1 SM 1
1 SM 1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas metode latihan terhadap kemampuan bina
diri dalam berpakaian siswa tunanetra kelas II di SLB Yaketunis Yogyakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian kuasi eksperimen dengan jenis penelitian Single Subject Research (SSR). Subjek penelitian
yaitu seorang siswa tunanetra. Teknik pengumpulan data menggunakan tes unjuk kerja. Analisis data
tes unjuk kerja menggunakan analisis statistik deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan
grafik. Komponen- komponen yang dianalisis meliputi analisis dalam kondisi dan antar kondisi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode latihan yang dilakukan berulang-ulang efektif
terhadap kemampuan bina diri dalam berpakaian siswa tunanetra kelas II di SLB Yaketunis
Yogyakarta, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebelum intervensi sebesar 57,5% dan nilai rata-
rata pada saat diberikan intervensi sebesar 80,41%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa adanya selisih
antara fase A dan B sebesar 22,91%. Siswa tunanetra mampu terbiasa meraba bagian-bagian pakaian
terlebih dahulu sebelum memakai pakaian seragam sekolah, mampu mempertemukan kelim bawah
pakaian, dan mampu mengancingkan pakaian. Penerapan metode latihan yang dilakukan secara
berulang-ulang meliputi fase pemberian latihan yakni siswa berlatih mengidentifikasi bagian-bagian
pakaian dengan cara meraba serta menyebutkan nama-nama bagian pakaian, langkah pelaksanaan
latihan yakni siswa mendengarkan penjelasan mengenai tatacara berpakaian serta melakukan langkah-
langkah berpakaian menggunakan pakaian seragam sekolah, dan fase mempertanggungjawabkan
latihan yaitu dengan melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa tunanetra dalam melakukan
aktivitas bina diri berpakaian.
Kata kunci : metode latihan, kemampuan bina diri berpakaian, siswa tunanetra
Abstract
This study aims to know the effectiveness of training methods on the ability of selfcare in
dressing of second grade visual impairment student in Yaketunis Yogyakarta special school. This
research used experimental study with the type Single Subject Research (SSR). The subject is student
with visual impairment. The researcher used performance test to collect data. The data were analyzed
with descriptive statistic and displayed in tables and graphs. The components analyzed by inter- and
intra-condition analysis. The result of this research showed that the using of training methods is
effective for selfcare skill in dressing of second grade visual impairment student in Yaketunis
Yogyakarta special school, as indicated by the average value before intervention of 57,7% and the
average value at the time given an intervention of 80,41%. This value indicates thet the difference
between phase A and B is 22,91%. The ability of selfcare in dressing shown by the student being able
to fingering at the parts of clothing first before wearing the clothes, bringing the hem under the
clothes, and buttoning the clothes independently. The application of the training method includes the
phase of giving training that is the students practice identifying the parts of clothing by touching and
mentioning the names of the clothes, the steps of the exercise, namely the students listen to the
explanation of dress codes and dress steps using clothes school uniforms, and the phase of
accountability for the exercise is by assessing the ability of students with visual impairments in
conducting self-dressing activities.
Keywords: training methods, selfcare skill in dressing, student with visual impairment
418 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 4 Tahun 2019
kebersihan badan, dan memakai pakaian. kegiatan latihan. Menurut Sudjana (2011:
Penyebab kesulitan dalam melakukan 27) metode latihan adalah suatu kegiatan
aktivitas tersebut tidak terlepas dari melakukan hal yang sama, berulang-ulang
karakteristik siswa tunanetra seperti secara sungguh-sungguh dengan tujuan
keterbatasan dalam orientasi dan mobilitas, untuk memperkuat suatu asosiasi atau
serta kebiasaan tidak mandiri dalam menyempurnakan suatu keterampilan agar
mengurus diri. menjadi bersifat permanen. Kegiatan
Siswa tunanetra membutuhkan suatu pembelajaran berpakaian tidak cukup
layanan atau program khusus dalam dengan satu kali penyampaian, sehingga
pelaksanaan pembelajaran. Suasana siswa tunanetra perlu dibiasakan
pelaksanaan pembelajaran kegiatan bina melakukan aktivitas berpakaian secara
diri berpakaian perlu dirancang sesuai berulang-ulang agar siswa memiliki
dengan prinsip pembelajaran dan keterampilan dalam berpakaian.
karakteristik siswa tunanetra. Hal ini Berdasarkan hasil studi pendahuluan
berdasarkan pada pendapat Rudiyati (2002: yang dilakukan pada bulan November
148) yang menyebutkan bahwa prinsip tahun 2017 di SLB Yaketunis Yogyakarta
layanan pendidikan anak tunanetra diperoleh informasi yaitu siswa laki- laki
meliputi prinsip aktivitas dan prinsip di kelas II masih dibantu dalam memakai
kekonkretan. Oleh karena itu, layanan dan seragam sekolah. Siswa belum terbiasa
program khusus tersebut dapat berupa untuk memakai pakaian secara mandiri.
