OLEH
KELOMPOK: 4
5. MANIFESTASI KLINIS
A. Stadium 1 : Periode Jendela
Sejak HIV masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang sangat
sulit dikenal karena menyerupai gejala influenza saja, berupa demam, rasa
letih, nyeri otot dan sendi, nyeri telan. Rentang waktu sejak HIV masuk ke
dalam tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi positif disebut
periode jendela, lama periode jendela antara 3-8 minggu bahkan ada yang
berlangsung sampai 6 bulan.
a. Asimtomatis
d. Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
1. Tes Serologis
b. Leukosit
Hasil yang didapatkan bisa normal atau menurun.
- CD4 menurun <200
- Rasio CD4/CD8
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel
helper ( CD8
sebagai akibat dari tanda dan gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik
meliputi :
1) Universal Precautions
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma kaposi, HPV
oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency
Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
2. Neurologik
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien HIV AIDS meliputi :
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR
b. Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui
keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien
HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare
kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus, penurunan
berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi pada
mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans,
pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya Harpes
zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS
adalah : pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang
memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam,
pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan
drastis.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya
riwayat penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau
berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh
penderita HIV/AIDS.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita
penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang
terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat
pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di tempat hiburan malam,
bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).
2. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)
a) Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau
gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti
pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah,
pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya
cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat.
b) Pola Nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan
mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam waktu singkat
(terkadang lebih dari 10% BB).
c) Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus
berdarah.
d) Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur
mengalami gangguan karena adanya gejala seperi demam dan
keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung
oleh perasaan cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.
e) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami
perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya
seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang menarik diri dari
lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi
terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.
f) Pola presepsi dan konsep diri
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah,
cemas, depresi, dan stres.
g) Pola sensori kognitif
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan
pengecapan, dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya
mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi,
kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang
terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.
h) Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran
yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien
merasa malu atau harga diri rendah.
i) Pola penanggulangan stres
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas,
gelisah dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Lamanya
waktu perawatan, perjalanan penyakit, yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan
lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang kontruksif dan adaptif.
j) Pola reproduksi seksual
Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya
terganggu karena penyebab utama penularan penyakit adalah
melalui hubungan seksual.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan
berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai
balasan akan perbuatan mereka. Adanya perubahan status
kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan
kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien, dan agama
merupakan hal penting dalam hidup pasien.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi
penurunan tingkat kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan
coma.
c. Vital sign :
TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
Pernafasan :Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan
Suhu : Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.
d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB)
TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap)
e. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis
seboreika
f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak
ikhterik, pupil isokor, reflek pupil terganggu,
g. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.
h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-
bercak putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasi.
i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi
jamur Cryptococcus neoformans), biasanya ada pembesaran
kelenjer getah bening,
j. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan
k. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding
dada pada pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek
(cusmaul), sesak nafas (dipsnea).
l. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif
m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-
tanda lesi (lesi sarkoma kaposi).
n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun,
akral dingin.
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis yang mungkin muncul adalah
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penyakit paru
obstruksi kronis
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan neorologis,
ansietas, nyeri, keletihan
c. Diare berhubungan dengan infeksi
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif, kehilangan berlebihan melalui diare, berat badan
ekstrem, faktor yang mempengaruhi kebutuhan status cairan:
hipermetabolik,
f. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, ketidak mampuan menelan.
g. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera;bilogis
h. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis
i. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan gangguan sensoripersepsi
j. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
k. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan
sumber informasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
NO KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menajemen jalan nafas
bersihan jalan diharapkan status pernafasan tidak 1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
nafas terganggu dengan kriteria hasil : 2) Buang secret dengan memotivasi pasien untuk
1) Deviasi ringan dari kisaran normal melakukan batuk atau menyedot lendir
frekuensi pernafasan 3) Motifasi pasien untuk bernafas pelan, dalam,
2) Deviasi ringan dari kisaran normal Irama berputar dan batuk
pernafasan 4) Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan
3) Deviasi ringan dari kisaran normal suara batuk efektif
auskultasi nafas 5) Auskultasi suara nafas, catat area yang
4) Deviasi ringan dari kisaran normal ventilasinya menurun atautidak dan adanya suara
kepatenan jalan nafas nafas tambahan
5) Deviasi ringan dari kisaran normal 6) Monitor status pernafasan dan oksigenisasi
saturasi oksigen sebagaimana mestinya
6) Tidak ada retraksi dinding dada
Fisioterapi dada
1) Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada
kepada pasien
2) Monitor status respirasi dan kardioloogi
(misalnya, denyut dan suara irama nadi, suara dan
kedalaman nafas
3) Monitor jumlah dan karakteristik sputum
4) Instruksikan pasien untuk mengeluarkan nafas
dengan teknik nafas dalam
Terapi Oksigen
1) Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea
dengan tepat
2) Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui
sistem hemodifier
3) Monitor aliran oksigen
4) Monitor efektifitas terapi oksigen
5) Pastikan penggantian masker oksigen/ kanul
nasal setiap kali pernagkat diganti
Monitor Pernafasan
1) Monitor pola nafas (misalnya, bradipneu)
2) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
3) Auskultasi suara nafas
4) Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas
dengan auskultasi suara nafas ronci di paru
5) Auskultasi suara nafas setelah tindakan, untuk
dicatat
6) Monitor kemampuan batuk efektif pasien
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Menajemen Jalan Nafas :
Pola Nafas diharapkan status pernafasan tidak 1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
terganggu dengan kriteria hasil : 2) Lakukan fisioterapi dada, sebagimana
1) Frekuensi pernafasan Tidak ada deviasi semestinya
dari kisaran normal 3) Buang secret dengan memotivasi klien untuk
2) Irama pernafasan Tidak ada deviasi dari melakukan batuk atau menyedot lendir
kisaran normal 4) Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam,
3) Suara Auskultasi nafas Tidak ada deviasi berputar dan batuk.
