalam menjahit sederhana menggunakan model

13
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

pernyataan tersebut maka peneliti dapat Hadi, P. 2005. Kemandirian Tunanetra. Jakarta:
memberikan saran sebagai berikut: Departemen Pendidikan Nasional.
1. Bagi guru Hidayat, A. dan Suwandi, A. 2013. Pendidikan
a. Model pembelajaran langsung dapat Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra.
digunakan sebagai salah satu alternative Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media.
model pembelajaran di kelas yang dapat Khasanah, E. B. 2015. “Model Pengajaran
diterapkan untuk meningkatkan menjahit Langsung (Direct Instruction) Terhadap
sederhana anak seperti menjahit pakaian Kemampuan Sains Anak Tunanetra”.
robek. Jurnal Pendidikan Khusus. (Online) Diakses
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk 30 Juni 2019.
meningkatkan kemampuan menjahit Manastas. L. 2014. Strategi Mengajar Siswa
sederhana siswa tunanetra. Dengan Tunanetra. Yogyakarta: Imperium.
demikian sebaiknya guru selalu Munawar, M. dan Suwandi, A. 2013. Mengenal
menambah wawasan guna menunjang dan Memahami Orientasi dan Mobilitas.
pengembangan kemampuan menjahit Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media.
sederhana siswa tunanetra. Rahcmawati, D. dan Rukmi, A. S. 2014.
2. Bagi peneliti “Penerapan Model Pembelajaran
Hasil penggunaan model pembelajaran Langsung Untuk Meningkatkan
langsung terhadap menjahit sederhana siswa Keterampilan Membaca Permulaan Siswa
tunanetra berpengaruh terhadap kehidupan Kelas II SDN Rejosari Mojokerto”. JPGSD.
sehari-hari, bagi peneliti selanjutnya dapat Vol. 2 (3): Hal. 5. 63
digunakan sebagai salah satu referensi Rahmawahti, N. L. 2017. “Metode Drill
penelitian terkait dengan penggunaan sebagai Terhadap Kemampuan Menggosok Gigi
salah satu referensi penelitian yang terkait Anak Tunanetra di SDLB-A”. Jurnal
dengan model pembelajaran serta dapat Pendidikan Khusus. (Online) Diakses 16
dikembangkan menjadi penelitian selanjutnya April 2019.
dengan aspek dan sampel penelitian yang lebih Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar.
bervariasi, serta dapat dikembangkan menjadi Jakarta: PT. Rineka Cipta.
penelitian dengan subjek lebih banyak, lokasi Sarnita, F. dan Eddy, A. 2018. “Peningkatan
yang lebih luas. Model Pembelajaran Langsung
Berbantuan Prototype Benda Langit
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Hasil Belajar Siswa Tunanetra”.
Ardhi, W. 2013. Seluk Beluk ATN. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional: Lembaga
Java Litera Penelitian dan Pendidikan Mandala.
Amri, S. dan Ahmadi, I. K. 2012. Proses (Online) Diakses 30 Juni 2019.
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Sastraningrat, F. H. 2013. Metodik Khusus
Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. Tunanetra. Yogyakarta: Federasi
Bakar, A. 2017. “Pengaruh Pembelajaran Kesejahteraan Tunanetra Indonesia.
Langsung dan Pembelajaran Kooperatif Shoimin, A. 2017. 68 Model Pembelajaran Inovatif
Tipe Stad Terhadap Kemampuan Lompat dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
Jauh Murid Kelas IV SD Inpres Bertingkat Ruzz Media.
Mamajang II Makassar”. Journal of Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif,
Physical Education, Sport and Recreation. Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta
Vol. 1 (1): Hal. 19. Sunanto, J. 2010. “Pengembangan Konsep,
Cahya, L. S. 2015. Buku Anak untuk ABK. Komunikasi, dan Gerak terhadap Anak
Yogyakarta: Familia. dengan Hambatan Penglihatan yang
Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana Jilid 3. Jakarta: disertai Hambatan Lain (MDVI)”. JASSI
PT. Macanan Jaya Cemerlang. Anakku. Vol. 9 (2): hal. 164-171.

14
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Menjahit Sederhana Siswa Tunanetra

Wahyudi, Ari. 2009. Metodelogi Penelitian Luar


Biasa. Surabaya: Unesa University Press

15

Anda mungkin juga menyukai