penyampaian materi dengan penggunaan Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
metode yang relevan dengan materi dan wali kelas II diketahui bahwa setiap hari
kebutuhan. Salah satu metode siswa dibantu memakai pakaian oleh
pembelajaran yang sesuai dengan prinsip orangtua di rumah dan guru di sekolah.
pembelajaran dan karakteristik tunanetra Meski siswa dibantu setiap hari oleh
yaitu metode latihan. orangtua dalam kegiatan berpakaian, serta
Penggunaan metode latihan sesuai kemampuan intelektual dan kemampuan
dengan prinsip belajar siswa tunanetra motorik siswa tidak mengalami hambatan,
yaitu prinsip aktivitas dan prinsip namun siswa masih belum mampu untuk
kekonkretan. Melalui metode ini, siswa memakai pakaian sendiri. Hal ini
tunanetra secara langsung dihadapkan pada dikarenakan tidak terdapat aktivitas
gambaran konkret dari konsep-konsep pembelajaran dan latihan mengenai
abstrak pada kegiatan berpakaian serta tatacara berpakaian ketika siswa dibantu
keterlibatan siswa secara aktif dalam oleh orang tua. Siswa dianggap objek pasif
Efektivitas Metode Latihan….(Desy Mardiyanti) 421
oleh orang tua ketika melakukan kegiatan Alasan pemilihan metode latihan
berpakaian. terhadap kemampuan bina diri dalam
Siswa tunanetra kelas II di SLB berpakaian yaitu metode latihan memiliki
Yaketunis Yogyakarta merupakan siswa kelebihan dalam membentuk suatu
tunanetra kategori buta (blind). Siswa keterampilan dengan latihan yang
tunanetra menggunakan indra pendengaran dilakukan secara berulang- ulang serta
dan indra perabaan untuk menyerap penerapan metode latihan sesuai dengan
informasi dan memperoleh pengalaman. prinsip pembelajaran dan karakteristik
Penggunaan metode latihan memanfaatkan siswa tunanetra yang memanfaatkan indra
indra pendengaran dan indra perabaan pendengaran dan perabaan dalam
yang dimiliki siswa tunanetra dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Metode
menyerap informasi dan memperoleh latihan yang diterapkan berupa latihan
pengalaman. Selain itu, dalam metode berpakaian secara bertahap dan berulang-
latihan juga terdapat unsur kemandirian ulang sesuai dengan langkah-langkah
yaitu siswa berlatih melakukan kegiatan berpakaian. Pembelajaran dengan metode
berpakaian secara mandiri. latihan memungkinkan siswa secara aktif
Metode latihan memiliki kelebihan dan terlibat dalam proses pembelajaran.
kekurangan untuk diterapkan. Menurut Pembelajaran yang dilakukan secara
Haryanto (2003: 41) bahwa kelebihan menarik serta melibatkan siswa secara
metode latihan antara lain, a) kemampuan aktif akan meningkatkan pemahaman
siswa segera terbentuk karena latihan materi yang diberikan serta meningkatkan
dilakukan berulang-ulang, b) siswa siap prestasi belajarnya (Asma, 2006: 3). Oleh
menggunakan bahan yang telah dilatihkan karena itu peneliti ingin mengujicobakan
karena telah terbiasakan, dan c) metode latihan terhadap kemampuan bina
kemampuan mengingat bahan yang telah diri dalam berpakaian siswa tunanetra
dilatihkan menjadi lebih lama. Kekurangan kelas II di SLB Yaketunis Yogyakarta.
dari metode latihan menurut Hamdani Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
(2011: 273-274) yaitu gerakan yang tidak menguji keefektifan metode latihan
berubah dapat menghambat bakat dan terhadap kemampuan bina diri dalam
inisiatif siswa serta sifat latihan yang kaku berpakaian siswa tunanetra kelas II di SLB
mengakibatkan penguasaan keterampilan Yaketunis Yogyakarta. Hasil dari
melalui inisiatif individu tidak akan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
tercapai. baik secara teoritis maupun praktis. Secara
teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat
422 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 8 No 4 Tahun 2019
70
57.5 57.5 57.5
pada fase baseline dan intervensi. Data 60
50
yang diperoleh disajikan dalam bentuk
40
Diri
pada sesi keempat, kelima, dan keenam Gambar 2. Grafik Hasil Tes Fase
hasil tes kemampuan bina diri Intervensi
Perubahan skor yang diperoleh
subjek dapat diketahui melalui perubahan
kecenderungan arah data. Kecenderungan
arah data pada masing- masing fase dapat
dilihat pada gambar 3 dan 4.
40
20
0
sesi 1 sesi 2 sesi 3