dari kisaran normal 5) Auskutasi suara nafas, catat area yang
4) Saturasi oksigen Tidak ada deviasi dari ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya
kisaran normal suara nafas tambahan
5) Tidak ada retraksi dinding dada 6) Kelola nebulizer ultrasonik, sebgaimana
6) Tidak ada suara nafas tambahan mestinya
7) Tidak ada pernafasan cuping hidung 7) Posisikan untuk meringankan sesak nafas
8) Monito status pernafasan dan oksigen,
sebagaimana mestinya
Pemberian Obat :
1) Pertahankan aturan dan prosedur yang sesuai
dengan keakuratan dan keamanan pemberian obat-
obatan
2) Ikuti prosedur limabenar dalam pemberian obat
3) Beritahu klien mengenai jenis obat, alasan
pemberian obat, hasil yang diharapkan, dan efek
lanjutan yang akan terjadi sebelum pemberian obat.
4) Bantu klien dalam pemberian obat
Terapi Oksigen :
1) Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea
dengan tepat
2) Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan
3) Monitor aliran oksigen
4) Periksa perangkat (alat) pemberian oksigen
secara berkala untuk mmastikan bahwa konsentrasi
(yang telah) ditentukan sedang diberikan
Monitor Pernafasan :
1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
2) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot bantu nafas
3) Palpasi kesimetrisan ekstensi paru
4) Auskultasi suara nafas, catat area dimana
terjadinya penurunan atau tidak adanya ventilasi
dan keberadaan suara nafas tambahan
5) Auskultasi suara nafas setelah tindakan untuk
dicatat
6) Monitor sekresi pernafasan pasien
7) Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer)
Pemasangan Infus
1) Verivikasi instruksi untuk terapi IV
2) Beritau pasien mengenai prosedur
3) Pertahankan teknik aseptik secara seksama
4) Pilih vena yang sesuai dengan penusukan vena,
pertimbangkan prevelansi pasien, pengalaman masa
lalu dengan infus, dan tangan non dominan
5) Berikan label pada pembalut IV dengan tanggal,
ukuran, dan inisiasi sesuai protokol lembaga
Monitor Cairan :
1) Tentukan jumlah dan jenis Intake/asupan cairan
serta kebiasaan eliminasi
2) Tentukan faktor-faktor yang menyebabkan
ketidakseimbangan cairan
3) Periksa isi kulang kapiler
4) Periksa turgor kulit
5) Monitor berat badan
6) Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin
7) Monitor kadar serum albumin dan protein total
8) Monitor tekanan darah, denyut jantung, dan
status pernafasan
9) Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan
respon haus
5 Ketidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menajemen Nutrisi
seimbangan diharapkan status nutrisi dapat ditingkatkan 1) Identifikasi adanya alergi atau intolerasi akanan
nutrisi kurang dengan kriteria hasil: yang dimiliki pasien Terapi nutrisi
dari kebutuhan 1) Asupan Nutrisi tidak menyimpang dari 1) Kaji kebutahan nutrisi parenteral 2) Berikan
tubuh rentang normal nutrisi enteral, sesuai kebutuhan
2) Asupan makanan tidak menyimpang dari 3) Berikan nutrisi enteral
rentang normal 4) Hentikan pemberian makanan melalui selang
makan begitu pasien mampu mentoleransi asupan
(makanan) melalui oral
5) Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet
yang dianjurkan
6 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemberian analgesik :
diharapkan kontrol nyeri dapat 1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
dipertahankan dengan kriteria hasil: keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
1) Secara konsisten menunjukkan 2) Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis,
menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan
tanpa analgesik 3) Cek adanya riwayat alergi obat
2) Secara konsisten menunjukkan 4) Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang
Menggunakan analgesik yang sesuai ketika lebih dari satu diberikan
direkomendasikan
3) Melaporkan nyeri terkontrol Manajemen nyeri :
1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus
2) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
ketidaknyamanan
3) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
penerimaan pasien terhadap nyeri
4) Kaji bersama pasien faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau memberatkan nyeri
5) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologilan
nyeri
6) Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan
7) Mendukung istirahat tidur
8) Memberikan informasi terkait dengan diagnosa
dan keperawatan
9) Mendorong keluarga menemani pasien
10) Kaji tanda verbal dan non verbal dari ketidak
nyamanan
Iswandi, F. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan HIV AIDS Di IRNA non Bedah Penyakit dalam RSUP DR. M. Djamal
Padang. Pustaka.Poltekkes-Pdg.Ac.Id, 15–192.